BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Karakteristik Wilayah Pesisir 2.1.1. Pengertian Wilayah Pesisir Sampai sekarang belum ada defenisi wilayah pesisir yang baku. Namun demikian, terdapat kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat meliputi daratan baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin. Kearah laut mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan kegiatan manusia seperti pertanian dan pencemaran (Brahtz, 1972; Soegiarto, 1976; Beatly, 1994) dalam Direktoral Jendral Pesisir dan Pulau Kecil (2003). Dahuri, dkk. (1996) mendefenisikan wilayah pesisir sebagai suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan, dimana batas ke arah darat adalah jarak secara arbiter dari rata-rata pasang tertinggi dan batas ke arah laut adalah yurisdiksi wilayah propinsi atau state di suatu negara. Kawasan pesisir merupakan wilayah peralihan antara daratan dan perairan laut. Seacara fisiologi didefenisikan sebagai wilayah antara garis pantai hingga ke arah daratan yang masih dipengaruhi pasang surut air laut, dengan lebar yang ditentukan oleh kelandaian pantai dan dasar laut, serta dibentuk oleh endapan lempung hingga pasir yang bersifat lepas dan kadang materinya berupa kerikil.
Universitas Sumatera Utara
Ruang kawasan pesisir merupakan ruang wilayah diantara ruang daratan dengan ruang lautan yang saling berbatasan. Ruang daratan adalah ruang yang terletak di atas dan di bawah permukaan daratan termasuk perairan darat dan sisi darat dari garis terendah. Ruang lautan adalah ruang yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut dimulai sisi laut pada garis laut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya. Dalam cakupan horizontal, wilayah pesisir di batasi oleh dua garis hipotetik. Pertama, ke arah darat wilayah ini mencakup daerah-daerah dimana proses-proses oseanografis (angin laut, pasang-surut, pengaruh air laut dsbnya) yang masih dapat dirasahkan pengaruhnya. Kedua, ke arah laut meliputi daerahdaerah dimana akibat prosesproses yang terjadi di darat (sedimentasi, arus sungai, pengaruh air tawar dsbnya). Wilayah perbatasan ini mempertemukan lahan darat dan masa air yang berasal dari daratan yang relatif tinggi (elevasi landai, curam atau sedang) dengan masa air laut yang relatif rendah, datar, dan jauh lebih besar volumenya. Karakteristik yang demikian oleh Ghofar (2004), mengatakan bahwa secara alamiah wilayah ini sering disebut sebagai wilayah jebakan nutrient (nutrient trap). Akan tetapi, jika wilayah ini terjadi pengrusakan lingkungan secara massif karena pencemaran maka wilayah ini disebut juga sebagai wilayah jebakan cemaran (pollutants trap). Dengan demikian dapat dimengerti bahwa berbagai sumberdaya hayati serta lingkungan di wilayah pesisir relatif lebih rentan terhadap kerusakan, dibandingkan dengan wilayah-wilayah atau ekosistem-ekosistem lainnya. Dari seluruh tipe ekosistem yang ada, biasanya ekosistem pesisir merupakan wilayah
Universitas Sumatera Utara
yang mendapatkan tekanan lingkungan yang paling berat (Kay dan Alder, 1999) dalam Ghofar (2004). 2.1.2. Potensi Sumberdaya Alam Pesisir Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan (interface) antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya alam dan jasajasa lingkungan yang sangat kaya (Clark, 1996). Kekayaan ini mempunyai daya tarik tersendiri bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan sumberdayanya dan mendorong berbagai instansi untuk meregulasi pemanfaatannya. Sumberdaya pesisir adalah sumberdaya alam, sumberdaya binaan/buatan dan jasajasa lingkungan yang terdapat di dalam wilayah pesisir. Dahuri (1999), potensi sumberdaya pesisir secara umum dibagi atas empat kelompok yakni (1) sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources), (2) sumberdaya tidak dapat pulih (non-renewable resources), (3) energi kelautan dan (4) jasa-jasa lingkungan kelautan (environmental services). Sumberdaya yang dapat pulih terdiri dari berbagai jenis ikan, udang, rumput laut, padang lamun, mangrove, terumbu karang termasuk kegiatan budidaya pantai dan budidaya laut (marine culture). Ketersedian lahan pesisir merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan untuk kegiatan perikanan.
Demikian
juga
dengan
wilayah
perairan
pantainya
dapat
dikembangkan untuk berbagai kegiatan budidaya terutama budidaya laut.
Universitas Sumatera Utara
Sumberdaya tidak dapat pulih meliputi mineral, bahan tambang/galian, minyak bumi dan gas. Sumberdaya energi terdiri dari OTEC (Ocean Thermal Energy Conservation), pasang surut, gelombang dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk jasa-jasa lingkungan kelautan adalah pariwisata dan perhubungan laut. Wilayah pesisir dan laut sebagai ekosistem yang dinamis memiliki karakteristik yang sangat unik. Keunikan wilayah ini mengisyaratkan pentingnya pengelolaan wilayah tersebut untuk dikelola secara terpadu dan bijaksana. Secara biofisik wilayah pesisir memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Secara empiris terdapat keterkaitan ekologis (hubungan fungsional) baik antar ekosistem di dalam kawasan pesisir maupun antara kawasan pesisir dengan lahan atas (upland) dengan laut lepas. Perubahan yang terjadi pada suatu eksosistem pesisir, cepat atau lambat, langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi ekosistem lainnya. Begitu pula halnya jika pengelolaan kegiatan pembangunan (industri, pertanian, pemukiman, dan lainlain) di lahan atas (upland) suatu DAS (Daerah Aliran Sungai) tidak dilakukan secara bijaksana akan merusak tatanan dan fungsi ekologis kawsan pesisir dan laut. b. Dalam suatu kawasan pesisir, biasanya terdapat lebih dari dua macam sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang dapat dikembangkan untuk kepentingan pembangunan. Terdapat keterkaitan langsung yang sangat komplek antara proses-proses dan fungsi lingkungan dengan pengguna sumberdaya alam. c. Dalam suatu kawasan pesisir, pada umumnya terdapat lebih dari satu kelompok masyarakat (orang) yang memiliki keterampilan/keahlihan dan kesenangan (preference) bekerja yang berbeda sebagai petani, nelayan, petani tambak,
Universitas Sumatera Utara
petani rumput laut, pendamping pariwisata, industri dan kerajinan rumah tangga dan sebagainya. Pada hal sangat sukar atau hampir tidak mungkin untuk mengubah kesenangan bekerja (profesi) sekelompok orang yang sudah mentradisi menekuni suatu bidang pekerjaan. d. Baik secara ekologis maupun secara ekonomis, pemanfaatan suatu kawasan pesisir secara monokultur (single use) adalah sangat rentan terhadap perubahan internal maupun eksternal yang menjurus pada kegagalan usaha. Misalnya suatu hamparan pesisir hanya digunakan untuk satu peruntukan, seperti tambak, maka akan lebih rentan, jika hamparan tersebut digunakan untuk beberapa peruntukan. e. Kawasan pesisir pada umumnya merupakan sumberdaya milik bersama (common property resources) yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang (open access). Padahal setiap sumberdaya pesisir biasanya berprinsip memaksimalkan keuntungan. Oleh karenanya, wajar jika pencemaran over eksploitasi sumberdaya alam dan konflik pemanfaatan ruang seringkali terjadi di kawasan ini, yang pada gilirannya dapat menimbulkan suatu tragedi bersama (open tragedy). Kawasan pesisir memiliki tiga habitat utama (vital) yakni mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Di antara ketiga habitat tersebut terdapat hubungan dan interaksi yang saling mempengaruhi. Kerusakan yang terjadi pada satu habitat akan mempengaruhi kehidupan biota pada habitat lainnya, sehingga pengelolaan pada suatu habitat harus mempertimbangkan kelangsungan habitat lainnya.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Konsep Pasar 2.2.1. Defenisi Pasar Dalam pengertian sederhana, pengertian pasar adalah sebagai tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa. Sedangkan arti pasar adalah suatu tempat dimana pada hari tertentu para penjual dan pembeli dapat bertemu untuk jual-beli barang. Adapun definsi pasar adalah sebagai mekanisme (bukan hanya sekedar tempat) yang dapat menata kepentingan pihak pembeli terhadap kepentingan pihak penjual. Mekanisme tersebut jangan hanya dimengerti sebagai cara pembeli dan penjual bertemu dan kemudian berpisah, tetapi lebih dari itu harus dimaknai sebagai tatanan atas berbagai bagian, yaitu para pelaku seperti pembeli dan penjual, komoditas yang diperjualdiperjualbelikan, aturan main yang tertulis maupun tidak tertulis yang disepakati oleh para pelakunya, serta regulasi pemerintah yang saling terkait, berinteraksi, dan secara serentak bergerak bagaikan suatu mesin. Pasar dimana para pembeli dan para penjual melakukan interaksi dapat dibedakan menjadi pasar komoditas dan pasar faktor. Pasar komoditas adalah interaksi anatara para pembeli dan paa penjual dari suatu komoditas dalam menentukan jumlah dan harga barang atau jasa yang diperjualbelikan. Sedangkan pasar faktor adalah interaksi antara para pengusaha (pembeli faktor-faktor produksi) dengan para pemilik faktor produksi untuk menentukan harga (pendapatan) dan jumlah faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam menghasilkan barang dan jasa yang diminta masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Pasar sendiri memiliki tiga fungsi, yaitu: fungsi distribusi, fungsi pembentukan harga, dan fungsi promosi. Sedangkan menurut fisiknya, janis pasar dibedakan ke dalam pasar konkret dan pasar abstark. Pasar konkret merupakan tempat pertemuan antara pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi secara langsung. Barang yang dijual belikan juga tersedia di pasar tersebut. Sedangkan pasar abstrak merupakan pasar tidak nyata dimana transaksi antar penjual dan pembeli hanya dilakukan melalui telepon, internet, dll Interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli akan menentuakn tingkat harga suatu komoditas (barang atau jasa) dan jumlah komoditas yang diperjual belikan. Sehingga dalam ilmu ekonomi bila kita berbicara tentang pasar, maka secara otomatis kita akan membicarakan mengenai pertemuan antara penjual dan pembeli, barang/jasa yang dijual, serta harga tertentu atas barang/jasa yang dijual tersebut. Pasar dimana para pembeli dan penjual melakukan interaksi dapat dibedakan dalam dua jenis yakni pasar barang (output) dan pasar faktor (input). Pasar barang atau pasar output adalah tempat dimana para pembeli dan penjual dari suatu barang atau jasa melakukan interaksi untuk menentukan jumlah dan harga barang atau jasa yang diperjual belikan. Sedangkan pasar faktor atau pasar input adalah tempat dimana para pengusaha (pembeli faktor-faktor produksi) mengadakan interaksi dengan pemilik-pemilik faktor produksi untuk menentukan harga (pendapatan) dan jumlah faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam menghasilkan barang-barang dan jasa yang diminta masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Pasar Faktor (Pasar Input) Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu, beberapa ahli juga menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini.(Griffin R: 2006) Secara total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja (labor), modal (capital), sumber daya fisik (physical resources), kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information resources). Faktor produksi atau input merupakan hal yang mutlak harus ada untuk menghasilkan suatu produksi. Dalam proses produksi, seorang pengusaha dituntut mampu menganalisa teknologi tertentu yang dapat digunakan dan bagaimana mengkombinasikan beberapa faktor produksi sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh hasil produksi yang optimal dan efisien. Untuk mempermudah dalam melakukan analisis, Faried (1991), semua faktor produksi dianggap tetap kecuali tenaga kerja, sehingga pengaruh faktor produksi terhadap kuantias produksi dapat diketahui secara jelas. Artinya, kuantitas produksi dipengaruhi banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi. Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang dianggap konstan, dan banyaknya faktor produksi ini tidak dipengaruhi oleh banyaknya
Universitas Sumatera Utara
hasil produksi. Sedangkan faktor produksi variabel adalah faktor produksi yang dapat berubah kuantitasnya selama proses produksi atau banyaknya faktor produksi yang dipergunakan tergantung pada hasil produksi. Dalam proses produksi akan terdapat faktor produksi yang bersifat variabel maupun tetap apabila periode produksinya merpakan jangka pendek. Sedangkan untuk proses produksi jangka panjang semua faktor produksi bersifat variabel. Menurut Suryawati (2004), faktor-faktor produksi (input) diperlukan oleh perusahaan atau produsen untuk melakukan proses produksi. Input dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yakni : 1. Input Tetap, yaitu input yang tidak dapat diubah jumlahnya dalam
jangka
panjang, misalnya gedung, lahan. 2. Input Variabel, yaitu input yang dapat diubah-ubah jumlahnya dalam jangka pendek, contohnya tenaga kerja. Untuk mencapai tingkat output tertentu, dalam jangka pendek hanya bisa dilakukan pengkombinasian input tetap dengan mengubah-ubah jumlah input variabel.
Sedangkan
dalam
jangka
panjang,
pengusaha
atau
produsen
dimungkinkan untuk mengubah jumlah input tetap sehingga dapat dikatakan dalam jangka panjang semua input adalah merupakan input variabel. 2.2.3. Pasar Barang (Pasar Output) Pasar output atau pasar barang merupakan tempat bertemuanya antara pembeli dan penjual sehingga terjadinya interaksi jual beli barang yang dihasilkan oleh produsen. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk item
Universitas Sumatera Utara
pertukaran. Persaingan sangat penting dalam pasar, dan memisahkan pasar dari perdagangan. Dua orang mungkin melakukan perdagangan, tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada persaingan pada setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang diperdagangkan. Dalam ilmu ekonomi, konsep pasar adalah setiap struktur yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk menukar jenis barang, jasa dan informasi. Pertukaran barang atau jasa untuk uang adalah transaksi. Pasar peserta terdiri dari semua pembeli dan penjual yang baik yang memengaruhi harga nya. Pengaruh ini merupakan studi utama ekonomi dan telah melahirkan beberapa teori dan model tentang kekuatan pasar dasar penawaran dan permintaan.
2.3. Konsep Sumber Daya Manusia 2.3.1. Sumber Daya Manusia Secara konseptual, Sumber daya manusia (SDM) memandang manusia sebagai suatu kesatuan jasmani dan rohani. Oleh karenanya, kualitas SDM yang dimiliki oleh suatu bangsa dapat dilihat sebagai suatu sinergi antara kualitas rohani dan jasmani yang dimiliki oleh individu dari warga bangsa yang bersangkutan. Kualitas jasmani dan rohani tersebut oleh Emil Salim dalam Suhandana (1997:151) disebut sebagai kualitas fisik dan non fisik. Lebih lanjut, wujud kualitas fisik ditampakkan oleh postur tubuh, kekuatan, daya tahan, kesehatan, dan kesegaran jasmani.
Universitas Sumatera Utara
Dari sudut pandang ilmu pendidikan, kualitas non fisik manusia mencakup domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kualitas domain kognitif digambarkan oleh tingkat kecerdasan individu, sedangkan kualitas domain afektif digambarkan oleh kadar keimanan, budi pekerti, integritas kepribadian, serta ciri-ciri kemandirian lainnya. Sementara itu, kualitas domain psikomotorik dicerminkan oleh tingkat keterampilan, produktivitas, dan kecakapan mendayagunakan peluang berinovasi. Sumber daya manusia dibentuk dari tiga dasar kata yaitu sumber, daya, dan manusia. Dari ketiganya tidak ada satu kata pun yang sulit dipahami artinya. Secara sederhana dapat didefinisikan sebagai daya yang bersumber dari manusia. Daya ini dapat pula disebut kemampuan, tenaga, energi, atau kekuatan”. Walaupun demikian, istilah sumber daya manusia telah didefinisikan bermacammacam oleh para pakar pendidikan maupun psikologi. Diantaranya ialah apa yang telah diutarakan oleh Suit (1996:35) yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sumber daya manusia adalah “Kekuatan daya pikir dan berkarya manusia yang masih tersimpan dalam dirinya yang perlu dibina dan digali serta dikembangkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan kehidupan manusia”. Menurut Nawawi dalam Makmur (2008:58) pengertian Sumber Daya Manusia perlu dibedakan antara pengertiannya secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara makro adalah semua manusia sebagai penduduk atau warga negara suatu negara atau dalam batas wilayah tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah maupun yang belum memperoleh pekerjaan (lapangan kerja). SDM dalam arti mikro secara sederhana adalah
Universitas Sumatera Utara
manusia atau orang yang bekerja atau jadi anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain-lain. Gunawan A. Wardhana sebagaimana yang dikutip oleh A.S. Munandar (1981:9) menyatakan bahwa “Sumber daya manusia mencakup semua energi, keterampilan, bakat, dan pengetahuan manusia yang dipergunakan secara potensial dapat atau harus dipergunakan untuk tujuan produksi dan jasa-jasa yang bermanfaat”. Menurut Arifin (1998:76) dalam jurnal “Ilmu Pendidikan Islam STAIN Cirebon” yang berjudul “Nuansa Teosentris Humanistik Pendidikan Islam; Signifikansi Pemikiran Hasan Langgulung dalam Konstalasi Reformasi Pendidikan Islam” Era globalisasi yang ditandai dengan transparansi di segala bidang kehidupan, telah menuntut SDM berkualitas yang memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang memadai yang diimbangi dengan nilai-nilai tertentu sesuai dengan karakter dunia baru. Yaitu dunia tanpa batas (borderless world) yang berarti komunikasi antar manusia menjadi begitu mudah, begitu cepat, dan begitu intensif sehingga batas-batas ruang menjadi sirna. Adapun nilai-nilai tersebut antara lain; profesionalisme, kompetitif, efektif dan efisien dalam tata kerja, sehingga fungsi pendidikan tidak sekadar sebagai agent of knowledge akan tetapi harus mampu mengakomodir pengalaman, keterampilan dan nilai-nilai globalisasi
dalam
satu
paket
pendidikan.
Dari hal tersebut orientasi pendidikan harus terkait dan sepadan dengan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang dengan berbagai sektor kebutuhan, terutama dunia industri dan dunia usaha. Untuk itu, maka para pakar khususnya futurolog pendidikan telah menyusun berbagai skenario mengenai karakteristik manusia,
Universitas Sumatera Utara
salah satunya sebagaimana pendapat Robert Reich yang dikutip oleh Mastuhu dalam makalah “Menuju Sistem Pendidikan Yang Lebih Baik Menyongsong Era Baru Pasca Orba” mengemukakan bahwa manusia berkualitas yang cerdas itu memiliki ciri-ciri antara lain: 1. Added Values (memiliki nilai tambah, keahlian, profesionalisme) 2. Abstraction System Thinking (mampu berpikir rasional, mengabstraksikan suatu persoalan secara sistematis melalui pendekatan ilmiah objektif) 3. Experimentation and Test (mampu berpikir di balik data-data dengan melihat dari berbagai sudut) 4. Collaboration (mampu bekerja sama, bersinergi). Selain daripada hal tersebut, Sumber Daya Manusia terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi kualitatif dan dimensi kuantitatif. Dimensi kualitatif mencakup berbagai potensi yang terkandung pada setiap manusia, antara lain pikiran (ide), pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang memberi pengaruh terhadap kapasitas kemampuan manusia untuk melaksanakan pekerjaan yang produktif sedangkan dimensi kuantitatif adalah terdiri atas prestasi dunia kerja yang memasuki dunia kerja dalam jumlah waktu belajar. Jika pengeluaran untuk meningkatkan kualitas SDM ditingkatkan, nilai produktifitas dari SDM tersebut akan menghasilkan nilai balik (rate of return) yang positif.” Dari beberapa definisi di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan sumber daya manusia itu adalah tenaga atau kekuatan/kemampuan yang dimiliki oleh seseorang berupa daya pikir, daya cipta, dan daya karsa yang masih tersimpan dalam dirinya sebagai energi potensial yang
Universitas Sumatera Utara
siap dikembangkan menjadi daya-daya berguna sesuai dengan keinginan manusia itu sendiri. 2.3.2. Pendidikan Masyarakat Nelayan Tingkat pendidikan petani atau nelayan cenderung mempengaruhi tingkat penghasilan secara positif. Makin tinggi tingkat pendidikan maka penghasilannya cenderung meningkat. Hal ini didukung oleh keinginan anak petani atau nelayan untuk sekolah. Pendekatan pendidikan masyarakat nelayan perlu mempertimbangkan aspek-aspek sosial ekonomi rumah tangga nelayan untuk lebih memfokuskan sasaran target pelayanan pendidikan kepada mayoritas rumah tangga nelayan yang miskin. Selanjutnya intervensi pendidikan untuk nelayan harus memberikan prioritas kepada anak laki-laki usia 13 tahun ke atas. Motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha seseorang (siswa) untuk menyediakan segala daya (kondisi-kondisi) untuk belajar sehingga ia mau atau ingin melakukan proses pembelajaran. Motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri (motivasi intrinsik/motivasi internal) dan/atau berasal dari luar diri pribadi siswa (motivasi ekstrinsik/motivasi eksternal). Kedua jenis motivasi ini jalin-menjalin atau kait mengait menjadi satu membentuk satu sistem motivasi yang menggerakkan siswa untuk belajar (Achmad. 2007). Menurut Siagian (1995), motivasi mengandung 3 hal, yaitu : 1. Pemberian motivasi berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran.
Universitas Sumatera Utara
2. Motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan kebutuhan tertentu atau kesediaan untuk mengerahkan usaha tingkat tinggi untuk mencapai tujuan. 3. Kebutuhan, yaitu keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha tertentu menjadi menarik. Dengan adanya motivasi yang tumbuh kuat dalam diri seseorang maka hal itu akan merupakan modal penggerak utama dalam melakoni dunia ini. Begitu pula dengan siswa, selama ia menjadi pembelajar selama itu pula membutuhkan motivasi belajar guna keberhasilan proses pembelajarannya. Semakin kuat dorongan atau motivasi seseorang untuk berproses maka semakin besar kemungkinan dia meraih sukses dalam pendidikan. Namun diakui, sukses tidaknya pelaksanaan pendidikan di tataran lingkungan masyarakat luas tergantung kepada banyak aspek seperti aspek internal seperti minat, persepsi, kemampuan belajar, harapan, sikap dan perilaku (Achmad.. 2007). Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Kuatnya motivasi seseorang berprestasi (usahanya) tergantung pada pandangannya tenteng betapa kuatnya keyakinan yang terdapat dalam dirinya bahwa ia akan dapat mencapai apa yang diusahakan untuk dicapai (Siagian. 1995). Kosmopolitan merupakan keterbukaan suatu kelompok masyarakat terhadap dunia luar atau terjadinya perubahan gaya hidup duatu kelompok masyarakat yang terjadi karena adanya pengaruh-pengaruh dari luar kelompok masyarakat tersebut dimana gaya hidup itu diadopsi oleh masyarakat tersebut menjadi gaya hidup mereka (Jhon, N dan P. Aburdene, 1990).
Universitas Sumatera Utara
Suatu sekolah dikatakan baik apabila penampilan sarana dan prasarana sekolah tersebut mencukupi, terutama sarana praktek. Dan infrastruktur yang baik adalah sarana dan prasarana yang berjalan sesuai fungsinya. Yang dimaksud fasilitas adalah penyediaan perlengkapan-perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada para pemakai dalam melaksanakan aktivitas-aktivitasnya, sehingga segala kebutuhan dapat terpenuhi. Fasilitasfasilitas yang dimiliki oleh lembaga pendidikan seperti sekolah, sebaiknya merupakan fasilitas yang dapat menunjang kegiatan belajar-mengajar agar dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang maksimal. Jenis-jenis fasilitas itu antara lain dapat berupa perpustakaan, laboratorium, pusat komputer dan internet, program pendidikan bahasa, dan sebagainya. Keadaan sosio ekonomi keluarga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak-anak. Dengan tercukupnya kebutuhan ekonomi keluarga secara materiil, anak-anak akan mendapatkan kesempatan yang lebih luas antara lain pendidikan. Dalam membangun SDM (Sumber Daya Manusia) masyarakat nelayan, maka aspek demografi hendaknya diperhatikan. Tingginya angka kelahiran (fertilitas) memerlukan program untuk mengendalikannya. Pengendalian kelahiran pada masyarakat nelayan memang sangat mendesak agar dalam jangka panjang besarnya anggota rumah tangga nelayan dapat dikendalikan secara berangsurangsur. Dalam aspek demografi rumah tangga nelayan memiliki beban ketergantungan yang relatif tinggi dengan indikasi dapat dijelaskan dari tingginya tingkat angka kelahiran dibandingkan dengan rumah tangga lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Kecenderungan ini sekaligus menunjukkan bahwa laju pertumbuhan rumah tangga nelayan lebih tinggi daripada rumah tangga bukan nelayan. Pada bidang pendidikan selanjutnya perlu dipertahankan tingkat daftaran anak usia sekolah baik pria maupun wanita sebagai target kebijakan pendidikan untuk masyarakat nelayan. Dalam hal ini ditetapkan bahwa setidaknya anak nelayan diharuskan menyelesaikan pendidikan setingkat SMU (Sekolah Menengah Umum) maupun kejuruan. Pembangunan pendidikan pada masyarakat dalam jangka panjang harus dapat menjamin kemampuan generasi mendatang untuk dapat memilih tindakan-tindakan alternative. Penduduk desa memiliki tingkat pendidikan yang sangat rendah. Standar pendidikan di pedesaan memang rendah karena kesempatan memperoleh pendidikan sangat kurang.
2.4. Teknologi Penangkapan Teknologi penangkapan ikan memang agak kompleks, karena didalamnya akan terkandung berbagai hal yang bersifat teknis dan nonteknis. Hal-hal yang bersifat teknisdiantaranya berupa peralatan, cara menangkap ikan, dan jenis-jenis ikan hasil tangkapan. Adapun unsur-unsur nonteknis tidak lain berupa tradisi yang turut mewarnai kegiatan mereka di laut. Aktivitas nelayan di laut ternyata tidak lepas dari unsur kepercayaan dan tradisi yang menyertainya, walaupun tidak dilakukan secara kolektif oleh para nelayan, sekurangnya nelayan yang akan pergi ke laut melakukan secamam upacara ritual secara perorangan. Sebelum melaut mereka menyimpan sesaji di perahu atau di tempat-tempat tertentu yang tujuannya adalah untuk memohon kepada Tuhan dan „penguasa laut‟ untuk keselamatan daan keberhasilan mereka dalam mendapatkan ikan.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya masyarakat nelayan mengembangkan beberapa caara dalam menangkap ikan; sekurangnya ada dua tipe penangkapan, (1) penangkapan di tengah laut, dan (2) penangkapan di pinggir pantai; masing-masing cara memerlukan mekanisme dan perangkat kerja yang berbeda, tergantung dari lokasi penangkapan dan jenis ikan. 2.4.1. Penangkapan di Tengah Laut Mengingat kondisi laut yang begitu sarat dengan tantangan alam yang cukup berbahaya bagi keselamatan jiwa, tentu diperlukan persiapan yang matang ; disini diperlukan suatu akumulasi pengetahuan integratif mengenai berbagai aspek yang berhubungan dengannya, baik yang bersifat teknis maupun nonteknis. Dengan kata lain, harus ada jembatan yang menjadi perantara antara manusia dengan sumber daya alamnya, jembatan yang paling tepat disini tentu saja sistem teknologi. Tidak sembarang nelayan dapat mencari ikan di tengah lautan, ini tentunya tergantung dari perangkat yang dimiliki dan jenis ikan yang akan ditangkap; secara umum ada tiga daerah penangkapan yaitu : (1) lintas satu, yaitu jenis laut dangkal dekat daerah pantai, pada areal pengkapan ini tidak ada kapal-kapal besar yang melintas; (2) lintas dua, yaitu jenis laut dalam namun tidak terlalu jauh dari pantai, bukan areal lintasan kapal besar, juga semacam pembatas areal penangkapan lokal dalam arti nelayan dari daerah lain tidak boleh melakukan aktivitas penangkapan ikan disini; (3) lintas tiga, jenis laut dalam dan merupakan areal lintas laut internasional atau disebut sebagai laut bebas dalam pengertian sebagai daerah penangkapan ikan umum, siapa dan dari mana saja nelayan itu berasal boleh melakukan aktivitas penangkapan ikan.
Universitas Sumatera Utara
Perangkat utama dari kegiatan ini adalah perahu yang berfungsi sebagai alat transpotasi sekaligus sebagai wadah ikan hasil tangkapan; besar kecilnya perahu bukan saja menyangkut jauh dekatnya daerah penangkapan tetapi juga banyak sedikitnya hasil tangkapan yang akan termuat. Para nelayan mengenal tiga jenis perahu laut; (1) perahu payang/boseh, yaitu sejenis perahu kecil dengan kapasitas muatan 2 -3 orang dan menggunakan teknologi dayung, daya jelajahnya tidak sampai ke tengah laut; (2) perahu congkrang, yaitu sejenis perahu payang tetapi dilengkapi dengan motor tempel, daya jelajahnya lebih jauh dari jenis pertama. Untuk nelayan yang tidak cukup bermodal, mereka hanya mengandalkan jenis perahu congkrang; sedangkan yang masih memakai perahu payang sangat sedikit sekali. Daya jelajah perahu ini relatif terbatas karena kapasitas bahan bakarnya sedikit; dengan perangkat yang relatif kecil ini mereka tidak berdaya untuk melakukan penjelajahan jauh ke tengah laut. Jarak terjauh yang mungkin mereka tempuh adalah sepanjang ciri-ciri daratan masih terlihat; ciri-ciri ini penting artinya bagi nelayan karena berfungsi sebagai areal pembatas penangkapan ikan juga merupakan petunjuk untuk kembali ke darat. Bila ciri daratan sudah tidak terlihat, nelayan merasa kesulitan tentang arah mana yang dituju untuk kembali; hal lain yang ditakutkan adalah dengan terlewatnya ciri ini berarti mereka telah memasuki kawasan lintas kapal bebas; cerita kematian nelayan yang terlindas atau jaringnya tertarik oleh kapal besar bukan hal asing. (3) perahu diesel, yaitu perahu besar yang dilengkapi dengan mesin penggerak (diesel), dapat memuat 6-8 orang dengan daya jelajah tidak terbatas. Nelayan yang cukup mempunyai modal, mereka menggunakan perahu besar (diesel) dalam aktivitas
penangkapannya
dengan
sistem
pembagian
kerja
tertentu;
Universitas Sumatera Utara
pendistribusian kerja itu meliputi juru mudi, penerbar jaring, pengawas ikan, jurubatu (pembantu umum); Perangkat lain yang diperlukan tentunya peeralatan untuk menangkap ikan, yaitu 1) Pancing, untuk semua jenis perahu perlengkapan ini harus ada hanya banyak sedikitnya pancing tergantung dari besar kecilnya perahu. Sekurangnya ada dua cara pemancingan di laut; pertama, yaitu teknik ngarendul sebagai suatu cara memancing dengan penggunaan 1 s/d 5 mata kail dari satu tali dengan pemberat ke bawah, dan umpan yang dipakai adalah jenis-jenis ikan laut kecil, sedangkan sasarannya adalah jenis ikan laut dalam dengan ciri permukaan air laut yang relatif rata dan tenang; kedua, yaitu teknik ngarondel sebagai suatu cara memancing dengan menggunakan 200 s/d 600 matakail dari satu tali tanpa pemberat, umpan yang dipakai adalah serpihan kain, plastik atau benang warna warni, teknik ini khusus untuk mendapatkan ikan permukaan, dilakukan di tengah laut dalam keadaan laut tenang.; 2) Jaring, besar kecilnya jaring juga tergantung dari besarnya perahu; jenis jaring besar/lebar (gilnet) hanya bisa dipakai oleh perahu besar; 3) Pelampung, sebagai perlengkapan pacing dan jaring; 4) Pemberat, sebagai perlengkapan memancing, jaring, dan jangkar; serta perlengkapan penunjang lainnya berupa 5) Alat-alat memasak dan bahan makanan; 6) Lampu, lentera atau jenis lampu pijar petromaks, perlengkapan penerangan ini sangat diperlukan terutama dalam aktivitas penangkapan di tengah laut pada malam hari yaitu untuk memberikan tanda kepada kapal besar (tanker) tentang keberadaan mereka di laut, sedangkan untuk di siang hari cukup
Universitas Sumatera Utara
menggunakan atribut dengan warna yang mencolok; (7) bahan bakar, berupa cadangan bahan bakar bagi peruhu besar; 7) Bahan pengawet ikan, baik garam maupun es (perahu besar). Pada musim angin Selatan, ketika gelombang laut masih besar namun jarang munculnya, nalsayan berusaha untuk menangkap sirang atau jenis udang batik. Keberadaan udang ini kurang lebih 3 Km dari pantai dengan kedalam laut berkisar 60 s/d 100 meter. Alat yang dipakai untuk menangkap udang ini berupa jaring yang terbuat dari tali plastik, jenis jaring mana yang memang khusus diperuntukan menangkap udang batik. 2.4.2. Penangkapan di Daerah Pinggir Pantai Teknik pengangkapan ikan di daerah pinggiran pantai adalah dengan menggunakan jaring. Terdapat dua cara dari teknik penangkapan ini, pertama yaitu cara ngarad dimana jaring ditebar didaerah pinggir pantai dengan menggunakan perahu, kemudian di tarik dari arah pantai; kedua, yaitu cara pagang dimana jaring di simpan di dasar laut dengan memakai umpan-umpan ikan tertentu untuk beberapa waktu, kemudian ditarik dari semacam tempat penangkapan ikan yang sengaja dirangkai untuk itu. Cara penangkapan dengan teknik ngarad adalah bentuk jaring ikan yang pada setiap ujung jaring diikat dengan tali panjang yang tidak kurang dari 200 meter. Tidak ada waktu khusus untuk melakukan kegiatan ini, yang jelas tidak dilakukan pada saat laut sedang guntur. Ngarad ini dipersiapkan oleh sekitar 5- 10 orang nelayan, mereka pergi ke daerah pantai yang diperkirakan banyak ikannya. Mula-mulasebagian nelayan berdiri dipantai memegang salah satu ujung tali jaring, sementara itu mereka memperhatikan dua nelayan lainnya yang membawa
Universitas Sumatera Utara
jaring ke laut dengan mempergunakan perahu, satu orang bertugas mendayung perahu dan seorang lagi menebar jaring sedikit demi sedikit dengan cara memutar dari arah kiri ke kanan hingga jaring mengembang di laut. Setelah selesai, perahu kembali lagi ke pantai dengan membawa ujung tali yang sebelah kanan. Tahap berikutnya adalah persiapan untuk menarik jaring, pada keadaan ini biasanya telah siap masing-masing 3-5 nelayan diujung tali disebelah kiri dan disebelah kanan, dan satu orang yang bertugas menggulung tali, aktivitas ini juga melibatkan perempuan, umumnya adalah anggota keluarga dari nelayan yang bersangkutan. Setelah seluruh jaring ditarik, mulai diperiksa seberapa banyak ikan yang didapat, bila beruntung kelompok nelayan ini bisa mendapatkan sampai 20 kg macam-macam ikan kecil, bila kurang beruntung bahkan hanya 1-2 ekor ikan saja yang terjaring. Hasil tangkapan ini kemudian dibagi menurut berapa orang nelayan yang berperan dalam kegiatan itu. Cara penangkapan ikan dengan teknik pagang adalah pola penangkapan ikan dengan mendirikan semacam rakitan bambu di lepas pantai, jarak dari tepi laut berkisar antara 100 s/d 500 meter tergantung dari kedalam laut, umumnya yang paling dalam adalah 20 meter. Rakitan bambu itu berbentuk segi empat, masing-masing sisi panjangnya 5-10 meter dan dipancangkan dari dasar laut. Jaring ikan dibentangkan menurut luas segi empat, dengan mengikat tali pada masing-masing ujung jaring, kemudian jaring diturunkan sampai dasar laut; setelah beberapa waktu disimpan di dasar dan diperkirakan ikan-ikan telah terkumpul di sekitar jaring, jaring kemudian ditarik perlahan-lahan ke atas.
Universitas Sumatera Utara
Teknik penangkapan pagang ini diperkenalkan orang-orang Bugis, namun demikian cara ini rupanya kurang menarik perhatian nelayan lain untuk melakukan hal yang sama, selain dari proses pembuatan yang relatif rumit dan mahal, juga ketahanan pagang ini tidak lama; ketahanan ini karena bahan-bahan yang dipakai relatif sederhana (bambu) sehingga kurang bisa diandalkan, bila musim angin Barat datang, pagang ini tidak bisa dipergunakan lagi.
2.5. Penataan Kelembagaan Kelembagaan, atau institusi, pada umumnya lebih diarahkan kepada organisasi, wadah atau pranata. Organisasi berfungsi sebagai wadah atau tempat, sedangkan pengertian lembaga mencakup juga aturan main, etika, kode etik, sikap dan tingkah laku seseorang atau suatu organisasi atau suatu sistem. Kelembagaan berasal dari kata lembaga, yang berarti aturan dalam organisasi atau kelompok masyarakat untuk membantu anggotanya agar dapat berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu lembaga juga dapat diartikan sebagai aturan dalam sebuah kelompok sosial yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, politik dan ekonomi. Lembaga dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu lembaga formal dan lembaga non-formal. Lembaga formal adalah kumpulan dua orang atau lebih yang memiliki hubungan kerja rasional dan mempunyai tujuan bersama, biasanya mempunyai struktur organisasi yang jelas, contohnya perseroan terbatas, sekolah, partai politik, badan pemerintah, dan sebagainya. Lembaga non-formal adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai tujuan bersama dan biasanya hanya memiliki ketua saja, contohnya arisan ibu-ibu RT, belajar bersama, dan
Universitas Sumatera Utara
sebagainya. Lembaga formal memiliki struktur yang menjelaskan hubungan otoritas, kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung jawab serta bagaimana bentuk saluran komunikasi berlangsung dengan tugas-tugas bagi masing-masing anggotanya. Lembaga formal bersifat terencana dan tahan lama, karena ditekankan pada aturan sehingga tidak fleksibel. Pada lembaga non-formal, biasanya
sulit
untuk
menentukan
waktu
nyata
seseorang
menjadi
anggotaorganisasi, bahkan tujuan dari organisasi tidak terspesifikasi dengan jelas, lembaga non-formal dapat dialihkan menjadi lembaga formal apabila kegiatan dan hubungan yang terjadi di dalamnya dilakukan secara terstruktur atau memiliki struktur organisasi yang lengkap dan terumuskan. Kelembagaan adalah suatu pola hubungan dan tatanan antara anggota masyarakat atau organisasi yang saling mengikat, diwadahi dalam suatu jaringan atau organisasi, yang dapat menentukan bentuk hubungan antar manusia atau antara organisasi dengan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal dan non-formal untuk bekerjasama demi mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Bulkis, kelembagaan berarti seperangkat aturan yang mengatur tingkah laku masyarakat untuk mendapatkan tujuan hidup mereka. Kelembagaan berisi sekelompok orang yang bekerjasama dengan pembagian tugas tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Tujuan peserta kelompok dapat berbeda, tapi dalam organisasi menjadi suatu kesatuan. Kelembagaan lebih ditekankan pada aturan main (the rules) dan kegiatan kolektif (collective action) untuk mewujudkan kepentingan umum atau bersama. Kelembagaan menurut beberapa ahli, sebagian dilihat dari kode etik dan aturan main, sedangkan sebagian lagi dilihat pada organisasi dengan struktur,
Universitas Sumatera Utara
fungsi dan manajemennya. Saat ini kelembagaan biasanya dipadukan antara organisasi dan aturan main. Kelembagaan merupakan suatu unit sosial yang berusaha untuk mencapai tujuan tertentu dan menyebabkan lembaga tunduk pada kebutuhan tersebut. Beberapa unsur penting dari kelembagaan adalah institusi, yang merupakan landasan untuk membangun tingkah laku sosial masyarakat; norma tingkah laku yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat dan telah diterima untuk mencapai tujuan tertentu; peraturan dan penegakan aturan; aturan dalam masyarakat yang memberikan wadah koordinasi dan kerjasama dengan dukungan hak dan kewajiban serta tingkah laku anggota; kode etik; kontrak; pasar; hak milik; organisasi; insentif. Kelembagaan lokal dan area aktivitasnya terbagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori sektor publik (administrasi lokal dan pemerintah lokal); kategori sektor sukarela (organisasi keanggotaan dan koperasi); kategori sektor swasta (organisasi jasa dan bisnis swasta). Bentuk resmi suatu lembaga yaitu lembaga garis (line organization, military organization); lembaga garis dan staf (line and staff organization); lembaga fungsi (functional organization). Lembaga garis bertanggung jawab pada satu atasan dan bertanggung jawab penuh pada tugasnya. Lembaga garis dan staf wajib melaporkan laporan kegiatan pada satu atasan, pemberian nasehat dari beberapa atasan kepada satu atasan yang lebih tinggi, dan lembaga fungsi bertanggungjawab kepada lebih dari satu atasan yang sesuai dengan spesialisasi masingmasing.
Universitas Sumatera Utara
Tiga jenis dasar dari lembaga yaitu: Lembaga Sistem Otoriter, terdapat dua tingkatan kedudukan, atasan dan bawahan. Atasan bertugas untuk membina dan menguasai yang lain, suka maupun tidak suka, biasanya ditentukan oleh keturunan, kekayaan, umur, pendidikan, kedudukan/kemampuan, hal ini menyebabkan atasan memutuskan segala sesuatu sendiri; Lembaga Sistem Demokrasi, semua anggota memiliki hak dan kewajiban yang sama dan seimbang, pemimpin berfungsi sebagai yang satu dari yang sama; Lembaga Sistem “Biarkan Saja” (claissez faire) semua anggota sama tingkat kedudukan dan fungsi sehingga menyebabkan pemimpin tidak memiliki arti dan tidak mempunyai fungsi. Berdasarkan beberapa teori diatas dapat diketahui pengertian kelembagaan adalah suatu pola hubungan antara anggota masyarakat yang saling mengikat, diwadahi dalam suatu jaringan atau organisasi, yang dapat menentukan bentuk hubungan antar manusia atau antara organisasi dengan ditentukan oleh faktorfaktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal dan nonformal untuk bekerjasama demi mencapai tujuan yang diinginkan.
2.6. Konsep Transportasi 2.6.1. Defenisi Transportasi Pengertian transportasi yang dikemukakan oleh Nasution (1996) diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Sehingga dengan kegiatan tersebut maka terdapat tiga hal yaitu adanya muatan yang diangkut, tersedianya kendaraan sebagai alat angkut, dan terdapatnya jalan yang dapat dilalui. Proses pemindahan dari gerakan tempat asal, dimana kegiatan pengangkutan dimulai dan ke tempat tujuan dimana kegiatan diakhiri. Untuk itu
Universitas Sumatera Utara
dengan adanya pemindahan barang dan merupakan salah satu sektor yang
manusia tersebut, maka transportasi
dapat menunjang kegiatan ekonomi (the
promoting sector) dan pemberi jasa (the servicing sector) bagi perkembangan ekonomi. Transportasi
sebagai
dasar
untuk
pembangunan
ekonomi
dan
perkembangan masyarakat serta pertumbuhan industrialisasi. Dengan adanya transportasi menyebabkan, adanya spesialisasi atau pembagian pekerjaan menurut keahlian sesuai dengan budaya, adat-istiadat, dan budaya suatu bangsa atau daerah. Selain itu, Tamin (1997:5) mengungkapkan bahwa , prasarana transportasi mempunyai dua peran utama, yaitu: (1) sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di daerah perkotaan; dan
sebagai prasarana
bagi pergerakan
manusia dan/atau barang yang timbul akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut. Dengan melihat dua peran yang di sampaikan di atas, peran pertama sering digunakan oleh perencana
pengembang wilayah untuk dapat
mengembangkan wilayahnya sesuai dengan rencana. Misalnya saja akan dikembangkan suatu wilayah baru dimana pada wilayah tersebut tidak akan pernah ada peminatnya bila wilayah tersebut tidak disediakan sistem prasarana transportasi. Sehingga pada kondisi tersebut, parsarana transportasi akan menjadi penting untuk aksesibilitas menuju wilayah tersebut dan akan berdampak pada tingginya minat masyarakat untuk menjalankan kegiatan ekonomi. Hal ini merupakan penjelasan peran prasarana
transportasi yang kedua, yaitu untuk
mendukung pergerakan manusia dan barang.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan ekonomi dan transportasi memiliki keterkaitan yang sangat erat, dimana keduanya dapat saling mempengaruhi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Tamin (1997:4) bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki keterkaitan dengan transportasi, karena akibat pertumbuhan ekonomi maka mobilitas seseorang meningkat dan kebutuhan pergerakannya pun menjadi meningkat melebih kapasitas prasarana transportasi yang tersedia. Hal ini dapat disimpulkan bahwa transportasi dan perekonomian memiliki keterkaitan yang erat. Di satu sisi transportasi dapat mendorong peningkatan kegiatan ekonomi suatu daerah, karena dengan adanya infrastruktur transportasi maka suatu daerah dapat meningkat kegiatan ekonominya. Namun di sisi lain, akibat tingginya kegiatan ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi meningkat maka akan timbul masalah transportasi, karena terjadinya kemacetan lalu lintas, sehingga perlunya penambahan jalur transportasi untuk mengimbangi tingginya kegiatan ekonomi tersebut. Pentingnya peran sektor transportasi bagi kegiatan ekonomi mengharuskan adanya sebuah sistem transportasi yang handal, efisien, dan efektif. Transportasi yang efektif memiliki arti bahwa sistem transportasi yang memenuhi kapasitas yang angkut, terpadu atau terintegrasi dengan antar moda transportasi, tertib, teratur, lancar, cepat dan tepat, selamat, aman, nyaman dan biaya terjangkau secara ekonomi. Sedangkan efisien dalam arti beban publik sebagai pengguna jasa transportasi menjadi rendah dan memiliki utilitas yang tinggi. 2.6.2. Peran dan Manfaat Transportasi Menurut Tamin (1997:5), prasarana transportasi mempunyai dua peran utama, yaitu: (1) sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di daerah perkotaan; dan sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan/atau barang yang
Universitas Sumatera Utara
timbul akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut. Dengan melihat dua peran yang di sampaikan di atas, peran pertama sering digunakan oleh perencana pengembang wilayah untuk dapat mengembangkan wilayahnya sesuai dengan rencana. Misalnya saja akan dikembangkan suatu wilayah baru dimana pada wilayah tersebut tidak akan pernah ada peminatnya bila wilayah tersebut tidak disediakan sistem prasarana transportasi. Sehingga pada kondisi tersebut, parsarana transportasi akan menjadi penting untuk aksesibilitas menuju wilayah tersebut dan akan berdampak pada tingginya minat masyarakat untuk menjalankan kegiatan ekonomi. Hal ini merupakan penjelasan peran prasarana transportasi yang kedua, yaitu untuk mendukung pergerakan manusia dan barang Selain memahami peran dari transportasi di atas, aspek yang menjadi penting dari sektor transportasi adalah aksesibilitas, karena perlunya transportasi guna mendukung kedua peran yang disampaikan di atas sehingga akan memudahkan aksesibilitas orang dan barang. Dalam pendekatan transportasi, aksesibiltas merupakan sebuah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna wilayah secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya.
Sehingga,
aksesibilitas
merupakan
suatu
ukuran
kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi berinteraksi satu sama lain dan “mudah” atau “susah”-nya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi. Pernyataan “mudah” atau “susah” merupakan
pernyataan yang
sifatnya sangat “subyektif” dan “kualitatif”, karena setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang mudah dan susah terhadapaksesibilitas yang mereka rasakan.
Universitas Sumatera Utara
Tamin (1997:52) mengungkapkan bahwa aksesibilitas dapat pula dinyatakan dengan jarak. Jika suatu tempat berdekatan dengan tempat lain, maka dapat dikatakan memiliki aksesibilitas yang tinggi, demikian sebaliknya. Jadi suatu wilayah yang berbeda pasti memiliki aksesibilitas yang berbeda, karena aktivitas wilayah tersebut tersebar dalam sebuah ruang yang tidak merata. Akan tetapi sebuah lahan yang diperuntukan untuk bandar udara memiliki lokasi yang tidak sembarangan, sehingga lokasinya pun sangat jauh dari kota karena harus memperhatikan
segi
keamanan,
pengembangan
wilayah,
dan
lainnya.
Aksesibilitas menuju bandara menjadi rendah karena lokasinya yang sangat jauhdari pusat kota, namun dapat diatasi dengan menyediakan sistem jaringan transportasi yang dapat dilalui dengan kecepatan tinggi. Artinya, saat ini ukuran aksesibilitas yang diukur berdasarkan jarak sudah tidak lagi digunakan, namun dapat diukur berdasarkan waktu tempuh Transportasi memiliki manfaat yang sangat besar dalam mengatasi permasalahan suatu kota atau daerah. Beberapa manfaat yang dapat disampaikan adalah: 1. Penghematan biaya operasi. Penghematan
ini
akan
sangat
dirasakan
bagi
perusahaan
yang
menggunakan alat pengangkutan, seperti bus dan truk. Penghematan timbul karena bertambah baiknya keadaan sarana angkutan dan besarnya berbedabeda sesuai dengan jenis
kendaraanya dan kondisi sarananya. Dalam hal
angkutan jalan raya, penghematan tersebut dihitung untuk tiap jenis kendaraan per km, maupun untuk jenis jalan tertentu serta dengan tingkat kecepatan
Universitas Sumatera Utara
tertentu. Biaya-biaya yang dapat diperhitungkan untuk operasi kendaraan adalah sebagai berikut: a. Penggunaan bahan bakar, yang dipengaruhi oleh jenis kendaraan, kecepatan, naik-turunya jalan, tikungan dan jenis permukaan jalan. b. Penggunaan pelumas; c. Penggunaan ban; d. Pemeliharaan suku cadang; e. Penyusutan dan bunga; f. Waktu supir dan waktu penumpang. 2. Penghematan waktu Manfaat lainnya yang menjadi penting dengan adanya proyek transportasi adalah penghematan waktu bagi penumpang dan barang. Bagi penumpang, penghemata waktu dapat dikaitkan dengan banyaknya pekerjaan lain yang dapat dilakukan oleh penumpang tersebut.
Untuk menghitungnya dapat
dihitung dengan jumlah penumpang yang berpergian untuk satu usaha jasa saja; dan dapat pula dihitung dengan tambahan waktu senggang atau produksi yang timbul apabila semua penumpang dapat mencapai tempat tujuan dengan lebih cepat. Adapun manfaat dari penghematan waktu tersebut dapat dihitung dengan mengalikan perbedaan waktu tempuh dengan rata-rata pendapatan per jam dari jumlah pekerja yang menggunakan fasilitas tersebut. Manfaat penghematan waktu untuk barang terutama dilihat pada barangbarang yang cepat turun nilainya jika tidak segera sampai di pasar, seperti sayur-sayuran, buah-buahan dan ikan. Manfaat lain akibat adanya penghematan
Universitas Sumatera Utara
waktu tempuh adalah biaya modal (modal atas modal kerja) sehubungan dengan pengadaan persediaan. 3. Pengurangan kecelakaan Untuk proyek-proyek tertentu, penguranga kecelakaan merupakan suatu manfaat yang nyata dari keberadaan transportasi. Seperti perbaikanperbaikan sarana transportasi pelayaran, jalan kereta api dan sebagainya telah dapat mengurangi kecelakaan.
Namun di Indonesia, masalah ini masih banyak
belum mendapat perhatian, sehingga sulit memperkirakan besarnya manfaat karena pengurangan biaya kecelakaan. Jika kecelakaan meningkat dengan adanya peningkatan sarana dan pra sarana transportasi, hal ini menjadi tambahan biaya atau bernilai manfaat negatif. 4. Manfaat akibat perkembangan ekonomi Pada umumnya kegiatan transportasi akan memberikan dampak terhadap kegiatan ekonomi suatu daerah. Besarnya manfaat ini sangat bergantung pada elastisitas produksi terhadap biaya angkutan. Tambahan output dari kegiatan produksi tersebut dengan adanya jalan dikurangi dengan nilai sarana produksi merupakan benefit dari proyek tersebut. 5. Manfaat tidak langsung Merupakan manfaat yang didapat karena terhubungnya suatu
daerah
dengan daerah lain melalui jalur transportasi. Selain manfaat karena terintegrasinya dua daerah tersebut, maka akan terjadi pemerataan pendapatan dan prestise, sehingga manfaat ini sangat sulit untuk diperhitungkan secara kuantitatif.
Universitas Sumatera Utara
2.6.3. Infrastruktur dan Moda Transportasi Transportasi memiliki peranan dan fungsi yang sangat strategis dalam kehidupan masyarakat dan perkembangan pembangunan dari dahulu sampai sekarang dan masa depan. Keberhasilan kegiatan pelayanan transportasi memerlukan dukungan ketersediaan infrastruktur dan sarana transportasi. Infrastruktur transportasi meliputi jalan, pelabuhan laut (dermaga), dan bandar udara (landasan pacu/runway). Secara mikro, kegiatan transportasi diupayakan agar dapat trerselenggara secara menguntungkan bagi para operatornya. Secara makro, kegiatan sistem transportasi agar dapat diwujudkan secara efektif dan efisien. Ketersediaan infrastruktur
transportasi harus
diupayakan
secara
mencukupi dan berkapasitas untuk melayani kebutuhan masyarakat, artinya bahwa penyediaannya berkeseimbangan dengan permintaan. Namun karena fungsi infrastruktur transportasi merupakan leading sektor, yaitu sektor yang harus disediakan lebih dahulu (mendahului) dan mengingat bahwa kegiatan transportasi menunjukkan pertumbuhan yang sangat cepat, maka untuk mengantisipasi permintaan masa depan, penyediaan fasilitas infrastruktur selayaknya lebih besar dari kebutuhan/permintaan. Berkaitan dengan hal tersebut moda transportasi di bedakan berdasarkan fungsinya menjadi tiga bagian yakni: a. Moda Transportasi Darat, merupakan segala bentuk trasnportasi menggunakan jalan untuk mengangkut penumpang atau barang. Bentuk awal dari transportasi darat adalah menggunakan kuda, keledai atau bahkan manusia untuk membawa
Universitas Sumatera Utara
barang melewati jalan setapak. Seiring dengan berkembang perdagangan, jalan diratakan atau dilebarkan untuk mengakomodir aktivitas. Sebagai contoh bus, truk, kreta api, sepeda dll. b. Moda Transportasi Air mengangkut orang dan barang atau kargo. Walaupun dalam sejarah, penggunaan transportasi air untuk penumpang cenderung menurun dikarenakan meningkatnya penerbangan komersial, transportasi air masih penting untuk transportasi jarak dekat dan kapal pesiar. Transportasi air masih menjadi sarana pengangkutan barang terbesar di dunia. Walaupun lebih lambat dibandingkan transportasi udara, transportasi air modern merupakan cara yang efektif untuk memindahkan barang dalam jumlah yang besar. Biaya untuk transportasi air lebih rendah dari transportasi udara untuk pelayaran antar-benua. Trasnportasi air sering bersifat internasional berdasarkan sifat alaminya, tetapi dapat juga dijalankan oleh kapal melintasi lautan, samudera, danau, kanal atau sungai. Sebagai contoh kapal, sampan, rakit dll. c. Moda Transportasi Udara merupakan segala bentuk trasnportasi yang menggunakan penerbangan untuk mengangkut penumpang atau barang. Sebuah maskapai penerbangan adalah sebuah organisasi yang menyediakan jasa penerbangan bagi penumpang atau barang. Mereka menyewa atau memiliki pesawat terbang untuk menyediakan jasa tersebut dan dapat membentuk kerja sama atau aliansi dengan maskapai lainnya untuk keuntungan bersama.
Universitas Sumatera Utara
2.7. Tingkat Pendapatan Masyarakat Setiap manusia senantiasa berusaha untuk meningkatkan pendapatan agar dapat memenuhi konsumsi dari setiap kebutuhan yang diinginkan rumah tangga keluarga. Menurut Sukirno (2006: 60) bahwa : ”Konsumsi rumah tangga merupakan jumlah pembelian rumah tangga ke atas barang dan jasa yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya’. Manusia keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang berupa barang dan jasa. Bila sudah terpenuhi, maka kebutuhan yang lain akan muncul. Dengan demikian kebutuhan manusia senantiasa berubah seiring dengan perkembangan zaman. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup yang senantiasa semakin meningkat, maka masyarakat juga harus meningkatkan pendapatan mereka. Pendapatan rumah tangga sangat berpengaruh terhadap tingkat konsumsi. Semakin tinggi tingkat pendapatan, maka kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi semakin tinggi juga. Para ahli menjadikan salah satu indikator mengukur tingkat kemiskinan adalah indikator ekonomi yaitu tingkat pendapatan rumah tangga. Demikian juga menurut Weiss (1995; 124) bahwa: The alternative approach to poverty measurement is a more economistic one, focusing on monetary measures of eother consumption or income. Consumtion-based indicators are generally preferred on the grounds that they better reflect standards of living,.... Pernyataan Weiss tersebut menyatakan bahwa tingkat kemiskinan dapat diukur dengan suatu pendekatan alternatif yaitu ukuran ekonomi dengan terfokus pada ukuran pendapatan rumah tangga. Lebih lanjut, pendapatan tersebut
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa indikator tingkat konsumsi lebih tepat untuk menggambarkan standar dari suatu kehidupan. Dengan demikian, peningkatan akan kebutuhan hidup setiap rumah tangga masyarakat haruslah disertai dengan peningkatan pendapatannya. Jika pendapatan tingkat rumah tangga semakin tinggi, maka daya konsumsi kebutuhan sekunder dan kebutuhan tersier baik pada masa sekarang maupun pada masa depan akan dapat terpenuhi. Namun ada juga tingkat pendapatan samadengan konsumsi bahkan lebih tinggi dari konsumsi dan juga ada anggota keluarga tidak mempunyai pendapatan (Y = 0) tetapi sudah melakukan kegiatan konsumsi. Menurut Rahardja dan Manurung (2005:44) bahwa: Pada dasarnya, faktor utama yang mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat adalah pendapatan, dimana korelasi keduanya bersifat positif, yaitu semakin tinggi pendapatan (Y) maka konsumsinya (C) juga semakin meningkat sehingga C = f (Y). Pernyataan tersebut berasal dari teori konsumsi yang pertama kali dikemukakan oleh John Maynard Keynes. Namun tingkat konsumsi yang dinyatakan Keynes pada saat itu tidak samadengan tingkat konsumsi pada saat sekarang karena perubahan tingkat konsumsi yang terjadi pada masyarakat. Teori tersebut menyatakan bahwa semakin tinggi pendapatan tingkat rumah tangga maka daya konsumsi masyarakat juga mengalami peningkatan. Jadi untuk mengetahui tingkat pendapatan rumah tangga keluarga dalam suatu masyarakat, maka dapat digunakan teori konsumsi. Pendapatan masyarakat yang dimaksud dalam penulisan ini adalah pendapatan yang diterima oleh pribadi masyarakat dalam keluarganya.
Universitas Sumatera Utara
Rahardja (2008:237) menyatakan bahwa Pendapatan Personal adalah bagian pendapatan nasional yang merupakan hak individu – individu dalam perekonomian sebagai balas jasa keikutsertaan mereka dalam proses produksi. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa untuk memperoleh angka pendapatan personal dari pendapatan nasional, maka laba perusahaan yang tidak dibagikan harus dikurangkan, sebab laba yang tidak dibagikan merupakan hak perusahaan. Selain laba tidak dibagikan, pembayaran – pembayaran asuransi sosial juga harus dikurangkan. Kedua ukuran ini belum memberikan informasi yang sebenarnya tentang pendapatan personal, sebab pendapatan personal bukan saja diterima karena balas jasa atau kesediaan bekerja (gaji atau upah) ataupun pendapatan nonupah yang diperoleh dari sektor perusahaan, tetapi juga pendapatan bungan yang diterima dari pemerintah dan konsumen serta pendapatan non-balas jasa bunga yang diterima dari pemerintah dan konsumen dan pendapatan non-balas jasa. Secara lebih terinci sumber – sumber pendapatan personal menurut Tarigan (2007:14-15) dapat diurutkan sebagai berikut: a. Gaji dan Upah; gaji dan Upah adalah balas jasa yang dibayarkan oleh pemerintah yang bekerja pada suatu organisasi pemerintah yang nilainya telash ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlakau dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan Upah merupakan balas jasa yang dibayarkan kepada para pekerja sesuai dengan prestasi. Dimana Gaji/Upah tersebut merupakan pendapatan bagi pegawai dan pekerja. b. Laba atau Keuntungan; Laba atau Keuntungan adalah total nilai penjualan dikurangi dengan biaya – biaya yang dikeluarkan. Laba merupakan pendapatan bagi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
c. Sewa Tanah; Sewa Tanah adalah sewa tanah yang diperhitungkan karena memberikan pendapatan pada pemilik tanah. Jika petani memilihlahan sendiri berarti dia tidak mengeluarkan biaya sewa tetapi labanya akan meningkat. Perlu diingat bahwa sewa tanah yang dihitung adalah yang dibayarkan, sedangkan sewa tanah yang diterima karena menyewakan tanah, nilai tambahnya akan terlihat pada laba. Hal ini juga berlaku untuk alat – alat yang disewa apabila kegiatan penyewaan alat bukan merupakan sektor tersendiri. Dengan demikian apakah petani itu memiliki lahan sendiri atau dia menyewa lahan, hal ini tidak mengubah total nilai tambah, hanya saja orang yang menikmatinya bisa beda. d. Bunga Uang; Bunga Uang adalah pendapatn bagi pemilik modal karena meminjamkan uangnya untuk ikut serta dalam proses produksi. Perlu diingat bahwa bunga yang dihitung adalah yang dibayarkan, sedangkan bunga yang diterima karena membungakan uang, nilai tambahnya terlihat pada laba. Apabila petani tidak meminjam uang dalam berusaha (menggunakan modal sendiri) sehingga tidak membayar bunga maka labanya akan meningkat. Jika petani itu meminjam uang dan harus membayar bunga, labanya akan menurun. Akan tetapi, ada orang lain yang memperoleh pendapatan (dalam jumlah yang sama dengan penurunan laba) yaitu pemilik modal. Dengan demikian apakah investor memiliki modal sendir atau dia meminjam modal, hal itutidak total mengubah nilai tambah hanya saja orang yang menikmatinya bisa berbeda. e. Pendapatan dari Pemerintah; Pendapatan dari Pemerintah adalah pendapatan yang diterima bukan karena balas jasa atas input yang diberikan, misalnya
Universitas Sumatera Utara
dalam bentuk tunjangan sosial bagi para penganggur, jaminan sosial bagi orang – orang miskin dan berpendapatan rendah. Menurut Sukirno (2006; 47) bahwa pendapatan pribadi merupakan: ”Semua jenis pendapatan, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun, yang diterima oleh penduduk suatu negara”. Menurut pendapat tersebut, pendapatan pribadi merupakan total pendapatan yang diterima anggota masyarakat sebelum mengalami berbagai pengurangan seperti pajak. Sedangkan pendapatan disposabel menurut Sukirno (2006: 48) menyatakan bahwa: ”Apabila pendapatan pribadi dikurangi oleh pajak yang harus dibayar oleh para
penerima
pendapatan,
nilai
yang
tersisa
dinamakan
pendapatan
disposabel...untuk memudahkan mengingat hubungan diantara (i) pendapatan disposabel (Yd) dan pendapatan pribadi (Yp) dan (ii) pendapatan disposabel (Yd) dengan konsumsi dan tabungan, dibawah ini dinyatakan kedalam formula dari hubungan tersebut yakni: i. Yd = Yp – T .............................................................................................. 2.1 ii. Yd = C + S ................................................................................................ 2.2 dari rumus diatas, Sukirno ( 2006: 60 ) menyatakan penegertian pendapatan disposabel adalah: Pendapatan yang sebenarnya diterima oleh semua rumah tangga dalam suatu negara dan dapat mereka gunakan untuk membeli keperluan mereka. Dalam praktiknya sebahagian daripadanya akan disimpan/ditabung. Konsep pendapatan disposabel dapat juga ditinjau dari sudut individu yaitu: jumalah jumlah pendapatan suatu rumahtangga dalam suatu tahun tertentu yang dapat dibelanjakan (ditabung).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan konsep tersebut, dapat terlihat bahwa pendapatan masyarakat yaitu pendapatan disposabel terdiri dari dua dimensi yang mempengaruhi yaitu tingkat pengeluaran untuk konsumsi masyarakat (C) dan tabungan masyarakat (s). Tingkat pendapatan masyarakata dapat diukur melalui indikator tingkat kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga keluarga dan kemampuannya untuk menabung. Dari berbagai pendapat tersebut, Sukirno (2006: 109) menyatakan ciri-ciri khas dari hubungan antara pengeluaran konsumsi dan pendapatan disposabel seperti dibawah ini: 1. Pada pendapatan yang rendah rumahtangga mengorek tabungan. Pada waktu rumahtangga tidak memperoleh pendapatan (Yd = 0), maka rumahtangga menggunakan tabungan atau harta untuk membiayai pengeluaran konsumsinya. 2. Kenaikan pendapatan menaikkan pengeluaran konsumsi. 3. Pada
pendapatan
yang
tinggi
rumahtangga
menabung.
Disebabkan
pertambahan pendapatan selalu lebih besar dari pertambahan konsumsi, maka rumahtangga akan menabung sebagian dari pendapatannya.
2.8. Penelitian Sebelumnya Yessy Nurmalasari (2006) dalam penelitiannya tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat di Indonesia, dengan variabel yang digunakan yakni Pengelolaan, Pesisir dan Pantai. Pengelolaan dengan pendekatan berbasis masyarakat meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat sebagai dasar pengelolaannya. Sehingga masyarakat dituntut untuk terlibat secara aktif dalam proses pengelolaan sumberyada alam yang terkandung
Universitas Sumatera Utara
didalamnya. Untuk itu, dalam mengimplementasikannya digunakan pendekatan yang bersifat struktural dan non-struktural. Pendekatan struktural dalam hal ini merupakan tertatanya struktur dan sistem hubungan antara semua komponen pendukung yang terkait, termasuk komponen sosial, ekonomi dan fisik. Dengan pendekatan struktural ini diharapkan masyarakat dapat memanfaat sumberdaya alam secara lebih luas dan berkenlanjutan serta menciptakan peluang peluang bagi masyarakat tersebut untuk menghilangkan masalah-masalah sosial dan ekonomi yang mereka hadapi. Arifin Rudyanto (2002) dalam penelitiannya tentang Kerangka Kerjasama Dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut menerangkan bahwa dalam pelaksanaan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang ditujukan untuk memberdayakan sosial ekonomi masyarakat maka masyarakat seharusnya memiliki kekuatan besar untuk mengatur dirinya sendiri dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut di era otonomi ini. Proses peralihan kewenangan dari pemerintah ke masyarakat harus dapat diwujudkan. Namun ada beberapa hal yang masih menjadi tanggung jawab pemerintah seperti soal kebijakan fiskal sumberdaya, pembangunan sarana dan prasarana, penyusunan tata ruang pesisir, serta perangkat hukum pengelolaan sumberdaya. Meski hal tersebut menjadi bagian dari kewenangan pemerintah, namun tidak berarti masyarakat tidak memiliki kontribusi dan partisipasi dalam setiap formulasi kebijakan. Dengan adanya kontribusi dan partisipasi masyarakat maka kebijakan yang diformulasikan tersebut akan lebih menyentuh persoalan yang sebenarnya dan tidak merugikan kepentingan publik. Oleh karena itu, untuk mengatasi berbagai permasalahan dan isu-isu yang mucul dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut ini,
Universitas Sumatera Utara
dibutuhkan suatu model pengelolaan yang kolaboratif yang memadukan antara unsur masyarakat pengguna (kelompok nelayan, pengusaha perikanan, dll) dan pemerintah yang dikenal dengan Co-management yang menghindari peran dominan yang berlebihan dari satu pihak dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut sehingga pembiasaan aspirasi pada satu pihak dapat dieliminasi. Dalam jangka panjang, pelaksanaan Co-management ini diyakini akan memberikan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik yaitu: 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sumberdaya pesisir dan laut dalam menunjang kehidupan. 2. Meningkatkan kemampuan masyarakat, sehingga mampu berperan serta dalam setiap tahapanpengelolaan secara terpadu. 3. Meningkatkan pendapatan masyarakat dengan bentuk-bentuk pemanfaatan yang lestari dan berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Stefanus Stanis (2005) melakukan penelitian terhadap Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut melalui Pemberdayaan Kearifan Lokal di Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur, dalam penelitian tersebut variabel yang digunakan yakni Pengelolaan, Pemberdayaan, Kearifan Lokal dan Sumberdaya Pesisir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan sampel secara purposive pada narasumber dan tokohtokoh kunci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi lestari penangkapan 12.813 ton/thndan rata-rata produksi penangkapan selama lima tahun untuk ikan pelagis sebesar 91,56% dan ikan demersal mengalami kenaikan rata-rata 40,92%. Dari potensi lestari dan produksi penangkapan tampak bahwa tingkat pemanfaatan selama lima tahun relatif masih kecil yakni hanya mencapai rata-rata tingkat
Universitas Sumatera Utara
pemanfaatan sebesar 19,88%. Hal ini dipengaruhi oleh faktor keterbatasan armada, alat penangkapan, kurang keterampilan terhadap teknologi penangkapan, dan dukungan dana. Wahyuningsih Darajati (2004) dalam Makalah Sosial Nasional MFCDP tentang Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu menjelaskan bahwa sumberdaya pesisir dan lautan memiliki arti penting bagi pembangunan nasional, baik dilihat dari aspek ekonomi, aspek ekologis, aspek pertahanan dan keamanan, serta aspek pendidikan dan pelatihan. Salah satu contoh dari aspek ekonomi, total potensi lestari dari sumber daya perikanan laut Indonesia diperkirakan mencapai 6,7 juta ton per tahun, masing-masing 4,4 juta ton di perairan teritorial dan perairan nusantara serta 2,3 ton di perairan ZEE (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002). Sedangkan di kawasan pesisir, selain kaya akan bahan-bahan tambang dan mineral juga berpotensi bagi pengembangan aktivitas industri, pariwisata, pertanian, permukiman, dan lain sebagainya. Seluruh nilai ekonomi potensi sumberdaya pesisir dan laut mencapai 82 milyar dollar AS per tahun. Kenyataannya, kinerja pembangunan bidang kelautan dan perikanan belumlah optimal, baik ditinjau dari perspektif pendayagunaan potensi yang ada maupun perpektif pembangunan yang berkelanjutan. Ekosistem pesisir dan lautan yang meliputi sekitar 2/3 dari total wilayah teritorial Indonesia dengan kandungan kekayaan alam yang sangat besar, kegiatan ekonominya baru mampu menyumbangkan + 20,06% dari total Produk Domestik Bruto (Kusumastanto, 1998 dalam Rohmin 2001). Padahal negaranegara lain yang memiliki wilayah dan potensi kelautan yang jauh lebih kecil dari Indonesia (seperti Norwegia, Thailand, Philipina, dan Jepang), kegiatan ekonomi
Universitas Sumatera Utara
kelautannya (perikanan, pertambangan dan energi, pariwisata, perhubungan dan komunikasi, serta industri) telah memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap PDB mereka, yaitu berkisar 25-60% per tahun (Rokhmin Dahuri, 2001). Rendahnya hasil pengelolaan potensi wilayah pesisir dan lautan kita dikarenakan oleh pengelolaan yang bersifat sektoral atau terpisah-pisah. Oleh karenanya diperlukan suatu strategi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan melalui Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu (PWPLT). Pendekatan PWPLT memiliki keunggulan atau manfaat lebih dibanding dengan pendekatan pengelolaan secara sektoral, yaitu : a) PWPLT memberikan kesempatan (opportunity) kepada masyarakat pesisir atau para pengguna sumberdaya pesisir dan lautan (stakeholder) untuk membangun sumberdaya pesisir dan lautan secara berkelanjutan, melalui pendekatan secara terpadu konflik pemanfaatan ruang (property rigth) yang sering terjadi di kawasan pesisir dapat di atasi. b) PWPLT melibatkan masyarakat pesisir untuk memberikan aspirasi berupa masukan terhadap perencanaan pengelolaan kawasan pesisir dan laut baik sekarang maupun masa depan. Dengan pendekatan ini stakeholder kunci (masyarakat pesisir) dapat memanfaakan, menjaga sumberdaya pesisir dan lautan secara berkelanjutan. c) PWPLT menyediakan kerangka (framework) yang dapat merespons segenap fluktuasi maupun ketidak-menentuan (uncertainties) yang merupakan ciri khas pesisir dan lautan.
Universitas Sumatera Utara
d) PWPLT membantu pemerintah daerah maupun pusat dengan suatu proses yang dapat
menumbuhkembangkan
pembangunan
ekonomi
lokal
berbasis
sumberdaya lokal. e) Meskipun PWPLT memerlukan pengumpulan data dan analisis data serta perencanaan yang lebih panjang daripada pendekatan sektoral, tetapi secara keseluruhan akhirnya PWPLT lebih murah ketimbang pendekatan sektoral.
2.9. Kerangka Konseptual Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka kerangka konsep yang menggambarkan arah dan jalur pengaruh antar variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Pasar (P_In_Out) 1. Pasar IN PUT 2. Pasar OUT PUT
Transportasi (Tran)
Pengalaman (Exp)
1. Modal Transportasi 2. Infrastruktur Transportasi
Pendapatan Masyarakat (Inc)
Teknologi (Tech)
Tingkat Pendidikan (Ed)
Kelembagaan (Inst)
Gambar 2.1. Skema Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: 1. Pasar (P_In_Out, Transportasi (Tran), Teknologi (Tech), Kelembagaan (Inst) merupakan variabel bebas atau Eksogen. 2. Pengalaman (Exp) dan Tingkat Pendidikan (Ed) adalah merupakan variabel perantara 3. Pendapatan Masyarakat (Y3) merupakan variabel tergantung atau Endogen. Kerangka konsep di atas dibangun dengan beberapa asumsi yang mendasari antara lain: 1.
Kondisi dari pasar input serta output akan berdampak secara nyata terhadap peningkatan pendapatan petani nelayan dengan kontribusi yang berarti dari faktor pengalaman serta tingkat pendidikan dari pada responden.
2.
Kondisi dari faktor Transportasi akan berdampak secara nyata terhadap peningkatan pendapatan petani nelayan dengan kontribusi yang berarti dari faktor pengalaman serta tingkat pendidikan dari pada responden.
3.
Kondisi dari faktor Kelembagaan akan berdampak secara nyata terhadap peningkatan pendapatan petani nelayan dengan kontribusi yang berarti dari faktor pengalaman serta tingkat pendidikan dari pada responden.
4.
Faktor Teknologi Penangkapan ikan petani nelayan akan berdampak secara nyata terhadap peningkatan pendapatan petani nelayan dengan kontribusi yang berarti dari faktor pengalaman serta tingkat pendidikan dari pada responden.
Universitas Sumatera Utara
2.10. Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan kajian empiris yang telah dilakukan sebelumnya, dapat ditarik hipotesis yaitu: 1. Pasar (Pasar Output dan Pasar Input) berpengaruh positif terhadap pendapatan masyarakat dengan semakin membaiknya pengalaman dan tingkat pendidikan. 2. Transportasi
(Moda
Trasnportasi
dan
Infrastruktur
Transportasi)
berpengaruh positif terhadap pendapatan masyarakat dengan semakin membaiknya pengalaman dan tingkat pendidikan. 3. Teknologi berpengaruh positif terhadap pendapatan masyarakat dengan membaiknya pengalaman dan tingkat pendidikan. 4. Kelembagaan berpengaruh positif terhadap pendapatan masyarakat dengan semakin membaiknya pengalaman dan tingkat pendidikan
Universitas Sumatera Utara