BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory) Teori Stakeholder ini berfokus pada cara-cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengelola hubungan perusahaan dengan stakeholdernya. Teori Stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah suatu entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya seperti pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain. Para stakeholder membutuhkan berbagai informasi terkait dengan aktivitas perusahaan yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, perusahaan akan berusaha untuk memberikan berbagai informasi yang dimiliki untuk menarik dan mencari dukungan dari para stakeholder-nya. Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholder-nya dengan mengakomodasi
keinginan
dan
kebutuhan
stakeholdernya,
terutama
stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Chariri dan Ghozali, 2007). Pengungkapan informasi dapat dibagi menjadi dua yakni yang sifatnya wajib
(mandatory) dan sukarela (voluntary). Salah satu bentuk pengungkapan sukarela yang berkembang dengan pesat saat ini yaitu pengungkapan sustainability
report.
Melalui
pengungkapan
sustainability
report
(pengungkapan sosial dan lingkungan) perusahaan dapat memberikan informasi yang lebih cukup dan lengkap berkaitan dengan kegiatan dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial masyarakat dan lingkungan (Ghozali dan Chariri, 2007). 2. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) Dalam membahas mengenai sustainability report ini sering kali para peneliti menggunakan teori legitimasi. Menurut Wibowo dan Faradiza (2014) teori legitimasi tersebut dapat memberikan mekanisme yang kuat untuk memahami pengungkapan sukarela terhadap lingkungan dan sosial yang dilakukan oleh perusahaan, dan pemahaman ini yang nantinya akan mengarah ke debat publik yang kritis,lebih jauh lagi teori legitimasi menunjukan kepada peneliti dan masyarakat luas untuk lebih peka terhadap isi pengungkapan perusahaan. Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi, disamping itu legitimasi juga merupakan hal yang penting bagi organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nlai-nilai sosial, reaksi terhadap batasan tersebut
mendorong
pentingnya
analisis
perilaku
organisasi
dengan
memperhatikan lingkungan. Teori legitimasi menganjurkan perusahaan untuk
meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerja perusahaan tersebut dapat diterima oleh
masyarakat.
Dalam
menjalankan
aktivitas
perusahaan,
mereka
menggunakan laporan tahunan untuk menggambarkan kesan tanggung jawab lingkungan, sehingga mereka diterima oleh masyarakat. Dengan adanya penerimaan dari masyarakat tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan (Wibowo dan Faradiza, 2014). Menurut Guthrie dan Parker (2006), jika terdapat perusahaan merasa legitimasinya dipertanyakan maka mereka dapat mengambil beberapa strategi perlawanan, yaitu diantaranya: 1. Menginformasikan kepada stakeholders-nya mengenai perubahan yang terjadi dalam perusahaan. 2. Merubah pemikiran para stakeholders tanpa mengganti perilaku perusahaan. 3. Memanipulasi para stakeholders dengan cara memalingkan perhatian stakeholders dari isu yang menjadi perhatian pada isu lain yang berkaitan dan menarik. 4. Mempengaruhi harapan pihak eksternal tentang kinerja perusahaan. 3. Laporan Berkelanjutan (Sustainability Report) Sustainability report adalah praktik pengukuran, pengungkapan, dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan terhadap para stakeholder internal dan eksternal
(GRI, 2006). (GRI) Global Reporting Initiative adalah salah satu organisasi internasional yang kegiatan utamanya difokuskan pada pencapaian tranparansi dan pelaporan suatu perusahaan melalui pengembangan stándar dan pedoman pengungkapan sustainability. Sustainability ini akan menjadi salah satu media untuk mendeskripsikan pelaporan ekonomi, lingkungan, dan dampak sosial (seperti halnya konsep Triple Bottom Line dan pelaporan Corporate Social Responsibility). Pengungkapan sustainability report dalam aturan yang telah ditetapkan berupa laporan yang berdiri sendiri, meskipun masih banyak pengimplementasian sustainability report yang diungkapkan bersamaan dengan laporan tahunan suatu perusahaan (Gunawan, 2010). Laporan keberlanjutan organisasi menyajikan informasi terkait aspek material, yaitu aspek yang mencerminkan dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial organisasi atau yang secara nyata memengaruhi asesmen dan pengambilan keputusan para pemangku kepentingan. Sustainability reporting menurut GRI G4 Guidelines terdiri dari 3 dimensi berikut: 1. Ekonomi Dimensi keberlanjutan ekonomi berkaitan dengan dampak organisasi terhadap keadaan ekonomi bagi pemangku kepentingannya, dan terhadap sistem ekonomi di tingkat lokal, nasional, dan global. 2. Lingkungan Dimensi
keberlanjutan
lingkungan
berkaitan
dengan
dampak
organisasi pada sistem alam yang hidup dan tidak hidup, termasuk tanah,
udara, air, dan ekosistem. Kategori lingkungan meliputi dampak yang terkait dengan input (seperti energi dan air) dan output (seperti emisi, efluen, dan limbah), termasuk juga keanekaragaman hayati, transportasi, dan dampak yang berkaitan dengan produk dan jasa, serta kepatuhan dan biaya lingkungan. 3. Sosial Dimensi keberlanjutan sosial membahas dampak yang dimiliki organisasi terhadap sistem sosial di mana organisasi beroperasi. Adapun beberapa kategori-kategori bidang sosial di antaranya yaitu meliputi: a. Praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja Indikator praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan kerja meliputi lapangan pekerjaan, kondisi pekerja (jumlah, komposisi gender, pekerja purna waktu dan paruh waktu), relasi buruh dengan manajemen, keselamatan dan kesehatan kerja, pelatihan, pendidikan, pengembangan karyawan, serta keberagaman dan peluang. b.
Hak asasi manusia Indikator kinerja hak asasi manusia menentukan bahwa setiap organisasi harus selalu memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepantingan lainnya salah satunya yaitu dengan memperhatikan asas kesetaraan yang meliputi praktik investasi dan pengadaan, praktik manajemen, penerapan prinsip nondiskriminasi, kebebasan mengikuti perkumpulan, tenaga kerja anak, pemaksaan
untuk bekerja, praktik pendisiplinan, praktik pengamanan, dan hakhak masyarakat adat. c. Masyarakat Indikator kinerja masyarakat memperhatikan dampak organisasi terhadap masyarakat dimana mereka beroperasi, dan reaksi dari institusi sosial kaitannya dengan kepedulian dan pengelolaan isu-isu seperti komunitas, korupsi, kebijakan publik, serta perilaku anti kompetitif seperti anti-trust dan monopoli. d. Tanggung jawab atas produk Indikator kinerja tanggung jawab atas produk mencakup aspek seperti kesehatan keselamatan dari pengguna produk dan pelanggan pada umumnya, produk dan jasa, komunikasi untuk pemasaran, serta Customer Privacy.
B. Penurunan Hipotesis dan Penelitian Terdahulu 1. Pengaruh
pengungkapan
Sustainability
Report
terhadap
Kinerja
Keuangan. Kinerja keuangan merupakan gambaran atau informasi mengenai kondisi dan keadaan dari suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan sehingga dapat diketahui baik buruknya kondisi keuangan dan prestasi keuangan sebuah perusahaan dalam waktu tertentu (Wibowo dan
Faradiza, 2014). Dengan memperhatikan kondisi keuangan perusahaan para pengguna laporan atau para pemangku kepentingan akan bisa menilai kinerja pada suatu perusahaan. Informasi tentang kondisi kinerja perusahaan ini banyak dibutuhkan oleh berbagai pihak baik yang berasal dari internal maupun eksternal. Dari pihak eksternal, misalnya investor yang tertarik dengan pengungkapan informasi pendapatan yang ada saat ini dan taksiran pendapatan yang akan datang untuk melihat seberapa stabil kondisi keuangan suatu perusahaan dari waktu ke waktu. Secara internal manajemen juga membutuhkan analisis keuangan untuk pengendalian internal seperti analisis perencanaan dan pengendalian yang efektif (Horne dan Wachowicz, 2005). Menurut Ross et.al, (2013), kinerja keuangan dapat dicerminkan melalui analisis rasio-rasio keuangan. Terdapat lima dimensi rasio keuangan yang sering digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, yaitu meliputi dimensi manajemen aset, profitabilitas, leverage, likuiditas, dan dimensi pasar. Dengan peningkatan profitabilitas perusahaan tersebut maka perusahaan memiliki dana yang lebih untuk melakukan akrivitas-aktivitas sosial. Hal ini berimbas pada semakin banyaknya informasi yang dapat diungkapkan dalam sustainability report. Dengan demikian, semakin besar tingkat profitabilitas perusahaan maka akan semakin besar pula pengungkapan informasi sosial (Munif, 2010). Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung untuk mengungkapkan lebih banyak informasi karena ingin
menunjukkan kepada masyarakat atau pihak lain bahwa perusahaan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan lain dengan industri yang sama. Selain itu, perusahaan juga ingin menunjukan kepada investor bahwa operasi berjalan efisien. Melalui pengungkapan sustainability report, perusahaan dapat menyampaikan informasi mengenai aktivitasaktivitas yang dilakukan perusahaan yang berpengaruh terhadap kondisi sosial, masyarakat dan lingkungan. Dengan sustainability report perusahaan dapat mengkomunikasikan kinerja manajemen dalam mencapai keuntugnan jangka panjang perusahaan kepada stakeholders, contohnya yaitu perbaikan kinerja keuangan, maksimalisasi profit dan kesuksesan perusahaan jangka panjang (Wibowo dan Faradiza, 2014). Selanjutnya untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam jangka pendek yaitu dengan menggunakan rasio likuiditas. Perusahaan yang mendapatkan tingkat likuiditas tinggi dianggap mampu untuk mengelola bisnisnya, sehingga menghasilkan tingkat risiko yang rendah. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tinggi merupakan gambaran keberhasilan suatu perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan tepat waktu. Hal ini tentunya menunjukkan kemampuan perusahaan yang kredibel sehingga menciptakan image positif dan kuat melekat pada perusahaan.
Image
positif
tersebut
semakin
memungkinkan
pihak
stakeholders untuk selalu ada pada pihak perusahaan atau mendukung perusahaan tersebut (Suryono dan Prastiwi, 2011). Salah satu cara yang
dilakukan untuk menambah kepercayaan dan image positif yang telah ada yaitu dengan mengungkapkan informasi tambahan yang menggambarkan kegiatan perusahaan yang peduli terhadap tanggungjawab sosial dan lingkungan. Pengungkapan sustainability report menjadi salah satu strategi perusahaan untuk semakin menunjukkan kegiatan perusahaan dalam melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyandito (2010) mengungkapkan bahwa pelaporan kinerja ekonomi dalam sustainability report akan meningkatkan transparansi perusahaan yang berdampak pada peningkatan kepercayaan investor dan kinerja keuangan. Hal tersebut dipertegas lagi dari hasil penelitian Burhan dan Rahmanti (2012) yang menyatakan bahwa pengungkapan kinerja ekonomi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut: H1a:Pengungkapan Sustainability Report berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur menggunakan rasio Profitabilitas. H1b:Pengungkapan Sustainability Report berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur menggunakan rasio Likuiditas. 2. Pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap Kinerja pasar. Kinerja pasar merupakan faktor yang umumnya digunakan untuk mengukur dampak dari sebuah strategi perusahaan. Dalam kaitanya dengan strategi perusahaan, suatu perusahaan selalu diarahkan untuk menghasilkan
kineja pasar, antara lain perkembangan volume penjualan, dan keuntungan perusahaan. Untuk mengukur kinerja pasar tersebut para peneliti biasanya menggunakan alat ukur Tobin’s Q. Menurut Fiakas (2005) secara sederhana, Tobin’s Q adalah pengukur kinerja yang membandingkan dua penilaian dari asset yang sama. Tobin’s Q merupakan rasio dari nilai pasar aset perusahaan yang diukur oleh nilai pasar jumlah saham yang beredar dan hutang (enterprise value) terhadap replacement cost dari aset perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Belkaoui dan Karpik (1989) menemukan bahwa adanya pengungkapan kinerja lingkungan berpengaruh positif pada meningkatnya kinerja pasar suatu perusahaan ke depan. Guidry dan Patten (2010) menemukan bahwa perusahaan dengan tingkat kualitas pengungkapan sustainability report yang tinggi memiliki reaksi pasar yang lebih positif dibandingkan kualitas pengungkapan yang rendah. Menurut pemikiran Safitri (2015) Apabila perusahaan memiliki nilai lebih besar dari nilai dasar sebelumnya, maka akan memiliki biaya untuk meningkatkan kembali, dan laba kemungkinan akan didapatkan. Sedangkan menurut Wibowo dan Faradiza (2014) sustainability report merupakan usaha yang dilakukan perusahaan untuk bisa menjaga hubungan yang baik dengan para investor dan tetap menjaga kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut, disamping itu bisa menarik minat dari konsumen dan supplier juga untuk membeli produk dari perusahaan tersebut yang secara tidak langsung bisa membuat kelangsungan hidup perusahaan terutama hal
operasi bisa tetap berjalan dengan baik, bahkan bisa meningkat. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut: H2:Pengungkapan sustainability report berpengaruh positif terhadap kinerja pasar perusahaan. 3. Pengaruh
pengungkapan
Sustainability
Report
terhadap
Nilai
Perusahaan. Nilai Perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap kegiatan yang dilakukan perusahaan. Menurut Utami (2011)
nilai perusahaan
merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar dalam menilai perusahaan secara keseluruhan. Hal ini dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang dibayar oleh calon pembeli jika perusahaan tersebut dijual. Sejati (2014) menambahkan jika nilai perusahaan yang baik diukur dengan kinerja perusahaan dan prospek yang bagus, maka investor pasti bersedia untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dalam konsep diatas, nilai perusahaan dapat di artikan sebagai nilai pasar, karena rasio nilai pasar memberi manajemen kepada suatu indikasi tentang apa yang dipikirkan oleh investor tentang kinerja masa lalu dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang (Indahwati, 2003). Hal tersebut di pertegas lagi oleh Rahayu (2010) bahwa penilaian prestasi terhadap perusahaan dapat terlihat dari kemampuan perusahaan itu sendiri untuk
menghasilkan laba selain itu suatu perusahaan pasti akan berusaha untuk memaksimalkan nilai lebih bagi perusahaannya. Suatu nilai perusahaan dapat tercermin dari harga per lembar saham pada perusahaan tersebut. Jika manajemen
perusahaan memperhatikan prospek perusahaan dimasa yang
akan datang dengan melaporkan sustainability report maka hal tersebut akan direspon baik oleh para investor, yang nantinya mereka akan investasi dananya kepada perusahaan. Nilai perusahaan sangat penting karena mencerminkan kinerja perusahaan yang dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan (Kusumajaya, 2011). Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut: H3:Pengungkapan Sustainability Report berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
C. Model Penelitian Kinerja Keuangan H1 (+) Sustainability Report
H2 (+)
Kinerja Pasar
H3 (+) Nilai Perusahaan Gambar 1.2
Model Penelitian Dasar pijakan teori dari variabel-variabel yang dikaji pada penelitian ini dikelompokkan dalam variabel dependen dan variabel independen Variabel. Dependen pada penelitian ini adalah pengungkapan sustainability report. Sedangkan variabel independennya antara lain kinerja keuangan, kinerja pasar, dan nilai perusahaan. Kelebihan pada model penelitian ini adalah dengan adanya penggunaan tiga variabel dependen. Penelitian menggunakan tiga variabel ini masih jarang digunakan oleh banyak peneliti. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mencoba menggunakan model penelitian tersebut.