BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi Massa Ketika seseorang mendengar istilah komunikasi massa, yang terbayang adalah
televisi, radio, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Namun ketika seseorang ditanya apakah arti komunikasi massa, bisa saja setiap orang memiliki pendapat yang berbeda. Secara harfiah, komunikasi massa terdiri dari dua kata, yaitu komunikasi dan massa. Komunikasi bisa berarti “berbicara, bermusyawarah, berpidato, bercakapcakap, dan berkonsultasi satu sama yang lain”. Sedangkan massa adalah kumpulan orang-orang yang hubungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 2003:188 ), yakni : komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa.1
1
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu pengantar, cetakan I edisi revisi, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2007, h. 3
13
14
Definisi komunikasi massa yang lebih perinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “ komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Rakhmat, 2003 :188). Dari Definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistibusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jangka waktu yang tetap misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus dari lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri. Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang dikemukakan para ahli komunikasi, tampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau pinsip bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini telah memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian komunikasi massa.2 2.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi antarpersona dan komunikasi kelompok. Perbedaannya terdapat dalam komponen-komponen yang terlibat di dalamnya, dan proses berlangsungnya komunikasi tersebut.
2
Ibid., h. 6
15
Namun agar karakteristik komunikasi massa itu tampak jelas, maka pembahasannya perlu dibandingkan dengan komunikasi antarpersona. Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut3: a. Komunikator Terlembagakan Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikannya. Kita sudah memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik media massa cetak maupun elektronik. Dengan mengingat kembali pendapat Wright
bahwa
komunikasi
massa
itu
melibatkan
lembaga,
dan
komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. b. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa berupa fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. c. Komunikannya Anonim Dan Heterogen Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada komunikasi antarpersona, komunikator akan mengenal komunikannya, mengenal identasnya, seperti : nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya. Sedangkan dalam
3
Ibid, hal 12
16
komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim). Karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokan berdasar faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan tingkat ekonomi. d. Media Massa Menimbulkan Keserampakan Kelebhan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara seempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. e. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan (Mulyana:99). Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu. f. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Karena komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam
17
komunikasi antarpersona. Dengan kata lain, komunikasi massa itu bersifat satu arah. g. Stimulasi Alat Indera Terbatas Ciri komunikasi massa lainnya yang dianggap kelemahannya adalah stimulasi alat indera terbatas. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televise dan film, kita mengunakan indera penglihatan. h. Umpan Balik Tertunda (Delayed) Dan Tidak Langsung (Indirect) Komponen umpan balik atau yang lebih popular dengan sebutan feedback merupakan factor penting dam proses komunikasi antarpersona, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Efektifitas komunikasi seringkali dapat terlihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Sedangkan dalam proses komunikasi massa, umpan balik bersifat tidak langsung (indirect) dan tertunda (delayed) artinya, komunikator komunikasi massa tidak dapt dengan segera mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya.
18
2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa terdiri dari : 1. Surveillance (pengawasan), fungsi pengawasan terbagi menjadi dua yaitu, pengawasan peringatan, dan pengawasan instrumental. Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Sedangkan fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang meiliki kegunaan atau dapat membatu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. 2. Interpretation (penafsiran), fungsi penafsiran hamper mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga membeberkan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industry media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat dan ditayangkan. 3. Linkage (Pertalian), media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. 4. Transmission of value (penyebaran nilai ), fungsi ini tidak kentara, biasa disebut socialization (sosialisasi). Sosialisasi ini mengacu pada cara, di mana individu megadopsi perilaku dan nilai kelompok. Ebeberapa pengamat memperingatkan kemungkinan terjadinya disfungsi jika televisi menjadikan salurannya terutama untuk sosialisasi (penyebaran nilai-nilai).
19
5. Entertainment (hiburan), hamper semua media menjalankan fungsi hiburan. Hamper tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. Fungsi menghibur tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.
2.2
Media Massa
2.2.1 Pengertian Media Massa Media massa (Mass Media) singkatan dari Media Komunikasi Massa merupakan channel of Mass Communication, yaitu saluran, alat, atau alat, atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa. (Romli, 2003:4). Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara misal dan dapat diakses oleh masyarakat secara misal pula. 4
2.2.2 Bentuk-bentuk Media Massa Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yang
4
Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi : Teori, paradigm, dan diskursus teknologi komunikasi di masyarakat, Jakarta, Kencana, 2007. Hal 72
20
memenuhi kriteria media massa adalah radio siaran, televisi, film, media on line (internet).5
2.3
Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa
2.3.1 Pengertian Televisi Istilah televisi terdiri dari perkataan tele yang berarti jauh dan visi (vision) yang berarti penglihatan. Segi “jauh”-nya ditransmisikan dengan prinsip-prinsip radio dan segi “penglihatan”-nya oleh gambar. Televisi merupakan paduan radio (broadcast) dan film (moving pictures). 6 Televisi merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio yang diketemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual. Peletak dasar utama teknologi pertelevisian tersebut adalah Paul Nipkow dari Jerman yang dilakukannya pada tahun 1884. Ia menemukan sebuah alat yang kemudian disebut sebagai Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe. Penemuannya tersebut melahirkan electriche teleskop atau televisi elektris. Perkembangan teknologi pertelevisian saat ini sudah sedemikian pesat sehingga dampak siarannya menyebabkan seolah-olah tidak ada lagi bats negara dengan negara lainnya terlebih lagi setelah digunakannya satelit untuk memancarkan signal televisi. Inilah yang disebut sebagai globalisasi di bidang informasi. Peristiwa yang terjadi di daratan Eropa atau Amerika atau Rusia,pada saat yang sama dapat diketahui di negara-negara lain dan sebaliknya, melalui bantuan satelit yang mampu 5
Ibid hal 103 Onong Uchjana Effendy: Ilmu,Teori dan Filsafat Komunikasi, cetakan ke II, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2000. hal 174 6
21
memultipancarkan siarannya ke berbagai penjuru dunia tanpa ada hambatan geografis yang berarti7 Televisi mengalami perkembangan secara dramatis, terumatama melalui pertumbuhan televisi kabel. Transmisi program televisi kabel menjangkau seluruh pelosok negeri dengan bantuan satelit dan siterima langsung pada layar televisi di rumah dengan menggunakan wire atau microwave ( Wireless cables) yang membuka tambahan saluran televisi bagi pemirsa. Dari semua komunikasi yang ada, televisi lah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia.8
2.3.2 Karakter Televisi Menurut Ardianto, Komala dan Karlinah, karakter televisi dibagi menjadi tiga yaitu Audiovisual, yang artinya televisi memiliki kelebihan, yakni dapat disengar sekaligus dapat dilihat (audio visual). Jadi, khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting dari pada katakata. Keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis. Yang kedua adalah berpikir dalam gambar, yang berarti pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Bila ia membuat naskah acara atau membaca naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think in picture). Terakhir
adalah
pengoperasian
lebih
kompleks,
maksudnya
adalah
pengoperasian televisi siaran lebih kompleks, dan lebih banyak orang. Perlatan yang 7
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi : Menjadi reporter profesional, Bandung, remaja rosdakarya, hal 5 8 Onong Uchjana Effendy .Op.cit, hal 134
22
digunakannya pun lebih banyak dan untuk m,engopersikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang –orang yang terampil dan terlatih. Dengan demikian media televisi lebih mahal daripada media massa lainnya.9
2.4
Program Tayangan Televisi
2.4.1 Pengertian Program Televisi Kata program berasal dari bahasa Inggris programme atau program yang berarti acara rencana. Undang-undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara melainkan menggunakan istilah ‘siara’ yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaianpesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata ‘program’ lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia daripada kata siaran yang mengacu kepada pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk ememebuhi kebutuhan audiennya. Dengan demikian program memiliki pengertian yang sangat luas. Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audien tertarik untuk megikuti siaran yang dipancarkan stasiun, pakah itu radio atau televisi. Program dapat disamakan dengan produk atau barang atau pelayanan yang dijual kepada pihak lain dalam hal ini adalah audien dan pemasang iklan. Dengan demikian program adalah produk yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat rumusan dalam rumusan dalam dunia penyiaran atau program yang baik akan mendapatkan pendengar atau penonton yang lebih 9
Onong Uchjana Effendy, Op.cit hal 140
23
besar, sedangkan program yang buruk tidak akan mendapatkan pendengar maupun penonton.
2.4.2 Jenis-jenis program Berbagai jenis program dapat dikelompokan menjadi dua bagian berdasarkan jenisnya,yaitu:10 1. Program Informasi (Berita) Program informasi di televisi, sesuai dengan namanya, memeberikan banyak informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu penonton terhadap sesuatu hal. Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memebrikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. 2. Program Hiburan Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan.
2.4.3 Program Informasi (Berita) Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : 1. Hard News Hard news yaitu segala informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui khalayak. Sebagian orang menyebut hard news dengan istilah straight news. 10
Morissan, Manajemen Media Penyiaran : diktat Programing I , hal 67
24
Peran televisi sebagai sumber utama hard news bagi masyarakat cenderung terus meningkat. Media penyiaran adalah media yang paling cepat dalam menyiarkan berita kepada masyarakat. Media televisi biasanya menyajikan hard news secara regular yang ditayangkan dalam suatu program berita. Stasiun televisi besar biasanya menyajikan program berita beberapa kali dalam satu hari, misalnya pada pagi, siang, petang, dan tengah malam. Bahkan ada televise yang menyajikan program berita dalam setiap jam walaupun durasinya cukup singkat (kurang dari 5 menit). Dalam berita-berita mengenai konflik, televise menjadi medium informasi yang paling dipercaya. Hal ini disebabkan televise menyajikan gambar menjadi bukti yang tak terbantahkan. Pada umumnya stasiun televise menginvestasikan dana dalam jumlah yang cukup besar untuk kegiatan pemberitaan dalam porsi waktu siaran yang cukup besar. 2. Soft News Soft news adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Stasiun televisi menggunakan berbagai istilah (nama) untuk jenis berita lunak ini misalnya news magazine, current affair dan lain-lain. Manusia memiliki sifat ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah masyarakat. Programmer dapat mengeksplorasi rasa ingin tahu orang ini untuk menarik sebanyak mungkin audien. Berita lunak atau
25
soft news ini dapat berbentuk perbincangan (talk show) ataupun laporanlaporan khusus seperti perkembangan tren atau gaya hidup. Kedua program televise ini memberikan banyak informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu penonton terhadap sesuatu hal.
2.4.4 Editorial (Tajuk Rencana) Editorial atau tajuk rencana adalah karya tulis yang merupakan pandangan editor terhadap suatu topik. Dengan demikian, maka tajuk rencana bersangkutan dengan opini (opinion). Dr. Lyle Spencer dalam bukunya “Editorial Writing” mendefinisikan tajuk rencana sebagai berikut: “An editorial is a presentation of fact and opinion in concise, logical, pleasing order for the sake of entertaining, of influencing opinion, or of interpretating significant news in such a way that its importance to the average reader will be clear” (Tajuk rencana adalah penyajian fakta dan opini yang disusun secara ringkas, logis, dan menyenangkan untuk menghibur, mempengaruhi opini atau menginterpretasikan berita penting sedemikian rupa sehingga yang pentingnya itu menjadi jelas bagi rata-rata pembaca)
Seorang tokoh pers Amerika yang termasyur ke seluruh dunia, bernama Joseph Pulitzer menaruh perhatian besar terhadap tajuk rencana ini, yakni baginya merupakan ekspresi hati nurani(conscience), keberanian dan keyakinan. Meskipun ia tidak pernah mengetengahkan definisi editorial, tetapi dalam penganugerahan
26
“Pulitzer Prize” untuk editorial writing, ditetapkan beberapa ketentuan yang dianggap sebagai pendapat Pulitzer mengenai editorial. Kriteria tersebut ialah: a. Clearness of style (jelas dalam gaya) b. Moral purpose (tujuan yang bermoral) c. Sound reasoning (pertimbangan yang sehat) d. Power to influence public opinion (daya untuk mempengaruhi opini publik) Pola baku (standart pattern) untuk tajuk rencana ialah: a. Judul yang menghimbau pembaca b. Kalimat untuk lead yang tidak terlalu panjang c. Kalimat pada paragraf terakhir yang menggemakan judul dan lead serta mempertegas problema yang dikupas. Tajuk rencana yang baik dan efektif adalah yang mengandung keseimbangan antara hasil karya seorang ilmuwan (scientist) dan seorang seniman (artist) Seorang ilmuan akan bertanya kepada dirinya, apakah dalam data yang dihadapinya terdapat kebenaran. Ia bekerja berdasarkan logika, pengukuran dan percobaan (testing). Dengan jiwa ilmuan, seorang penulis tajuk rencana memilih sebuah objek yang merupakan suatu problem. Itu tahap pertama. Pada tahap kedua ia mencari sumber, yang merupakan persiapan kearah tahap ketiga, yakni analisis. Proses pikirannya berlangsung dari sebab ke akibat, dari akibat ke sebab, dari contoh ke analogi ke generalisasi.
27
Sifat ilmuan pada penulis tajuk ini lalu diambil alih oleh sifat seniman yang ada pada dirinya itu. Untuk mewujudkan hasil pemikiran itu sehingga dapat dilihat, dibaca, dan dipercaya, apa yang harus dilakukan? Dalam hubungan ini dengan jiwa senimannya ia memfokuskan mata dari pikirannya pada struktur, komposisi, dan gaya. Dengan paduan jiwa ilmuan dan seniman itu, akan dapat dihasilkan sebuah tajuk rencana yang efektif.11 2.5
Analisis Framing Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk
mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Di sini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa dipahami dengan bentukan tertentu. Hasilnya, pemberitaan pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknis jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan. 12 Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksikan realitas.
11 12
Onong Uchjana Effendy, Op.cit hal 134 Eriyanto, Analisis Framing, Yogyakarta. LKIS Group. 2002 Hal 3
28
Analisis framing adalah salah satu metode analisis media, seperti halnya analisis isi dan analisis semiotik. Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa. Sobur (2001:162) mengatakan bahwa analisis framing digunakan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang dan perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut.13 Framing merupakan metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, degan memberikan penonjolan terhadap aspek-aspek tertentu, dengan menggunakan istilahistilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya. Dengan kata lain bagaimana realitas dibingkai, dikonstruksi dan dimaknai oleh media. Ada hal penting dalam framing, ketika sesuatu diletakkan dalam frame, maka ada bagian yang terbuang dan ada bagian yang terlihat. Kita bisa menghadirkan analogi ketika kita memfoto suatu pemandangan, maka yang masuk dalam foto hanyalah bagian yang berada dalam “frame”, bagian lain terbuang. Analisis framing menanyakan mengapa peristiwa X diberitakan? Mengapa peristiwa lain tidak diberitakan? Mengapa suatu tempat dan pihak yang terlibat berbeda meskipun peristiwanya sama? Mengapa realitas didefinisikan dengan cara 13
Rachmat Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi.Jakarta. Kencana Prenada Media Group. 2012 hal 255
29
tertentu? Mengapa sisi atau angle tertentu yang ditonjolkan sedang yang lain tidak? Mengapa menampilkan sumber berita X dan mengapa bukan sumber berita yang lain yang diwawancarai? Jadi, analisis framing ini merupakan analisis untuk mengkaji pembingkaian realitas (peristiwa, individu, kelompok, dan lain-lain) yang dilakukan media. Pembingkaian tersebut merupakan proses konstruksi, yang artinya realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu. Framing digunakan media untuk menonjolkan atau member penekanan aspek tertentu sesuai kepentingan media. Akibatnya hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting, dan lebih mengena dalam pikiran khalayak.
2.5.1 Model Analisis Framing William Gamson dan Andre Modigliani Model ini menganggap frame sebagai cara bercerita atau gugusan ide-ide yang tersusun sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan dengan suatu wacana. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang itu akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan dan kemana arah berita tersebut. Cara pandang inilah yang disebut Gamson dan Modigliani sebagai kemasan
30
(package). Package ini merupakan rangkaian ide yang menunjukkan isu apa yang dibicarakan dan peristiwa mana yang relevan.14 2.5.2 Perangkat Framing Kemasan (package) tersebut dibayangkan sebagai wadah atau struktur data yang
mengorganisir
sejumlah
informasi
yang
menunjukkan
posisi
atau
kecenderungan politik, dan yang membantu komunikator untuk menjelaskan muatanmuatan di balik suatu isu atau peristiwa. Keberadaan dari suatu package terlihat dari adanya gagasan sentral yang kemudian didukung oleh perangkat-perangkat wacana seperti kata, kalimat, pemakaian gambar atau grafik tertentu, preposisi, dan sebagainya. Semua elemen dan struktur wacana tersebut mengarah pada ide tertentu dan mendukung ide sentral dari suatu berita. Perangkat framing yang dikemukakan oleh Gamson dan Modigliani dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 2.1 Model Framing Gamson & Modigliani Frame (Media Package) Seperangkat gagasan atau ide sentral ketika seseorang atau media memahami dan memaknai suatu isu (central organizing idea for making sense of relefant events, suggesting what is at issues). Frame ini akan didukung oleh perangkat wacana lain, seperti kalimat, kata dan sebagainya. Secara umum, perangkat ide sentral ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu framing device dan reasoning device. Framing Devices (Perangkat Framing) Reasoning Devices (Perangkat Penalaran) Berkaitan langsung dengan ide sentral atau Berhubungan dengan kohesi dan koherensi bingkai yang ditekankan dalam teks berita. dari teks yang merujuk pada gagasan tertentu. Perangkat ini antara lain: pemakaian kata, Artinya ada dasar pembenar dan penalaran kalimat, grafik/gambar, dan metafora alas an tertentu sehingga membuat gagasan tertentu. yang disampaikan media atau seseorang tampak benar, alamiah, dan wajar 14
Ibid, hal 259
31
Methapors Perumpamaan atau pengandaian
Roots Analisis kausal sebab akibat
Catchphrases Frase yang menarik, kontras, menonjol dalam suatu wacana. Ini umumnya berupa jargon atau slogan. Exemplaar Mengaitkan bingkai dengan contoh, uraian (bisa teori, perbandingan) yang memperjelas bingkai Depiction Penggambaran atau pelukisan suatu isu yang bersifat konotatif. Depiction ini umumnya berupa kosakata, leksikon untuk melebeli sesuatu. Visual Image Gambar, grafik, citra yang mendukung bingkai secara keseluruhan. Bisa berupa foto, kartun, atau grafik untuk menekankan dan mendukung pesan yang ingin disampaikan.
Appeals to principle Premis dasar, klaim-klaim moral.
Consequences Efek atau konsekuensi yang didapat dari bingkai