BAB II RONA WILAYAH PESISIR
2.1 Geo-Administrasi Secara administratif Kelurahan Lasiana terletak di wilayah Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Utara
: Teluk Kupang
Selatan
: Kelurahan Penfui Timur
Timur
: Kelurahan Tarus (Kabupaten Kupang)
Barat
: Kelurahan Oesapa
Secara geografis Kelurahan Lasiana termasuk wilayah pesisir, daratan, dan berbukitbukit dengan ketinggian dari permukaan laut ± 150 meter. Iklim kering yang dipengaruhi oleh musim angin muson dengan musim hujan pendek, sekitar bulan November-Maret dengan rata-rata udara berkisar antara 22,270C - 31,950C, sedangkan musim kering sekitar bulan April-Oktober dengan suhu udara 29,10C – 33,40C. Luas wilayah Kelurahan Lasiana 542,45 Ha yang terdiri dari wilayah pesisir, daratan dan berbukit-bukit. Jarak Kelurahan Lasiana dengan Pusat Pemerintah Kecamatan adalah 6 Km, jarak dari Kelurahan ke Pusat Pemerintah Kota Kupang 6 Km dan jarak dari Kelurahan ke Pusat Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur 10 km. Kondisi batimetri perairan di Kelurahan Lasiana cenderung landai. Pada jarak 100 m dari garis pantai, kedalaman dasar laut sebesar 1 meter. Pada jarak sampai 1 km dari garis pantai, kedalaman perairan hanya 14 meter. Suhu perairan pesisir berada pada kisaran umum suhu perairan tropis (28,40C). Tidak ada pencemaran termal di Kelurahan Lasiana. Sedangkan salinitas laut di pesisir Kelurahan Lasiana menunjukkan ciri khas perairan laut (340/00). Pengukuran yang dilakukan pada akhir Bulan September dimana pada saat tersebut Kelurahan Lasiana sedang mengalami musim kemarau menyebabkan pengaruh air tawar sangat rendah terhadap laut. Akibatnya salinitas perairan pesisir cenderung tinggi.
IX-13
Kecerahan perairan laut di pesisir Kelurahan Lasiana pada jarak sekitar 100-200 meter dari garis pantai umumnya rendah (1 m). Rendahnya tingkat kecerahan ini karena keping sechi masih terlihat sampai dasar perairan. Nilai kekeruhan (27,91 NTU) di Kelurahan Lasiana telah melampaui ambang batas baku mutu kualitas air laut bagi organisme. Namun nilai kekeruhan tersebut tidak mencerminkan adanya pencemaran, melainkan merupakan karakteristik perairan setempat yang cenderung dangkal, landai bahkan datar, dan terbuka. Indikator belum terjadinya pencemaran dilihat dari sisi kekeruhan adalah dengan rendahnya nilai kekeruhan pada perairan yang berjarak 1 km dari garis pantai (0,73 NTU). Sebagaimana nilai kekeruhan, pada nilai partikel padatan terlarut (Total Suspended Solid/TSS) sebesar 66,3 mg/l menunjukkan bahwa kondisi perairan pesisir pada Kelurahan Lasiana sudah tidak layak dalam mendukung kehidupan beragam biota perairan berdasarkan Kep.Men.LH No.51/2004 untuk wisata bahari dan biota air laut. Nilai TSS di bawah 20 mg/l menunjukkan perairan yang masih baik untuk mendukung beragam kehidupan biota air laut. Nilai pH di Kelurahan Lasiana menunjukkan ciri khas perairan laut karena nilai pH mencapai 8,36. Untuk konsentrasi oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) di perairan pesisir Kelurahan Lasiana menunjukkan kondisi perairan yang masih baik (9,92 mg/l). Syarat perairan laut yang layak bagi kehidupan organisme harus memiliki nilai oksigen terlarut minimal 5 mg/l Batas baku mutu perairan laut yang layak bagi kehidupan organisme laut dilihat dari sisi hara berdasarkan Kep.Men.LH No.51/2004 untuk wisata bahari dan biota air laut yaitu maksimum 0,008 mg/l untuk nitrat, 0,3 mg/l untuk amonia, dan 0,015 mg/l untuk fosfat. Pada Kelurahan Lasiana konsentrasi nitrat sebesar 0,004 mg/l, amoniak 1,030 mg/l, dan orthofosfat 0,067 mg/l. Dilihat dari sisi konsentrasi amoniak dan orthofosfat, Kelurahan Lasiana telah mengalami pencemaran perairan. Klorin merupakan salah satu bahan dasar yang digunakan sebagai desinfektan dan pemutih pakaian. Meskipun pemakaian klorin memberikan dampak yang baik sebagi desinfektan dan pemutih pakaian, namun konsentrasi klorin yang berlebih dapat memberi efek toksik, malformasi, bahkan lethal (mematikan) terhadap organisme lain yang bukan
IX-14
sasaran, seperti ikan dan organisme bentik. Beberapa penelitian menunjukkan efek mematikan dari keberadaan klorin bagi mikroorganisme dari 0,25 mg/l, 1,5 mg/l, dan 0,750,90 mg/l pada suhu lebih tinggi dari 25-300C(GESAMP, 1984). Nilai klorin yang masih cukup rendah di perairan pesisir Kelurahan Lasiana sebesar 0,09 mg/l untuk Cl total dan 0,14 mg/l untuk Cl bebas menunjukkan masih rendahnya pemakaian berbagai merek cairan pemutih pakaian berbahan dasar klorin. 2.2 Kondisi Sosial Budaya 2.2.1 Kependudukan Penduduk Kelurahan Lasiana terdiri dari beragam suku/etnis yakni: Timor, Rote, Sabu, Sumba, Alor, Belu, Flores, Bugis, dan suku lainnya yang terpencar dalam 38 RT dan 11 RW. Jumlah penduduk sebanyak 11.667 jiwa yang terdiri dari: WNI : - Laki – laki
: 4.890 jiwa
- Perempuan WNA : - Laki – laki - Perempuan
: 6.773 jiwa :
4 jiwa
:
- jiwa
Jumlah Kepala Keluarga : 1.515 KK Data jumlah penduduk menurut Kelompok Umur, Profesi/Mata Pencaharian, Tingkat Pendidikan, dapat dilihat pada Tabel 9.2.1.
Tabel 9.2.1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Kelompok Umur (Tahun) 0–5 6 – 10 11 – 15 16 – 20 21 – 25 26 – 30 31 – 35 36 – 40 41 – 45
Laki-laki 747 296 511 547 385 598 516 666 390
Jumlah Penduduk Perempuan 591 283 451 485 468 456 438 567 553
Jumlah 1.338 579 962 1.032 853 1.054 954 1.233 943
IX-15
Jumlah Penduduk Perempuan 525 299 253 205 5.557
Kelompok Umur (Tahun)
Laki-laki 46 – 50 400 51 – 55 433 56 – 60 345 60 ke atas 276 Jumlah 6.110 Sumber: Laporan Lurah Lasiana, 2014.
Jumlah 925 732 580 481 11.667
Pada Tabel 9.2.1 dan Gambar 9.2.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak adalah pada usia 0-5 tahun yaitu sebanyak 1.338 jiwa, sedangkan pada kelompok umur 36-40 tahun dan 26- 30 tahun merupakan jumlah penduduk terbanyak kedua dan ketiga dengan jumlah penduduk sebanyak 1.233 jiwa, dan 1.054 jiwa. Pada kelompok usia ini merupakan kelompok usia produktif. 800 700 600 500 400 300
747 591 511 451
547 485
598 468 385
456
516 438
666 567
553 390
525 400
laki-laki 433 299
296 283
perempuan 345 253 276 205
200 100 0 0 – 5 6 – 10 11 – 16 – 21 – 26 – 31 – 36 – 41 – 46 – 51 – 56 – 60 ke 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 atas
Umur
Gambar 9.2.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Tabel 9.2.2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Belum Sekolah TK SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi
Laki-laki 648 410 484 585 670 680
Jumlah Penduduk Perempuan 615 390 441 449 601 526
Jumlah 1.263 800 925 1.034 1.271 1.206
IX-16
Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Buta Huruf 56 50 Lain – lain 2.455 2.607 Total 5.988 5.679 Sumber: Laporan Lurah Lasiana, 2014. Tingkat Pendidikan
Jumlah 106 5.062 11.667
Pendidikan formal penduduk Kelurahan Lasiana didominasi oleh penduduk dengan pendidikan pada level Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/SLTA berjumlah (1.271), sedangkan pendidikan terendah yaitu pada level Sekolah Dasar (925 orang).
2.2.2 Budaya Nama Lasiana dan asal usulnya, terdapat dua versi. Versi pertama, menyatakan bahwa Lasiana berasal dari bahasa Dawan (Timor) yakni suku kata Lasi (= perkara/pertikaian) dan Ana (= kecil). Konon pada suatu ketika orang-orang Maluku datang mencari nafkah. Beberapa diantaranya selalu menetap dalam waktu yang relatif lama di pesisir pantai. Orang-orang dari suku Timor (Dawan) kemudian mencurigai bahwa para pendatang ingin menguasai daerah sepanjang pantai.
Kecurigaan ini ditindak lanjuti dengan membuat
keonaran-keonaran dan pertikaian kecil. Dalam pertikaian tersebut, orang Timor mengalami kekalahan dan kembali ke tempat pemukimannya di pinggiran bukit dan pedalaman Timor. Tempat pertikaian (kecil) tersebut, oleh orang Dawan (Timor) menyebutnya sebagai Lasiana, yang selanjutnya digunakan hingga sekarang. Pada masa selanjutnya, datang orang Rote dan ingin menguasai Lasiana. Terjadilah perang antara orang Maluku dan orang Rote. Orang Maluku merasa tidak mungkin menang dalam perang tersebut, maka mereka mengalah dan mundur ke lokasi yang kemudian di kenal dengan nama Nunsui. Sejak diberi nama Lasiana (tidak diketahui waktunya) hingga tahun 1935, Lasiana menjadi satu wilayah ketemukungan yang dipimpin oleh seorang Temukung Wanita bernama Maria Tuka. Versi kedua, menyatakan bahwa pada satu ketika datanglah orang Rote ke Pulau Timor. Terjadilah perang antara orang Rote dan orang Timor yang disebut sebagai perang Kauniki.
IX-17
Pasukan orang Rote dipimpin oleh Meo Endah dan pasukan orang Timor dipimpin oleh Fettor Am (a) Abi. Perang berlangsung cukup lama, dan akhirnya dimenangkan oleh orang Rote. Orang Timor dipaksa keluar dari lokasi sengketa. Dalam perjalanan mundur dari lokasi perang, orang Timor beristirahat dan menganggap sengketa tersebut sebagai Lasiana yang berarti perkara kecil. Kelurahan Lasiana juga merupakan kelurahan yang keragaman penduduknya tinggi. Hal ini disebabkan karena terdapat 4 Perguruan Tinggi yang berlokasi di wilayah Kelurahan ini. Akibat keragaman penduduk dan banyaknya migrasi penduduk yang masuk dan keluar wilayah kelurahan ini, maka Kelurahan Lasiana merupakan kelurahan yang sangat rentan dengan konflik sosial antar warga seperti tawuran, kriminal, pencurian, dan sebagainya. Perbedaan etnis, budaya, dan tingkat sosial pada masyarakat Kelurahan Lasiana, dapat menjadi sumber potensi terjadinya konflik-konflik sosial antar warga. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan masalah-masalah antara warga masyarakat dan Pemerintah berupa rembug kelurahan dan rembug antar warga untuk mencari solusi atau jalan keluar dari setiap permasalahan. Selain membicarakan dan menyelesaikan masalah-masalah konflik sosial budaya, rembug warga ini juga membicarakan masalah-masalah umum kemasyarakatan seperti kesehatan, pendidikan, dan masalah- masalah kemasyarakatan lainnya. 2.3 Aktivitas Ekonomi Masyarakat Mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Lasiana sangat beragam, berjumlah 15 jenis mata pencaharian dan melibatkan 5742 orang. Secara lengkap jumlah penduduk Kelurahan Lasiana menurut pekerjaan disajikan dalam Tabel 9.2.3.
Tabel 9.2.3. Jumlah Penduduk menurut Pekerjaan/Profesi/Mata Pencaharian Mata Pencaharian PNS TNI Polri PNS TNI
Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan 597 450 8 20 5 8 7
Jumlah 1.047 8 25 15
IX-18
Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan PNS Polri 10 5 Guru 110 150 Dosen 58 11 Dokter 1 1 Mantri / Bidan 2 7 Petani 35 10 Nelayan 60 Pengemudi / Sopir 13 Montir 50 1 Pedagang / Swasta 877 517 Pensiunan PNS 69 50 Pensiunan TNI 5 Pensiunan Polri 10 Lain-lain 320 530 Sumber: Laporan Kelurahan Lasiana, 2014. Mata Pencaharian
Jumlah 15 260 69 2 9 45 60 65 51 1.394 119 5 10 969
Dari total jumlah penduduk Kelurahan Lasiana sebanyak 11.667, hanya sejumlah 60 jiwa yang tercatat sebagai nelayan dan atau pengumpul atau pedagang hasil-hasil perikanan, umumnya penduduk Kelurahan Lasiana berprofesi sebagai Pedagang/swasta yaitu sebanyak 1.394 orang dan Pengawai Negeri Sipil 1.047 orang Aktivitas niaga di Kelurahan Lasiana tergolong biasa-biasa saja. Yang paling menonjol adalah aktivitas niaga di pantai wisata yang berlangsung setiap hari, tetapi yang paling ramai pada hari minggu dan hari libur. Potensi ekonomi masyarakat lainnya adalah peternakan. Jumlak KK pemilik ternak sebanyak 1.209. Populasi ternak di Kelurahan Lasiana dapat dilihat pada Tabel 9.2.4.
Tabel 9.2.4. Jenis Ternak dan Populasinya di Kelurahan Lasiana, 2013 No 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Ternak Kerbau Kuda Sapi Babi Kambing
Populasi (ekor) 5 12 760 971 253
IX-19
No Jenis Ternak 6. Ayam 7. Itik Sumber: Profil Kelurahan Lasiana, 2013
Populasi (ekor) 524 123
Untuk pengembangan ekonomi rakyat, pada tahun 2004 ini pemerintah Kota Kupang membantu 32 kelompok usaha bersama, pada bidang usaha koperasi dan UKM (2 KUB), pertanian (1 KUB), pemberdayaan masyarakat (3 KUB), perindustrian (18 KUB), dan kegiatan ekonomi lainnya (8 KUB). 2.4 Potensi Sumberdaya Alam dan Jasa Lingkungan
2.4.1 Ekosistem Mangrove Jenis mangrove yang ditemukan pada Pesisir Pantai Lasiana terdiri dari 2 jenis yaitu Avicennia marina dan Lumnitzera racemosa. Kerapatan jenis tertinggi Lumnitzera racemosa 195,22 pohon/hasementara Avicennia marina dengan nilai 44,78 pohon/ha (Gambar 9.2.2). Hal ini menunjukan bahwa Lumnitzera racemosa merupakan jenis mangrove yang paling padat di lokasi penelitian. Lumnitzera racemosa adalah jenis mangrove yang pada umumnya menempati daerah dengan substrat tanah berlumpur dan daerah tepi pantai (antara pantai dan pantai tergenang) dengan substrat berpasir. Selain itu Lumnitzera racemosa juga mampu hidup pada daerah yang berlumpur halus (lumpur berpasir) dimana lumpur yang dihasilkan merupakan hasil sedimentasi dari tumbuhan mangrove. Dengan demikian maka jenis Lumnitzera racemosa merupakan salah satu jenis mangrove yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang memiliki substrat yang berbeda. Sedangkan pada jenis Avicennia marina, merupakan jenis mangrove yang sedikit ditemukan pada lokasi penelitian. Hal ini dikarenakan jenis Avicennia marina dapat tumbuh dengan baik apabila kondisi lingkungan mendukung kelangsungan hidupnya, sementara substrat di ekosistem mangrove Lasiana didominasi lumpuran, dimana Avicennia marina lebih menyukai substrat berpasir. Indeks Nilai Penting (INP) merupakan suatu pendekatan nilai penguasaan ekologis dari suatu jenis terhadap komunitasnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 2 jenis mangrove yang ditemukan di Kelurahan Lasiana, jenis denganINP tertinggi yaitu Lumnitzera
IX-20
racemosasebesar 350,00%, sementara nilai INP terendah pada jenis Avicennia marina dengan nilai 24,44%. Dengan nilai INP yang besar menunjukkan bahwa Lumnitzera racemosa memberikan pengaruh yang besar terhadap keseluruhan komunitas mangrove di Kelurahan Lasiana. Jenis ini dapat dikategorikan sebagai jenis yang melimpah setempat atau mampu tumbuh di lokasi tertentu karena proses suksesi yang kurang baik. Sementara jenis Avicennia marina dengan nilai INP yang rendah, menurut Noor (1999) jenis ini lebih menyukai daerah berpasir dan genangan air secara periodik. Hasil kajian Bessie (2013), di Pesisir Pantai Lasiana juga ditumbuhi jenis Rhyzohpora apiculata dengan nilai kerapatan jenis 35 pohon/ha, namun dalam kajian ini tidak tersampling jenis Rhyzohpora apiculata dan hanya ditemukan koleksi bebas 3 pohon.
Kerapatan dan INP Mangrove Lasiana 400,00
350,00
350,00 300,00 Nilai
250,00
195,22
200,00
Indeks Nilai Penting (%)
150,00
Kerapatan Pohon (pohon/ha)
100,00
44,78
50,00
24,44
0,00 Avicennia marina
Lumnitzera racemosa
Gambar 9.2.2. Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Mangrove di Kelurahan Lasiana
2.4.2 Ekosistem Terumbu Karang Ekosistem terumbu karang tidak ditemukan di Perairan Lasiana. 2.4.3 Ekosistem Lamun Ekosistem lamun tidak ditemukan di Perairan Lasiana.
IX-21
BAB III PERENCANAAN PENGELOLAAN 3.1 Isu-isu Prioritas Pengelolaan Pesisir dan Laut Aspek SDA dan Lingkungan Pesisir dan Laut a. Pengambilan pasir di pantai b. Sampah yang berserakan tidak pada tempatnya c. Penebangan pohon d. Penangkapan penyu Aspek Sosial-Budaya a. Tanah-tanah di wilayah pesisir Kelurahan Lasiana masih banyak yang belum memiliki sertifikat dan atau belum jelas hak kepemilikannya (pemerintah atau perorangan) b. Lahan di pesisir pantai masih diklaim oleh warga sebagai hak milik Aspek Sosial-Ekonomi a. Lahan di pesisir pantai masih diklaim oleh warga sebagai hak milik b. Kesadaran warga untuk menjaga kebersihan pantai masih kurang c. Masih banyak warga yang kurang mampu mengelola sumber daya yang ada Aspek Kelembagaan a. Penambahan multifungsi untuk VWG dan Pokwasmas. b. Kota Kupang telah memiliki Koperasi Bahari Sejahtera. Keterlibatan masyarakat pesisir dalam aktivitas koperasi tersebut sangat penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir 3.2 Strategi Pengelolaan Aspek SDA dan Lingkungan Tujuan: a. Menambah wawasan masyarakat tentang pengelolaan wilayah pesisir yang baik
IX-22
b. Mengoptimalkan pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pesisir c. Menghasilkan hukum adat sebagai efek jera bagi masyarakat yang melanggar d. Melindungi dan menjaga kelestarian hewan-hewan yang dilindungi serta menjadikan potensi tersebut sebagai lokasi ekowisata e. Melindungi satwa penyu dari penurunan jumlah populasi bahkan sampai kepunahan Strategi: a. Perlu adanya sosialisasi wilayah pesisir secara rutin kepada masyarakat b. Meningkatkan program penanganan sampah di wilayah pesisir c. Penambahan kelompok pengawasan d. Perlu dibentuk kesepakatan adat agar denda bagi yang melanggar e. Penangkaran hewan-hewan untuk potensi ekowisata f. Mengadakan program kampanye-kampanye melindungi biota laut khususnya penyu Indikator: a. Meningkatnya pengawasan terhadap pengambilan pasir di wilayah pesisir b. Semakin bersihnya kawasan pesisir dari sampah c. Semakin baiknya penanganan sampah di wilayah pesisir d. Lahirnya hukum adat tentang pengelolaan wilayah pesisir serta sanksinya e. Menurunnya tingkat penangkapan penyu oleh nelayan
Aspek Sosial-Budaya Tujuan: a. Memberi kepastian kepemilikan lahan/tanah bagi masyarakat b. Menghindari klaim-klaim kepemilikian tanah, yang menjadikan sempitnya ruang gerak aktivitas masyarakat pesisir Strategi: a. Membantu pembuatan sertifikat tanah milik masyarakat pesisir di Kelurahan Lasiana, sehingga kepemilikan tanah menjadi jelas b. Sosialisasi tata batas dan kepemilikan lahan
IX-23
c. Penataan kembali kawasan pemukiman pesisir Indikator: a. Semakin mudahnya pengurusan sertifikat tanah bagi masyarakat di wilayah pesisir b. Semakin luasnya ruang gerak aktivitas bagi masyarakat pesisir dalam mengelola wilayah pesisir c. Ada papan informasi tentang kepemilikan tanah khusus tanah milik pemerintah Aspek Sosial-Ekonomi Tujuan: a. Menghindari konflik kepemilikan tanah di Kelurahan Lasiana b. Pemanfaatan ruang publik yang sesuai peruntukannya c. Menambah wawasan masyarakat tentang kebersihan wilayah pesisir d. Menambah wawasan masyarakat tentang cara pengelolaan wilayah pesisir yang baik serta dapat menambah pendapat masyarakat, khususnya masyarakat wilayah pesisir Strategi: a. Penetapan batas-batas wilayah pesisir sebagai daerah ruang publik b. Perlunya bimbingan, penyuluhan dan kampanye tentang pentingnya kebersihan pantai c. Peningkatan kualitas SDM, melalui pendidikan dan pelatihan yang kontinyu Indikator: a. Papan informasi tentang kepemilikan tanah milik pemerintah b. Semakin bersihnya kawasan pesisir c. Semakin
bertambahnya
wawasan
masyarakat
pesisir
untuk
meningkatkan
keterampilan masyarakat di wilayah pesisir Aspek Kelembagaan Tujuan: a. Optimalisasi tugas pokok dan fungsi VWG dan Pokwasmas serta lembaga lain yang terkait
IX-24
b. Memfasilitasi lembaga simpan pinjam bagi masyarakat pesisir
Strategi: a. Harus ada aturan yang mengikat, sehingga membuat orang jera dan aturan tersebut dibuat oleh VWG dan Pokwasmas dan disahkan oleh pemerintah setempat b. Harus ada identitas yang jelas dari pihak keamanan (polisi) c. Memperkuat kelompok yang sudah ada yakni VWG dan Pokwasmas d. Sosialisasi tugas pokok dan fungsi VWG dan Pokwasmas e. Melibatkan masyarakat pesisir dalam Koperasi Bahari Sejahtera di Kota Kupang
Indikator: a.
Semakin meningkatnya kinerja, tugas dan fungsi VWG dan Pokwasmas
b. Adanya koordinasi VWG dan Pokwasmas dengan Instansi-instansi lain yang terkait c.
Bertambahnya keterlibatan masyarakat pesisir dalam kegiatan Koperasi Bahari Sejahtera di Kota Kupang
IX-25
3.3 Rencana Aksi Tabel 9.2. 5.Tabulasi Isu, Program dan Kegiatan Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Pesisir dan Laut di Kelurahan Lasiana Issue Prioritas
Program
Kegiatan
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan (tahun) 20 20 20 20 20 16 17 18 19 20
Pembiayaan
Aspek SDA dan Lingkungan
a. Pengambilan pasir di a. Penataan pantai dan a. pantai hutan pantai b. Sampah yang b. Penyadaran berserakan tidak pada masyarakat tentang b. tempatnya satwa langka dan c. Penebangan pohon terancam punah c. d. Penangkapan penyu
Perlu adanya sosialisasi wilayah pesisir secara rutin kepada masyarakat Penambahan kelompok pengawasan masyarakat Perlu dibentuk hukum adat agar denda bagi yang melanggar d. Penangkaran hewanhewan untuk potensi ekowisata e. Mengadakan program kampanye-kampanye melindungi biota laut khususnya penyu
√
√
DKP Provinsi, DKP Kota, CCDP-IFAD, Lembaga Adat
√
√
√
√
APBD, APBN, dan Dana Hibah
√
√ √
√
√
√
√
√
√
√
Aspek Sosial-Budaya
a. Tanah-tanah di wilayah a. Penetapan lahan a. Membantu pembuatan DKP pesisir Kelurahan sesuai kepemilikan, sertifikat tanah milik Provinsi, Lasiana masih banyak fungsi dan masyarakat pesisir di DKP Kota, yang belum memiliki peruntukannya Kelurahan Lasiana, CCDP-IFAD, sertifikat dan atau sehingga kepemilikan Lembaga belum jelas hak tanah menjadi jelas Adat, Badan kepemilikannya b. Sosialisasi tata batas Pertanahan
√
APBD, APBN, dan Dana Hibah
IX-26
Issue Prioritas
(pemerintah atau perorangan). b. Lahan di pesisir pantai masih diklaim oleh warga sebagai hak milik
Program
Kegiatan
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan (tahun) 20 20 20 20 20 16 17 18 19 20
dan kepemilikan lahan c. Penataan kembali kawasan pemukiman pesisir
Nasional
√
Pembiayaan
√
Aspek Sosial-Ekonomi
a. Kesadaran warga untuk a. Penyadaran a. Sosialisasi tentang menjaga kebersihan masyarakat tentang kebersihan pantai dan pantai masih kurang kebersihan pantai sempadan pantai b. Masih banyak warga dan Sempadan b. Pelatihan mata yang kurang mampu pantai pencaharian alternatif mengelola sumber b. Peningkatan taraf seperti daur ulang daya yang ada hidup masyarakat sampah dan pembuatan setempat makanan berbahan dasar produk perikanan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
DKP Provinsi, DKP Kota, CCDP-IFAD, PT.
√
√
APBD, APBN, dan Dana Hibah
Aspek Kelembagaan
a. Belum optimal VWG dan a. Penambahan a. Pembuatan peraturan Pokwasmas multifungsi bagi desa tentang b. Keberadaan koperasi VWG dan pengelolaan wilayah Bahari Sejahtera di Kota Pokwasmas pantai Kupang b. Pelibatan b. Memperkuat kelompok masyarakat pesisir yang sudah ada yakni sebagai anggota VWG dan Pokwasmas koperasi Bahari c. Sosialisasi tugas pokok Sejahtera dan fungsi VWG dan Pokwasmas d. Perekrutan masyarakat pesisir menjadi anggota
DKP Provinsi, DKP Kota, CCDP-IFAD, PT., Kepolisian
√
√
√
APBD, APBN, dan Dana Hibah
√
√
IX-27
Issue Prioritas
Program
Kegiatan
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan (tahun) 20 20 20 20 20 16 17 18 19 20
Pembiayaan
Koperasi Bahari Sejahtera Kota Kupang
IX-28
3.4 Rencana Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi dari pelaksanaan rencana pengelolaan ini dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah kelurahan untuk menilai kegiatan dan hasil capaian dari setiap kegiatan. Proses dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini telah diintegrasikan dalam dokumen rencana pembangunan dan pengelolaan. Review tahunan dilaksanakan oleh masyarakat dengan atau tanpa bantuan atau dukungan pemerintah setempat, dan dilaksanakan sebelum siklus pendanaan tahun anggaran berikutnya dimulai sebagai masukan bagi rencana kegiatan tahunan berikutnya. Berdasarkan rencana pengelolaan ini maka akan dibuat rencana aksi tahunan oleh badan pengelola dimana penentuan prioritas kegiatan dan rencananya ditetapkan dan disetujui oleh masyarakat desa secara transparan dan terbuka yang dikoordinasi oleh badan pengelola, sedangkan petunjuk, kebijakan dan bantuan teknis serta dananya diperoleh dari pemerintah daerah (dinas dan instansi yang berkepentingan), APBD/APBN langsung, LSM, perguruan tinggi dan donatur, serta dari pendapatan dan usaha yang sah dari desa maupun lewat swadaya masyarakat. Dalam memantau pelaksanaan kegiatan dalam rencana pengelolaan perlu dilakukan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan. Kegiatan monitoring dan evaluasi ini dilaksanakan oleh pemerintah kelurahan dan Badan Pengelola, satu tahun sekali dan melaporkan hasilnya dalam suatu rapat musyawarah desa. Laporan tersebut berisi meliputi : a. Laporan keuangan, penerimaan dan pembelanjaan b. Laporan kegiatan c. Laporan hasil yang dicapai Tujuan Monitoring dan Evaluasi Tujuan pelaksanaan monitoring dan evaluasi tersebut meliputi: a.
Sejauh mana rencana Pengelolaan sudah dilaksanakan.
b. Kelemahan dan kekurangan dari rencana pengelolaandan untuk mengadakan perbaikan selanjutnya. c.
Efektifitas dari kegiatan yang dipilih dan dilaksanakan.
d. Sejauh mana tujuan telah tercapai dan keinginan masyarakat telah terpenuhi.
IX-29
e.
Aspek pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat.
f.
Aspek masyarakat dapat menilai dan melihat pelaksanaan rencana pengelolaan di desa.
g.
Merancang program dan strategi pelaksanaan untuk tahun selanjutnya.
Hasil Yang Diharapkan Hasil yang diharapkan berupa hasil yang dapat dirasakan secara fisik dan non-fisik, misalnya bangunan prasarana fisik yang telah dibangun (adanya daerah perlindungan laut, tanggul banjir, MCK, sarana air bersih, penyuluhan yang telah dilakukan, kelompok usaha yang dibentuk, dll.). Secara non-fisik hasil yang diharapkan adalah adanya kesadaran, kepedulian dan perubahan hidup masyarakat terhadap lingkungan dan sumberdaya alam yang ada di sekitar mereka. Indikator Indikator berupa penilai pencapaian hasil yang diharapkan misalnya luas daerah perlindungan laut, jumlah ikan di DPL dan sekitarnya, jumlah MCK yang dibangun, panjang tanggul yang dibangun, jumlah bak penampungan air bersih dan pompa yang sudah dibangun, banyaknya penyuluhan yang telah dilakukan, pendapatan, produksi, jumlah penduduk, dan lain-lain.
IX-30
Tabel 9.2. 6. Matriks Rencana Aksi Kelurahan Lasiana No. 1
2
3
Rencana Monitoring Laporan keuangan, penerimaan dan pembelanjaan
Laporan kegiatan
Laporan hasil yang dicapai
Tujuan Monitoring dan Evaluasi Untuk Mengetahui Realisasi keuangan dan Fisik yang disesuaikan dengan target a. Menhetahui Sejauh mana rencana Pengelolaan sudah dilaksanakan. b. Mengetahui Kelemahan dan kekurangan dari rencana pengelolaandan untuk mengadakan perbaikan selanjutnya. c. Sejauh mana tujuan telah tercapai dan keinginan masyarakat telah terpenuhi a. Mengetahui efektifitas dari kegiatan yang dipilih dan dilaksanakan. b. Mengetahui ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan c. Mengetahui prosentase /tingkat keberhasilan suatu kegiatan.
Hasil Yang Diharapkan
Indikator 2016
Tertatanya manajemen keuangan
1. Diketahui jenis kegiatan dan lokasi kegiatan yang telah dilaksanakan 2. Mengetahui waktu pelaksanaan dan berakhir suatu kegiatan 3. Diketahui komponen dari suatu kegiatan
1. Diketahui tingkat keberhasilan 2. Di ketahui permasalahan dan langkah tindak lanjut yang telah dilkasanakan
Penyampaian laporan keuangan tiap bulan
1. 2.
3.
Adanya TOR dan RAB Adanya Matrik pelaksanaan kegiatan Laporan kemajuan
1. Laporan akhir 2. Laporan pelaksanaan kegiatan 3. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan
Waktu Pelaksa√naan 2017 2018 2019
2020
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
IX-31
BAB IV LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Profil Kelurahan Lasiana
IX-32
Lampiran 2.
Dokumentasi Kegiatan (Lokasi Kegiatan : Pondok Informasi IFAD Kelurahan Lasiana)
Acara Pembukaan Konsultasi Publik di Kelurahan Lasiana
IX-33
Penyampaian Materi Konsultasi Publik Kelurahan Lasiana oleh Tim Ahli
IX-34
Diskusi Kelompok Masyarakat dalam kegiatan Konsultasi Publik Kelurahan Lasiana
IX-35
Daftar Pustaka
[MENLH] Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51/2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta: MENLH Bessie, D.M. 2013. Struktur Komunitas Mangrove di Taman Wisata Alam Laut Teluk Kupang, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Aquatic Science and Management 1: 1-9. Gesamp 1984. Thermal discharge in the environment. Report of studies GESAMP (24): 44 pp Noor, R.Y., M. Khazali, dan N.N.I. Suryadiputra (eds.). 199). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PKA/WI-IP. Bogor.
IX-36