BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Corporate Social Responsibility CSR merupakan salah satu dari beberapa tanggungjawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) seperti orang atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh berbagai keputusan,
kebijakan,
maupun
operasi
perusahaan
(Solihin,
2009).
Tanggungjawab sosial dari perusahaan terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customer, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga competitor. Semakin banyak bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungannya, image perusahaan menjadi meningkat. Investor lebih berminat pada perusahaan yang memiliki citra yang baik dimasyarakat, karena semakin baiknya citra perusahaan loyalitas konsumen semakin tinggi sehingga dalam waktu lama penjualan perusahaan akan membaik dan
profitabilitas
perusahaan
juga meningkat.
Jika
perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat. Pelaksanaan CSR dapat terlihat pada laporan keuangan perusahaan, dimana perusahaan yang melaksanakan kegiatan CSR seperti melakukan bakti sosial atau semacamnya akan menampilkan pengeluaran dana CSR dalam laporan keuangan. CSR juga dapat diartikan sebagai bentuk tanggungjawab perusahaan dalam memperbaiki kesenjangan sosial dan
kerusakan
lingkungan yang terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan (Retno & Priantinah, 2012). Kesadaran
perusahaan
akan
betapa
pentingnya
penerapan CSR dilakukan demi memenuhi kebutuhan para stakeholder.
8
Model Peningkatan Return..., Astini cAKRA aMPUH tRIANI
9
Implementasi CSR juga menjadi salah satu prinsip pelaksanaan GCG, sehingga perusahaan yang melaksanakan GCG sudah seharusnya melakukan pelaksanaan CSR. Sebagaimana dijelaskan dalam pedoman umum good corporate governance indonesia khususnya prinsip responsibilitas, di mana pedoman tersebut dinyatakan, perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan
serta
melaksanakan
tanggung
jawab
terhadap
masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. Bedasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut, CSR berlaku untuk semua jenis perusahaan, terutama PT. Adanya undang-undang dan peraturan tentang CSR ternyata belum dapat mengatur pelaksanaan CSR dengan baik. Pada kenyataannya pengungkapan CSR masih dianggap sepele dan dijalankan dengan setengah hati (Solihin Ismail, 2009). Hal ini hanya dapat diwujudkan dengan menumbuhkan kesadaran para pelaku bisnis bahwa CSR merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang dan dampak sosial yang ditimbulkan oleh aktivitas usahanya. Oleh sebab itu, dalam pengungkapan
CSR
ini
diperlukan
prinsip-prinsip
Good
Corporate
Governance (GCG), karena implementasi dari tanggung jawab perusahaan tidaklah terlepas dari penerapan GCG di dalam perusahaan tersebut yang akan mendorong manajemen untuk mengelola perusahaan secara benar termasuk mengimplementasikan tanggungjawab sosialnya (Nasir dan Warisi, 2008).
Model Peningkatan Return..., Astini cAKRA aMPUH tRIANI
10
B. Pengertian Good Corporate Governance Good Corporate Governance merupakan suatu sistem pengelolaan perusahaan yang mencerminkan hubungan yang sinergi antara manajemen dan pemegang saham, kreditor, pemerintah, supplier dan stakeholder lainnya (Khairandy & Malik, 2007). GCG diukur berdasarkan mekanisme internal perusahan yaitu kepemilikan manajerial, dengan adanya kepemilikan manajerial yang diharapkan dapat mengurangi tindakan manajer dalam memanipulasi laba dan dapat lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan. Secara umum istilah “Corporate Governance” (tata kelola perusahaan) berasal dari suatu anologi antara pemerintahan suatu negara atau kota dengan pemerintahan dalam suatu perusahaan. sebagaimana halnya pemerintahan negara yang melibatkan berbagai kelompok dengan berbagai kepentingan berbeda untuk mencapai suatu tujuan, corporate governance juga berkaitan dengan penyelerasan masalah tindakan kolektif yang melibatkan berbagai investor. Corporate Governance juga menyangkut rekonsiliasi berbagai kepentingan yang berbeda-beda dari para pemangku kepentingan. Hal tersebut berarti bahwa tanpa adanya corporate governance yang baik akan terjadi konflik kepentingan yang bisa memberi dampak buruk bagi kinerja perusahaan (Solihin, 2009). Definisi Corporate Governance yang di kemukakan oleh OECD (Organizasion for Ekonomic Cooporation and Development) juga merupakan suatu sistem untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Struktur Corporate Governance menetapkan distribusi hak dan kewajiban di antara berbagai pihak yang terlibat dalam suatu korporasi seperti dewan direksi, para manajer, para pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya (Solihin, 2009).
Model Peningkatan Return..., Astini cAKRA aMPUH tRIANI
11
Menurut Tim Studi Pengkajian Prinsip-Prinsip OECD 2004 (2006: 1011) yang dibentuk oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan terdapat dua teori yang dapat di gunakan untuk menjelaskan konsep corporate governance. Teori pertama adalah stewardship theory, teori ini dibangun atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yang pada hakikatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab. Teori kedua adalah agency theory yang memandang bahwa manajemen perusahan sebagian agen bagi para pemegang saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingan sendiri (self-interst) bukan sebagian pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham sebagaimana diasumsi dalam stewardship theory (Solihin, 2009). Implementasi GCG akan dilaksanakan dengan berhasil jika memiliki sejumlah prinsip. Menurut Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, GCG memiliki prinsip sebagai berikut : 1. Responsibilitas perusahaan harus mamatuhi peraturan perundang-undang serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat. 2. Independensi untuk melacarkan GCG, Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. 3. Kewajaran dan kesetaraan dalam melaksakan kegiatannya, perusahaan harus
senantiasa
memerhatikan
kepentingan
pemegang
sahamdan
pemangku kepentingan lainnya.
Model Peningkatan Return..., Astini cAKRA aMPUH tRIANI
12
4. Transparansi
untuk
menjaga
objektivitas
dalam
menjalankan
bisnis,perusahaan harus menyediakan informasi relavan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. 5. Akuntabilitas perusahaan harus bertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan
kepentingan
pemegang
saham
dan
pemangku
kepentingan lain.
C. Pengertian Return Saham Saham perusahaan go public sebagai komoditi investasi tergolong berisiko tinggi. Karena sifatnya yang peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik oleh pengaruh yang bersumber dari luar atau dalam negeri, perubahan dalam bidang politik, ekonomi moneter, Undang-Undang atau peraturan
maupun
perubahan
yang terjadi
dalam
industri
dan
perusahaan yang mengeluarkan saham itu sendiri. Sehingga investor dalam melakukan pembelian saham memerlukan pemikiran berdasarkan data-data dari perusahaan yang bersangkutan. Return saham merupakan kelebihan harga jual saham diatas harga belinya. Semakin tinggi harga jual saham di atas harga belinya, maka semakin tinggi pula return yang diperoleh investor. Apabila seorang investor menginginkan return yang tinggi maka ia harus bersedia menanggung risiko lebih tinggi, demikian pula sebaliknya bila menginginkan return rendah maka risiko yang akan ditanggung juga rendah (Arista & Astohar, 2012).
Model Peningkatan Return..., Astini cAKRA aMPUH tRIANI
13
Harga saham yang meningkat menggambarkan bahwa nilai perusahaan meningkat atau prestasi manajemen dalam mengelola usahanya sangatlah baik. Peningkatan prestasi manajemen dapat dicapai bila penggunaan modal yang dimiliki secara efektif dan efisien, hasil yang optimal akan dicapai
dengan
menggunakan keseluruhan
modal
perusahaan
yang
diinvestasikan dalam aktiva untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Bagi pemegang saham, faktor fundamental memberikan gambaran yang jelas dan bersifat analisis terhadap prestasi manajemen perusahaan dalam mengelola
perusahaan
fundamental
yang
merupakan
analisis
menjadi tanggungjawabnya. Analisis yang
digunakan
untuk
mencoba
memprediksi harga saham diwaktu yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang berpengaruh terhadap harga saham dan menerapkan hubungan variable-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Model ini dikenal sebagai share price forecasting model. Dalam
model
penelitian
ini,
langkah yang
penting
adalah
mengidentifikasi faktor-faktor fundamental (seperti penjualan, biaya, laba, pertumbuhan, kebijakan deviden dan lain-lain) yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap harga saham. Jika kemampuan perusahaan semakin meningkat (menghasilkan laba yang meningkat) maka harga saham akan meningkat. Dengan kata lain profitabilitas akan mempengaruhi harga saham (Martono, 2009; dalam Arista & Astohar, 2012).
Model Peningkatan Return..., Astini cAKRA aMPUH tRIANI
14
D. Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah suatu indikator untuk menilai kondisi keuangan perusahaan yang diukur menggunakan rasio profitabilitas atau kemampuan menghasilan laba, rasio aktivitas atau aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya dan rasio pertumbuhan atau pertumbuhan perusahaan dari tahun ke tahun. Rasio yang dipakai untuk mengukur profitabilitas adalah Return on Equity (ROE) yang merupakan ukuran tingkat kemampuan investor
yang
perusahaan
untuk
mengembalikan modal
diinvestasikan pada perusahaannya dengan rumus laba
sebelum pajak dibagi modal inti (Aryani, 2012). Rasio yang dipakai untuk mengukur rasio aktivitas adalah Total Aset Turn Over yang merupakan perputran total aktiva yang diukur dari volume penjualan dibagi total asset, semakin tinggi rasio ini semakin baik (Harahap, 2011). Rasio yang dipakai untuk mengukur rasio pertumbuhan adalah Earning Per Share (EPS) yang merupakan kemampuan perusahaan meningkatkan EPS dari tahun lalu yang diukur dari EPS tahun lalu dikurangkan EPS tahun ini lalu dibagi EPS pada tahun lalu. Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban. Pengakuan dan pengukuran penghasilan dan beban, dan karenanya juga penghasilan bersih (laba) tergantung sebagian pada konsep modal dan pemeliharaan modal yang digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan. Penghasilan dan beban dapat disajikan dalam laporan laba rugi dengan beberapa cara yang berbeda demi untuk menyediakan informasi yang relavan untuk pengambilan
Model Peningkatan Return..., Astini cAKRA aMPUH tRIANI
15
keputusan ekonomi (Harmono, 2009). Posisi kinerja keuangan dalam penelitian ini adalah sebagai mediasi atau variabel antara, dimana kinerja keuangan memiliki pengaruh positif terhadap CSR, GCG dan return saham. Jika perusahaan melaksanakan CSR dan GCG maka kinerja perusahaan akan meningkat karena menarik para investor dan dengan begitu return saham juga akan meningkat sehingga menhasilkan kinerja keuangan yang baik.
E. Kerangka Pemikiran CSR merupakan salah satu bukti bahwa perusahaan tidak hanya berorientasi pada kepentingan shareholders dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, namun juga pada kepentingan stakeholders. Pemikiran ini sejalan dengan stakeholder theory yang dikemukakan oleh R. Edward Freeman yang menjelaskan bahwa pengungkapan tanggungjawab social oleh perusahaan dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi keinginan stakeholders. Semakin baik kinerja suatu perusahaan maka akan semakin menarik minat investor karena keuntungan atau return yang diharapkan juga akan semakin besar. Bagi perusahaan yang menerapkan CSR dimana CSR yang sudah menjadi suatu kewajiban dalam Undang-Undang akan mendorong peningkatan pada kinerja keuangan perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Jadi dapat dikatakan dengan adanya penerapan CSR dalam suatu perusahaan akan menimbulkan terjadinya peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Peningkatan kinerja keuangan akan memperoleh respon positif dari pasar sehingga mampu meningkatkan nilai perusahaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap kinerja lingkungan (Sindhudiptha & Yasa 2013).
Model Peningkatan Return..., Astini cAKRA aMPUH tRIANI
16
CSR juga menjadi salah satu prinsip pelaksanaan GCG yaitu prinsip responsibilitas, di mana dalam prinsip tersebut dinyatakan “perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggungjawab terhadap
masyarakat
dan
lingkungan
sehingga
dapat
terpelihara
kesinambungan usaha dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen” (Solihin 2008). Implementasi CSR juga menjadi salah satu prinsip pelaksanaan GCG sehingga perusahaan yang melaksanakan GCG sudah seharusnya melaksanakan CSR. Good Corporate Governance merupakan suatu sistem pengelolaan perusahaan yang mencerminkan hubungan yang sinergi antara manajemen dan pemegang saham, kreditor, pemerintah, supplier dan stakeholder lainnya (Khairandy & Malik, 2007). GCG diukur berdasarkan mekanisme internal perusahan yaitu kepemilikan manajerial. Sistem corporate governance memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin akan memperoleh return atas investasinya dengan benar (Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), 2003; dalam Tjondro & Wilopo, 2011). Semakin baik penerapan GCG, maka semakin tinggi return sahamnya. Peningkatan atau penurunan perolehan return saham para investor ditentukan oleh kinerja keuangan perusahaan yang diproyeksikan dalam
laporan
keuangan
perusahaan. Karena setiap perusahaan akan
berusaha meningkatkan kinerja keuangannya, karena berharap dengan kinerja keuangan yang baik maka nilai perusahaan akan meningkat sehingga akan diminati oleh investor (Aryani, 2012; dalam Sindhudiptha & Yasa, 2013).
Model Peningkatan Return..., Astini cAKRA aMPUH tRIANI
17
Berdasarkan penelitian terdahulu dalam Eviatiwi (2010), Pranata (2007) menemukan pengaruh positif signifikan antara GCG terhadap kinerja keuangan dan kinerja pasar perusahaan. Sementara itu, Wardani (2008) tidak menemukan pengaruh GCG terhadap kinerja keuangan maupun kinerja pasar. Penerapan GCG dalam perusahaan dapat mendorong pelaksanaan dan pengungkapan CSR (Solihin, 2008). Hal ini mengindikasikan bahwa GCG mempunyai pengaruh terhadap CSR. Beberapa studi telah dilakukan untuk menganalisis pengaruh CSR terhadap return saham maupun kinerja keuangan. Dahli (2008) tidak menemukan pengaruh signifikan CSR terhadap return saham tetapi menemukan pengaruh positif signifikan CSR terhadap kinerja keuangan. Sayekti (2007) menemukan pengaruh positif signifikan CSR terhadap return saham. Sedangkan Monika (2008) dan Fauzi (2007) tidak menemukan pengaruh signifikan
CSR
terhadap
kinerja
keuangan.
Kaitannya dengan pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham, Taufik (2007) menemukan bahwa secara signifikan semakin tinggi nilai kinerja keuangan, maka semakin tinggi return saham yang dinikmati oleh para pemegang saham. Sedangkan
Hakim
(2006)
tidak
menemukan
pengaruh signifikan kinerja keuangan terhadap return saham. Setelah dilakukan telaah pustaka yang mendasari perumusan masalah yang diajukan selanjutnya dibentuk sebuah kerangka pemikiran teoritis yang akan digunakan sebagai acuan untuk pemecahan masalah. Kerangka pemikiran yang dibangun ditampilkan pada gambar sebagai berikut :
Model Peningkatan Return..., Astini cAKRA aMPUH tRIANI
18
H4
CSR
H1 H6
H3
Kinerja Keuangan
Return Saham
H7
GCG
H2
H5
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran F. Hipotesis Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, dan didasari oleh landasan teori yang telah diuraikan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 = CSR berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. H2 = GCG berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. H3 = Kinerja keuangan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan. H4 = CSR berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan. H5 = GCG berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan. H6 = CSR secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap return saham melalui kinerja keuangan perusahaan. H7 = GCG secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan melalui kinerja keuangan perusahaan.
Model Peningkatan Return..., Astini cAKRA aMPUH tRIANI