BAB 3 RONA FISIK LINGKUNGAN PANTAI DAN LAUT 3.1
WILAYAH PANTAIDAN LAUT KABUPATEN BREBES Wilayah Pantai dan Laut secara fisik dapat disamakan dengan wilayah pesisir yang sampai saat ini batasannya belum jelas. Ada banyak pendapat tentang penetapan batas
wilayah pesisir, biasanya tergantung pada kondisi dan situasi alam setempat.
Di
lndonesia, batasan wilayah pantai dan laut adalah batas wilayah ke arah laut mengacu pada UU No. 22 Tahun 1999, dan batasan wilayah pantai dan laut ke arah darat mengacu pada karakterisitik daerahnya masing-rnasing.
Karena Brebes adalah suatu Kabupaten, maka batasan wilayah pesisir Brebes ke arah laut adalah sejauh 4 mil yang diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan (berdasarkan pasal 10 ayat 1 dan 3 UU N0.22 Tahun 1999,lihat juga
sub bab 2.1.1), Sedangkan untuk batasan ke arah darat, jika mengacu pada glosariistilah Perencanaan dan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut, maka batasan atau sempadan ke arah darat adalah batas administragi pemerintah daerah (local government) dan daerah aliran drainase alam (natural drainase basin\.
Kabupaten Brebes memiliki banyak sungai besar dan kecil yang bermuara di perairan Pesisir Brebes, dan karena posisi perairan Pesisir Brebes yang terbuka, serta dengan
banyaknya material sungai yang diangkut dan diendapkan
di
pantai menyebabkan
kawasan paniai Brebes merupakan pantai maju (prograded coastaf, terutama pada daerah delta K. cisanggarung, di Kecamatan Losari dan delta K. Pemali di Kecamatan Brebes.
W'alaupun pengaruh sungai (f/uvral) cukup dominan, namun pengaruh laut juga cukup
besar, hal ini dapat dilihat pada kedua daerah delta tersebut di atas tidak membentuk delta kakiburung (birdfoot de/fa), sebagaiciridelta yang didominasioleh sistem fluvial. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa proses-proses alam yang saling berinteraksi antara proses asal darat (sedimentasi) dan proses asal laut (gelombang, pasang surut dan arus) cukup komplek yang terjadi di perairan Pesisir Brebes.
ilt-1
E9@
260m0
266m
270@
2750m
2em
2sm Gambar 3.1 PETA ADMINISTRASI PESISIR BREBES, JAWA TENGAH
ill +++++++[|g =ll
g
.--lrl
3
0
3Kn
lGterangdr:
lt
P Jalan Az Jalan KeretaAp ,-r Elatas Desa ',.--J Bdas Kecamatan )--l BaasKabupabn ,*J BFlas Ptopinsl .-
\{\-
$nbs
ll '-u ;
Peta : Pda RUE
buri lmorFbia
Skala 1 : S.000(Bakosurbr6l,l9Q)
IrthksPea
mLowsi
Rerraa Tda RuiE Panhl thn Lau{ Kabupden 8rS6, &w8 Tengah
rr-ll
iil +f+++++llg
Penelilian
Penyusunan
Si
KrpsamaAntaa:
PsrFrlddl
Da€rah KabuFlcrr Jawa TorEBh
;f,.iJ
&rbr3
d€ngan Pdsat Perultal hn
Tdmd 0gl lrfl
dn Penenp.n
onidh&l sumb6rdryi Alam
Bdan Pongkejlan dtn P€nraFQn Td(nologl
tl
id<arla
2s5m
260m0
265m0
270ffi
27Eiffi
2800m
28s(b
20@.
Sehingga jika kita terjemahkan karakteristik fisik pantai dan laut tersebut ke dalam batasan wilayah administrasi pemerintahan, maka semapadan fisik darat tersebut dapat digantikan dengan batas wilayah kecamatan. Oleh karena itu, wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes adalah wilayah kecamatan yang ada di sebelah utara, yang terdiridari Kecamatan Losari, Tanjung, Bulakamba, Wanasari, dan Kecamatan Brebes. Dan ke arah laut, adalah perairan laut jawa sejauh 4 mil yang diukur dari garis pantai ke arah laut lepas
dan atau ke arah perairan kepulauan.
3.2
RONA WILAYAH LAUT
Rona wilayah laut terdiri dari kondisi topografi dasar perairan laut yang sesuai dengan batasan laut administratif Kabupaten Brebes dan kondisi oseanografis.
3.2.1
Kondisi Topografi Dasar Perairan (Batimetri) Perairan Pantai Utara (Pantura) merupakan pantai dangkal, terjadi karena daerah pantai
tersebut merupakan dataran aluvial yang merupakan produk dari beberapa aktivitas sungai besar dan kecil yang bermuara di perairan tersebut. Peta batimetri Perairan Brebes yang merupakan bagian dari Perairan Pantura menunjukkan kondisi yang tidak berbeda dengan kondisi Perairan Pantura secara keseluruhan. Pola kontur batimetri yang
ada menunjukkan kesamaan pola dengan garis pantainya. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pantai di daerah Brebes dikontrol oleh aktivitas dari darat, dalam hal ini
yang sangat dominan adalah aktivitas sungai. Dengan demikian cepat atau lambatnya perkembangan/majunya garis pantai tergantung dari banyak sedikitnya sungai yang bermuara di perairan tersebut.
Seperti dapat dilihat pada peta batimetri bagian barat dan timur Kabupaten Brebes, untuk
mendapatkan kedalaman laut (kontur batimetri) 5 m pada bagian barat, cukup jauh dari garis pantai. Berbeda dengan kondisi perairan di bagian timur dekat dengan perbatasan Kota Tegal, untuk mencapai kedalaman 5 m, berjarak lebih kurang 1,4 km. Kondisi ini menunjukkan bahwa makin banyak sungai yang bermuara di perairan tersebut makin landai dasar perairan tersebut. Dengan demikian berarti tingkat sedimentasi di Perairan Brebes bagian barat lebih tinggi di bandingkan dengan perairan bagian paing timur. Selain itu material yang diendapkan pada wilayah bagian barat lebih halus (lempung/lumpur)jika
dibandingkan wilayah baian timur yang pada umumnya berpasir. Dengan demikian pola pengembangan wilayah pantai pada bagian barat akan berbeda dengan wilayah timur.
ilt-3
255000 260000 265000 270ffi
275m0
2800@
285000
290000
Gambar 3.2 PETA BATMFTRI
ilt ++++++++lH
,
PESISIR BREBES, JAWA TENGAI.
tto
U
-T0
t
lKm
KeEnng{t:
f''/ Kontur kedalaman Laur P Jalan {Ap, Jalan Kereta Api Elatas Desa ^-/ Bata g Kecam atan 'r..-., /AJ BatasK8bupabn ,{,/ Batag Popinsi - Strhgal ,<J.
iil .c
ij,;,.t
Pemukiman
ftoy*si
:
Transverse l\,lercabr
Ullvl : tl9
Zme
Srmbr
Peta : Pstd Rupe buftl lrdorrda Skata 'l : S.000 (Bakosuridml,lgn)
hdak, Peb
*ll
il/
r4l ft-=$
iil
iil(,)./^?F + i0/-'t,{ry//"* +fF .ll
It
,ll
i
@td
Penelitan
Penyueunan Rcncana Tia Ruang Panhl dan Laut Kabupaton Br6b6, Jawa Tongah
,f: ir;i'
K€r,lasama
Antara: fril l-.J'
hmsdntah oaord1 Kabubat€n Brobas Jarva
ttilgah
dongn Pusal PengkaJlan dar Parerapan Teknologl Invsntrb*l Su mb|fdayt Ahm Bdan fungkajlar dan Pane pan T*nologl
Jd(ana
255000
260000
265000
2700cr
275crf,
280000
2850m
290000
2002
Secara umum wilayah pantai bagian barat mulai dari Losari (Prapag Kidul dan Prapag
Lor), Teluk Bangsi sampai dengan sekitar muara Kali Nippon (Desa Sawojajar dan Kaliwlingi) baik untuk pengembangan konservasi tanaman bakau (mangrove) yang dapat berfungsi untuk pemulihan daya dukung lingkungan, sedangkan wilayah pantai bagian
timur mulai sebelah timur Kali kamal sampai dengan Pantai Randusanga Kulon sangat baik untuk dikembangkan menjadi Kawasan Pelabuhan Antarpulau maupun Kawasan Pariwisata Pantai.
Kondisi Oseanografis Oseanografi pantai meliputi karakteristik angin, kondisi pasang surut, pengaruh arus, gelombang, serta suhu dan salinitas,
Karakteristik Anqin Angin didefinisikan sebagai udara yang bergerak, yang terjadi akibat adanya perbedaan tekanan udara di dua tenrpat yang berbeda. Angin bergerak dari tempat yang bertekanan udara tinggi ke tempat bertekanan udara rendah. Secara umum, terdapat 2 jenis angin di
daerah pesisir yang penting bagi kehidupan pesisir, yaitu angin darat dan angin laut. Angin darat adalah angin yang bertiup dari darat ke laut, terjadi pada malam hari, yaitu saat tekanan udara di darat lebih tinggi daripada lekanan udara di laut. Angin ini banyak dimanfaatkan oleh nelayan sebagai penggerak perahu layar ke laut untuk mencari ikan. Sementara itu, angin laut adalah angin yang bertiup dari laut ke darat, terjadi pada siang hari, yaitu saat tekanan udara di laut lebih tinggi dadpada tekanan udara di darat. Angin ini dimanfaatkan nelayan untuk menggerakkan perahu kembali ke darat.
Lebih khusus, kondisi angin yang menerpa wilayah Kabupaten Brebes dapat dijabarkan sebagai berikut:
.
Angin Barat terjadi pada bulan Desember
-
April dengan frekwensi tertinggi bulan
Februaridan Maret.
.
Angin Timur terjadi pada bulan Mei
-
Oktober dengan frekwensi tertinggi bulan Juli
dan Agustus.
.
Angin Peralihan (transisi) teqadi pada bulan Mei dan Nopember.
ilt-5
Kandunqan Garam Kandungan garam (salinitas) didefinisikan sebagai jumlah kandungan garam dari suatu perairan, yang dinyatakan dalam permil (gram per kilogram air laut). Secara umum,
salinitas permukaan perairan Indonesia rata-rata berikisar 32-34 permil. Faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas air laut adalah keadaan lingkungan (muara sungai atau gurun pasir), musim, serta interaksi laut dan daratan.
Arus Arus yang terjadi di Perairan Brebes dapat didefinisikan menjadi 2 jenis arus, yaitu arus sejajar pantai (long shore wnent) dan arus laut.
a.
Arus Sejajar Pantai (long Shire Cunent)
Arus sejajar pantai ([ong Shore Currenf) merupakan arus yang bergerak sejajar pantai yang berpotensi membawa sedimen, sehingga arah pergerakan sedimen dapat diprediksi dari arah pergerakan arus ini. Arah pergerakan sedimen sejajar pantai diperoleh dengan memperhatikan indikasi
di lapangan yang kemudian
di
akurkan dengan nilai energi fluks yang lebih besar dari nol (0). Indikasi di lapangan dapat berupa arah spit atau sandbar. Pada wilayah pantai bagian barat indikasi yang dijumpai di lapangan menunjukkan arah spit ke timur dan nilai energi fluksnya positif. Dengan demikian untuk wilayah pantai mulaidari Desa Karang Dempel Kecamatan Losari sampai dengan Muara Kali Kluwut arah pergerakan sedimen sepanjang pantai
menunju ke limur, disekitar Muara Kawad bergerak ke barat sampai sebelah barat muara Kali Bangsri, kemudian arah pergerakan sedimen ke timur lagi sampai dengan
Muara Kali Siderpo. Untuk wilayah pantai bagian timur mulai sebelah timur Kali Pemali sampai dengan Perairan Pantai Randu Sanga arah pergerakan sedimen sejajar pantai berarah ke timur.
b.
Arus Laut Pergerakan air atau arus di perairan dekat pantai menunjukkan pengaruh pasang
surut cukup dominan. Hal ini mungkin terkait dengan musim, karena dari hasil perhitungan energi fluks pegerakan netto dalam kurun waktu setahun menunjukkan arah yang berlawanan. Jadi ada kemungkinan saat musim hujan, arus dari sungai cukup deras. Hal ini tidak menutup kemungkinan banyak material darat yang diangkut
oleh sungai dan diendapkan di laut, Sementara saat kemarau, material yang belum terkonsolidasi tersebut diendapkan kembali di pinggir pantai oleh arus/gelombang.
lll-6
Gambar 3.3 PETA EIGRGI FI.IJKS GELOMBAI.IC PESISIR BREBES, JAWA
-,L T
T
ENGAI.I
3Xm
t<efp.n,,ng,'r:
\ P .Az ,-J
Arah Pergerakan Sedimen
/tu/ /+J -{
BatasKabupabn Bata8Popinbi
Jalan
Jalan Kereta Api
B€tasDesa
,.--.rBdasKecamatan
Sungai
r;..,':, Pemukiman
hoyd(S Zme
: TrarFverso Mdcator
UTM :
,S
grrlbr Pah : Pda Rum buni lrdorpsia Skala | : S0O0 (Sakosrrtaml,'l9Q)
'ldek.Pef,
@tot
Penelitjan
Pony6unrn R.ncmr Tda Ru'|g P'|bl danLad Kabupdcn
;,1-l:,
8rS6,
.hwa Tcngnh
KaJasamrAnlare:
#
hmrlntah Da6rfi KlbuFnt.n &.boi Jarvr Trrlah dmgdl Ptaat Pongk{hn d'| PEiorapan Td(ml ogl lruenlabel 9r r*rafthya Ahm
&dan Engkajlar &nPd|ts{an TC(nologl Jd(erta
2s5m
20m
26m
270m0
2750m
280m
2850m
20@,
TABEL III.1 PERGERAKAN DROGUE TRACKNG PADA PENGUKURAN ARUS DINAMIS Tanggal / jam
$nnl 'l 1.00-1 1:10 1
1:10-1 1:20
11:20-11:28 11:28-11:42 11:42-11:52 11"52-12:08 12:08-12:24 12,,24'.1238
12:38-12:51 12:51-13:06
$nrc1 08:38-08:48 08:48-08:58 08:58-09:10 09:10-09:2'1
Pergerakan Titik amat
1)2 2)3 3)4 4)5 5)6 6)7 7)8 8)9
I )10 10)l'l
1)2 2)3 3)4 4)5
Kecepatan
Arah
(cm/dt)
N ...o E
Keterangan
2.4
291
u.5
295 Lta
.t
tIz
11.2
215
IJ.J
2U
1.6
287
15.6
tuJ
1.3
278
180
330
1
Muara K. Kluwud 3.7
306
0.6
298
6.8
326
14:37-14:50 14:50-1 4:59
$nrc'l 12:09-12:28
l2:28-12:48 12:48-13:09 1
3:09-1 3:29
1
3:29-1 3:49
13:49-14:09
20nt01 l0:32-10:42 10:42-10.52 10'.52-11:02 11:02-11:12 11:12-11.,24
11:24-11:34 1
1:34-1 1:46
11
:46-12:00
12:00-12:30
Awal surut
Muara K. Banosri
16/7/01
14:25-1437
air laut surut
270
13.8
|
Baratlaut Muara K. Kluwud
1>2
2)3 3)4 1)2 2)3 3)4 4)5 5)6 6t7 1)2 2)3 3)4 4)5
5)6 6)7 7)8 8)9
I )10
tJz 2.4
228 162
7.6
225
4.8
161
b.J
160
3.8
171
2.8
air laut pasanq
Muara Losari
J.O
207
16.2
202
50.6
314
43.6
308
42.3
305
47.6
305
44.3
45.6
294 292
44.7
281
4s.2
275
44.0
Lta
Air laut oasano
Utara Muara K. Pemali air laut surut
Gelombanq Gelombang terjadi karena adanya dorongan angin di atas permukaan laut dan tekanan tangensial pada partikel air. Gelombang yang ditemukan di permukaan laut biasanya
terjadi akibat adanya proses alih energi ke permukaan laut atau gempa di dasar laut (tsunami). Gelombang akan merambat ke segala arah membawa energi tersebut, kemudian melepaskannya di pantai dalam bentuk hempasan ombak. Gelombang yang mendekati pantai akan mengalami pembiasan (refradion), sedangkan yang mendekati semenanjung akan mengalami pemusatan (convergence), dan yang mendekati cekungan
ilt-8
akan mengalami penyebaran (diver.gence), serta yang mendekati daerah dangkal akan mengalami spilling, plunging, collapsing, atau surgrng. Keadaan-keadaan yang dialami oleh gelombang ini dipengaruhi oleh keadaan dasar laut.
Gelombang dapat menjadi parameter bagi terjadinya erosi atau sedimentasi. Besarnya proses tersebut tergantung dari besarnya energi yang dihempaskan ke pantai. Secara garis besar, gelombang yang pecah dapat dibagi menjadi 2, yaitu gelombang terjun dan
gelombang landai. Gelombang terjun terjadi
di pantai yang dasar lautnya
terjal,
sedangkan gelombang landai terjadi pada pantai yang dasar lautnya landai.
Ketinggian dari sebuah gelombang mengindikasikan besarnya energi yang akan dihempaskan ke pantai. Tinggi gelombang rata-rata (H-avg) adalah rata-rata tinggi gelombang dalam selang waktu pengamatan, sedang perioda rata-rata (T-Avg) adalah
perioda rata-rata gelombang dalam selang waktu pengamatan. Tinggi gelombang signifikan (H-33) adalah rata-rata tinggi gelombang dari 1/3 populasi gelombang tertinggi,
sedang perioda gelombang adalah perioda gelombang yang terkait dengan tinggi gelombang signifikan, Tinggi maksimum (H-max) adalah maksimum tinggi gelombang dalam selang pengamatan dan perioda maksimum (T-max), adalah perioda maksimum gelombang dalam selang pengamatan.
TABEL III.2 HASIL PERHITUNGAN KARAKTER GELOMBANG Tinggi Gelombang No
Periode Gelombang
Tanggal H-Max
H.Avg
H-33
T-Max
T-Avg
T-33
164641
27.0
13.2
17.6
8.4
6.8
8.2
17{641
32.0
19.5
19.5
4.7
5.8
7.0
3
18{6-01
16.0
7.5
10.1
5.0
5.9
5.3
4
19{6-01
1
Berdasarkan tabel tersebut
di
atas terlihat tinggi gelombang signifikan
selama
penyelidikan cukup rendah/kecil. Jadi tinggi gelombang yang datang kearah pantai sudah
berkurang saat melewati sandbar yang berada di sebelah utara dari posisi rambu ukur. Sedang dari hasil prediksi dalam perhitungan energi fluks gelombang laut yang timbul akibat dari tiupan angin permukaan dapat setinggi 2,5 meter.
ill-9
Pasang Surut
Pasang surut adalah fenomena naik dan turunnya muka air laut yang terjadi akibat pengaruh gravitasi bulan dan matahari. Pasang surut
ini sangat berperan
perubahan/dinamika wilayah pesisir, misalnya beberapa ekosistem
pesisir
dalam yang
keberlangsungan hidupnya bergantung pada pasang surut.
Pasang dan surut air laut menyebabkan terjadinya arus pasang dan surut yang dapat
terlihat jelas di daerah muara sungai (estuari). Berdasarkan data yang ada, pasang maksimum selama pengukuran tercatat 1B dm dan surut minimum 7,4 dm, dengan tunggang air selama pengukuran ( 1B dm Sea
level
-
7,4 dm) = 10.6 dm. Duduk tengah alau Mean
( MSL )dapat diperoleh dengan merata-rata data hasil pengukuran, dalam hal
initerletak pada posisi 12,35 dm pada rambu pasang surut. Pada saat pasang tinggi air akan meggenangi kawasan wisata hingga sampai ketinggian 20 cm
-
30 cm diatas pasir
pantai wisata Randusanga Kulon. Sedang dari kurva pasang surut terlihat dalam sehari terjadi pasang dua kalidan surut sekali, dengan demikian tipe pasang surut yang terjadi di perairan Brebes termasuk tipe: 'Campuran condong ke ganda
3.3
RONA WILAYAH PANTAI
3.3.1
Kondisi Fisiografi Pantai
".
Kondisi pantai Kabupaten Brebes menunjukkan adanya keseragaman dalam unsur geologi dan relief. Geologi atau endapan sepanjang pantai umumnya berupa dataran
rendah pantai yang tersusun dari sedimen kuarter, Sedimen tersebut merupakan kombinasi antara endapan-endapan sungai, delta, pantai, dan aluvial.
Sedangkan karakteristik garis pantai dijumpai adanya beberapa variasi. Variasi tersebut berupa tumbuhan bakau, dataran lumpur, dan gosong-gosong pasir. Karakteristik yang tersusun oleh tumbuhan bakau umumnya dijumpai di muara-muara sungai dan sering berasosiasi dengan dataran lumpur, serta yang setempat berasosiasi dengan pasir pantai.
Sebaran pantai tumbuhan bakau yang cukup luas didapatkan disekitar muara Kali Kluwut
dan sekitar muara Kali Pemali. Didaerah-daerah lain tumbuhan bakau ini sudah mulai jarang dijumpai karena dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk kepentingan tertentu
ilt-10
misalnya kayu bakar. Pemanfaaatan tumbuhan bakau yang tanpa diawasi mengakibatkan
mundurnya garis pantai seperti disekitar sebelah barat Kali Pamali, pantai sekitar Kali Nipon dan Kali Beting. Secara garis besar pantai Kabupaten Brebes terbagi menjadi dua jenis pantai , yaitu
a.
Pantai Jenis
:
I
Pantai Jenis I tersebar mulai dari pantai Losari hingga sekitar muara Kawad Desa
Pulau Gading, Kecamatan Bulakamba. Tipe pantai ini sangat banyak dijumpai tumbuhan bakau digaris pantainya. Bagian pesisimya tersusun dari endapan, aluvium dengan relief rendah. Karakteristik garis pantai umumnya berupa dataran lumpur yang berselingan dengan tumbuhan bakau dan setempat tadapat juga pasir.
Dataran lumpur di daerah Tanjung Losari menunjukkan majunya garis pantai yang sangat intensif; hal ini diakibatkan oleh proses sedimentasi yang sangat aktif dari sungai Losari. Demikian pula disekitar muara Kali Kluwut pantai mengalami proses akrasi atau pantai maju, yang ditunjukkan oleh banyaknya tumbuhan bakau yang terus bertambah kearah laut.
b.
Pantai Jenis ll
Jenis Pantai ini tersebar mulai dari sekitar muara Kawad, Desa Pulau Gading, Kecamatan Bulakamba, hingga sekitar muara Kali Gangsa dibagian timur. Jenis pantai ini dicirikan oleh endapan pesisir berupa endapan aluvium serta relief berupa dataran pantai. Ciri yang menonjol dari jenis pantai ini terdapatnya pasir di pantai. Pada jenis pantai ini banyak dijumpai gosong pasir
;
seperti gosong pasir di muara
Kali Pamali dan sekitar muara Kali Nipon. Di muara Kali Beting, Desa Pandan Sari Kecamatan Wanasari gosong pasir ini telah membentuk daratan yang menjorok ke arah baratdaya
-
timurlaut. Mengingat sebarannya yang cukup luas gosong pasir ini
berpotensi sebagai bahan galian pasir lepas pantai, Di bagian timur Tanjung Brebes
atau muara Kali Pamali, garis pantai juga telah mengalami proses akrasi. Pada muara Kali Pamali alur sungai terlalu banyak mengalami perubahan, alur pada peta kerja BAKOSURTANAL (Pata Tahun 1992) telah mengalami kemajuan sekitar 2,5
km. Disepanjang alur kali ini berkembang dengan pesat hutan bakau sedangkan disekitar muara Kali Gangsa garis pantai mengalami proses abrasi yang tidak terlalu kuat. Pantai dibagian timur dekat dengan perbatasan Tegal berbentuk relatif lurus. Secara setempat pantai ini membentuk bukit-bukit pasir (sand dune),
Gambar 3.4 FE1A KAMKIERISTIK PANTAI PESI$IR bREBE$, JAWA TENGAH
l(3l{€,rarrg'r:
p.htan tgt1163g"oo
E
End Lumpu
j^,-; Batas kecamatah lllf;Fi End sungai, ,tuJ Ealaf Kailpatan delta dan aluvia /-JEatasPropinsl E pasir
-4noai :l:i.:;:I PemUltimarl ftoy*g
:TtalF\io6sMs€br
ZdreUIM :
d
gunbB PeE : Pd{ RuS bumi lrdornsia $l(ala t : m000 (BakosurlarEl,l 992)
%l*aEi
P$ditian
Fanytpu|anRerc'|a Tda Ru'|g
ptlht &nlrul
lQbrpx?n
i.ti
*$F,
.hwt longFh
K*PramrAntaru:
I
hmftnt$ the$ lobuFtd| 8llbor Ja{,r
Tit$h
d$s|r Pwd peruiqcnur P$6npNn Td
ldvrrt*b*l $un$rdayr Abh
Bd{n fupLrjlcr d.nPd|{&n TdsDlogl
J*trtl
2560@
260000
265000
2b00d0
285000
20@
3.3.2
Endapan Penyusun Perairan Pantai Endapan penyusun perairan pantai Kabupaten Brebes meliputi
1.
:
Lanau
Jenis sedimen ini tersebar paling luas
di
perairan Brebes, sekitar 90 persen;
sebarannya umumnya dari perairan dekat pantai (kedalaman sekitar 2 m) hingga ke arah lepas pantai (kedalaman sekitar 15 m). Pengamatan megaskopis contoh-contoh
lanau ini berwarna abu-abu kehijauan, kondisi lunak, plastis dan jenuh air. Pada beberapa contoh dijumpai pecahan cangkang moluska berupa gastropoda dan pelesipoda. Analisis besar butir, jenis sedimen ini tenusun dari fraksi lanau sebesar sekitar 87 hingga 99 persen, fraksi pasir 0 hingga sekitar 9 persen, fraksi lempung 0.1
hingga 12 persen. Ukuran butir rata+ata (x(phi)) berkisar 6 phi, dan harga skewness
yang merupakan indikator dominansi fraksi tertentu dalam sedimen menunjukkan harga positif yang ditafsirkan didominasi oleh fraksi halus.
2,
Pasir
Pasir tersebar pada perairan dekat pantai dan pantai. Sekitar muara Kali Pemali, pasir ini membentuk'gosong pasi/ (sand bar) yang secara sumber daya merupakan bahan galian potensial, tetapi dari segi keamanan pelayaran dapat membahayakan kapal-kapal yang lewat. Kapal survai sering kandas di atas gosong-gosong ini. Pola
*
sebaran pasir di timur yang setempat-setempat tampaknya berhubungan dengan pola
arus yang berkembang yang mengarah ke selatan
-
barat daya. Pasir pada
umumnya berwarna abu-abu tua, ukuran butir sedang, pemilahan umumnya baik, banyak dijumpai magnetit, fragmen batuan, kuarsa, foram dan pecahan moluska, Berdasarkan analisis besar butir jenis sedimen ini tersusun dari fraksi pasir sebesar 99 hingga 100 persen, lanau 0 hingga 1 persen, sedangkan fraksikerikildan lempung
tidak dijumpai. Ukuran butir rata+ata (x(phi)) anlara 2.5 hingga 3.0 menunjukkan
ukuran pasir menengah hingga halus, harga skewness negatif menunjukkan dominansi fraksi kasar.
Lanau pasiran
Jenis sedimen ini tersebar juga pada perairan dekat pantai. Secara megaskopis berwarna abu kehijauan, lunak, agak plastis, pasirnya berukuran halus terdiri kuarsa,
fragmen batuan,magnetit, pecahan moluska dan karbon. Hasil analisis besar butir tersusun dari fraksi lanau sebesar 52 hingga 84 persen, fraksi pasir 12 hingga 48 persen, fraksi lempung 0,1 hingga 10 persen dan fraksi kerikil tidak dijumpai.
ilr-'l3
255m0 =260@_
a050m
27A@O
275ero
280m0
285m
290000
Gambar 3.5
iltl I
tl
ll
llll
r
r
lls
-l-r-rrrrrruq
PETASEBARAN SEDIMEN PESISIR BREBES, JAWA TENGAH
o
l
3
0
lKD
KeF/?nga?:
/-J
Jalan Kereta
rAlJalan /ilrEhtas
Api
DeEa
ffi
Lanau Paslrar
[,7il ,.,-,Batas KecamatanH '-lBatas Katu mbn lrJ
l*4ataspropiitti I
Lanau PaSir
r Pemuldrnan
-
,<J,'Sungai
ftoyd(d
: Tramv*se fubcator Zme UTM : Sumb6 Peta : Pda RUF bufii lrdorBda Skala 1 : 50.000 (Bakosurbral,l
€
99)
lnda*sPe&
@Ld*asl
Penelitan
Penyusunan Rencr|a Tda RuilE Pabl
KahpdonBrde, &waTsrceh
sf
KerJasamaAn[tr:
P8fierlntah
kcrCl Jaura
I
Kebupaten Brobos
terpah
d€ngil Pr,rs,a Pengk{ lan dan Per*Etrh Telmologl lrwentrls*l $unrbet&ya Atarn Badan hrBkaJlar dan PenergCn Tdfiologil
Jd(arta
255000
260000
265000
27ow
275000
280m0
285000
2900m
ma,
3.3.3
KondisiVegetasi dan Fauna Pantai Vegetasi penyusun pantai pada umumnya berupa tanaman bakau (mangrove) dan tanaman api-api, Pola sebaran tanaman ini pada umumnya selaras dengan kondisi perairan dan endapan penyusun pantai. Vegetasi banyak diiumpai pada pantai yang berlumpur mulai dari Muara Kali losari, Teluk bangsri sampai dengan Muara Kali Nippon desa Sawojajar. Sedangkan kearah timur mulai Muara Kali Pemali sampai dengan Pantai Randusanga pada umumnya endapan penyusun pantai berupa pasiran sehingga jarang dijumpai adanya tanaman bakau.
3.4
PENGGUNMN LAHAN PANTAI BREBES
Penggunaan lahan pantai Brebes dihasilkan dari kaiian tentang tutupan lahan yang merupakan salah satu keluaran proses pengolahan citra satelit landsat MSS, dengan
tujuan untuk mengetahui pemanfaatan lahan
di
Pantai Brebes pada saat tahun
pengambilan citra tersebut. Ada dua rentang waktu yang berhasil diproses dalam penyusunan rencana tata ruan pantai dan laut ini, yaitu tahun 1983 dan 1999. Dengan diketahuinya inforamsi tutupan lahan dua tahun tersebut, dapat diketahui juga erubahan fisik lahan yang terjadi karena kegiatan manusia dan alam dalam rentang waktu 16 tahun.
Pengamatan ini didasarkan atas pengamatan pada citra satelit Landsat yang diakusisi pada 26 Juni 1983 dan 5 September 1999. Selain untuk pengamatan perubahan lahan, kegiatan ini juga untuk mengetahui perubahan garis pantai yang tererosi dan terakresi, luas hutan mangrove serta perubahan lahan tambak yang terjadi di sekitar wilayah pesisir
Brebes berdasarkan kedua citra di
atas.
Kajian terhadap perubahan lahan hutan
mangrove adalah untuk melihat keterkaitannya dengan usaha ekstensifikasi usaha tambak di daerah oesisir utara Brebes.
Pengamatan terbatas pada luasan citra antara 33.000 m panjang/bujur dan 26.750 m lebar/lintang atau sekitar 88.275 hektar (termasuk tubuh air laut), dimana ada sebagian kecil daerah Cirebon, Jawa Barat sebelah barat citra dan Tegai bagian timur yang masuk
dalam analisa citra nantinya. Secara lengkap masing-masing perubahan lahan yang terjadi pada tahun 1983 dan 1999 disekitar wilayah pesisir dan utara Kabupaten Brebes akan diielaskan di bawah ini.
ilt
15
3.4.1
KondisiTutupan Lahan Tahun 1983
Hasil klasifikasi tutupan lahan Berdasarkan hasil klasifikasi dari nilai digital citra satelit landsat MSS (mulfi speclral scanner) tahun 1983 (gambar 1), yang mempunyai resolusi spasial sekitar 60 m/per
pixel, maka dapat diidentifikasi tutupan lahan yang terdapat di pesisir dan utara Kabupaten Brebes seperti pada table 1 di bawah ini dalam 9 klas tutupan lahan. Mengingat resolusi spasial citra Landsat MSS memiliki resolusi spasial menengah
maka untuk lebar lahan yang kurang dari 60 m akan menjadi objek dominan sekitarnya. Sebagai ilustrasi, jika ketebalan hutan mangrove kurang dari 60 meter maka lahan akan berubah meniadi lahan dominan seperti lahan basah atau tambak.
TABEL III.3 TUTUPAN LAHAN WILAYAH PANTAI UTAM KABUPATEN BREBES BERDASARKAN CITRA LANDSAT MSS AKUSISI 23 JUNI 1983. Luas lahan (Hektar) Klas Tutupan Lahan No
/ol
1
Tambak 1/mangrove
I
Tambak 2llahan basah/mangrove
4.353
Lahan pertanianl Vegetasi campuran/Kebun
24j82
Lahan pertanian/lahan basah/mangrove
6.733
Lahan pertanianivegetasi campuran/te rban gun
7 ?o?
o
Lahan pertanianisawah
3.582
7
Lahan terbuka/terbangun
8.181
B
Lahan terbuka/bangunan
5.141
I
Tambak 3/mangrove/vegetasi campu ran
2.177
4
Dari hasil klasifikasi pendahuluan
di atas, terdapat
kerancuan tutupan lahan
mangrove, dimana tutupan ini masuk dalam klas tambak 1, tambak 2, lahan basah,
dan lahan pertanian/lahan basah. Sebagai asumsi, jika tutupan mangrove berkisar antara 40% hingga 50% dari masing-masing klas tutupan lahan yang mempunyai mangrove (total 14.024 Ha) maka luas lahan tutupan tersebut pada tahun 1983 adalah berkisar antara 5.610 sampai 7.012 heKar. Sedangkan untuk luas lahan yang
lain, masih juga terdapat kerancuan klas yang belum dapat terdefinisi dengan jelas seperti lahan pertanian, sawah, kebun, vegetasi campuran dan lahan basah
ilt-16
GAMBAR3.6 CITRA SATELIT LANDSAT MSS YANG DIAMBIL PADA TANGGAL 23 JUNI 19&I DAERAH PANTA DAN LAUT KABUPATEil BREBES, JAWATENGAH
Mengingat analisa citra ini belum dikoreksi dengan data literature dan data lapangan,
maka untuk mendapat hasil yang lebih komprehensif, diperlukan studi literatur dan questioner mengenai status lahan dan penggunaan pada tahun 19g3 di utara dan pesisir Brebes
h.
Luas lahan hmbak pada tahun 198J
Pengamatan luas lahan tambak pada tahun 1983 ini adalah melalui analisis visual
citra landsat MSS dengan mendeliniasi areal tambak di pesisir utara Pendekatan
ini digunakan untuk
Brebes.
mendapatkan luasan tambak yang lebih jelas
melihat hasil klasifikasi nilaidigital untuk lahan mangrove dan tambak masih terdapat
pada beberapa klas yang berbeda. Dari hasil deliniasi ini maka diperoleh luas tambak di pesisir utara Brebes sekitar 7.021 hektar.
il-17
GAMBAR3.7 LAHAN TAMBAK DI PANTAT UTARA BREBES TAHUN 1983
3.4.2
Tutupan Lahan Tahun 1999
a.
Hasil klasifikasi frtfupan lahan
Dari hasil klasifikasi nilai digital citra satelit landsat ETM+ (Enhance d Thenatic
Mappr
Plus) tahun 1999 (gambar 3), dapat diidentifikrei tutupan lahan yang terdapat
di pesisir Kabupaten Brebes seperti pada table 2 di barvah ini. Citra landsat generasi
ketujuh
ini telah memiliki resolusi spasial sekitar
S
m/per pixel, sehingga
kenampakan objek 2 kali lebih rinci dibandingkan citra landsat MSS tahun 1gg3. Karakteristik citra inijelas akan mempermudah identifikasidan klasifikasilahan-lahan
yang kurang dari 60 meter tetapi lebih dari 25 atau 30 meter.
TABEL III.4 TUTUPAN LAHAN UVILAYAH PANTAI UTARA IGBUPATEN BREBES BERDASARKAN CITRA L4ilDSAT ETM+ AKusIsI 5 SEPTEMBER 1999.
l{o
KIas Tufupan Lahan
Luas lahan (Hektar)
1
Lahan pertanianfuegetasi campuran/kebun
2
Lahan pertanian/sa'yah/kebun
3
Lahan terbuka/terbangunlpertanian
4
Man grovefue getasi
5
Lahan terbuka/ban gunan
b
Tambak 1/Lahan basah
614
7
Tambak Zlahan basah
8.018
campuran
25.375
2.374
13.8n 4.489 9.527
ilt-18
Hasil klasifikasi tutupan lahan pada citra landsat ETM+ {qhun 1ggg, menghasilkan klas tutupan lahan mangrove (1 klas) lebih jelas dibandingkan hasil klasifikasi citra tahun 1gg3
(
klas). Ada perbedaan luas tutupan lahan mangrove pada tahun 1gB3 (asumsi) dengan
tahun 1999, yaitu terjadinya penyusutan lahan berkisar antara 1.i21Hahingga 2.523 Ha
dalam kurun waktu 16 tahun (1983
-
1999). Kondisi ini dapat diterima secara logis
mengingat pada tahun 1990 ke-atas terjadi eksploitasi hutan mangrove untuk usaha ekstensifikasi usaha tambak udang di daerah
ini.
Namun demikian, dari hasil klasifikasi
di atas masih ada beberapa klas tutupan lahan yang masih tumpang tindih seperti lahan pertanian dan lahan basah dengan tutupan lahan lainnya.
Seperti hasil klasifikasi pada citra tahun 1983, maka analisa citra pada tahun 19g9 juga belum dikoreksi dengan data literature dan data lapangan, sebaiknya untuk mendapat yang hasil lebih komprehensif, maka perlu studi literatur dan questioner mengenai status lahan dan penggunaan pada tahun 1g99.
C',AMBAR3.8 CITRA SATELIT LANDSAT ETM YANG DIAMBIL PADATANGGAL 5 SEPTEMBER 1999 DAERAfI PAi{IAI DAN LAUT KABUPATEN BREBES, JAWA TENGAH
ilt-19
h.
Luaslahan tambak pada hhun 1999 Sama seperti pada citra Landsat MSS tahun 1983, maka pada citra Landsat ETM+
tahun 1999 juga dilakukan analisis secara visual dengan mendeliniasi
areal
tambaknya. Dari hasil ini diperoleh luas lahan tambak di pantai utara Brebes sekitar 10.951 hektar
GAMBAR 3.9 LAHAN TAMBAK PADATAHUN 1999 DI PANTAI UTARA BREBES BERDASARIGII CITRA SATELIT LANDSAT ETM YANG DIAMBIL PADA
TANGCN.S S_CPiEMBER 1999
Perubahan tutupan lahan antara tahun l9g3 1999 Untuk menentukan luas pgrubahan tutupan lahan hasil klasifikasi 2 citra satelit berbeda waktu (1983 dan1999), perlu dilakukan normdisasi dan distribusi luas lahan untuk klas tutupan lahan yang memiliki karakteristik yang mirip. Hasil klasifikasi citra 1gg3 terdapatg klas tutupan lahan sedangkan pada citra 19gg hanya 7 klas.
Unfuk klas mangrove pada citra 19g3 dikerompok menjadi 1 kras mangrove seperti pada citra 1999 yaitu dengan mengambir porsi 40% (asumsi) dari kras tutupan yang memiriki
tutupan mangrovenya (4 kras). Demikian juga untuk kras rahan tambak dan rahan pertaniar/lahan basatr didistribusi dengan asumsiS0% untuk diklasilikasikan menjadi kfas yang memiliki padanannya seperti terdapat pada hasil klasifikmi citra tahun 1999. Dari hasil klasifikasi tutupan lahn, telah terjadi perubahan tutupan lahan diwilayah pesisir
utara Kabupaten Brebes dari tahun 1gg3 hingga tahun 1g99. perubahan ini ada yang bertambah tutupan rahannya juga ada yang berkurang. Namun
secara rogis har ini dapat dimengerti bahwa ada beberap faktor yang mempengaruhinya seperti masafah sociar, ekonomi dan kebijaksanaan daerah yang dapat mempengaruhi ruas penggunaan rahan.
il-20
TABEL III.5 PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH PANTAI UTARA BREBES ANTARA TAHUN 1983 DAN 1999 Luas lahan (Ha)
Klas Tutupan Lahan
No
1983 1
Pertanian/vegetasi campuran /kebun
z
Lahan oertanian/sawah
Lahan (Ha)
(+)
25,375
3,583
2,374
(-) 1,207
13,898
13,822
(-) 76
5,609
4,489
(-) 1,033
Lahan terbuka/banounan
5,141
9,527
(+)4,389
Lahan basah/tambak
6,394
8,634
(+)2,240
58,807
66,220
(+)7 413
M
6
Perubahan
24,182
Lahan terbuka/terbangu n/pertanian 4
1999
angrove/vegetasi campuran
Total lahan terklasifikasi
1,205
Secara sosial masyarakat membutuhkan lahan produktif untuk mencukupi kebutuhannya
seperti lahan bervegetasi/lahan terbuka yang tidak termanfaatkan dapat berubah fungsi menjadi lahan pertanian produktif seperti sawah dan kebun. Sedangkan secara ekonomi, usaha tambak dinilai dapat memberikan nilai keuntungan secara finansial maka banyak
lahan pertanian, hutan bakau dan lahan berawa payau berubah fungsi menjadi lahan tambak udang.
Selain itu juga yang tidak kalah pentingnya adalah masalah kebijaksanaan daerah, mengingat Kabupaten Brebes menjadi salah satu sentra produksi bawah merah maka
dapat mendorong pemerintah terkait untuk menggalakan penanaman bawah merah dengan alasan membuka lapangan kerja dan pendapatan daerah, maka akhirnya dapat mempengaruhi kebijaksanaan terhadap tataguna lahan daerah tersebut.
TABEL III.6
PERBEDMN METODA INTERPRETASITERHADAP LUAS LAHAN TAMBAK PADA CITRA TAHUN 1983 DAN TAHUN 1999. No
1
a
z
Metoda
1983
1999
Perubahan
(Ha)
(Ha)
(Ha)
Klasifikasi nilai dioital
6.394
8.634
2.240
Deliniasi visual
7.071
10.951
3.380
677
z.Jt I
Perbedaan luas interoretasi
Perbedaan interpretasi luas lahan tambak pada citra 1983, dimana'hasil deliniasivisual
lebih luas (677 Ha) dari hasil klasifikasi. Perbedaan ini disebabkan oleh factor resolusi spasial citra 1983 lebih rendah sehingga ada nilai digital lahan tambak menjadi lahan
|t-21
yang lain dan dengan metoda deliniasi visual yaitu berdasarkan kenampakan bentuk objek (tambaUlahan basa) dan kedekatannya dengan garis pantai maka hasil luas yang diperoleh lebih besar dari hasil intrepretasi nilai digital.
Kebalikan dengan citra tahun 1983, maka pada citra 1999 diperoleh nilai luas hasil klasifikasi lebih luas. Hal ini disebabkan resolusi spasial citra 1999 lebih baik sehingga
diperoleh luasan yang lebih jelas. Selain itu juga, ada sebagian kecil daerah pesisir Cirebon dan Tegal yang terklasifikasi, sehingga lahan tambaknya lebih luas dari pada hasil deliniasi visual yang hanya memfokuskan pada daerah Brebes saja sehingga terjadi perbedaan luas lahan interpretasisebesar 2.317 Ha.
Untuk mendapatkan luas perubahan lahan tambak yang lebih komprehensif maka digunakan metode deliniasi visual. Dari hasil metoda, maka diperoleh luas perubahan tutupan lahan tambak dari tahun 1983 hingga 1999 sebesar 3.880 Ha.
3.4.4
Perubahan Garis Pantai (1983
-
1999
)
Setelah dikoreksi geometric secara maka kedua citra satelit landsat multitemporal (1983
dan 1999), maka dilakukan deliniasivisual untuk menentukan garis pantainya. Darihasil analisis tumpang susun (overlay), maka diperoleh perbedaan garis pantai atau lahan pesisir pada tahun 1983 terhadap tahun 1999 sekitar 628 Ha atau terjadinya abrasigaris
pantai, Biasanya, bagian pantai yang mengalami abrasi juga, di sisi lain juga ada bagian yang terakresi, demikian halnya dengan pantai pesisir Brebes,
Berdasarkan citra tahun 1999 terhadap citra 1983 ada daerah yang terakresi sekitar 1.508
Ha, Proses akresi ini disebabkan oleh proses sedimentasi darijumlah sungai yang masuk perairan laut pesisir utara Brebes yang relatif tinggi (hasil pematauan citra) sehingga
dapat menyebakan terjadinya proses akumulasi sedimen atau penambahan
lahan
sepanjang garis pantaiutara Brebes. Evolusi lahan tambak daritahun 1983 - 1999 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
|t-22
GAMBAR3.lO PERUBAfIAN GARIS PANTA UTARABREBES BERDASARKAN HASIL INTERPRETASI 2 clrRA sATELlr LANDSAT MULTT TEMPoRAL TAHUil 19et DEt{cAN TAHUN 1909 Garis pantai Brebes tahun 1983
Perubahan garis pantai 19gg (Akresi)
-
1983 : 1508 Ha
{
A
\ Perubahan garis pantai
Garis pantai Brebes tahun 1gg9
(Abrasi)
t
'\-J ,/=d
@,,
$
3.5
,f*
\
INTERAKSI DAN DAMPAK LTNGKUNGAN wrLAyAH pANTAt DAi,t
LAur
Berdasarkan hasil anarisis fenomena perairan lzut Brebes dan pemanfaatan lahan yang dihasilkan dari interpretasi citra satelit, bentuk interaksi dan dampak lingkungan yang terjadi di wilayah Pantai dan Laut Kabupaten Brebes dapat disimpulakn ke dalam bentukbentuk pantai yang terjadi, yaitu:
t.
Panhi delta,yaitu pantai yang dibentuk oleh sungai
dengan tingkat sedimentasinya
yang cukup tinggi, sehingjga dapat membentuk dataran delta. Dalam hal ini pantai
delta yang dimaksud adalah pantai delta Losari dan delta pemali. pantai delta merupakan pantai maju (propagaded coadal), terutama pada daerah pantai disekitar
sungai utamanya. sedimen di daerah pantai delta umumnya agak kasar dengan jelek, sorting mengingat masih dekat dengan sumber.
Bentuk garis pantai dari pantai
delta umumnya tidak beraturan tergantung dari sistem sedimentasi yang dominan. Ditinjau dari bentuk garis pantainya, pantai delta pemali pengaruh fluvialnya
lebih dominan bila dibandingkan dengan pantai delta Losari. Jadi ada kemungkinan gngkat sedimentasi lebih tinggi di derta K. pemari. walaupun ke dua pantai derta tersebut tingkat sedimentasinya o.rkup tinggi, dilihat dari perkembangannya yang berbentuk
ilt-23
memanjang (elongate) pengaruh laut (gelombang dan arus) cukup berperan juga. Jadi dapat dikatakan sistem yang terjadi di pantai delta merupakan campuran antara
sistem fluvial dan laut. Indikasi lainnya yang menunjukan bahwa sistem tersebut merupakan campuran adalah tidak terbentuknya delta dalam bentuk kaki burung (brrd
foof). Kondisi ini dapat memberikan kemungkinan sebaran sedimen di dekat pantai
delta didominasi oleh fraksi kasar dengan sorting buruk. Jadi tidak
menutup
ini
memberi
kemungkinan untuk mendapatkan fraksi halus dalam sedimen. Hal
peluang untuk tumbuhnya pohon bakau yang pada beberapa tempat di dekat muara sungai tumbuh dengan subur.
Pantai teluk di daerah penyelidikan terdapat diantara delta K. Cisanggarung dengan delta K. Pemali, yaitu Teluk Bangsri Pada daerah pantai teluk inijuga banyak sungai kecil yang bermuara dengan tingkat sedimentasi yang rendah, sehingga tidak sempat membentuk delta. Karakteristik dari pantai teluk berbeda dengan pantai delta maupun
pantai lurus. Pada pantai teluk peran sistem lautnya kurang. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh dari sistem lautnya sudah direduksioleh kedua pantai delta tersebut
di atas. Dengan demikian bentuk garis pantai dari pantai teluk ini ada kecenderungan
tidak lurus, tergantung dari keaktifan anak sungai yang bermuara di teluk tersebut. Disamping itu, karena posisi pantai teluk ini diapit oleh 2 deJta yang cukup aktif, ada kemungkinan dapat suplai sedimen dari kedua delta tersebut. Hasil analisa energi
fluks menunjukkan sebagian sedimen dari pantai delta Losari diendapkan oleh arus sejajar pantai ke arah timur sampai muara K, Kluwud. Kondisi ini mungkin yang menyebabkan banyak muara sungai
di
pantai teluk
ini yang mengalami
pendangkalan cukup tinggi, seperti yang terjadi di muara K, Kluwud. Disisi lain karena
pengaruh sistem lautnya cukup rendah, demikian pula sistem fluvialnya maka energi
sedimentasi
di
perairan pantai tersebut juga rendah. Kondisi
ini
memberi
kemungkinan material sedimen pantai dan lepas pantainya merupakan campuran
material kasar dan halus dengan kadar air yang cukup tinggi (Lumpur). Dengan demikian tempat ini cukup ideal untuk pertumbuhan tumbuhan pantai seperti pohon bakau.
Pantai lurus di daerah penyelidikan terletak di bagian timur, yaitu mulai dari sebelah timur pantai delta Pemali hingga perbatasan dengan Kabupaten Tegal. Sungai yang bermuara di pantai ini sedikit dan merupakan sungai kecil, Kali Kamal dan Kemiri
ut-24
merupakan sungai kecil dan intermiten, sedang yang cukup besar adalah K. Gangsa,
yang pada saat musim kemarau airnya surut cukup tinggi. Ditinjau dari keadaan ke tiga sungai tersebut suplai sedimen dari darat melalui sungai sangat kecil. Dengan demikian pada pantai lurus ini sistem laut lebih dominan, mengingat pantai ini merupakan pantai terbuka, jadi pengaruh gelombang yang datang dari laut langsung berpengaruh terhadap pantai tersebut. Ciri dari pantai lurus
ini pada
umumnya
menunjukkan pantai yang stabil, namun karena pantai ini dekat dengan pantai delta
Pemali yang mempunyai sedimentasi cukup tinggi, maka sebagian sedimen K. Pemali di bawa oleh arus ke daerah tersebut. Hal ini sesuai dengan arah dan proses
pantai dari hasil perhitungan energi fluks yang menunjukkan adanya proses sedimentasi dengan arah longshore (arus sejajar pantai) kearah timur. Arah tersebut merupakan pergerakan netto dalam kurun waktu setahun. Ada kemungkinan waktu
musim timur ada pergerakan ke arah barat, namun secara keseluruhan arah sedimentasi ke arah timur dengan sumber endapan kemungkinan besar dari K. Pemali. Kondisi ini menyebabkan pantai lurus merupakan pantai maju dan terbukti
dari hasil pengeplotan posisi titik ikat (BM) dan titik tinjau pengamatan karakteristik pantai yang posisinya jatuh di laut padd peta kerja (Peta Rupa Bumi, 1992). Bila dilihat perkembangan garis pantai yang maju lebih lebar pada daerah dekat K. Pemali
dan menipis ke arah timur, hal ini memberikan indikasi sedimen suplainya lebih dominan dari K. Pemalidibandingkan darisungai-sungaiyang langsung bermuara di
pantai tersebut. Berdasarkan bukti dari lapangan dan hasil prediksi energi fluks, memberikan gambaran bahwa pantai lurus di daerah penyelidikan merupakan pantai
maju dengan sebaran sedimennya berukuran cukup kasar dengan sorting cukup baik.
ilt-25
BAB 4 SUMBER DAYA PERAIRAN LAUT Sumber daya alam laut memiliki nilai ekonomis dan potensi yang dapat dikembangkan dalam pembangunan wilayah pesisir, selain itu sumber daya inijuga mempunyai fungsi pelindung bagi
wilayah pesisir dari kerusakan akibat proses-proses alam maupun tidankan manusia. Dengan teridentifikasinya ekosistem alami ini, maka fungsi dan peran laut diwujudkan untuk meningkatkan
kualitas hidup rakyat melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang difokuskan pada pemanfaatan potensi kelautan secara benar. Pemanfaatan potensi kelautan di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam tiga komponen utama, yaitu pemerintahan, ilmu dan teknologi, dan induski barang dan jasa (M.T Zen, 2000).
TABEL IV.1 PENGELOMPOKAN PEMANFMTAN POTENSI LAUT DI INDONESIA Pemerintahan llmu dan teknologi lndustri barang dan Jasa 1. Hankam
1, llmujlmu Kebumian
1. Migas Lepas Pantai
2. SAR
2.
llmu-ilmu Hayati
2. Budidaya Laut
3. Pengawal Pantai
3.
llmu-ilmu Kelautan
3. Perikanan
4. Duane
4. Atmosferik
4. Industri Perkapalan dan Pelayaran
5. Pencegah Polusi
5. Perubahan Global
5. Komunikasi, Telekomunikasi & transportasi
6. rekayasa Lepas Pantai
6. Wisata LauVPantai
7. Rekayasa Wilayah Pesisir
7. Jasa Pelabuhan & Teknologi Kepelabuhan
Sumber
Pemanfaatan seperti paCa Tabel lV.J tersebut tentunya dapat terealisasi jika sumber daya yang
terdapat di perairan laut Brebes tersedia dan memadai untuk dikembangkan. Oleh karena itu ekosistem alamiah pantai dan laut diidentifikasi untuk mengetahui sumber daya laut yang ada. Sebelumnya, rona flsik laut secara terpisah juga telah dijelaskan dalam sub bab 3.2.
4.1.
KEANEKARAGAMAN NON.HAYATI Sumberdaya alam non-hayati
di perairan pantai Kabupaten Brebes pada
prinsipnya
berupa pasir dan lumpur yang mengandung beberapa mineral berat, yaitu Mineral Opak, Mineral mika, mineral metastabil, dan ulkastabil.
tv-1
4.1.'l
Mineral Opak Hasil pemerian dan pengamatan mikroskopis dari analisa mineral berat pada sedimen permukaan
di perairan Brebes hampir di semua lokasi memperlihatkan keberadaan
hematit (Fe2O3) dengan kandungan yang bervariasi mulai dari 5,5% yang terdapat di muka muara K. Kemiri (contoh 91) terdapat pada sedimen lanauan hingga 69,6% yang dapat dijumpai di muka muara K. Bonggol dekat gosong pasir (contoh 70) terdapat pada
sedimen lanau pasiran. Begitu pula keberadaan mineral magnetit (Fe3O4) yang umum dijumpai dengan kisaran antara 11,10/olanp dijumpaidisekitar muara Kali Nipon hingga
36,7% ditemukan di sekitar muka muara Kali Beting. Selain itu yang termasuk dalam kelompok mineral ini adalah mineral limonit (HFeO2 NH2O) yang hanya dijumpai di 4 lokasidari 20lokasiyang dianalisa dengan kandungan berkisar anIara2,To/o hingga
1370
yang kesemuanya dapat ditemukan di sepanjang pantai bagian barat perairan Brebes. Yang menarik untuk dicermati adalah kehadiran mineral pirit (FeS2) yang hadir pada seluruh contoh (20 lokasi) dengan kandungan berkisar antara 3,1% (contoh 14, sekitar lepas perairan Losari) pada sedimen lanauan hingga 73,6% (contoh 62, lepas perairan K.
Pamali)juga ditemukan pada sedimen lanauan.
-4.1.2
Mineral Mika Kelompok mineral ini pada daerah telitian diwakili oleh kehadiran mineral bioflt (K (Mg,Fe)3 (AlSi3O10) (OH)2) dan muskovit (KAl2 (AlSi3O10) (OH)2), dengan kehadiran biotit lebih banyak dijumpai daripada muskovit. Kehadiran biotit dapat dijumpai dengan kisaran antara 10% yang ditemukan di sekitar perairan K. Bonggol hingga 28,6% di sekitar muka muara K. Nipon. Adapun kehadiran muskovit hanya ditemukan di 2 lokasi
yaitu di perairan Losari dengan kandungan 230/o dan di muka muara Kali Pemali, yaitu sebesar 14,1o/o fanQ kesemuanya terdapat pada sedimen lanauan.
4.1.3
MineralUltrastabil Kelompok mineral ini hanya diwakili oleh kehadiran mineral rutil (TiO2) yang terdapat di 4
lokasi, yaitu
di
perairan muara K.Cisanggarung daerah Losari (contoh '1, dengan
kandungan 210/o), perauan muara K. Kabuyutan (contoh 26, kandungan 3,3%) , perairan
muara K.Nipon (contoh 46 dengan kandungan 14,3%),
3 contoh ini terdapat
pada
sedimen lanau dan dekat muara K. Bonggol bagian timur (contoh 71 dengan kandungan
2%l yang hadir pada sedimen lanau pasiran,
tv-2
4.1.4
MineralMetastabil Kelompok mineral
ini diwakili oleh keterdapatan mineral hornblende dan
piroksen.
Keterdapatan hornblende dijumpai di 5 lokasi, yang umumnya terdapat di bagian barat (4
lokasi) dapat ditemukan di sekitar perairan Teluk Bangsri dengan kandungan berkisar antara 4,50/o
-
1070 sedangkan
di bagian timur hanya d(umpai di sekitar
perairan K.
Bonggol dengan kandungan 13,3%, mineral hornblende tersebut kesemuanya terdapat dalam sedimen lanauan. Mineral piroksen merupakan salah satu mineral yang umum dijumpai pada daerah telitian yang tersebar di 16 lokasi, mulai dari muka perairan K. Cilampis (di barat) hingga ke perairan antara pebatasan Kabupaten Brebes dengan Tegal (di timur). Kandungan mineral ini bervariasi dari 4,2o/o (contoh 87, sekitar muara K. Pamali
bagian timur) yang terdapat pada sedimen lanauan hingga 3l% (contoh 33, sekitar muara K. Babakan) yang terdapat dalam sedimen lanau pasiran. Dari rnineral-mineral ke-empat
golongan tersebut
di atas, seperti magnetit, limonit, piroksen, hornblende, biotit dan
muskovit umum dijumpai dalam batuan beku dan batuan metamorfik. Begitupun rutil dan
pirit selain umum drjumpai dalam batuan beku dan metamorfik, umum pula ditemukan pada vein-vein.
Dilihat dari susunan batuan yang menempati hulu-hulu sungai daerah telitian yang umumnya dibentuk oleh produk gunung api volkanik kuarter asal gunung Slamet di timur dan asal gunung Ciremai di barat, seperti lava, lapili, tufa dan breksi volkanik maka dapat diasumsikan bahwa sumber asal dari mineral-mineral tersebut di atas meruoakan hasil proses mekanik asal darat yang ditransport ke laut.
4.2
KEANEKARAGAMAN HAYATI
Perairan laut Kabupaten Brebes merupakan bagian dari Laut Jawa. Perairan ini umumnya dangkal dimana pada musim barat, perairan ini mendapat masukan air bekadar garam
tinggi dari Laut Cina Selatan yang meliputi ekosistem hutan mangrove dan perikanan tangkap (frsheries).
tv-3
TABEL IV.2 KEBER,ADAAN DAN KANDUNGAN MINERAL BERAT Mineral Berat (%)
No
cth
Maqnetit
Hematit
Biotit
Piroksen
1
40
Y
Q{
11
FAa
14,2
IJ
17,4
17,4
14
26,1
21
40
10
26
28
tt
28
20
20
26,7
56
11,1
13,3
71
27,7
81
6,7 14,3
'17
21,4
91
22,2
98
18.2
Rutil
Muskovit
21
23 13
10
30
10
at ,l
2,7
30
6,7 I
12,5
46,7 14,3
'l
ol,l 73,6
IJ,J
10
30,4 8
62,3
L
aa
71,8
14,3
ZI
4
Limonit
4,5
11,1
14,1
A7
4.2.1
3,1
21,1
36,7
6S,6
Sumber:
72,7
5
IJ
16,7
70
84
18,2
30
28,6
62 63
24,6
12,4
.t't I
40
Pirit
14,4
27,5
33 43
Homblende
I
64,3
il
57,8 66,7
1A)
17 1
36,4
Analisis,
Ekosistem Hutan Mangrove
Vegetasi penyusun perairan laut Brebes pada umumnya berupa tanaman bakau (mangrove) dan tanaman api-api. Pola sebaran tanaman ini pada umumnya selaras dengan kondisi perairan dan litologi penyusun pantai. Mangrove dapat tumbuh dan berkembang secara maksimum dalam kondisi dimana terjadi penggenangan dan sirkulasi
air permukaan yang menyebabkan pertukaran dan pergantian sedimen secara
terus
menerus. Sirkulasi yang tetap (terus menerus) meningkatkan pasokan oksigen dan nutrien, untuk keperluan respirasidan produksi yang dilakukan oleh tumbuhan tersebut.
Vegetasi ini banyak drjumpai pada pantai yang berlumpur mulai dari Muara Kali losari, Teluk bangsri sampai dengan Muara Kali Nippon desa Sawojajar. Sedangkan kearah timur mulai Muara Kali Pemali sampai dengan Paniai Randusanga pada umumnya litologi penyusun pantai berupa pasiran sehingga jarang dijumpai adanya tanaman bakau.
tv4
Secara umum, ekosistem mangrove cukup tahan terhadap berbagai gangguan dan
tekanan lingkungan. Namun demikian, mangrove tersebut sangat peka terhadap pengendapan atau sedimentasi, tinggi rata-rata permukaan air, pencucian serta tumpahan minyak. Permasalahan utam tentang pengaruh atau tekanan terhadap habitat mangrove bersumber dari kegiatan manusia untuk mengkonversi area hutan mangrove tersebut
menjadi areal pengembangan perumahan, kegiatan-kegiatan komersial,
industri,
pertanian, pembukaan tambak-tambak untuk budidaya perairan. Khususnya di Kabupaten Brebes, pada masa booming pertambakan udang windu, diperkirakan terjadipenambahan areal luas tambak udang sampai kepada areal hutan mangrove.
TABEL IV.3 BEBERAPA DAMPAK DARI KEGIATAN MANUSIATERHADAP EKOSISTEM MANGROVE Kegiatan Dampak yang Potensial Muncul Berubahnya komposisi tumbuhan; phon-pohon mangrove akan digantikan oleh
Tebang habis
spesies-spesies yang nilai komersialnya rendah
dan hutan mangrove
yang
ditebang habis ini tidak lagi berfungsi sebagai daerah mencari maknan (feeding ground) dan daerah pengasuhan (nursery ground) yang optimal bagi bermacam ikan dan udang stadium muda yang komersial penting.
Pengalihan air tawar,
-
Peningkatan salinitas hutan (rawa) mangrove mdnyebabkan dominasi dari
misalnya
spesies-spesies yang lebih loleran terhadap air yang menjadi lebih asin; ikan
pembangunan irigasi
dan udang dalam stadium larva dan juvenil mungkin tak dapat mentoleransi peningkatan salinitas, karena mereka
lebih sensitif terhadap
perubahan
lingkungan
-
Menurunnya tingkat kesuburan hutan mangrove karena pasokan zat-zat hara melalui aliran air tawar berkurano
Konversi
lahan perikanan
menjadi
perlanian,
Mengancam regenerasi stok-stok ikan
dan udang di perairan,
pertanian,
perikanan lepas pantai yang memerlukan hutan (rawa) mangrove sebagai nursery ground larva dan/atau stadium muda ikan dan udang Pencemaran laut oleh bahan-bahan pencemar yang sebelum hutan mangrove dikonversi dapat diikat oleh substrat hutan mangrove
Pendangkalan perairan pantai karena pengendapan sedimen yang sebelum hutan mangrove dikonversi mengendap di hutan mangrove Instrusi garam melalui saluran-saluran alam yang bertahankan keberadaannya atau melalui saluran-saluran buatan manusi yang bermuara di laut Erosi garis pantai yang sebelumnya ditumbuhi mangrove
tv-5
Kegiatan
Dampak yang Potensial Muncul
Pembuangan sampah
Penurunan kandungan oksigen yang tedarut dalam air, bahkan dapat terladi
cair (sewage)
keadaan anoksik dalam air sehingga bahan organik yang terdapat dalam sampah cair mengalami dekomposisi anaerobik yang antara lain menghasilkan racun (HzS dan NHs) bagi organisme hewan da{am air.
-
Pembuangan Sampah padat
Kemungkinan terlapisnya pneumatofora dengan sampah
yang
akan
mengakibatkan kematian pohon-pohon mangrove
-
Perembesan bahan-bahan pencemar dalam sampah pada yang kemudian larut dalam air ke perairan di sekitar pembuangan sampah
Di
daratan
sekitar
hutan mangrove
Pengendapan sedimen yang berlebihan yang dapat mengkibatkan terlapisnya pneumatofora
oleh sedimen dan pada akhirnya dapat mematikan
pohon
mangrove Berwick (1e83)
4.2.2
Perikanan Tangkap (Captured Fishenes)
Menurut lokasi kegiatannya, perikanan tangkap di Indonesia dikelompokkan ke dalam 3
bagian, yaitu perikanan lepas pantai (off-shores l?shenes), perikanan pantai (coastal fsheries), dan penkanan daiat(intand /?shen'es). Khusus perikanan darat akan dibahas terpisah pada bab selanjutnya, yaitu pada eksosistem buatan, sektor pertanian.
Perairan Kabupaten Brebes merupakan bagian dariperairan laut jawa yang tergolong laut dangkal. Laut Jawa membentang dari utara Pulau Jawa hingga selatan Pulau Kalimantan,
seluruh bentangan Laut Jawa, secara vertikal, masih termasuk paparan benua (continentalshelf). Kedalam'an laut dalam cakupan paparan benua biasanya kurang dari
200 m, dan ternyata kedalaman Laut Jawa kurang dari 100 m. Kedalaman di sekitar pantai selatan Sumatera hanya sekitar 20 m, dan berangsur-angsur meningkat hingga mencapai 60-80 m di sebelah timur pada perairan yang menghadap Selat Makasar.
Sumber daya perikanan di Laut Kabupaten Brebes ini didominasi oleh ikan demersal dan ikan pelagis kecil(AbdulAziz, 2000). Berdasarkan data tahun 1997, potensiikan pelagis mencapai 340 ribu ton/tahun, sedangkan ikan demersal sebanyak 431,2 ribu ton/tahun,
Sehingga tidak mengherankab pada beberapa simpul pantai dan perairan Brebes,
terdapat aktivitas penangkapan laut, yang diwakili dengan adanya perkampungan
tv-6
nelayan, jaringan sungai yang dipenuhi oleh kapal-kapal penangkap ikan, dan 8 buah Tempat Pelelangan lkan.
Besarnya potensi tersebut ternyata belum berbanding lurus dengan pendapatan yang dihasilkan, sehingga jika dibandingkan dengan wilayah pengelolaan perikanan yang lain,
maka Laut Jawa tergolong ke dalam wilayah yang memiliki peluang pengembangan antara 1-20o/o atau tergolong rendah. Rendahnya peluang pengembangan tersebut disebabkan karena karakteristik laut jawa sendiri yang tidak sebesar laut-laut lain di Indonesia, sehingga diharapkan intensitas pemanfaatannya bisa meningkat.
Perikanan pantai ialah kegiatan menangkap populasi hewan air (ikan, udang, kerang-
kerangan) dan memanen tumbuhan air (ganggang, rumput laut) yang hidup liar di perairan sekitar pantai. Khusus di Kabupaten Brebes, kegiatan ini bukan sebagai kegiatan produktif, tetapi lebih berorientasi kepada kegiatan dadakan atau pekerjaan sampingan
dari para nelayan maupun petambak di sekitar pantai. Rendahnya kegiatan perikanan pantai ini disesbakan karena potensi perikananya yang memang relatif rendah.
Sehingga untuk sumber daya perikanan laut, potensi utama terbesar ikan-ikan yang dapat ditangkap adalah ikan pelagis kecil dan demersal, sedangkan potensi lainnya, seperti ikan kertas, dll juga cukup prospektif.
tv-7
BAB 5 KEGIATAN KOMUNITAS PANTAI Kegiatan dan karakteristik penduduk secara langsung maupun tidak langsung membenkan dampak terhadap lingkungan pantai dan laut. Oleh sebab itu dalam merencanakan suatu wilayah harus pula mempertimbangkan karakteristik penduduk, aktivitas atau kegiatan perekonomian, serta keberadaan sarana dan prasarana pendukung yang berpengaruh pada kegiatan pantai dan laut Kabupaten Brebes.
5.1
PENDUDUK WILAYAH PANTAI DAN LAUT Dalam perencanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat penting karena penduduk bukan saja sebagai obyek, tapi juga menjadi subyek bagi pembangunan.
Segala sesuatu yang direncanakan baik penyusunan tata ruang, perencanaan sarana maupun prasarana semua digunakan untuk menunjang kehidupan penduduk. Oleh karena
itu, ketersediaan data dan informasi kependudukan menjadi sesuatu yang sangat esensial bagi perencanaan, tidak terkecuali pada wilayah pantai dan laut.
-
Dalam analisis kependudukan ini, akan dilihat beberapa faktor kependudukan yang berpengaruh pada proses perencanaan pembangunan suatu wilayah, antara lain jumlah
dan distribusi penduduk, pertumbuhan penduduk, karakteristik penduduk, ketenagakerjaan penduduk yang tinggal
serta
di wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes.
Karakteristik penduduk yang berpengaruh dalam proses pembangunan wilayah pantai dan laut akan dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan, dan karakteristik penduduk pantai dan laut.
5.1.1 Jumlah dan Distribusi Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Brebes memiliki prosentase tertinggi dalam proporsi jumlah penduduk Propinsi Jawa Tengah, yaiiu sekitar 5,49% atau sekitar 1,7 juta jiwa pada tahun
2000. Namun demikian Kabupaten Brebes bukan merupakan yang terpadat di Propinsi Jawa Tengah.
Dari 1,7 juta jiwa tersebut, yang tersebar di wilayah pantai dan laut berjumtah 649.523 jiwa atau 38,240/o dari total penduduk Kabupaten Brebes. Karena wilayah pantai dan laut secara
batas administratif pemerintahan tergabung dalam lima kecamatan, yaitu Kecamatan Losari, Tanjung, Bulakamba, Wanasari, dan Brebes. Dengan jumlah penduduk terbanyak
berada
di
Kecamatan Brebes. Hal ini disebabkan oleh kedudukan Kecamatan Brebes
sebagai ibukota Kabupaten Brebes, kemudian diikuti oleh Kecamatan Bulakamba (154.187
jiwa)dan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Tanjung yaitu 88.161 jiwa.
Kepadatan penduduk
di
Kabupaten Brebes dapat dikategorikan dalam kelompok tinggi,
karena masih jauh lebih tinggi daripada kepadatan nasional. Menurut Sensus Penduduk 2000, kepadatan nasionaladalah 106 jiwatkrnz. Kepadatan penduduk diwilayah pantaidan
laut, yaitu 1.570 jiwa/kmz, masih diatas kepadatan rata-rata penduduk Kabupaten Brebes (1.023 jiwa/km2) dengan kecamatan terpadat adalah Kecamatan Brebes, yaitu 1.897 jiwa/km2, sedangkan penduduk yang paling jarang terdapat di Kecamatan Tanjung, yaitu
sekitar 1.293 jiwa/km2. Hal ini memperlihatkan bahwa pola persebaran penduduk masih terakumulasi akibat faktor penarik jalan pantura dan fasilitas perkotaan di Kota Tegal. Dan
secara internali wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes sendiri, pola persebaran penduduk cenderung merata.
TABEL V.1
JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK WILAYAH PANTAI DAN LAUT KABUPATEN BREBES TAHUN
Kecamatan Losari Taniunq
Jumlah
Luas Wilayah {km2)
2OOO
Kepadatan Kotor (iiwa/kmzl
120.372
89,43
|
88.1 61
68,19
1.293
.J.+O
Bulakamba
154.087
101,55
1.517
Wanasari
130.799
72,26
1.810
Brebes
156.104
82,30
1.897
Total
649.523
413,73
1.570
.661 ,'17
1.023
Kab. Brebes
1.698.635
1
Sumber: Kabuoaten Breb€s dalam Anoka tahun
5.1.2 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Brebes
Perhitungan jumlah penduduk wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes dilakukan berdasarkan angka laju pertumbuhan Kabupaten Brebes karena faktor pertumbuhan di wilayah pantai dan laut sangat dominan terhadap angka pertumbuhan Kabupaten Brebes dan dinamtka kependudukan di Brebes yang cendrung stabil. Berdasarkan data mengenai
jumlah penduduk Kabupaten Brebes dari tahun 1985 sampai dengan tahun 2000, dapat disimpulkan bahwa perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Brebes secara absolut cenderung fluktuatif meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata '1,6%. namun laju pertumbuhannya cenderung menurun sekitar 0,75% per tahun. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk Propinsi Jawa Tengah, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Brebes ini lebih tinggi, yaitu sekitar 1,08%.
TABEL V,2 PERTAMBAHAN DAN LAJU PERTAMBAHAN PENDUDUK KABUPATEN BREBES TAHUN 1985 - 2OOO Tahun
Jumlah oenduduk
Peftmbahan oenduduk
Laju pertumbuhan
1985
1.335.718
9.912
1986
1.390.224
54.506
4.08
1987
1.396.302
6.078
044
1988
'1.407.153
10.851
0,78
1989
1.416.851
9.698
0.69
1990
1.528.525
111.674
7,88
1991
1.536.534
8.009
0,52
'1992
1.542.775
6.241
0.41
1993
1.548.928
6.153
0.40
1
994
1.555.424
6.496
0,42
1
995
1
.561.330
6 onA
0,38
1996
1.567.044
5.714
0,37
1
997
1.572.878
s.834
U.J/
1
998
1.577.631
4.753
0,30
1999
1.583.426
2000
1.698.635
0,37 115.209
7.28
Laiu pertumbuhan penduduk rata-rata
165
Kabupaten Brebes Dalam Angka Anoka tahun 2000
Apabila dilakukan perhitungan proyeksi jumlah penduduk
di wilayah pantai dan laut
Kabupaten Brebes pada 10 tahun mendatang dengan memakai metoda bunga berganda, maka akan diperoleh perkiraan yang mendekati jumlah penduduk wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes yang sesungguhnya pada tahun 2012, Jumlah penduduk wilayah pantai
dan laut Kabupaten Brebes hasil proyeksi '10 tahun ke depan dapat dilihat pada tabeldi bawah ini.
v-3
TABEL V.3 PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK WILAYAH PANTAI DAN LAUT KABUPATEN BREBES TAHUN 2012 Jumlah Penduduk
Kecamatan
Tahun 2000
Losari
Tahun 2012 146.492
120.372
Taniuno
88.161
107.291
Bulakamba
154.087
187.523
Wanasari
130.799
159.182
Brebes
156.104
189.978
Total
649.523
790.466
5.1.3 Karakteristik Sosial Penduduk Pembangunan akan berhasil apabila sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penduduk di
wilayah tersebut. Karakteristik penduduk dapat memperlihatkan kebutuhan apa saja yang harus dipenuhi wilayah tersebut. Berikut ini akan dibahas mengenai karakteristik penduduk
wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes berdasarkan kelompok umur, agama, tingkat pendidikan, maupun dari dari tingkat kesejahteraan penduduk pesisir secara khusus.
a.
Kelompok Umur Komposisi penduduk wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes menurut golongan umur menunjukkan bahwa kelompok umur 10-14 tahun menempati proporsi terbesar, yaitu
kuranglebih
120/0.
GAMBAR 5.1 PROPORSI JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR
-23472 ri.','ir ::n -23412lv n -35008
a nui.onr"1 I
]
60+
r..'rlllT,irl:rllll 40-49
-43662 ElnnnlT.i--Tllnnnni-r,:1n -560 1 0
Fr-a-:]?rr:i:ti,:,,:lr-i:.:
r
-72882ffi
20-29 Flili-i-tlr-l::tlli1.-T-In
itr Laki L;ki
560.1 0
ffi80180
-6e386@
-80000 -60000 -40000
F-.:==:l 22140 n--l=-r 20935 riiillilE::i:l 34402 FTi-iriTi::rri 42640
0-ery68848 -20000 0
0
20000 40000 60000
80000
Sumber Kabupalen Brebes Oalam Anqka tahun 2000
Pada gambar di atas terlihat bahwa proporsijumlah penduduk paling besar berada pada
kelompok umur 10-20 tahun, dengan bentuk piramida, yaitu semakin kecil proporsi
jumlah penduduk pada usia yang lebih tua. Agar lebih jelas, kelompok umur yang
memiliki proporsi jumlah terbesar dapat diperoleh melalui perhitungan komposisi oenduduk.
Komposisi penduduk menurut umur dapat digolongkan menjadi
3
kelompok, yaitu
kelompok penduduk muda, penduduk sedang, atau kelompok penduduk
tua.
Penggolongan kelompok umur dilakukan dengan melihat komposisi umur penduduknya
dan berdasarkan perhitungan umur median. Dengan melihat komposisi
umur
penduduknya, maka dapat ditentukan penduduk tua (old population) dan penduduk muda (young population), sebagai berikut:
UMUR
PENDUDUK TUA
PENDUDUK MUDA
0-14
130ok
15-64
240o/o
> 60%
s 55%
oc+
2 10%
<
5o/o
Berdasarkan data jumlah penduduk wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes tahun 2000, penduduk wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes terdiri dari 33% penduduk termasuk dalam KU 0
*
14,59,7% penduduk termasuk dalam KU 15
-
59, dan
70/o
penduduk termasuk dalam KU 60+. Berarti penduduk wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes tidak termasuk dalam kelompok tua maupun kelompok muda.
Perhitungan lain yang digunakan untuk melihat komposisi penduduk adalah perhitungan umur median. Umur median adalah umur yang membagi penduduk menjadi dua bagian yang sama, bagian yang pertama lebih muda dan bagian yang kedua lebih tua dari umur
median. Penggolongan penduduk berdasarkan umur mediannya dapat dikategorikan sebagai berikut
:
UMUR MEDIAN
I
20 tahun
21 - 30 tahun > 30 tahun
KATEGORI Penduduk muda Penduduk sedang Penduduk tua
Berdasarkan perhitungan, diperoleh umur median wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes adalah 22,75 tahun. Dengan demikian dapat dikatakan penduduk di wilayah
pantai dan laut Kabupaten Brebes termasuk dalam kategori penduduk sedang. Jadi jumlah penduduk usia produktif masih lebih banyak daripada jumlah penduduk usia nonproduktif, yang dapat diartikan bahwa terdapat potensi tenaga kerja di wilayah pantai dan laut Kabuoaten Brebes.
v-5
b. Penduduk Menurut Agama Informasi mengenai jumlah penduduk menurut agama dibutuhkan untuk mengetahui
kondisi ketersediaan sarana peribadatan, sehingga semua penduduk
dapat
menjalankan ibadahnya dengan baik. Komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianutnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
TABEL V.4 JUMLAH PENDUDUK MENURUT AGAMA YANG DIANUTNYA DI WILAYAH PANTAI DAN LAUT KABUPATEN BREBES TAHUN 2()OO Kristen Katolik
Kristen Protestan
Kecamatan
lslam
Losari
119.872
228
88
87,472
294
Bulakamba
153.968
ol
Wanasari
130.680
70
Brebes
155.078
364
Total
647.070
1.017
Taniuno
Hindu
Budha
12 ?'t
109
lYc
tc
4
29
0
I
0
701
Konghucu 63 0
97
215
0
152
430
bJ
Sumber: Kabupaten Brebes dalam Anoka tahun 2000
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa gg,6% penduduk wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes menganut agama lslam. Walaupun penduduk beragama non-islam
dalam proporsi kecil, tetapi tersebar di setiap kecamatan di wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes. Dengan demikian pembangunan
di
wilayah pantai dan laut
Kabupaten Brebes harus tetap memperhatikan kepentingan agama lain; sepeil penyediaan sarana beribadah. Secara proporsional disesuaikan dengan jumlah penganutnya.
Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kelompok penduduk menurut tingkat pendidikan memperlihatkan kualitas penduduk wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes. Semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin besar pula dukungan sumber daya manusia
di wilayah pantai dan laut
Kabupaten Brebes dalam proses perencanaan pembangunan. Jumlah penduduk menurut tingkat pendididkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
v-6
TABEL V.5 TINGKAT PENDIDIKAN PENDUDUK UMUR 1O TAHUN KE ATAS WILAYAH PANTAI DAN LAUT KABUPATEN BREBES TAHUN 2OOO Tamat PT/Akademi
Tamat
1.144
Taniuno
841
Bulakamba
Kecamatan
SMU
Tamat
Tamat
TidaUBelum Tamat SD
Tidak Pernah Sekolah
Jumlah
5.193
SLTP 11 ((a
34.479
30.343
14.039
3.409
6.081
24.506
22.025
I
922
11.250
17.847
37.906
40.556
11.401
1
Wanasari
1.317
5.753
8.199
33.671
36.439
17.065
102.444
Brebes
4.612
21.642
20.426
41 .159
u.710
1.531
124.080
Tolal
8,836
47.247
64.111
171,721
164.073
55.301
511.289
Losari
SD
YO. / CO
t.toc
68j27 19.882
Sumber: Kabupaten Brebes dalam Anoka tahun
Sebagian besar penduduk wilayah pantai
dan laut Kabupaten Brebes baru
menyelesaikan pendidikan hingga tahap sD, yaitu sekitar 33,670. sedangkan sebagian besar lainnya tidaubelum tamat sD (32,1o/ol. Demikian pula dengan tingkat pendidikan penduduk di setiap kecamatan, sebagian besar tamat dan tidaUbelum tamat SD, Hal ini dikhawatirkan akan menghambat pengembangan wilayah pantai dan laut Kabupaten
Brebes. oleh sebab itu diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya melalui program-program peningkatan tingkat pendidikan masyarakat.
d. Tingkat Kesejahteraan Penduduk Wilayah Pantai dan Laut Karakterisitik penduduk wilayah pantai dan laut dapat dilihat diantaranya dari dari sisi kesejahteraan penduduknya. Semakin banyak penduduk miskin di suatu daerah, maka
akan semakin penting pembangunan
di
daerah tersebut untuk
meningkatkan
kesejahteraan penduduknya. Berdasarkan data Penduduk Miskin Kabupaten Brebes
Hasil Validasi tahun 2001, penduduk miskin di wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes sebesar 194.900 jiwa yang terdapat dalam 50.539 keluarga. Jumlah penduduk miskin masing-masing kecamatan di wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes dirinci dalam tabel di bawah ini.
TABEL V.6 JUMLAH KELUARGA MISKIN DIWILAYAH PANTAI DAN LAUT KABUPATEN BREBES TAHUN 1998 DAN 2(}t)1
Kecamatan
Tahun 1998 Tahun 2001 Jumlah KK Miskin Jumlah Penduduk Mishir Jumlah KK liliskin lumlah Penduduk Miskk
.osan
8.521
32.33(
10.51(
anilno
4.22t
21,84t
8.44,
lulakamba
5.99{
25.80{
Nanasari
8.72(
37lci.
lrebes
8.46(
36.52,
35.92
153.61t
fotal
14.83
JY. /Ot
32.431
59.21(
7.82t
29.07i
8.92: qn q?(
34.39{ 194.90(
Hasil Validasi tahun 200
Jumlah penduduk miskin diwilayah pantaidan laut Kabupaten Brebes mulaitahun 1998
hingga 2001 mengalami peningkatan, demikian pula persentase penduduk miskin terhadap jumlah penduduk keseluruhan mengalami peningkatan dari 25o/o pada tahun 1998 menjadi 3070 pada tahun 2001. Hal ini disebabkan oleh semakin memburuknya
keadaan perekonomian Indonesia yang mengimbas pada kesejahteraan penduduk Indonesia.
Apabila dilihat per kecamatan, maka jumlah penduduk miskin di setiap kecamatan mengalami peningkatan kecuali
di Kecamatan Wanasari dan Brebes.
Peningkatan
jumlah penduduk miskin di Kecamatan Bulakamba merupakan yang terbesar. Berarti kesejahteraan penduduk di Kecamatan Bulakamba mengalami penurunan lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan lain di wilayah pantai dan laut.
5.1.4
a.
Ketenagakerjaan
Angka Ketergantungan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perkembangan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh dukungan tenaga kerja yang dimilikinya. tenaga kerja dapat bekerja dengan baik apablia memiliki beban yang seimbang dan produktif. Kualitas tenaga kerja dapat dianalisis melalui hasil perhitungan Angka Beban Tanggungan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja.
Angka Beban Tanggungan (Dependency Rafio) merupakan angka yang menyatakan perbandingan antara jumlah penduduk yang tidak prodktif (umurdibawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan jurnlah penduduk yang termasuk usia produktif. dengan penilaian:
V-B
Angka Beban Tanggungan Tinggi
:270
Angka Beban Tanggungan Sedang : 51-69 Angka Beban Tanggungan Rendah
:s50
semakin tinggi Angka Beban Tanggungan menunjukkan semakin besar pendapatan penduduk produktif yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang tidak produktif. Perhitungan Angka Beban Tanggungan setiap kecamatan di wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes pada tahun 2000 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
TABEL V.7 ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DI WILAYAH PANTAI DAN LAUT KABUPATEN BREBES TAHUN 2OOO Kecamatan
KU 0-14
KU 60+
KU 15-59
Angka Beban Tanqqunqan
Losari
37.437
10.429
z.cvo
66,02
Taniuno
30.228
6 047
51.966
69,65 69,61
r
Bulakamba
53.476
9.763
90.848
Wanasari
45.198
8.747
76.854
70,19
Brebes
49.993
10.706
95.405
63,62
zto.JJl
45.612
387.579
o/,cu
Total
Dengan melihat Angka Beban Tanggungan di atas, oapat olimputkan bahwa Angka Beban Tanggungan di wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes tergolong sedang. Namun angka
beban tanggungan di beberapa kecamatan hampir tergolong tinggi, yaitu di Kecamatan Tanjung, Bulakamba, Wanasari. Hal ini memiliki pengertian bahwa penduduk produktif di ketiga kecamatan tersebut harus menanggung beban lebih berat dibandingkan kedua kecamatan lainnya di wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (Labor Force Participation) menyatakan perbandingan
jumlah angkatan kerja (penduduk yang berumur 10 tahun ke atas yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomis) dengan jumlah penduduk usia kerja (di Indonesia umur 10 tahun ke atas). Dengan penilaian: TPAK
tinggi
:70 TPAK sedang : 50 - 69 TPAKrendah ;<50 :
v-9
TABEL V.8 TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA SETIAP KECAMATAN DIWILAYAH PANTAI DAN LAUT KABUPATEN BREBES TAHUN 2OOO Jumlah Angkatan Keria
Kecamatan
Jumlah Penduduk Usia Keria
TPAK
-osan
73.37!
96.75t
75.81
Ianiunq
45.33'
68.12i
66,1
105.84;
119,881
55.27i
102.44t
88,2{ 4? O'
76.46'
124.081
61,6i
356.28;
511.28(
69.6{
lulakamba {anasari lrebes iotal
Sebenarnya nilai TPAK
di atas belum merupakan
angka yang sebenarnya karena
perhitungan jumlah angkatan kerja yang dilakukan belum memasukkan jumlah pencari kerja, karena keterbatasan data.
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat ditihat bahwa penduduk wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes memiliki nilai TPAK yang sedang namun mendekati kategori tinggi, yaitu
69,68. Hal ini dapat diartikan bahwa dari 10 orang penduduk yang berada dalam usia produktif, sekitar 7 orang aktif melakukan kegiatan perekonomian. Nilai TPAK paling tinggi adalah Kecamatan Losari, yang mencapai nilai 75,84%. Bgrarti sebagian besar penduduk
wilayah pantai dan laut di Kabupaten Brebes dalam usia kerja telah produktif dalam melakukan kegiatan perekonomian.
Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Sebagian besar penduduk di wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes bekerja di sektor
pertanian sebagai buruh tani (43,69%) dan petani sendiri (21,31%). Penyerapan tenaga
kerja di sektor pertanian ini mengalami peningkatan dari tahun 1998. Meningkatnya kesempatan kerja kesempatan kerja
di
sektor pertanian disebabkan antara lain oleh berkurangnya
di sektor induski akibat kondisi perekonomian yang buruk. Sektor
pertanian merupakan salah satu sektor yang mudah dilakukan tenaga kerja karena tidak
membutuhkan kualifikasi tenaga kerja yang berkualitas. Hal
ini berhubungan
dengan
rendahnya tingkat pendidikan yang berhasil diselesaikan oleh sebagian besar penduduk di
wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes. Struktur penduduk menurut
mata
pencahariannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
v-10
TABEL V.9 JENIS MATA PENCAHARIAN PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KE ATAS TAHUN 2OOO
.osan
Petani
Buruh
Sendiri
Tani
Pengusaha
Buruh Buruh Industri Banounan
Pengangkutan PNS/ABRI Pensiunan
Jasa. iasa
11 55:
22.68
1.78i
1.631
2.28
4.82
6.44;
8.26(
25.43(
1.85
16i
1.06r
2.01t
4.021
23:
68i
z3.oJa
55.19(
7.82\
bl
3.48{
3.88t
4.B6t
681
1.071
Vanasari
tJ.o6l
26.7|t
4.921
20,
oti
2.42:,
3.251
ol
89'
191
1,74:
55,27'.
kebes
16.80(
25.63,
1.941
zol
3.021
7.84:,
o.Jzi
59,
10.1 5r
1.10,
2.76'
76.46
otal
75.94t
155.66
2.33,
t0.48i
20.98(
24.92(
2.751
13.29r
2.01
faniuno Julakamba
18.33;
oJ/
481
20.82r
71 17
22
1.37
45.33:
tt/
2.84' 105.84
21
29.55i JCO.26
Angka tahun 2000
Berdasarkan data
di
atas, dapat dilihat pada seluruh kecamatan sebagian
besar
penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai buruh tani maupun petani sendiri. Mata pencaharian lainnya yang dilakukan penduduk wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes
adalah perdagangan, baik jasa maupun barang, terutama di Kecamatan Losari. Hal ini mengindikasikan adanya kegiatan perdagangan, baik jasa maupun barang yang cukup potensial di Kecamatan Losari.
5.2
AKTIVITAS EKONOMIWILAYAH PANTAIDAN LAUT
Kegiatan pembangunan ekonomi merupakan upaya dan kebijaksanaan yang bertujuan
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan hasil-hasil pembangunan kepada seluruh anggota masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor-sektor
primer ke sektor-sektor sekunder dan tersier. Dengan kata lain, arah pembangunan ekonomi adalah mengupayakan agar pendapatan masyarakat dapat meningkat secara mantap dan dan tercapainya pemerataan hasil-hasil pembangunan. Untuk Kabupaten Brebes, upaya inijuga harus dilakukan dengan selalu memperhatikan kondisi fisik kawasan
wilayah pantai dan laut yang unik, sehingga tercapainya pertumbuhan dan pemerataan hasil-hasil pembangunan tidak akan menyebabkan kerusakan pada fisik wilayah pantai dan laut atau dengan kata lain tercapainya suatu keberlanjutan.
Analisis ekonomi diarahkan untuk menghimpun informasi mengenai kinerja ekonomi wilayah, potensi dan sektor-sektor yang dapat dipacu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan, dan masalah-masalah yang dihadapi. Pada analisis ini akan dibahas analisis ekonomi umum dan analisis ekonomi per sektor, yaitu sektor-sektor yang
berkaitan dengan kawasan pantai dan laut. Analisis ekonomi umum dilakukan untuk
mengetahui kondisi ekonomi kawasan pantai dan laut Brebes secara umum. Analisis
ekonomi umum meliputi laju pertumbuhan ekonomi, analisis struktur ekonomi dan pergeserannya, analisis sektor unggulan, laju pendapatan/ produktivitas per kapita, eksporimpor dan investasi. Dalam setiap kajian ekonomi, akan ditinjau kondisi Kabupaten Brebes dan secara spesifik wilayah pantai dan lautnya yang meliputi 5 kecamatan yaitu Kecamatan Losari, Tanjung, Bulakamba, Wanasari, dan Brebes.
5.2.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Analisis ini digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi wilayah perencanaan
dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Penekanan pada proses karena mengandung unsur dinamis, perubahan atau perkembangan. Oleh karena itu pemakaian indikator pertumbuhan ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tertentu. Perhitungan laju pertumbuhan ekonomi Kab Brebes serta wilayah pantai dan lauhya akan dihitung dengan metoda rata-rata dalam kurun waktu tertentu.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes pada tahun 2000 tercatat 4.56 % (menurut harga
konstan). Secara nil, pertumbuhan tahun 2000 ini relatif lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yaitu tahun 1999 (yang hanya mencapai 4.42 %). Apabila kita bandingkan keadaan ekonomi sebelum krisis, menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi
pasca krisis masih
di
bawah pertumbuhan rata-rata sebelum masa krisis. Rata+ata
pertumbuhan tahun 1993-1996 sebesar 6,16 % sedangkan tahun 1997-2000 sebesar 4,17 o/0.
Hal ini menunjukkan bahwa secara umum keadaan perekonomian sebelum
krisis
ekonomi lebih baik dibandinqkan saat sekarano.
TABEL V.1O PERTUMBUHAN EKONOMI AGREGAT TAHUN 1993.2000 UM DAN SESUDAI KRISIS EKONOMI) DALAM JUTMN RUPIAH Tahun Nilai
993
969542.i
1
994
1144264.81
1
995
1322522.81
1
1996
1
Sesudah Krisis
Konstan (1993)
Berlaku
Sebelum Krisis
51
75s6.7!
Pertumbuhan (%)
Pertumbuhan (%)
Nilai 420826.2i
15.1t
1039221.1 15.5{ 1A
-7t
Pe(umbuhan (%)
1
6.1r
10451 7.3:
1173207.5(
6.2t O.lt
997
1782020.94
17.4i
236706.7(
Pertumbuhan (%) AA'
1998
2474861.9(
38.8{
264853.8i
z.ta
1999
2672109.91
7.gi
JZVIJJ.I
2000
3048561.3r
14.0(
1
Nilai
Nilai
381023.4:
I
4.4
4.5(
BPS Kab Brebes, 2000
v-12
'F
untuk mengetahui sektor-sektor unggulan yang masih memiliki peluang untuk berkembang, maka perlu diketahui pertumbuhan ekonomi sektoral. Dari pertumbuhan ekonomi sektoral, dapat diketahui sektor yang jenuh, sektor yang masih dapat berkembang dan sektor yang tidak dapat berkembang sama sekali.
Jika diamati, selama tahun 2000 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes secara agregat
sebesar 14,09 To atas dasar harga berlaku, dan 4,56 % atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi tersebut tidak terlepas dari sumbangan g sektor yang ada. sektor yang memiliki pertumbuhan tertinggi adalah sektor listrik, gas dan air minum sebesar 7,53
% , disusul oleh sektor pertanian (6,1 %), indushi pengolahan (4,65 %) dan seterusnya. sedangkan sektor-sektor yang masih terkena dampak krisis ekonomi adalah sektor Bangunan dan lembaga keuangan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan negatif
di sektor yang bersangkutan masing-masing sebesar
-
10,62vo dan
-
0,14
o/0.
TABEL V.11 PERTUMBUHAN EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Dl KABUPATEN BREBES TAHUN 2000 (Dalam persen) Lapanoan Usaha rerlanian rertambanqan dan Penqqalian ndustri Penqolahan -istrik, Gas dan Air Minum 3angunan
)erdaqanean, Hotel dan Restoran )enQanqkutan dan Komunikas.
lank dan Lembaoa Keuanoan lainnva
Berlaku
Konstan 1993 11.8i
0.
15.9r
29",
4.61
15.3;
7.5i
4.4t
-10.61
14.t
4.2(
14.1
t1.t
1.1
4.1u
lasa-iasa
10.0(
1.0(
(abuoaten Brebes
14.0(
4.5(
Sumber: BPS Kab Brebes.
Untuk lebih mengetahui kondisi perekonomian wilayah pantai dan laut, maka perlu dilihat PDRB dan pertumbuhan ekonomi wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes, yang terdiri
dari 5 kecamatan. Jika dilihat dari PDRB wilayah pantai dan laut, wilayah pantai dan laut
yang memiliki PDRB tertinggi adalah Kecamatan Brebes, disusul oleh
Kecamatan
Bulakamba dan Tanjung. Sedangkan Kecamatan Wanasari memiliki PDRB terendah jika dibandingkan dengan kecamatan lain di wilayah pantai dan laut.
Meskipun nilai PDRB Kecamatan Brebes adalah yang tertinggi, tetapi dilihat dari pertumbuhannya, Kecamatan Brebes memiliki laju pendapatan terendah (3,44
o/o
di tahun
2000). Pertumbuhan PDRB tertinggijustru dimiliki oleh Kecamatan Losari (4,78 %) disusul
v-'13
oleh Kecamatan Bulakamba (4,710/o). sementara pertumbuhan pDRB wilayah pantaidan laut adalah 4,18
Yo,
masih di bawah pertumbuhan pDRB Kabupaten Brebes (4,56 %). Jika
dilihat dari kontribusi terhadap PDRB, wilayah pantai dan laut memiliki kontribusi cukup tinggi, yaitu 36 % daritotal PDRB Kabupaten Brebes.
TABEL V.12 PDRB OAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PANTAI DAN LAUT BERDASARKAN HARGA KONSTAN 1993 PDRB Total
Kecamatan 1998
Pertumbuhan
1999
2000
1999
2000
_osan
67.800.964.1:
70.936.767,2(
74.330.099.9;
4.6:
4.71
Ianiunq
95.568.061,0{
99.459.053.4
103.575.479.2t
4,0;
4,1t
10.451 .745,8(
115.657.105.6;
4.5i
4,7
67.208.691,5{
69.975.513.41
72.881.117.0(
4.11
4,11
lrebes
122.242.578.6t
127 .071.198.91
131.446.892,3(
?or
3,4,
Uilpantaidan laut
4s8.482.303.5(
477.894.278,9(
497.890.694.2(
4.2:
4,11
.320.755.768.1(
1.381.023.430.O
4.4i,
4,5(
lulakamba
105.662.008,1
ffanasari
Gb Brebes
1.264.853.819.1{
1
1
Kab Brebes,
5.2.2 Analisis Struktur Ekonomi dan pergeserannya Analisis struktuiekonomi digunakan untuk mengetahui sumbangan atau peranan masing-
masing kegiatan ekonomi atau sektor dalam perekonomian wilayah secara keseluruhan dalam suatu tahun tertentu. Dengan kata lain, dengan analisis ini dapat diketahui besarnya
persentase atau kontribusi setiap sektor dalam Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB).
Secara. makro, ekonomi dap.at dibagi menjadi sektor sekunder dan sektor tersier
.
tiga kelompok besar, yaitu sektor primer,
:
Sektor orimer meliputi sektor-sektor yang outputnya masih merupakan proses tingkat
dasar dan sangat tergantung pada alam (sektor pertanian dan
sektor
Pertambangan dan penggalian).
.
Sektor sekunder meliputi sektor-sektor yang outputnya bersumber langsung dari sektor pdmer. Yang termasuk dalam sektor ini adalah Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, serta Sektor Bangunan.
.
Sektor tersier meliputi sektor-sektor
di luar kedua kriteria di atas. Yang
termasuk
sektor ini adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Responden, Sektor Jasa-Jasa,
sektor Pengangkutan Pengangkutan dan Komunikasi dan sektor Persewaan dan Jasa Perusahaan.
Keuangan,
Pergeseran struktur ekonomi bisa dilihat dari perubahan kontribusi masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB. Perekonomian di Kabupaten Brebes sampai dengan tahun
2000 masih didominasi oleh
4 sektor yaitu pertanian, perdagangan, industri dan jasa.
Keempat sektor tersebut mendominasi 90,33 % dari seluruh sektor yang ada. sesuai dengan kondisi Kabupaten Brebes, yang merupakan daerah agraris, maka pertumbuhan
ekonominya sangat dipengaruhi oleh sektor pertanian. Berdasarkan angka distribusi persentase PDRB baik atas dasar harga berlaku maupun konstan 1993 nampak adanya perubahan struktur perekonomian di Kabupaten Brebes meskipun relatif kecil.
TABEL V.13 KONTRIBUSI BEBERAPA SEKTOR EKONOMI YANG DOMTNAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 1999.2000 Beda.!$t
Lapangan Usaha 1999
)e(anian
2000
,
Perubahaii'l%) -l-t
54,6(
rerdagangan, Hotel dan Restoran
,Konstao 1993
1999
2000
Perubahan (o/]
r
52.11
52,8!
'1.4t
zz,o\
22,7(
0.41
22,2i
22,21
{,31
lasa-iasa
44(
4,3(
-3,5(
5,41
5,2',
-3,3(
ndustri Pengolahan
9,4t
10.7!
13.2t
ao,
9,9;
0,1(
Sumber:
2000
sektor pertanian pada tahun 1999 berkontribusi sebesar 52,12o/o terhadap total pDRB, dan
pada tahun 2000 peranan sektor meningkat menjasdi s2,gg
o/0.
sektor
perdagangan
merupakan sektor dominan kedua setelah pertanian. Pada tahun 1999, konkibusi sektor perdagangan terhadap PDRB adalah 22,2T
o/o,
sedangkan pada tahun 2000 turun menjadi
22,20 To. Sektor industri menempati posisi ketiga dalam memberi konkibusi terhadap total PDRB, yaitu sebesar 9,97 Yo pada tahun 2000. sektor jasa menempati posisi keempat dengan kontribusi sebesar 5,T/
Kontribusi sektor pertanian
0/o
di
pada tahun 2000.
Kabupaten Brebes didominasi oleh pertanian tanaman
pangan sebesar 42,30 Yo. Meskipun Kabupaten Brebes memiliki wilayah pantai dan laut, akan tetapi konkibusi subsektor perikanan terhadap total PDRB Kabupaten Brebes ternyata
masih sangat rendah (1,46 %), sehingga dapat dikatakan subsektor perikanan bukan merupakan subseklor strategis bagi Kabupaten Brebes, bahkan, kontribusi subsektor ini mengalami penurunan 0,13 % jika dibandingkan kontribusinya pada tahun 1g98. Sektor lain yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap PDRB Kabupaten Brebes adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang didominasi oleh subsektor perdagangan besar dan eceran.
v-15
Fenomena ini juga terjadi di wilayah pantai dan laut Kabupaten Brebes. Sektor pertanian
dan perdagangan berkontribusi terbesar
di wilayah
pantai dan laut. sektor
yang
berkontribusi tertinggi di wilayah pantai dan laut adalah sektor pertanian (39,6 %) disusul oleh sektor perdagangan yang berkontribusi sebesar 36 %. Sedangkan jika dilihat dari total
kontribusi sektor
di
Kabupaten Brebes, sektor pertanian wilayah pantai dan laut
berkontribusi sebesar 26,99 dari total pertanian di Kabupaten Brebes. Sementara sektor perdagangan berkontribusi 59,30 dari seluruh kontribusi sektor perdangan
di
Kabupaten
Brebes.
TABEL V.14 PDRB DAN KONTRIBUSI TIAP SEKTOR DI KABUPATEN BREBES 1998
Lapangan Usaha PDRB
rertanian anaman oanQan anaman oerkebunan (ehutanan )eternakan
{O()O)
1999
Persentase
PDRB
(OOO)
2000
Persentase
PDRB
(()O())
Persentase
651.591.676.0:
E4
F,.
688.'140.481,71
52,1
730.454.941.0r
52,8(
526.827.386.41
41.6t
551 .413.885.6(
41,7'.
584.168.768.3(
42,3(
12.337.119.6i
not
12.356.902,9(
0,9r
12.309.805.01
0,81
43.245.412.51
3,42
55.995.797.94
4.21
59.927.511.8t
4.3,
49.075.912.51
3,8f
50.075.782.9'
J./t
53.887.448.11
3.9(
)erikanan
20.105.844,9r
1q(
18.598.112.21
1.41
20.161.407,6(
1l(
Pertambanqan & oenoqalian )enoqalian
17.710.570.0r
1.41
18.609.545,7'
1,41
19.409.135.21
1.4
17.710.570.01
1.4(
18.609.545.71
1,41
19.409.135,2{
126.737.253.7(
10,0:
31.551.705.9:
9,9(
137.670.746.01
9.9;
ndustri besar / sedanq
99.886.117,2r
7.9(
103.657.952.4{
7.8t
108.955.188,2{
7.8{
ndustn kecil
23.851.880,1t
1.8(
24.871.107 .4i
1,8t
25.667.794.1
1.8(
2.999.256.2t
0.2t
3.022.646,0"
0.2i
3.047.763,&
u,zl
5.139.271.6'
1,11
ndustri penqolahan
ndustri rumah tanooa
1
1.4
-istrik. qas dan air minum
1
2.563.651.4!
0.9!
14.078.919,6:
1.0:
1
-istrik
11.690,693.9r
0,9i
13.168.350,4{
1.0(
14.134.328.0r
1.0,
872.957.5r
0,0;
910.569.1r
0,0;
1,004.943,5(
0,0; 1.9i
\ir bersih Janqunan )erdaqanqan. hotel dan restoran
30.864.368.71
2,4
2,21
26.699.891,7i
282.081.453.8(
22.31
294.105.561.3t
22.2''
306.627.004.81
22,21
)erdaqanqan besar, eceran
263.978.502.7{
20,8i
275.316.097.5:
20,8r
288.941.366,4i
20,9'
18.078.415.7;
1,4i
18.764.555,4[
1.4:,
17.660.538.7(
121
24.535,3(
0,0(
24.908.3;
0,0(
25.099,6(
0,0(
tenqanqkutan dan komunikasi
19.452.800,4/
1.5r
1
9,783.673.7!
1.5(
20.017.215.8i
1.41
\nqkutan darat
16.577.333,21
1,31
16.724.871,5i
1,2
16.787.628,5t
227j57.6:,
0.0,
232.791,1i
2.648.309,51
0,2'
2.826.011,14
0.2
2.992.657.8i
0,2"
52.292.296.4(
3.9(
52.220.225,9i
3,7t
8.388.218.2t
1.3(
17.744.908.21
12t
2,41
33.445.387,2i
2,4i
0,0t
1.029.930,4r
0.0;
iestoran )erhotelan
lasa oenunianq anqkutan ros dan telkom
.
29.870.869.71
0,0i
236.929.41
|
.Zt
0,0i
lank dan lembaga keuangan ainnva
51.342.971.21
4,01
-embaqa keuanqan
1
7.897.818.0;
.l A'
iewa bangunan
32.483.483,4:
2,5',
961.669.7t
0,0{
asa oerusahaan
1
32.905.768,7 998.309,4(
lasa-iasa
72.509.073.6(
5,7:
72.022.713.81
5,41
72.784.997.7i
5.2i
)emerintahan dan hankam
57.716.287.51
4,5(
57.647.028,0(
4.3(
57.472.601,7t
4.1(
6.348.438,3[
05(
-tt E 2Q1 J.WVU,-rJrr\ ^-7R
0,41
5.777.177 ,6t
0,4i
asa 0erse0ran0an
v-16
1998
Lapangan Usaha PDRB Jasa sosial kemasvarakatan
1999
Persentase
PDRB (()()O}
2000
Persentase
PDRB
{OO())
8.193.497,44
0,6t
8.748.157.81
0,6f
9.308.949,0r
250.850.21
0,0,
2M.052,1(
0,01
226.329.2\
lasa hiburan
)DRB Kab Brebes
(OO()}
1.264.853.81 9,1{
100.0r 1.320.755.768.fi
100,0( 1.381.023.430.01
Kab Brebes,
Untuk beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Losari dan Bulakamba konkibusi sektor pertanian adalah yang tertinggi dibandingkan dengan sektor-sektor yang lain. Sementara di kecamatan'kecamatan yang lain (Tanjung, Brebes dan Wanasari) kontribusi tertinggi adalah
sektor perdagangan, hal ini secara tak langsung juga menunjukkan bahwa kecamatankecamatan ini bersifat lebih urban dibandingkan dengan dua kecamatan sebelumnya.
GAMBAR 5.2 KONTRIBUSI SEKTOR.SEKTOR DI WILAYAH PANTAI DAN LAUT KABUPATEN BREBES
tm I
mmoooo
'1-
Tffi l-' trBde
i
lm ;
j
1I
llBr€b6 gUn*i.*, f---'I ! Kd Bret€s i
roooooooo
i
l-I
M00000
l2m
-L-il
l
I row
I
0
Mn
. toWatrn
Mlh
Lffig.
Ps69.n!ri
I
Kauangan 0.00
6
666s79,4
l :Y1l: 2r3957r5.35
o,m 38S7S.S
i i
lo{t2s32.39
:
r375270,t6
770405t.24
900877.t8
3459e$.82
alr{59,S
2151rS.u
50?96s.31
15t7532.8i
33r28r
|.S
34155r3,25
2E5g&.t7
742315.24
28931 1.00
3S5S.50
u69766.91
987113t5
2565061.55
{70540,17
6m2fnt.a2
1270565 t9
7503?03.69
osisar,rr
ffi.17
t$7673.8
iitlsiii.z
s22m225.92
tiiugit.tt
o.o0
889S16.02 09761{!5
s9015.83
rgiroieias
lE 46,8 255S891.72
30662?004.E7
200t 72r5.81
Sumber: BPS Kab Brebes.2000
5.2.3 Analisis Sektor Unggulan
Analisis sektor unggulan dilakukan dengan metoda Location Quotient (Le). Analisis ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor pada wilayah perencanaan atau sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor basis alau leading sector.
Untttk mengetahui sektor unggulan digunakan data PDRB sektoral Kabupaten Brebes
v-17
Persentase 0,6; 0,0: 100,0(
dikaitkan dengan peubah acuan (reference variabte), yaitu pDRB pada tingkat propinsi (Jawa Tengah).
Dari hasil perhitungan LQ, sektor yang merupakan sektor unggulan bagi Kabupaten Brebes Karena memiliki keunggulan komparatif adalah sektor pertanian (pertanian tanaman pangan
dan kehutanan). sedangkan sektor yang lain tidak memiliki keunggulan komparatif jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain di propinsiJawa Tengah.
TABEL V.15 PERHITUNGAN LQ KABUPATEN BREBES TERHADAP PROPINSI JATENG BERDASARKAN PDRB AHUN 2()O() No 1
Sektor/subsektor )ertanian anaman oanoan anaman oerkebunan (ehutanan )elernakan
)erikanan z
)ertambanqan & oenqoalian nduski pengolahan
4
6
I
I
PDRB
Kab Brebes
PDRB Proo Jateno
LQ
730.454.941.0t
8.447.654,9( 2,56286009:
584.168.768.3(
5.405.226.6{
3,20325899:
12.309.805,01
503.154.3( 0,72513291i
59.927.511,81
317.086.4( 5,60165271{
53.887.448,1
1.613.449,8r 0,98991927(
20.161.407.61
608.737,6i 0,98165377r
19.409.135.21
589.963,7: 0,97509853(
137.670.746.0(
12.421.426.2, 0,32850186(
-istrik, qas dan air minum
15.139.271,6r
Janqunan )erdagangan, hotel dan estoran )enqanokutan dan komunikasi
26.699.891.71
493.724.4: 0,908841
1
7{
1.650.463.2; 0,47948085',
306.627.004,8;
9.631.793,2,
0,94356295:
20.017.215,8',
2.053.018.4:
0,28898710(
(euangan, persewaan dan jasa )erusahaan
52.220.225,9:
1
.605.968,11
0,96376123f
lasa-iasa
72.7U.997,7'
4.038.526.0;
c,53417875t
1.381.023.430,0(
40.932.538,4i
iotal Sumber: Hasil
Sedangkan jika dilihat dari hasil perhitungan LQ relatif wilayah pantai dan taut terhadap
Kabupaten Brebes, sektor pertanian justru tidak memiliki keunggulan komparaftif dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Hal ini berarti sektor unggulan kawasan pantai dan laut bukanlah sektor pertanian, akan tetapi sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor liskik, gas dan air minum, dan sektor lain selain sektor pertanian dan jasa.
v-18
TABEL V.16 PERHITUNGAN LQWILAYAH PANTAI DAN LAUT TERHADAP KABUPATEN BREBES BERDASARKAN PDRB TAHUN 2OOO PDRB (dlm ribuan) No
Sektor
Wil Pantaidan
laut 1
)erlanian )enggalian ndustri -istrik dan air bersih
(onskuksi )erdagangan, hotel dan restoran )enganqkutan dan komunikasi
Kab Brebes
LQ
197,165.818.5(
730.454.941,0(
8.108.421 .6r
19.409.135.2[
35.391.650,9(
137.670.746.0C
8.976.144.3(
15.139,271,6/
1,64456B18(
1,42871505r
13.752.703.61
26.699.891,7:
181.814.828.8(
306.627.004,9(
8.568.645.47
20.017.215,81
0,74869551 1,1
5876981;
0,71 30601
1,6446971
9'
4i
1,18734120i
€mqaga keuangan
19.676.734.8(
5z2n.225.9i
1.0451 5649r
lasa-jasa
24.435.746.2(
72.7U,997,7
0,931216731
fotal
497.890.694.2(
1.381,023.430.0(
5.2.4 Laju Pendapatan dan produKivitas perkapita
Salah satu alat untuk mengukur atau menilai tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah adalah pendapatan per kapita. Pada kajian ini, dihitung pendapatan perkapita Kab Brebes
sehingga dengan metoda analisis
ini dapat diketdhui pendapatan per kapita
yang
menunjukkan kemampuan yang nyata dari Kab Brebes dalam menghasilkan barang dan
jasa. PDRB per kapita Kabupaten Brebes tahun 2000 mencapai Rp 1.857.711,03 berdasar harga berlaku dan Rp 841.558,40 menurut harga konstan. Bila dibandingkan dengan tahun 1999, pertumbuhan rata-rata pendapatan per kapita secara riilsebesar 0,67 yo. Sehingga bila kita hubungkan dengan besar inflasiselama tahun 2000 sebesar g,i1yo, maka dapat dikatakan tingkat daya befi masyarakat Kabupaten Brebes menurun dibandingkan tahun
sebelumnya. Pendapatan per kapita rata+ata Kabupaten Brebes ini juga lebih rendah dibandingkan dengan propinsi Jawa Tengah yang mencapai
Rp 1.311.316,2 pada tahun
2000 atas dasar harga konstan.
Sedangkan
di
wilayah pantai dan laut, pendapatan perkapita tertinggi dimiliki oleh Kecamatan Tanjung (Rp 1.228.988,68) dan terendah adalah Kecamatan Wanasari yang hanya mencapaiRp 580.028,15. Terdapat tiga kecamatan diwilayah pantaidan lautyang memiliki pendapatan perkapita lebih rendah dibandingkan pendapatan perkapita Kabupaten
Brebes, yaitu kecamatan Losari, Bulakamba dan wanasari. secara umum, rata-rata
v-19
pendapatan perkapita wilayah pantai dan laut masih lebih rendah daripada pendapatan perkapita Kabupaten Brebes.
GAMBAR 5.3 PENDAPATAN PERKAPITA ATAS DASAR HARGA KONSTAN (DALAM RUPIAH) 1400000 1200000 1000000
800000 600000 400000 200000
0
5,2.5 Eksport dan lmport Kegiatan eksport dan import di Kabupaten Brebes masih rendah dan masih didominasi oleh
wilayah selatan Kabupaten Brebes (bukan wilayah pantai dan laut). Kegiatan eksport meliputi eksport komoditi teh, gondorukem, terpentin dan bawang merah. Dari seluruh jenis komoditi yang dieksport, hanya bawang merah yang banyak dihasilkan oleh wilayah pantai
dan laut. Negara tujuan eksport antara lain adalah lrak, Jepang, Inggris, Belanda, Nigeria dan Brunei Darussalam dengan nilai eksport total mencapai US$ 3.BB8.7BS,54.
No 1
feh
TABEL V.17 KEGIATAN JENIS KOMODITI, NILAI DAN NEGARA TUJUAN EKSPORT DI KABUPATEN BREBES Jenis /olume (kol Nilai{US $) Eksportir Negara Tujuan 700,701 710.310,9! ]TPN IX rak,
Jepang, Inqqris, Belanda
)erum Perhutani, KPH 2.837.560,8( )ekalonqan Barat rerum Perhutani, KPH ??o o,r ? 7, )ekalonqan Barat
z
3ondorukem
3
Teroentin
1.236.05(
4
lawanq Merah
5.000.00t
1.000.0(
lJ.OCi/.OJz
3.888.785,5,
Perindag
6.920.88(
lk.Surabava
\msterdam lepang, Nigeria vlalaysia, Brunei Darussalam
Modal Daerah
v-20