BAB II PEMAHAMAN TERHADAP TEMPAT BERMAIN ANAK-ANAK KHUSUS PERMAINAN TRADISIONAL BALI
Dalam bab ini akan dibahas mengenai beberapa literatur yang berkaitan dengan taman permainan secara umum dan permainan tradisional, tinjauan terhadap proyek sejenis serta spesifikasi umum proyek yang diperoleh dari sintesis literatur dan tinjauan proyek sejenis. 2.1
Tinjauan Umum Tempat Bermain Anak-anak khusus Permainan Tradisional Berikut akan dijelaskan pemahaman umum tentang Tempat bermain anak dan pemahaman
tentang permainan tradisional, serta pemahaman terhadap judul. 2.1.1
Pengertian Tempat Bermain Anak-anak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,2014) pengertian kata tempat adalah : 1)
Sesuatu yg dipakai untuk menaruh (menyimpan, meletakkan, dsb) /wadah/bekas
2)
Ruang (bidang, rumah, daerah, dsb) yg didiami (ditinggali) atau ditempati
3)
Bagian yg tertentu dr suatu ruang (bidang, daerah)
10
Pengertian kata Bermain adalah : 1)
Menurut KKBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) -
bermain memiliki pengertian melakukan sesuatu untuk bersenang-senang
- melakukan permainan untuk menyenangkan hati (dengan menggunakan alat-alat tertentu atau tidak). 2)
Menurut Piaget dalam Sudono (2006) - bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak
Pengertian kata anak-anak adalah : 1) Menurut KKBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) - Seseorang yang masih kecil (belum dewasa) 2) Menurut para ahli - Dra.Suryana anak adalah rahmat Allah dan amanat Allah, penguji iman, media beramal,bekal diakhirat, sumber kebahgaiaan, tempat bergantung di hari tua, penyambung cita-cita, dan seseorang yang harus dididik. - Family Discovery, anak adalah peran utama dalam sebuah perjalanan sukses kehidupan - UU kesejahteraan, Perlindungan dan Pengadilan anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk janin yang masih dalam kandungan. - UU RI No.4 tahun1979 anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah menikah. Batas 21 tahun ditentukan dengan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi, dan kematangan mental seseorang dicapai pada usia tersebut. - Nurhayati Pujiastuti, anak adalah buah hati orang tuannya, tempat orang tua menaruh harapannya pada saat tua dan tidak mampu kelak.
11
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014), Tempat permainan dikategorikan sebagai tempat hiburan / taman rekreasi. 1) Taman / Tempat hiburan adalah tempat yg mempunyai berbagai jenis hiburan dan pertunjukan, 2) Taman/tempat rekreasi adalah kawasan khusus, biasanya tertutup sehingga untuk memasukinya perlu membayar, pengunjung dapat bersantai dan menghibur diri dengan memanfaatkan beraneka ragam fasilitas hiburan, pertunjukan, permainan, restoran, atau toko cendera mata untuk dimafaatkan bagi kepentingan hiburan, rekreasi, budaya dan pendidikan. 3) Taman / tempat bermain adalah tempat dengan daya tarik yang terdiri atas wahana permainan seperti wahana lintas-gunung (roller coaster) dan balap air. Biasanya taman bermain memiliki pilihan sejumlah jenis wahana permainan yang berbeda, bersama dengan toko, restoran, dan gerai (outlet) hiburan lainnya .
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan tentang definisi tempat bermain anak adalah suatu bagian ruang yang digunakan oleh anak-anak untuk melakukan kegiatan bermain dengan bebas untuk memperoleh kesenangan, keriangan & kegembiraan.
2.1.2
Pengertian Permainan Tradisional Pemahaman mengenai permainan tradisional telah banyak dirumuskan seperti yang
dirumuskan oleh IDKD, dalam Sudana (1995), Permainan rakyat / permainan tradisional adalah : 1
Segala kegiatan yang dilakukan secara tertib dan berpola oleh para pelaku / pendukungnya dan merupakan khasanah budaya yang mereka peroleh melalui tradisi lisan dari generasi terdahulu dilingkungan masyarakat yang bersangkutan.
2
suatu unsur kebudayaan yang mempunyai eksistensi fungsional. Dalam permainan tradisional tersebut terdapat nilai-nilai, norma-norma, aturan-aturan sebagai aspek ideal. Dari permainan tradisional tersebut terkandung tindakan-tindakan berpola sebagai aspek sosial.
3
Permainan tradisional merupakan kegiatan permainan yang berkembang dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu, dengan maksud maksud tertentu, dan dilakukan secara turun temurun pada masyarakat tersebut.
12
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan tentang definisi Permainan tradisional yaitu Permainan yang berkembang dari suatu masyarakat tertentu yang dilakukan secara turun-temurun pada masyarakat tertentu.
2.1.3
Pemahaman Judul Tempat Bermain Anak-anak khusus Permainan Tradisional Bali Dari penjelasan tempat bermain anak dan permainan tradisional, maka dapat disimpulkan
tentang definisi judul “Tempat Bermain Anak-anak khusus Permainan Tradisional Bali di Denpasar” adalah suatu bagian ruang yang dirancang untuk anak-anak untuk melakukan kegiatan bermain dengan bebas untuk memperoleh kesenangan, keriangan & kegembiraan dan khusus untuk permainan tradisi yang dilakukan secara turun temurun pada masyarakat tersebut. Kegiatan bermain ini dilakukan dengan bebas untuk memperoleh keriangan, kesenangan, dan kegembiraan serta sebagai sarana mengmbangkan kemampuan kognitif, sosial, fisik serta kemampuan emosi anak.
13
2.2
Pemahaman Umum Anak & Perkembangannya Pemahaman umum terhadap perkembangan anak terkait dengan perkembangan anak itu
sendiri, perkembangan kreativitas pada anak, serta bermain sambil belajar bagi perkembangan anak. 2.2.1 Definisi Anak Anak adalah seseorang yang belum dewasa, namun terdapat beberapa definisi Anak menurut para ahli yaitu sebagai berikut. -
Dra.Suryana anak adalah rahmat Allah dan amanat Allah, penguji iman, media beramal,bekal diakhirat, sumber kebahgaiaan, tempat bergantung di hari tua, penyambung cita-cita, dan seseorang yang harus dididik.
-
UU kesejahteraan, Perlindungan dan Pengadilan anak. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk janin yang masih dalam kandungan.
-
UU RI No.4 tahun1979 Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah menikah. Batas 21 tahun ditentukan dengan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi, dan kematangan mental seseorang dicapai pada usia tersebut.
Pengkategorian anak menurut usia dapat dilihat dari berbagai aspek, tergantung urgensinya. 1. Dilihat dari periodisasi pertumbuhan dan perkembangan manusia, Elizabeth B. Hurlock (Galih Rosy, 2007) memberikan kategori sebagai berikut : - Prenatal
: Saat konsepsi sampai lahir
- Masa Neonatus
: lahir sampai akhir minggu kedua setelah lahir
- Masa Bayi
: Akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua
- Masa kanak-kanak awal
: 2 tahun sampai 6 tahun
- Masa kanak-kanak akhir
: 6 sampai 10/11 tahun
- Pubertas
: 10/12 sampai 13/14 tahun
- Masa Remaja Awal
: 13/14 – 17 tahun 14
- Masa Remaja Akhir
: 17 – 21 tahun
- Masa Dewasa Awal
: 21 – 40 Tahun
- Masa Setengah Baya
: 40 – 60 tahun
- Masa Tua
: 60 – meninggal dunia
2. Dilihat dari aspek pendidikan, pada Data Statistik Indonesia (Gunawan, 2006) diperoleh kategori usia berdasarkan jenjang pendidikan sebagai berikut : - Pra sekolah
: 0 – 6 tahun
- Sekolah Dasar (SD)
: 7 – 12 tahun
- Sekolah Menengah Pertama (SMP) : 13 - 15 tahun - Sekolah Menengah Atas (SMA)
: 16 - 19 tahun
- Perguruan Tinggi
: 19 tahun keatas
3. Katagori usia anak menurut DepKes RI tahun 2009 a) Masa balita
= 0 - 5 tahun,
b) Masa kanak-kanak
= 5 - 11 tahun.
c) Masa remaja Awal
= 12 - 16 tahun.
d) Masa remaja Akhir
= 17 - 25 tahun.
e) Masa dewasa Awal
= 26- 35 tahun.
f) Masa dewasa Akhir
= 36- 45 tahun.
g) Masa Lansia Awal
= 46- 55 tahun.
h) Masa Lansia Akhir
= 56 - 65 tahun.
i) Masa Manula
= 65 - sampai atas
4. Katagori usia anak menurut hukum KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) a) UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Pasal 47) Anak yang dimaksud dalam UU Perkawinan adalah yang belum mencapai 18 tahun.
b) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Pasal 1 angka 26) Anak adalah setiap orang yang berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun
15
c) UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak (Pasal 1) Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin
d) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Pasal 1 angka 5) Anak adalah setiap manusia yang berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.
e) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Pasal 1 ayat 1) Anak adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. f) UU No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi ( Pasal 1 ayat 4) Anak adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun.
g) UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (Pasal 1 angka 5) Anak adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
2.2.2 Perkembangan Anak Dengan bermain dan berinteraksi, anak akan tumbuh dengan pesat di berbagai bidang perkembangan dirinya (warner:2003), yang meliputi : 1)
Pertumbuhan Fisik, terbagi dalam • Keterampilan Motorik Kasar: anak sudah mulai dapat melakukan lebih banyak kegiatan motorik kasar seperti berlari, melompat, memajat, berguling, berputar, dan naik sepeda roda tiga. • Keterampilan Motorik Halus: anak lebih terbiasa dengan kegiatan yang membutuhkan deksteritas manual seperti menggambar, mewarnai, menyuap makanan sendiri, memakai baju sendiri, mengikat tali sepatu, dan menyikat gigi. 16
• Koordinasi dan Keseimbangan: bertambahnya koordinasi gerak tubuh dan kemampuan untuk mrnjaga keseimbangan akan memberikan kesempatan-kesempatan baru bagi anak di berbagai bidang olahraga dan kegiatan yang sederhana, serta permainan yang lebih rumit. 2)
Pertumbuhan Kognitif, yakni keterampilan anak dalam berpikir. Ketika ukuran, kapasitas, dan fungsi khusus otak anak tumbuh dan berkembang, kemempuan anak untuk berpikir dan menyelesaikan persoalan juga meningkat pesat.
3)
Keterampilan Bahasa, terbagi dalam • Berpikir Simbolis : Seiring dengan berkembangnya kemempuan kognitif anak, ia juga mulai berpikir secara simbolis melalui penggunaan bahasa. Anak akan menggunakan kata-kata untuk mengganti gambar dan gerak tubuh. Anak akan menggunakan kata-kata untuk menyampaikan keinginannya, membagi rasa, dam berinteraksi sosial. • Kosa Kata : Di umur 6 tahun anak telah memiliki perbendaharaan kata lebih dari 10.000 kata, memahami aturan dasar tata bahasa, dan mulai mengalami penambahan kosa kata sebanyak 6 sampai 10 kata baru setiap harinya.
4)
Pertumbuhan Psikologis, terbagi dalam • Pemahaman diri : ketika anak tumbuh secara fisik dan kognitif, ia juga akan mulai menyadari keberadaan dirinya. Ia kan mengenali bagian-bagian tubuhnya, memamerkan mainannya, menggambar gambar dirinya dan keluarganya dengan sederhana, dan menikmati menyebut nama dan umurnya sendiri. • Kepercayaan Diri dan Kebanggaan Diri : bersama dengan pemahamnan diri juga muncul rasa percaya diri yang akan membentuk kebanggaan dirinya. Ketika anak mulai mengenal dirinya sendiri lebih dalam, ia akan menemukan kepercayaan diri pada kemampuannya untuk mencoba hal-hal baru, menghadapi tantangan, dan menyelesaikan tugas-tugas.
5)
Ekspresi Emosional yakni Bagi Rasa. Anak telah melewati masa “bereaksi dengan menangis” dan dapat menyampaikan perasaan, keinginan, dan kemauannya dengan lebih tepat.
6)
Keterampilan Sosial yakni interaksi sosial yang bertambah ketika anak berhubungan dengan orang di lingkungan sekitarnya.
17
2.2.3 Perkembangan Kognitif Dalam Sudono (2006) menyebutkan bahwa perkembangan kognitif yang dikembangkan oleh Jean Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia: •
Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun) periode pertama dari empat periode. tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting.
•
Periode Pra - Operasional (usia 2–7 tahun) Periode kedua setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
•
Periode Operasional Konkrit (usia 7–11 tahun) Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai.
•
Periode Operasional Formal (usia 11 -14 tahun) Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya.
18
2.2.4 Perkembangan Kreatifitas pada Anak Menurut Munandar (1988:39), Kreativitas pada anak nampak dari kecenderungan ingin mengenal dunianya, menjajaki lingkungannya, menemukan sesuatu, membuat sesuatu yang baru (bagi dirinya), membentuk dengan cara-caranya yang unik dan kreatif. Kreatifitas merupakan suatu proses perkembangan, pada anak yang penting ialah proses bersibuk diri secara kreatif, maka diperlukan atau mengusahakan suatu lingkungan yang merangsang dan mendorong (press) minat anak untuk mengungkapkan keunikan dirinya secara kreatif, tanpa perlunada tekanan atau tuntutan untuk menghasilkan produk yang bermakna. Dala kondisi lingkungan yang menghargai dan menunjang perkembangan kreativitas, anak akan menampilkan dirinya sebagai pribadi yang kreatif, dan produk kreativitas yang bermakna akan tampil dengan sendirinya. Pribadi yang kreatif tidak muncul dengan tiba-tiba, melainkany perkembangan secara berangsur-angsur dan tumbuh dengan menghadapi masalah-masalah dan situasi-situasi, dengan mengenal masalah dan mampu menyelesaikannya dalam kegiatan rekreasi, dalam kegiatan seni dan kegaitan lainnya yang semuanya menunjang perkembagnan pribadi yang kreatif. 2.2.5 Bermain sambil Belajar bagi Perkembangan Anak Melalui bermain anak dapat berlatih menggunakan kemampuan kognitifnya untuk memecahkan berbagai masalah. Dengan bermain anak dapat mengembangkan kemampuan dasarnya meliputi pengembangan daya pikir, daya cipta, bahasa, keterampilan, dan jasmani. Jadi prinsip dasar di perkembangan anak adalah main, bermain, dan permainan. Pemahaman tentang bermain saat ini masih terbatas pada tahap bermain di luar. Padahal bermain yang menekankan pada pengembangan aspek penglihatan langsung (visual), pendengaran (auditori), dan bahasa sangat penting dalam proses perkembangan anak. Praktek pendidikan anak yang terperangkap dalam kegiatan yang hanya mengandalkan kertas dan pensil sehingga alokasi waktu terserap untuk kegiatan tersebut yang berakibat pada evaluasi terhadap kemajuan anak yang hanya menekankan pada kemampuan baca-tulis(sudono:2000). Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan imajinasi pada anak. Montessori, seorang tokoh pendidikan menekankan bahwa ketika anak bermain, ia akan mempelajari dan menyerap segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Untuk itu, perencanaan dan persiapan lingkungan belajar anak harus dirancang dengan seksama sehingga segala sesuatu dapat merupakan kesempatan belajar yang sangat menyenangkan bagi anak itu sendiri (sudono:2000). 19
2.3
Pemahaman Umum Bermain & Permainan Pemahaman umum terhadap bermain, manfaat bermain, teori bermain, lingkungan
bermain, Perlengkapan bermain 2.3.1 Definisi Bermain Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,2014) definisi dari kata main adalah melakukan permainan untuk menyenangkan hati (dengan menggunakan alat-alat tertentu atau tidak). Sedangkan bermain memiliki pengertian melakukan sesuatu untuk bersenang-senang. Sedangkan definisi bermain dalam Sudono (2006), disebutkan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Jika pengertian bermain dipahami dan sangat dikuasai, maka kemampuan itu akan berdampak positif pada cara kita dalam membantu proses belajar anak. Pengamatan ketika anak bermain secara aktif maupun pasif, akan banyak membantu memahami jalan pikiran anak, selain itu juga akan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Pada saat bermain kita perlu mengetahui saat yang tepat bagi kita untuk melakukan atau menghentikan intervensi.
2.3.2 Manfaat Bermain Sebagaimana telah disebutkan bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Dunia anak adalah dunia kreatifitas, sebuah dunia yang membutuhkan ruang gerak, ruang berpikir, dan ruang emosional yang terbimbing dan cukup memadai, sehingga tiga potensial dasar tersebut terus mengantarkan anak pada kemandiriannya yang akan berproses menapaki tangga kedewasaan. Kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain, anak bebas untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan mencipta sesuatu. Sejalan dengan pendapat tersebut , Papalia seorang ahli perkembangan manusia, dalam bukunya Human Development, sebagaimana dikutip oleh Imam Musbikin mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain. Banyak alasan yang membuat anak suka bermain, beberapa diantaranya adalah kesenangan, relaksasi, kesehatan, dan belajar. Bagi anak-anak bermain lebih merupakan suatu kebutuhan yang mutlak ada. Jika tidak ada satu 20
tahapan perkembangan yang berfungsi kurang baik yang akan terlihat kelak jika anak sudah menjadi remaja. (Semiawan,2002), Kegiatan
bermain mempengaruhi perkembangan keenam aspek perkembangan anak.
Dengan kata lain bahwa bermain mempunyai manfaat besar bagi perkembangan anak, meliputi perkembangan fisik, emosional, sosialisasi, komunikasi/bahasa, kognitif dan ketrampilan motorik. (Montolalu, 2007) 1. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek fisik 2. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek motorik kasar dan motorik halus. 3. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek sosial 4. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek emosi atau kepribadian. 5. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek kognitif 6. Manfaat bermain untuk mengasah ketajaman penginderaan 7. Manfaat bermain untuk mengembangkan keterampilan olah raga dan menari. 2.3.3 Teori Bermain Secara umum teori-teori tentang bermain dapat digolongkan menjadi dua. Penggolongan teori bermain adalah sebagai berikut . (Montolalu, 2007). 1. Teori Klasik ( abad ke-19 sampai perang Dunia I) a. Teori Kelebihan Energi (Herbert Spencer), menyebutkan bahwa manusia mempunyai energi lebih (energi surplus) yang digunakan untuk bermain. b. Teori Relaksasi/Rekreasi (Schaller dan lazarus), menyebutkan bahwa bermain mengisi kembali energi yang telah terpakai dalam bekerja. c. Teori Insting (Karl Groos), merupakan semacam latihan awal bermain mempersiapkan anak-anak untuk peran-peran yang akan dilakukan dikemudian hari. d. Teori Rekapitulasi (G.S. Hall), mengatakan bahwa anak-anak mengulangi aktivitas leluhurnya.
2. Teori Modern (setelah perang Dunia I a. Teori Psikoanalisi (Sigmund Freud dan Erik Erikson), melihat bermain anak sebagai alat yang penting bagi pelepasan emosinya serta untuk mengembangkan rasa harga diri ketika anak dapat menguasai tubuhnya, benda-benda serta sejumlah ketrampilan sosial. 21
b. Teori Perkembangan Kognitif (Jean Piaget,1963), berpendapat bahwa anak menciptakan sendiri pengetahuan mereka tentang dunianya melalui interaksi mereka. c. Teori dari Vygotsky (1967), yang menekankan pemusatan hubungan sosial sebagai hal penting yang mempengaruhi perkembangan kognitif.
Diantara teori-teori bermain di atas , Jean Piaget yang berhubungan dengan perkembangan kognitif. Teori menunjang peran penting dalam permainan anak, baik dalam segi perkembangan sosial-emosional dan kognitif. Mengerti kegunaannya sangat penting untuk menggabungkan bermain anak usia dini. Selain itu perkembangan kognitif dari tahapan sebelumnya akan menentukan terhadap tahapan berikutnya, sehingga optimalisasi stimulasi pendidikan dalam setiap tahapan menjadi sangat penting. Agar stimulasi pendidikan yang diberikan sesuai dengan perkembangan kognitif anak usia dini, maka diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang perkembangan kognitif anak usia dini. 2.3.4 Lingkungan Bermain Anak Aktivitas bermain anak membutuhkan suatu lingkungan yang dapat mendukung dan menfasilitasi kegiatan ini. Lingkunagn bermain yang baik membutuhkan waktu dan ruang yang cukup untuk aktivitas bermain. Senda (1992) mengatakan bahwa lingkungan bermain anak terdiri atas empat elemen, yaitu : tempat bermain, waktu bermain, teman/ partner untuk bermain, dan apa yang dimainkan. Lebih lanjut Senda (1992) mengkatagorikan enam tipe ruang yang dapat dijadikan sebagai lingkungan bermain anak, yaitu : 1.
Nature Spaces Ruang ini dipenuhi dengan pepohonan, air dan elemen alam lainnya yang menjadi dasar utama dan terpenting dalam pembentukan ruang untuk bermain anak.
2.
Open Spaces Ruang ini merupakan ruang terbuka yang dapat mengakomodasi kegiatan anak yang aktif bergerak.
22
3.
Road Spaces Ruang ini tetrbentuk dari salah satu aktivitas anak yang bertemu dan berhubungan dengan teman seusianya.
4.
Adventure Spaces Ruang ini membangkitkan imajinasi anak-anak yang bermain melalui elemen-elemen ruangnya.
5.
Hideout Spaces Ruang ini ada karena setiap anak memiliki sisi mandiri dan rahasia masing-masing yang tidak ingin diketahui oleh orang tua dan guru mereka.
6.
Play structure Spaces Ruang ini biasanya menjadi media bermain anak yang dilengkapi dengan alat untuk bermain.
Clare cooper Marcus dan Carolyn Francis (1998) mengatakan sebuah taman bagi anak harus memenuhi persyaratan rasa aman, menstimulasi anak dan mengembangkan potensi anak. Beberapa elemen diperlukan untuk mencapai persyaratan tersebut yaitu : 1. Skala Anak sangat memperhatikan detail yang terkadang dilupakan oleh orang dewasa. Dalam mendesain ruang untuk anak penting untuk memperhatikan ketinggian anak dan detail menurut garis pandang mereka. Contohnya adalah ketika ada sesuatu yang lebih tinggi dan menarik perhatian, anak akan mencoba untuk menghampirinya dengan cara melompat. 2. Rasa Aman Rasa aman adalah hal paling penting yang harus diciptakan dalam mendesain ruang untuk anak. Rasa aman diterapkan melalui aplikasi penutup lantai misalnya dengan menggunakan bahan yang lunak dan alami seperti rumput, pasir, kenyamanan dan keamanan dari alat permainan dan lingkkungan bermain sekitar. 3. Keberagaman & Kesempatan Adanya berbagai macam jenis permainan yang dapat dimainkan. Dan terdapat berbagai kesempatan untuk mempetensikan elemen yang ada dilingkungan sekitar utnuk dijadikan suatu permainan. 23
Lebih lanjut Marcus mengatakan bahwa sebaiknya dilakukan pemisahan permainan anak sesuai kelompok umur didalam merancang taman bermain. Hal ini terjadi karena kecenderungan anak yang lebih kecil terluka ketika melakukan permainan yang disediakan untuk anak yang lebih besar. Selain itu juga orang tua juga merasa lebih aman ketika terdapat pemisahan antara ruang bermain ini, hal ini dapat mengurangi konflik yang terjadi antara anak yang lebih besar dengan anak yang lebih kecil.
2.3.5 Perlengkapan Bermain Anak Anak saat ini hanya memiliki sedikit ruang yang dapat digunakan dengan bebas oleh mereka untuk bermain. Mereka butuh seperangkat peralatan dan ruang yang dapat menarik perhatian mereka untuk bermain. Hal ini tersedia dalam bentuk suatu struktur permainan dan tempat bermain. Perlengkapan / Peralatan bermain anak harus memiliki standar kenyamanan untuk aktivitas bermain anak. Senda (1992) menyarankan bahwa untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dalam ruang lingkungan dan perlengkapan bermain harus mengikuti persyaratan berikut : 1. Adanya alur dalam sirkulasi permainan 2. Aman digunakan bagi anak, tetapi banyak ragam dan jenis permainan sehingga tingkat keberagaman bermain semakin besar. 3. Tidak memiliki pola yang monoton 4. Harus menyediakan symbol petunjuk pada tempat yang tinggi. 5. Memiliki bagian dimana anak dapat merasakan pengalaman berpetualang secara terus menerus mengikuti sebuah pola yang terus berputar dan berkelanjutan. 6. Tersedianya ruang untuk tempat berkumpul dan bersosialisasi dalam skala kecil dan besar. 7. Tidak boleh tertutup, harus terbuka dan berkelanjutan serta memiliki urutan pola yang teratur.
24
2.4
Tinjauan Umum Permainan Tradisional Bali Pemahaman umum terhadap permainan tradisional, fungsi permainan tradisional, nilai
budaya yang terkandung, Ciri-ciri permainan tradsional, serta klasifikasi dan jenis permainan tradisional Bali. 2.4.1 Pengertian Permainan Tradisional Pemahaman mengenai permainan tradisional telah banyak dirumuskan seperti yang dirumuskan oleh IDKD, dalam Sudana (1995), Permainan rakyat / permainan tradisional adalah segala kegiatan yang dilakukan secara tertib dan berpola oleh para pelaku / pendukungnya dan merupakan khasanah budaya yang mereka peroleh melalui tradisi lisan dari generasi terdahulu dilingkungan masyarakat yang bersangkutan. Selai itu ada pula yang merumuskan bahwa permainan tradisional adalah suatu unsure kebudayaan yang mempunyai eksistensi fungsional. Dalam permainan tradisional tersebut terdapat nilai-nilai, norma-norma, aturan-aturan sebagai aspek ideal. Dari permainan tradisional tersebut terkandung tindakan-tindakan berpola sebagai aspek sosial. Permainan tradisional merupakan kegiatan permainan yang berkembang dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu, dengan maksud maksud tertentu, dan dilakukan secara turun temurun pada masyarakat tersebut. Permainan tradisional Indonesia yang berupa permainan pada dasarnya merupakan perwujudan dari proses adaptasi masyarakat indonesia dalam menghadapi linggungannya dalam bentuk permainan. Realita proses kemunculan suatu jenis olahraga tradisional atau permainan tradisional rakyat adalah sebagai ekspresi diri dan adaptasi atas apa yang mereka alami dan rasakan. Suatu permainan tradisional dapat dikatakan sebagai olahraga tradisional apabila permainan tersebut mengandung unsur olahraga dan tradisi. Unsur olahraga, berarti permainan tersebut melibatkan aktivitas fisik dengan didominasi kelompok otot besar dan melibatkan unsur emosi (kesenangan dan kepuasan). Unsur tradisi, berarti berkaitan dengan kebiasaan atau adat suatu kelompok masyarakat dengan maksud tertentu dan dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Berdasarkan perbedaan sifat permainan, maka permainan tradisional dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu permainan untuk bermain dan permainan untuk bertanding. Kedua golongan permainan ini mempunyai ciri-ciri yang ada pada semua jenis permainan rakyat. 25
Adapun ciri-ciri permainan rakyat secara umum adalah sebagai berikut: 1) terorganisasi; 2) harus dimainkan paling sedikit oleh dua orang peserta; 3) perlombaan; 4) mempunyai kriteria yang menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah; 5) menentukan unsur fisik; 6) menggunakan bahasa, lagu untuk menyampai-kan maksud; 7) menggunakan sarana untuk bermain; dan 8) mempunyai peraturan permainan yang telah diterima bersama oleh para pesertanya.
2.4.2 Fungsi Permainan Tradisional Fungsi permainan sering dimanfaatkan untuk sarana interaksi pembelajaran, terutama bagi anak-anak. Fungsi permainan ini didasarkan atas pertimbangan pemanfaatannya bagi anakanak. Demikian pula halnya dengan permainan tradisional, manfaatnya bagi anak-anak tidak dapat diragukan lagi. Bahkan dapat digunakan sebagai alat pendidikan yang utama, karena dapat menumbuhkan sikap sosial dalam bermasyarakat, mengembangkan fantasi dan bakat. Selain itu, permainan juga dapat mendatangkan berbagai macam perasaan senang dalam bermain dan terhibur. Bahkan dalam permainan beregu atau kelompok dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan disiplin karena anak-anak harus mentaati peraturan. Hal tersebut diatas tampaknya selaras dengan pandangan Stone (1995) yang mengatakan bahwa permainan merupakan sarana untuk membantu pertumbuhan sosial anak. Dalam bermain anak-anak akan belajar bernegosiasi, memecahkan konflik, permasalahan, bertenggang rasa, berlatih bersabar, bekerja sama, tolong menolong dan sebagainya. Permainan juga dapat membantu perkembangan emosi anak Hal ini membuktikan adanya hubungan antara permainan dengan berkurangnya rasa cemas. Bagi anak, bermain merupakan tempat pelarian yang nyaman dan tempat mereka mengontrol dunia mereka, pikiran, perasaan anak dapat dipahami dengan baik dan tercipta konteks yang aman untuk perkembangan emosi mereka. Secara tidak langsung permainan rakyat merupakan salah satu rekreasi atau hiburan bagi yang memainkannya. Dan segi emosional, dengan bermain dapat menumbuhkan rasa senang serta bebas. Pada akhirnya kegembiraan anakanak dalam bermain akan mempengaruhi pula bagi tumbuh kembangnya kepribadian serta mental anak.
26
2.4.3 Nilai Budaya dalam Permainan Tradisional Adapun nilai yang ada dalam permainan tradisional antara lain adalah sebagai berikut : 1. Nilai kebersamaan dan kesetiaan Semua jenis permainan tradisional adalah permainan yang bersifat sosial. Salah satu fungsi permainan rakyat tersebut adalah untuk mengadakan komunikasi, baik dengan lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya. Komunikasi itu sendiri dimaksudkan untuk menciptakan rasa kebersamaan di antara kelompok orang yang terlibat di dalam permainan tersebut. Selain nilai kebersamaan, nilai kesetiaan juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Kebersamaan tidak akan tercapai bila tidak ada kesetiaan di antara suatu kelompok orang atau masyarakat. Dalam masyarakat Bali nilai kesetiaan ini bahkan memiliki nilai yang sangat tinggi. Kesetiaan bahkan sering diartikan sebagai kebenaran. Pengkhianatan (sebagai lawan kesetiaan) justru sangat dikutuk dan dibenci. Dalam ajaran agama Hindu misalnya disebutkan satyam eva jayate yang berarti bahwa kesetiaan atau kebenaran senantiasa jaya (menang). Seperti dalam permainan poh-pohan, para pemain pengeleb berbaris tanpa putus-putusnya sambil menyanyikan lagu poh-pohan. Tiap pemain memegang pinggang atau punggung pemain di depannya, ini jelas-jelas menyiratkan akan pesan simbolik bahwa kebersamaan merupakan modal dasar agar pengalih tidak dapat memenangkan permainan. Poh-pohan juga berfungsi sebagai pengetahuan dasar tentang proses pertumbuhan pohon mangga, mulai menanam, berbunga, berbuah dan ranum, sehingga boleh dipetik. Larangan untuk tidak memetik buah yang belum matang, karena rasanya pahit dan asam dapat merusak perut, merupakan proses pembelajaran akan kesehatan. Tentu dalam permainan ini ditanamkan rasa kebersamaan, terutama di antara sesama anggota kelompok.
2. Nilai sportivitas dan kejujuran Semua jenis permainan anak-anak menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas dan kejujuran. Hal itu terkait dengan sistem nilai yang lebih tinggi yang dijiwai dari permainan rakyat yang ada di Bali, yaitu hukum karmaphala. Dalam hukum karmaphala tersebut diyakini bahwa perbuatan baik akan mendatangkan kebaikan dan sebaliknya perbuatan tidak baik akan mendatangkan ketidakbaikan bagi yang melakukannya. Ajaran akan hasil dari perbuatan tidak saja diajarkan 27
melalui cerita, tetapi dilakukan melalui media permainan. Tiap-tiap permainan anak-anak tersebut masing-masing memiliki aturannya sendiri. Setiap pemain yang terlibat dalam permainan tersebut harus mentaati peraturan yang berlaku di dalamnya. Bagi yang melanggar aturan yang telah disepakati bersama, yang berbuat curang, tidak sportif atau tidak jujur, memang tidak dikenai sanksi hukuman tertentu, namun dalam permainan berikutnya orang yang melanggar aturan, curang, dan tidak jujur tidak akan pernah diajak bermain lagi, sampai yang bersangkutan dapat mengubah prilakunya. Artinya, mereka yang pernah melalukukan hal-hal yang dianggap kurang sportif maka pertama-tama mereka akan dikenakan sangsi sosial untuk tidak dilibatkan dalam permainan sejenis pada waktu berikutnya.
3. Nilai estetika dan kreativitas Estetika berkaitan dengan aspek keindahan yang dimiliki oleh sesuatu atau oleh seseorang. Konsepsi estetika meliputi tiga aspek, yaitu baik, benar, dan indah. Menurut Mazhab Skolastik, segala sesuatu yang ada, sejauh itu ada, bersifat tunggal, benar, baik, dan indah. Tunggal berarti bahwa sesuatu itu menampakkan dirinya sebagai satu kesatuan yang bulat; benar berarti dapat diraih oleh akal budi; baik berarti dapat mengimbau pada kemauan kita untuk dilaksanakan dan indah berarti menarik untuk dipandang. Keempat aspek tersebutlah yang tercakup ke dalam konsep estetika. Kreativitas adalah daya cipta yang dimiliki seseorang sehingga bisa melahirkan sesuatu yang baru baik dalam tataran nilai (gagasan), prilaku, maupun hasil karya nyata. Jenis-jenis permainan anak-anak seperti poh-pohan, mecingklak, dan yang lainnya jelas merupakan suatu bentuk kreativitas. Selain merupakan bentuk kreativitas di dalamnya juga terkandung nilai-nilai estetika.
4. Nilai disiplin Disiplin merupakan suatu sikap batin seseorang yang taat terhadap berbagai aturan yang ada. Untuk mencapai keadaan disiplin diperlukan latihan-latihan dan pembiasaan yang dipupuk sejak seseorang masih kanak-kanak. Aturan dalam permainan rakyat tersebut merupakan seperangkat konvensi yang telah disepakati bersama, oleh sebab itu setiap orang yang ikut bermain secara sukarela harus tunduk kepada aturan-aturan yang telah ditetapkan. Apabila seseorang melanggar peraturan yang telah disepakati bersama itu, maka ia akan mendapatkan 28
hukuman atau sanksi dari teman-temannya, yaitu ia tidak diajak bermain lagi dalam permainan itu sampai ia menunjukkan kesadarannya untuk mau mematuhi peraturan yang ada.
5. Nilai hiburan dan olah raga Hampir semua jenis permainan anak-anak memiliki fungsi sebagai hiburan bagi anak. Dunia anak selalu diliputi dengan suasana riang dan gembira, kaya variasi, dan merasa terhibur. Keadaan ini dapat membantu anak untuk berpikir bebas lepas tanpa ikatan maupun beban sedikitpun. Dari segi fisik permainan anak-anak tersebut banyak menggunakan kegiatan yang mengharuskan bagi pemainnya untuk berlarian yang dapat berfungsi memperkokoh otot-otot kaki dan tangan anak. Dengan demikian permainan anak-anak sangat sarat dengan nilai-nilai yang sangat baik dan berguna.
2.4.4 Ciri Permainan Tradisioanal Permainan tradisonal yang tersebar luas diberbagai daerah di Indonesia termasuk di Bali merupakan jenis kegiatan disamping sebagai penghilang rasa kejenuhan, juga dapat memberikan hiburan bagi setiap pelakunya. Permainan tradisional pada hakekatnya mempunyai akar sejarah yang jauh di masa lampau. Jenisnya beraneka ragam dan kaya akan variasi dan dapat diindentifikasikan sebagai permaian yang memiliki cirri-ciri tradisional, dan non formal. Apabila ditelaah lebih dalam, maka permainan tradisional memiliki ciri terdiri dari unsurunsur sebagai berikut : -
Adanya unsur manusia
-
Adanya Unsur Gerak
-
Adanya unsure tujuan yang ingin dicapai
-
Adanya aturan
-
Adanya seperangkat alat termasuk tempat dan sarana bermain
-
Adanya unsure penunjang berupa tarian, musik, dan lagu/nyanyian
29
2.4.5 Klasifikasi Permainan Tradisional Bali. Dalam Sudana (1995) Permainan tradisional dapat diklasifikasikan berdasarkan atas beberapa Kriteria dapat dilihat pada gambar 2.1. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut . 1.
Berdasarkan Usia Pemain Berdasarkan usia pemain, maka permainan tradisional dibagi menjadi 3 yaitu permainan anak-anak, dewasa dan orang tua.
2.
Berdasarkan jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, maka permainan tradisional di bagi menjadi 3 jenis yaitu permainan laki-laki, perempuan, dan campuran.
3.
Berdasarkan Kesuciannya Berdasarkan kesuciannya, dibagi menjadi permainan yng bersifat suci (sakral) dan permainan biasa (profan)
4.
Berdasarkan Sifat Permainannya Berdasarkan sifat permainannya dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu Permainan bertanding (game), dan permainan bermain (play). Permainan bertanding dapat dibagi lagi menjadi 3 kelompok yaitu : •
Permainan bersifat keterampilan fisik (Game of physical skill)
•
Permainan bersifat siasat (Game of strategy)
•
Permainan bersifat Keberuntungan (Game of Chance)
30
Gambar 2.1 Klasifikasi Permainan Tradisional Bali Berdasarkan beberapa kriteria Sumber : Sudana, I.N. Permainan Rakyat koleksi Museum Negeri Propinsi Bali.1995
31
2.4.6 Jenis - jenis Permainan Tradisional Bali. Menurut Windhu (1992), Bali memiliki sekitar 250 jenis permainan tradisional yang tersebar di setiap kabupaten yang ada di Bali. Namun dalam perkembanganya banyak jenis permainan yang sudah mulai ditinggalkan dan hilang. Jenis permainan yang sudah hilang ini hanya sebagian kecil yang sudah didokumentasikan baik di museum bali maupun dalam bentuk koleksi tulisan. Jenis permainan tradisional yang masih ada dan masih dimainkan hingga saat ini akan dijelaskan pada subbab berikutny.
2.4.6.1 Permainan Tradisional Bali Berdasarkan Sifat Permainannya (Koleksi Museum Negeri Propinsi Bali)
1. Jenis Permainan Bermain (Play) Jenis permainan Tradisional bali yang bersifat bermain (play) ada beberapa jenis yaitu : 1. Mainan Anak-anak. Jenis mainan anak-anak ini adalah jenis permainan yang disesuaikan dengan usia anak khususnya pada usia prasekolah. Mainan yang diberikan adalah mainan yang berupa mainan yang ringan, mudah dibawa/digendong dan dapat merangsang gerak motoriknya dan rangsangan mentalnya Pemainnya biasanya umur 2-6 tahun atau usia pra sekolah. Contohnya : mainan anyaman daun rontal orang-orangan, burung-burungan, kuda-kudaan dan sebagainya.
Gambar 2.3 Mainan Anak berupa kedis-kedisan
Gambar 2.4 Mainan Anak berupa kuda dan orang
Gambar 2.2 Mainan Anak berupa orang-orangan
Koleksi Permainan Tradisional Anak-anak yang terbuat dari Daun Lontar Sumber : Sudana, I.N. Permainan Rakyat koleksi Museum Negeri Propinsi Bali.1995
32
2. Pindekan Pindekan adalah jenis permainan tradisional yang bersifat hiburan, permainan ini dimainkan oleh laki-laki tanpa memandang umur. Beberapa jenis pindekan adalah pindekan Dayuh, pindekan Ental, pindekan dapdap, pindekan waru, p[indekan cakra, pindekan Danyuh, pindekan basing tiying, dan pindekan Bayur.
Gambar 2.5 Permainan Tradisional Pindekan Bayur & Pindekan Cakra Sumber : Sudana, I.N. Permainan Rakyat koleksi Museum Negeri Propinsi Bali.1995
2. Jenis Permainan Bertanding (Game) Jenis permainan Tradisional bali yang bersifat bertanding (game) dibagi 3 jenis yaitu : 1. Permainan Bertanding dengan kekuatan Fisik (Game of physical skill) Jenis permainan ini mengutamakan kekuatan fisik para pemainnya. Para pemainnya biasanya berumur 7-12 tahun. Beberapa jenis permainan jenis ini adalah : - Layangan (Layang-layan). - Megangsing - Mekepung
Gambar 2.6 Jenis Permainan Tradisional Gangsing dan Mekepung Sumber : Sudana, I.N. Permainan Rakyat koleksi Museum Negeri Propinsi Bali.1995
33
2. Permainan Bertanding dengan Siasat (Game of strategy) Jenis permainan ini mengutamakan siasat dan merupakan permainan otak para pemainnya. Jenis permainan ini adalah permainan catur.
Gambar 2.7 Jenis Permainan Tradisional Catur Sumber : Sudana, I.N. Permainan Rakyat koleksi Museum Negeri Propinsi Bali.1995
3. Permainan Bertanding dengan Keberuntungan (Game of Chance) Jenis permainan ini mengutamakan keberuntungan. Jenis permainan ini antara lain : - Adu Jangkrik - Truwian - Metajen : Metajen ada dibagi 2 jenis yaitu Tabuh rah yang bersifat sacral, dan Metajen Ayam yang bersifat permainan/ judi - Mekocok Dadu - Pinceran / Tokekan - Kasuan
Gambar 2.8 Perlengkapan untuk permainan Adu jangkrik Sumber : Sudana, I.N. Permainan Rakyat koleksi Museum Negeri Propinsi Bali.1995
34
Gambar 2.9 Permainan Truwian Sumber : Sudana, I.N. Permainan Rakyat koleksi Museum Negeri Propinsi Bali.1995
Gambar 2.10 Permainan Pinceran & Kasuan Sumber : Sudana, I.N. Permainan Rakyat koleksi Museum Negeri Propinsi Bali.1995
35
2.4.6.2 Permainan Tradisional Bali Yang Masih Sering Dimainkan Hingga Saat Ini. Menurut Windhu (1992) dan Taro (1999) dari sekitar 250 jenis permainan tradisional yang tersebar di setiap kabupaten yang ada di Bali, namun hanya terdapat beberapa permainan tradsional Bali yang masih ada dan dimainkan yaitu sebagai berikut : Tabel 2.1 Jenis Permainan Tradisional yang masih dimainkan hingga saat No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Jenis Permainan Megangsing Metembing Mecepetan Mekebo-keboan Mejangkrik-jangkrikan Megoak-goakan Madul-madulan Malih-alihan Mekere/Megeret Pande Mekering-keringan Juru Pencar Mepoh-pohan Penyu Metaluh Kelik-kelikan Tok Lait Kancing Gebug Ende Mukur Jaran-jaranan Magandu Undar-undaran Bale bundar Keranjang duren Bola kasti Benteng-bentengan Teropong telur
No 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Jenis Permainan Kulkuk Nuut Titi Meong-meongan Tamiang Tajog Deduplak Taktik Pinceran Setip-setipan Umah-umahan Pindekan Goak maling taluh Colek Nadi Melayangan Tok Lait kancing Mebade-badean Jaran-jaranan Ngengkebang batu Megandong sambuk Nyen durine nyongkok Engkeb-engkeban Maling-malingan Engklek/mesik-sikan Jembatan Bambu Gatrik Batu lima/ batu tujuh
Sumber : Sudana, I.N. Permainan Rakyat koleksi Museum Negeri Propinsi Bali.1995, Taro,I.M. 1993. Mari Bermain. Denpasar : Upada Sastra
36
Beberapa jenis permainan tradisonal yang terdapat pada tabel 2.1 dapat dibagi dan dikelompokkan berdasarkan cara bermain dan sifat permainannya. Pengelompokkan tersebut dapat dibagi menjadi 2 yaitu jenis permainan tradisional Bali asli, dan permainan tradsional bali yang dikembangkan. Permainan tradisional Bali itu adalah sebagai berikut :
-
Permainan Tradisional Bali asli Yaitu permainan tradisional Bali yang asli merupakan warisan dan dilakukan dari jaman dahulu hingga saat ini. Permainan tersebut antara lain : •
Permainan melplian, Tarian & Drama ( 11 jenis permainan)
•
-
Poh-pohan
- Pindekan
-
Meong-meongan
- Goak Maling Taluh
-
Nuut Titi
- Pinceran
-
Kulkul
- Colek Nadi
-
Mejangkrik-jangkrikan
- Megoak-goakan
-
Umah-umahan
Permainan Ketangkasan (15 jenis permainan) -
Gebug ende
- Mukur
-
Tamiang
- Undar-undaran
-
Taktik
- Setip-setipan
-
Magandu
- Jaran-jaranan
-
Melayangan
- Kulkuk
-
Bale Bundar
- Tok lait kancing
-
Megangsing
- mebade-badean
-
Engklek/ mesik-sikan
37
-
Permainan Tradisional yang dikembangkan. Yaitu permainan tradisional Bali yang merupakan pengembangan / modifikasi namun masih mengandung nilai tradisonal. Permainan ini dibagi menjadi 2 yaitu : a. Permainan melplalian,Tarian & Drama (9 jenis perrmainan) -
Keranjang duren
- Nyen durine Nyongkok
-
Jaran-jaranan
- Engkeb-engkeban
-
Ngengkebang batu
- Anten-ngantenan
-
Goak Maling Pitik
- Maling-malingan
-
Megandong Sambuk
c. Permainan ketangkasan (8 jenis permainan) -
Tajog
- deduplak
-
Bola kasti
- gatrik
-
Jembatan Bambu
- Teropong telur
-
Benteng-bentengan
- Batu lima/batu tujuh
2.4.6.3 Permainan Tradisional Bali Yang diketahui Asal daerahnya. Beberapa jenis permainan tradisional Bali dapat diketahui asalnya. Beberpa jenis permainan tradisonal Bali tersebut antara lain sebagai berikut. Lihat tabel 2.2 Tabel 4.2 Daerah Asal Jenis Permainan Tradisional Bali No 1 2 3 4 5
6 7 8
Nama Daerah Asal
Nama Permainan Tradisional
• Juru Pencar • Mapoh-pohan Buleleng • Magoak-Goakan Tabanan • Makering-Keringan Bangli • Maalih-Alihan Karangasem • Makebo-Keboan • Madul-Mulan • Makare/Mageret/Perang Pandan • Pande Klungkung • Macepetan Gianyar • Magangsing • Majangkrik-Jangkrikan Badung • Matembing • Penyu Metaluh Total Jumlah Olahraga Tradisional Jembrana
Jumlah 2 1 1 1 4
1 2 2 14
Sumber : Sudana, I.N. Permainan Rakyat koleksi Museum Negeri Propinsi Bali.1995, Taro,I.M. 1993. Mari Bermain. Denpasar : Upada Sastra
38
2.4.6.4 Cara Menentukan Urutan Pemain Untuk menentukan urutan pemain yang adil adalah dengan melakukan undian. Memilih pemain dengan melakukan undian yang disebut sut atau suten. Dalam bersut akan ditentukan pemain yang menang atau kalah. Pada umumnya pemian yang kalah dihukum untuk memerankan pemain yang berat. Ada berbagai jenis sut dalam permainan anak-anak. Jenis sut yang dilakukan tergantung kepada jumlah pemain dan juga tergantung kepada kesepakatan bersama. Alat pokok yang digunakan adalah jari-jari tangan yang diumpamakan alat-alat atau bahan yang terdapat di lingungan sekitar anak-anak.
Permainan sut atau suten dibedakan menjadi 2 yaitu berdasarkan jumlah pemainnya yaitu: 1. Sut untuk 2 orang pemain Sut untuk 2 orang pemain ada 3 jenis yaitu : - Sut Daun Sut daun diaminkan oleh 2 orang pemain dengan menggunakan jari tangan. Ada tiga perumaan yang dilakukan dengan jari tangan yaitu : tangan terbuka melukiskan daun, tangan tergenggam melukkiskan batu dan telunjuk melukiskan duri atau lidi. Kemingkinan kalah-menang : Daun lawan batu, menang daun Batu lawan duri, menang batu Duri lawan daun, menang duri
- Sut Gunting Sut gunting merupakan perkembangan dari sut daun. Jumlah pemain dan cara memainkannya sama. Perumpamaan jari juga sama kecuali gunting yang dilukiskan dengan telunjuk dengan jari tengah yang dikeluarkan bersama-sama menyerupai gunting. Tangan yang terbuka menyerupai kertas, tangan tergenggam menyerupai batu. Kemungkinan kalah-menang : Kertas lawan batu, menang kertas Batu lawan gunting , menang batu 39
Gunting lawan kertas, menang gunting
- Sut Gajah Cara melakukakannya sama dengan sut-sut yang lainnya, yang berbeda adalah penamaan jari-jari tangan. Ibu jari diumpamakan sebagai gajah,jari telunjuk diumpamakan sebagai manusia, kelingking diumpamakan sebagai semut. Kemungkinan kalah-menang: Gajah lawan manusia, menang gajah Gajah lawan semut, menang semut Manusia lawan semut, menang manusia
2. sut untuk pemain lebih dari 2 Sut untuk pemain lebih dari 2 ada 2 jenis yaitu : - Sut Dempul Sut dempul karena sut itu menggunakan lagu iringan yang dimulai dengan ucapan pul. Tiap pemain hanya diwajibkan mengeluarkan satu kemungkinan bentuk jari tangan, yakni telapak tangan atau punggung tangan. Bentuk tangan yang berbeda sendiri dinyatakan sebagai pemenang. Dan dikelurkan dari permainan sut selanjutnya. Permainan dilanjutkan hingga pemain habis.
- Sut Lidi Sut lidi ini digunakan dengan menggunakan sebuah lidi yang berukuran 8 cm, da sepertinganya dipatahkan membentuk sudut 90 derajat. Salah satu pemain ditunjuk untuk menggenggam lidi tersebut dan memutar-mutarnya dengan kedua telapak tangan, an berhenti hingga iringan lagu berhenti. Pemain yang ditunjuk akan dikeluarkan dari permainan sut selanjutnya.
40
2.4.6.4 Cara Bermain Jenis permainan tradisional Bali memiliki cara bermain dan aturan dalam permainan yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang digunakan untuk bermain, jumlah peserta, alat yamg digunakan dan aturan dalam permiainan. Pada subbab ini akan dijelaskan cara bermain dan aturan bermain beberapa permainan tradisional Bali yang terdapat pad tabel 2.1 1. MEGANGSING •
Peserta
:
- Jumlahnya
: paling sedikit 2 orang
- Usianya
: 7 tahun sampai orang dewasa
- Jenis kelamin : Laki-laki •
Peralatan
:
- Gangsing, dibuat dari potongan batang kayu lokal yang cukup kuat seperti: kayu jeruk, kayu pasang, celagi dan sebagainya yang batangnya sbesar betis atau lengan.
- Tali, dibuat dari serat pohon pisang yang bentuknya kearah ujung semakin kecil - Sodo, terbuat dari papan tipis, seng, tempurung atau telapak tangan. Merupakan alat pilih sebesar telapak tangan yang dipergunakan sebagai alat tempat gangsing berputar, untuk memindahkan gangsing yang sedang berputar, atau untuk memindahkan gangsing yang sedang berputar ketempat yang lebih baik atau lebih keras, seperti semen, agar wkatu berputarnya semakin lama. •
Jalanya permainan:
- Satu lawan satu: Mula-mula mereka melakukan “sut” yang kalah melek terlebih dahulu. Sebelum pertandingan dimulai, masing-masing pemain sudah memberi tali gangsingnya. Leher gangsing diikat erat-erat mulai dari ujung tali mengikuti jarum jam bagi yang mendapatkan giliran “ngebug” (nyerang), sedangkan yang “melek” tali gangsingnya berlawanan dengan jarum jam tersebut. Sesudah melek, yaitu pemain pertama melemparkan gangsingnya segera lawanya ngebug melemparkan gangsing dua dan terjadilah dua gangsing mana yang terlebih 41
dulu mati (berhenti berputar) itulah yang kalah. Dengan demikian selanjutnya yang kalah harus melek dan yang menang harus ngebug.
- Satu lawan dua: Bila mereka kebetulan mereka bertemu/berkumpul bertiga, berlima dan seterusnya (jumlah ganjil) pertandingan dapat juga diselenggarakan. Pertama mereka menentukan siapa yang paling cakap atau gangsingnya yang paling besar atau bagus diantara mereka. Sesudah dapat ditentukan siapa pemain gangsingnya yang paling mampu/bagus itulah yang direbut.
2. MATEMBING •
Peserta
:
- Jumlahnya
:
paling
sedikit
2
orang,
dan
sebanyak banyaknya tidak ada ketentuan.
- Usianya
: 7 s/d 12 tahun.
- Jenis kelamin : Laki-laki atau perempuan. •
Peralatan
:
- Batu sebesar bola tenis yang agak pipih, masing-masing sebuah bagi pemain, dan sebuah batu lagi dipakai untuk sasaran “kabak” (Bahasa Bali). •
Jalanya permainan:
- Pemain masing-masing menyiapkan sebuah batu sebagai alat pelempar dan sepakat meletakkan batu sasaran di sebuah tempat. Tempat ini mereka pakai sebagai titik berdiri, untuk melemparkan batunya ke arah yang sudah disepakati semula. Kalau dengan sistim banyak sasaran maka tiap-tiap pemain memasang sasarannya berderet. Secara bergantian pemain melempar sasaran, selanjutnya diikuti oleh yang lebih dekat dan seterusnya.
42
- Permainan ini berakhir kalau sudah sama-sama jemu / lelah dan dijumlah poin kemenangannya. Pemenang adalah yang paling banyak memperoleh poin (paling banyak mengenai sasaran).
3. MACEPETAN •
Peserta
:
- Jumlahnya
: paling sedikit 2 orang, dan sebanyak banyaknya tidak ada ketentuan.
- Usianya
: 5 tahun sampai orang dewasa.
- Jenis kelamin : Laki-laki •
Peralatan Untuk macepetan perlengkapam yang diperlukan hanyalah sepetak lapangan, apakah itu halaman rumah, sekolah, pura ataupun jalan raya itu sudah cukup bagi anak-anak untuk melakukan permaiman.
•
Jalanya permainan :
- Macepetan memakai garis : Anak-anak membagi kelompok menjadi dua yang seimbang kekuatannya. Kemudian dibuatlah garis di tengah lapangan yang memisahkan kedua kelompok tersebut. Selanjutnya mereka mulai bermain masing-masing mendekati garis tengah (garis pemisah). Setiap anak berusaha mengkis dan menghindarkan kepala dan kakinya dari serangan lawan, dengan jalan menolak tangan atau membuat pergeseran-pergeseran kaki atau kepalanya. Serangan ke dalam daerah musuh hanya boleh dilakukan oleh seorang saja, tentulah resikonya sangat besar, sebab akan dikrubuti lawan.
- Macepetan awuran : Sekelompok anak membagi diri menjadi dua bagian sama kuat. Lalu antara kedua kelompok tersebut saling serang dengan tidak ada batas-batas lapangannya. Umpamanya sejumlah anak yang tangkas memancing serangan dari depan, sehingga perhatian lawan ke depan. Dengan tidak diduga-duga akan datang seorang lawan 43
merlyerang darl belakang dengan sambaran yang cepat sambil berlarl kencang. Apabila regu yang satu sudah mati semua dan regu yang lain masih hidup , seorang atau lebih maka yang pertama disebut kalah dan yang lainnya disebut menang. Dan permainan-pun diulang lae sampsi semua mereka kepayahan.
4. MAKEBO-KEBOAN •
Peserta
:
- Jumlahnya
: 6 s/d 12 orang
- Usianya
: 7 s/d 15 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki •
Peralatan
:
- Lapangan, dengan luas lebih kurang 8 s/d 10 m2 atau lebih. - Tali pengikat, dibuat dari pelepah daun pisang berbentuk melingkar seperti cincin dan besarnya diatur sedemikian rupa agar tidak sesak biia dipakai dipinggang. Bila jumlah seluruh pemain 10 orang maka tali yang akan dipegang oleh peserta dibuat kerbau 9 utas dan panjangnya hampir sama (lebih kurang 2 - 3 m). •
Jalanya permainan :
-
Para pemain yang sudah siap dengan segala perlengkapannya bersiap sesuai dengan tugas-tugasnya masing-masing. Pemain yang memakai kain sikapnya "mabulet ginting" yaitu menarik kain kebelakang dengan ketat diantara kedua belah pahanya ini hanya berlaku bagi anak-anak yang memakai kain. Peserta yang dinyatakan kalah dalam sut tadi mulai mengambil tali yang telah disispkan, lalu memasuki tali yang berbentuk cincin melalui ke dua kakinya, ditarik keatas sampai pada pinggangnya, sementara peserta lainnya memegang ujung-ujung tali yang tersedia dan mengambil posisi melingkar. Permainan dimulai dengan penuh semangat bersorak sorai, tarik menarik, bergerak setengah lari dan bermacam-macam usaha yang dilakukan oleh kerbau untuk menangkap salah seorang penariknya. Apabila kerbau sedang berusaha menarik tali salah seorang pemain, maka pemain lainnya menarik ke arah berlawanan 44
sehingga kerbau ini akan tertarik kebelakang, hal ini perlu dilakukan bila kerbau menarik salah seorang pemain.
5. MAJANGKRIK-JANGKRIKAN •
Peserta
:
- Jumlahnya
: minimal 2 orang atau lebih
- Usianya
: 5 s/d 15 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki •
Peralatan
:
Peralatan/perlengkapan khusus yang perlu disiapkan tidak ada sama sekali. Yang ingin bermain cukup datang saja ke lapangan, sebab yang dipergunakan sebagai alat bermain hanya anggota badan. Semua peralatan yang akan dipergunakan sebagai variasi yang dapat menambah semaraknya permainan sudah terdapat dalam tubuh mereka. •
Jalanya permainan :
-
Setelah mereka selesai berunding, membagi para peserta kedua belah pihak (masingmasing regu) mempunyai kekuatan yang seimbang, dengan satu syarat “ayuk” (Tanda setuju) mereka mulai menyebar menghadapi musuh masing-masing.
•
Aturan permainan antara lain sebagai berikut :
- Hanya boleh satu siku berpijak pada tanah (mereka harus “nengkleng” = berdiri/bergerak di atas satu kaki) pada waktu menyerang atau bertahan.
- Bagian tubuh lainnya tidak boleh mengenai/menyentuh tanah. - Tidak boleh keluar dari lapangan permainan. - Tidak boleh menyerang dari belakang atau dari samping. - Bila salah satu syarat tersebut di atas tidak dapat dipenuhi berarti kalah dan harus keluar meninggalkan lapangan, menunggu hasil perlawanan teman-temannya (regunya) sampai pertandingan tahap pertama selesai.
45
6. MAGOAK-GOAKAN •
Peserta
:
- Jumlahnya
: minimal 10 orang atau lebih
- Usianya
: 8 s/d 18 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki dan Perempuan •
Peralatan
:
Hanya diperlukan sebuah lapangan yang agak luas untuk melakukan permainan ini dan ikat pinggang yang kuat karena akan dijadikan pegangan oleh kawan-kawan yang ada di belakangnya. •
Jalannya permainan :
- Sesudah para muda mudi yang menjadi pelaku permainan telah cukup jumlahnya, maka mulailah dlbentuk sebuah barisan yang panjang kemudian barisan ini berubah menjadi rantai, barisan yang paling depan tadi disebut Goak dan yang paling belakang disebut mangsa atau makanan goak. Dalam pelaksanaan permainan ini Goak lari mengejar makanannya sampai dapat, apabila goak dapat berhasil, maka orang yang menjadi goak dan orang yang menjadi makanan goak pindah tempat ke dalam pertengahan barisan sehingga sekarang muncullah goak dan makanan baru, demikianlah permainan tersebut dilakukan terus menerus, hingga seluruh peserta mendapat giliran menjadi goak dan menjadi mangsa.
46
7. MADUL-DULAN •
Peserta
:
- Jumlahnya
: 5 s/d 15 orang
- Usianya
: 6 s/d 12 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki •
Peralatan
:
- Tempat bermain, dalam melakukan permainan ini dipilih tempat bermain yang agak luas dan tempat bersembunyi yang memungkinkan para pemain bersembunyi dengan baik, agar tidak pihak pemain yang mencari tempat persembunyian yang agak jauh dari tempat "dul" untuk memancing Penunggu dul ini (pencari) bergerak agak jauh dari dul yang ditungguinya.
- Dul, dul ini biasanya dipakai batu yang besarnya segenggam, mudah diingati dan tidak terlalu berat dan tidak terlalu jauh bila dilemparkan. •
Jalannya Permainan :
- Setelah semua persiapan dapat dirampungkan maka permainan pun segera dimulai. Pemain yang kalah dalam undian bersiap mengejar dul yang akan dilemparkan oleh salah seorang peserta yang akan ber-sembunyi. Salah seorang pemain tersebut, mengambil dul yang telah ditentukan tadi dan melemparkan ke arah berlawanan dari arah yang akan dipakai untuk bersembunyi.
- Dul dilemparkan dan brebarengan dengan itu para pemain berlarian untuk menyembunyikan dirinya masing-masing, semeta pemain yang akan "ngalih" (mencari) mengejar dul tersebut untuk diletakkan di tempat yang telah ditentukan tadi, dalarn lingkaran atau segj empat yang dibuat sebelumnya di mana para pemain berkumpul dari tempat dul
dilemparkan. Setelah dul didapatkan
dengan segera
diletakkan dan segera dia mencari-cari tempat persembunyian rekan-rekannya.
47
8. MALIH – ALIHAN •
Peserta
:
- Jumlahnya
: 5 s/d 12 orang
- Usianya
: 6 s/d 12 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki atau Perempuan •
Peralatan
:
- Lapangan tempat bermain. Pekarangan rumah adalah lapangan bermain yang disenangi oleh anak-anak bermain karena dalam satu pekarangan banyak berdiri rumah-dalam bentuk rumah tradisional tanpa dibatasi oleh tembok-tembok dan luasnya pun memadahi untuk berlari-lari, berkejar-kejaran dan baik pula untuk tempat bersembunyi.
- Pesunggriban. Pesunggriban ini adalah sarana tempat melaporkan diri, tempat berkurnpulnya semua pemain dan tempat mulainya pemain pencari bergerak. •
Jalannya Permainan :
- Pemain yang bertugas ngalih (mencari) bersiap menutup kedua kedua belah telapak tangannya menghadap ke arah pesungriban yang telah ditentukan sementara pemain yang mengkeb (bersembunyi) berlari mencari tempat persembunyiannya.
- Berselang beberapa saat (lebih kurang ½ - 1 menit) pemain yang ngalih (mencari) menjerit seperti nada bertanya "Suba?" (sudah) "Alih?" (cari) biasanya sampai tiga kali. Kalau tidak ada suara apa-apa, maka penearian pun dimulai. Dia bergerak ke sana kemari, dengan gesit sambil mendengarkan langkah-langkah pemain yang yang mengkeb. Demikian pula pemain yang mengkeb tidak tinggal diam begitu saja, mereka mengendap – endap, mengintai, untuk memperoleh kesempatan “sunggrib” ( ke pos ).
- Bila pada tahap permainan tadi ada salah seorang dapat ditangkap, maka yang dapat ditangkap inilah yang bertugas ngalih (mencari) dan yang "ngalih" akan mengkeb (bersembunyi).
48
9. MAKARE/MEGERET/PERANG PANDAN •
Peserta
:
- Jumlahnya
: Tak terbatas
- Usianya
: 7 s/d 45 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki •
Peralatan
:
- Tamiang/alat pelindung/penangkis, terbuat dari rotan atau sejenis rotan kecil yang dianyam. Berbentuk bundar dengan diameter 50-75 cm yang diisi pegangan.
- Alat Untuk megeret/mekare, berasal dari daun pandan yang dipotong-potong sepanjang 30-40 cm. •
Jalannya Permainan :
- Setelah persiapan selesai, dengan iringan yang semakin menggema maka dimulailah permainan yang sengit dimana kedua belah pihak berusaha untuk mengait lawannya dengan pandan. Selain itu mereka juga harus menghindarkan diri dari serangan lawan.
- Syarat-syarat permainan adalah tidak boleh menendang, menusuk, memukul, dan bergulat. Bila terjadi pelanggaran maka para petugas yang mengatur jalannya permainan segera melerai dan bila kedua pemain tidak seimbang maka pertarungan akan dihentikan.
- Lama pertarungan tidak ditentukan waktunya, hal ini tergantung pada pemain dan petugas yang mengatur permainan. Bila salah satu dari pemain meletakkan alat-alat berarti pertarungan diakhiri.
49
10. PANDE •
•
Peserta
:
-
Jumlahnya
:
2 s/d 5 orang
-
Usianya
:
6 s/d 14 tahun
-
Jenis kelamin
:
Laki-laki
Peralatan
:
- Lapangan tempat bermain, biasa dipilih untuk tempat bermain di halaman-halaman rumah, di lorong-lorong dan tempat-tempat yang dianggap memadai dengan ukuran lebih kurang 2 x 6 m atau lebih.
- Batu (“kabak”), dipilih yang agak pipih dan tipis ukurannya dise-sesuaikan dengan permainannya, tidak berat dilemparkan dari jarak lebih kurang 6 meter dan tidak sulit ditaruh diatas punggung kaki bila nayung dan nyeret. •
Jalannya Permainan :
- Munggah, Kelompok yang menang dalam sut untuk pertama kali melempar kabak lawan yang diletakkan pada garis ditengah-tengah segiempat disebut munggah, dan kelompok yang meletakkan batu disebut nyaga.
- Nyeret, Nyeret ini batas mulanya sudah ditentukan dengan garis, caranya satu langkah kaki kiri maju lalu kaki kanan dengan kabak diatasnya dihentakkan kedepan agar kabak lawan kena.
- Nayung, Melakukan dengan kaki kanan diisi kabak dan kaki kiri berjalan (neng-kleng). Pada saat nayung kabak tidak boleh jatuh, bila jatuh berarti gugur. Kaki kanan yang berisi batu (kabak) pada saat kaki kiri berjalan biasanya diayun-ayunkan ke depan dan ke belakang.
- Pande(dut), Pada saat permainan dimulai lemparan dilakukan oleh kelompok yang munggah agar kabak lawan bisa kena, demikian pula pada saat nyeret dan pada waktu melompat dan arah bawah kaki (diantara kaki kanan dan kiri).
- Batas nyeret, nayung, munggah sudah ditehtukan dengan garis yang hams diikuti. Menjelang permainan dimulai sudah disepakati berapa biji yang harus dikumpulkan oleh masing-masing kelompok dan imbalan yang akan diperoleh bagi yang menang. 50
11. MAKERING - KERINGAN •
Peserta
:
- Jumlahnya
: minimal 2 orang atau lebih
- Usianya
: 6 s/d 12 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki atau Perempuan •
Peralatan
:
- Untuk jenis makering incang hanya diperlukan sepetak tanah kira-kira seluas 5 m2, guna membuat sebuah lingkaran dengan garis tengah kira-kira 2,5 m2 s/d 3 m, tergantung dari banyak sedikitnya peserta.
- Untuk kering adeg, alat yang dipergunakan ialah tiang rumah. Tiang-tiang rumah bagian depan dianggap sebagai rumah tempat tinggal. Tiap pemain harus mempunyai sebuah tiang sebagai rumah tinggal. Sementara seorang lepas tanpa rumah yang nanti akan berusaha untuk merebut salah satu rumah.
- Untuk kering jongkok biasanya tidak diperlukan alat apa-apa kecuali suatu ruangan/petak tanah untuk tempat permainan. •
Jalannya Permainan :
- Mula-mula sejumlah anak lebih kurang 4 (empat) atau 5 (lima) orang atau lebih melakukan hitungan (mandempul) untuk menentukan siapa yang kurang beruntung untuk menjadi "pencari" yang pertama kali. Andaikata jumlah anak terdiri dari 5 orang maka akan terdapat seorang pencari dan 4 orang yang telah memiliki rumah (ngeleb)
- Selanjutnya bagi yang ngeleb lalu mencari rumah yang dalam hal ini biasa dipakai tiang rumah. Jarak sebuah ke tiang lainnya lebih kurang lebih kurang 2 meter. Setelah itu maka pemain yang telah mempunyai rumah berusaha pindah/tukar rumah dengan pemain lainnya. Pada saat rumah ditinggalkan oleh pemiliknya maka pencari berusaha merebut salah satu yang kosong. Kalau si pencari berhasil lebih da-hulu menguasai rumah salah seorang pemain, maka pemain itulah
yang kemudian menggantikan
sebagai pencari.
51
12. JURU PENCAR •
Peserta
:
- Jumlahnya
: minimal 8 orang atau lebih
- Usianya
: 6 s/d 15 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki atau Perempuan •
Peralatan
:
- Lapangan yang luasnya lebih kurang 10 m2. Bila lapangan kecil bisa saja diatur dengan mengurangj jumlah pemain. •
Jalannya Permainan :
- Setelah anak-anak yang berkumpul lebih kurang 15 orang maka mereka dibagi secara muysawarah menjadi 2 kelompok yaitu yang lebih besar/kokoh menjadi kelompok juru pancar dan yang lainnya sebanyak 10 orang menjadi kelompok "be"/ikan yang akan dijaring.
- Selanjutnya kelompok juru pencar bersikap dengan berpegangan tangan menjadi satu ikatan dan kelompok "be" mengambil tempat agak berkumpul.
- Kelompok juru pencar bernyariyi lagu Juru Pencar berulang-ulang sambil mempersiapkan diri menangkap rombongan ikan. Sebaliknya rombongan ikan meningkatkan kewaspadaannya setelah juru pencar merasa siap maka juru pencarnya (salah seorang) dari kelompok penangkap mengeluarkan aba-aba "juk" artinya tangkap.
- Bersamaan dengan aba-aba itu kelompok ikan berlari kesana kemari dalam menangkapnya. Ikan-ikan secara beramai-ramai dari muka, belakang, kanan, kiri, mempermainkan juru pencar. Begitu selanjutnya "be" yang berada di sisi lain akan berusaha mengalihkan perhatian juru pencar. Begitulah permainan berlangsung sampai kelompok yang bertindak sebagai "be" habis tertangkap.
52
13. MAPOH – POHAN •
Peserta
:
- Jumlahnya
: 6 s/d 15 orang
- Usianya
: 6 s/d 12 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki atau Perempuan •
Peralatan
:
- Lapangan tempat bermain suatu halaman rumah atau sepetak tanah yang luasnya lebih kurang 10 M2. •
Jalannya Permainan :
- Tahap permulaan ialah penentuan pengelompokan pencari dan pangeleb. Biasanya dilakukan dengan sut. Dua orang sisa langsung jadi Poh Barak dan Poh Selem, dan selemya jadi pangeleb.
- Tahap Permainan Puncak, ialah ketika permainan utama telah dimulai ketika pangeleb mulai bernyanyi hingga semua pangeleb tertangkap dan telah menentukan pilihannya.
- Tahap akhir, ialah menentukan kalah menang. Hak ini cepat diketahui dengan meiihat jumlah deretan dibelakang dua orang pangalih (Poh Barak dan Poh Selem). Apabila jumlah mereka berbeda maka saiah satu yang jumlahnya lebih kecil disebut kalah dan apabila jumlah mereka sama maka disebut sapih. Maka permainan pun berakhir.
- Lama permainan tidaklah dapat dipastikan tergantung dari jawaban yang diberikan. Makin banyak model jawaban diberikan makin lama permainan itu atau sebaliknya makin sedikit jawaban makin cepat permainan berakhir.
53
14. PENYU MATALUH •
Peserta
:
- Jumlahnya
: 5 s/d 12 orang
- Usianya
: 7 s/d 12 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki atau Perempuan •
Peralatan
:
- Tempat yang luasnya antara 4 - 7 m2 dan membuat lingkaran dengan jari-jari lebih kurang ½ meter, dan pada pusatnya dibuat lingkaran kecil dimana dalam lingkaran kecil itu nanti "penyu"/kura"kura itu bertelur/ mengeram telurnya
- Batu-batu kecil sebesar bola sesuaikan dengan jumlah pesertaaya. •
Jalannya Permainan :
- Penyu mengeram telornya kemudian nelayan menyanyikan lagu "Bulan Makalangan". Sehabis bemyanyi penyu bersiap menjaga telornya dan "nelayan" masuk lingkaran besar secara beramai-ramai untuk mengambil telornya. Kalau telor habis berarti penyu kalah, dan diulang lagi dengan permainan babak berikutnya.
- Kalau ada nelayan tertangkap, kedudukan "penyu" diganti dengan pemain yang dapat ditangkap tadi
54
2.5
Pemahaman Terhadap Proyek Sejenis Pengamatan secara langsung dilakukan pada komunitas permainan Tradisional Sanggar
Kukuruyuk, dan pengamatan lainnya dilakukan dengan media internet pada proyek sejenis yaitu Komunitas Hong Pusat Kajian Permainan Tradisional. 2.5.1
Sanggar Kukuruyuk
1. Identitas Nama
: Sanggar Kukuruyuk
Alamat
: SDN 8 Dangin Puri Jl.PB Sudirman No.16 Denpasar.
Pemilik/Pengasuh : I Made Taro Tanggal Berdiri
: 15 Juni 1979
2. Sejarah Awal berdirinya sanggar dilator belakangi keprihatinan bapak Made Taro karena melihat anak-anak yang sudah mulai kehilangan dunia bermain. Melihat hal tersebut bapak Made Taro mulai mengajak anak-anak bermain muali dari membacakan dongeng dan cerita, membuat alat-alat permainan tradisional. Sanggar ini awalnya bernama sipaku-paku yang tampil di RRI dengan konsep teater anak yang diawali jumlah anggota 24 orang anak. Pada tahun 1979 sanggar ini mulai tampil di TVRI dengan tujuan untuk lebih mengenalkan kepada masyarakat melalui program pelalian. Pada tahun inilah sanggar ini berubah nama menjadi sanggar kukuruyuk.
3. Lokasi
Lokasi : SDN 8 Dauh Puri Jl. PB Sudirman No.16 Denpasar
Gambar 2.11 Lokasi Sanggar Kukuruyuk di SDN 8 Dauh Puri Sumber : www.googlemaps.com
55
4. Konsep Sanggar ini memiliki konsep memperkenalkan permainan tradisional bali yang bersifat pelalian. Jika dilihat dari katagori permainan tradisional Bali yang dijelaskan pada subbab sebelumnya, maka jenis permainan yang dikenalkan pada sanggar kukuruyuk ini berdasarkan sifat permainannya. Konsep yang digunakan adalah Bermain, bernyanyi dan bercerita.
5. Civitas & Aktivitas •
Civitas pada sanggar ini adalah sebagai berikut : Pengasuh
: 1 orang yaitu Bapak Made Taro
Pemain/Peserta : dari tahun 1979-2015 sudah mencapai 2000 anak yang telah tamat dari sanggar ini. Pada saat ini, peserta sanggar ± 60 orang anak dengan umur 5 -12 tahun. (SD kelas 1 – 6) •
Aktivitas : Aktivitas yang dilakukan didalam sanggar ini adalah bernyanyi, bermain dan bercerita.
6. Ruang yang tersedia / Fasilitas yang tersedia Fasilitas atau ruang yang digunakan pada sanggar ini hanya menggunakan halaman upacara SDN 8 dauh puri sebagai tempat bermain, dan menggunakan area taman yang dirubah menjadi area dongeng/cerita dengan menggunakan meja sebagai panggung kecil, sedangkan untuk kegiatan bernyanyi menggunakan lapangan atau area taman sesuai kebutuhan peserta.
Gambar 2.12 Kegiatan Bercerita & Mendongeng di Sanggar Kukuruyuk Sumber : http://video.kompas.com diaskses 7 Februari 2015
56
7. Jumlah Koleksi Jenis permainan yang dimainkan di Sanggar ini adalah ± 200 jenis permainan yang merupakan permainan plalian baik yang asli merupakan permainan asli tradisional Bali maupun permainan yang dikembangkan., 12 jenis permainan teater/drama.
Gambar 2.13 Kegiatan Bermain di Sanggar Kukuruyuk Sumber : Hasil Survey ke Sanggar Kukuruyuk di SDN 8 Dauh Puri Denpasar
57
2.5.2
Kominitas Hong
1. Identitas Nama
: Komunitas Hong Pusat Kajian Mainan Rakyat
Alamat showroom: Jl. Bukit Pakar Utara 35 Dago bandung Alamat workshop : Kampung Kolecer, Kmp. Bolang desa Cibuluh . Kec. Tanjungsiang Kab. Subang Pemilik/Pengasuh : Mohammad Zaini Alif Tanggal Berdiri
: 2005
2. Sejarah Latar belakang berdirinya Komunitas Hong ini adalah karena pendirinya yang sering disapa Kang Zaini yang meneliti tentang seni dan budaya sejak 1996. Dilatarbelakangi penelitian permainan Sunda pada tugas akhirnya kemudian Kang Zaini berniat melestarikannya dengan mendirikan Komunitas Hong. Dia bercita-cita menghidupkan kembali berbagai khazanah permainan tradisional Jawa Barat dan Nusantara. Kang Zaini mendapat penghargaan sebagai Social Entrepreneur dari British Council 2010 atas upayanya dalam pemberdayaan masyarakat sekitar melalui Komunitas Hong.
3. Lokasi
Lokasi : Komunitas Hong Jl. Bukit Pakar Utara 35 Dago bandung Gambar 2.14 Lokasi Komunitas Hong di Bandung Sumber : www.googlemaps.com
58
4. Konsep Komunitas Hong ini memiliki konsep selain sebagai tempat bermain juga sebagai pusat kajian mainan rakyat. Komunitas ini mendokumentasikan, melestarikan dan mempopulerkan kembali berbagai mainan tradisional, khususnya yang berasal dari Jawa Barat. Untuk konsep bangunan yang digunakan, menggunakan arsitektur tradisional daerah jawa barat yang menggunakan bentuk-bantuk saung-saung dan rumah panggung.
Gambar 2.15 Tampilan bentuk bangunan menggunakan bentuk arsitektur tradisional jawa barat Sumber : http://wisata.kompasiana.com diakses 10 Februari 2015
5. Civitas & Aktivitas •
Civitas pada Komunitas ini dibagi menjadi 2 yaitu kelompok anak /pemain, dan kelompok anggota dewasa. Kelompok anak
: terdiri dari anak usia 6 – 14 tahun. Kelompok ini menjadi kelompok pemain atau peserta permainan
Kelompok dewasa : terdiri dari pengunjung dan anggota berumur 15-90 tahun. Kelompok ini merupakan pengunjung ataupun sukarelawan. Kelompok dewasa ini, merupakan kelompok yang menjadi pengasuh, Pembina, narasumber maupun pembuat mainan. Pada kelompok ini banyak orang tua yang bernostalgia sekaligus menjadi pengasuh bagi peserta kelompok anak. Pengelola
: Pengelola tetap hanya 7 orang, sisanya adalah sukarelawan. 59
•
Aktivitas : Aktivitas yang dilakukan di komunitas hong ini adalah selain sebagai tempat bermain juga
menjadi
Pusat
kajian
mainan
rakyat,
sehingga
terdapat
kegiatan
melestarikan/dokumentasi/penelitian permainan tradisional. Secara garis besar kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
- Mendongeng/Bercerita - Menari/ Bermain alat music - Bermain permainan tradisional - Merekonstruksi mainan tradisional - Mendokumentasikan permainan tradisional 6. Ruang yang tersedia / Fasilitas yang tersedia. Fasilitas yang disediakan Komunitas Hong ini mewadahi kegiatan yang dilakukan pada komunitas ini. Sebagai tempat bermain permainan tradisional dan pusat kajian permainan tradisional rakyat, maka fasilitas yang tersedia di komunitas ini adalah sebagai berikut :
- Museum Mainan Rakyat di Bandung - Kampung Kolecer yaitu tempat untuk melatih mainan dan merekonstruksi mainan. - leuit hempul yaitu lumbung besar untuk menyimpan koleksi mainan - Saung gede berupa ruang berbentuk saung yang berfungsi serba guna - Saung lisung dan saung jawa serta Amphi Theater dengan kapasitas 50 orang
Gambar 2.16 Fasilitas Amphi Theater /Tempat pertunjukan terbuka di Komunitas Hong Sumber : http://www.liburananak.com diakses 21 Oktober 2014
60
Gambar 2.17 Fasilitas yang tersedia di Komunitas Hong Sumber : http://wisata.kompasiana.com diakses 10 Februari 2015
7. Jumlah Koleksi Sebagai Pusat Kajian Mainan Rakyat, Komunitas hong memiliki koleksi dari jawa Barat, Nusantara, dan mancanegara. Jumlah koleksi yang dimiliki yaitu :
- Nusantara
: 250 Jenis permainan tradisional Sunda 213 Jenis permainan tradisional Jawa Tengah dan Jawa Timur 50 jenis permainan tradisional Lampung
- Mancanegara
: 100 jenis permainan tradisional dari 10 negara
61
Gambar 2.18 Kegiatan Bermain di Komunitas Hong Sumber : http://www.liburananak.com diakses 21 Oktober 2014
Gambar 2.19 Jenis Permainan Kedis-kedisan
Gambar 2.20 Koleksi Permainan di Komunitas Hong
Sumber : http://www.liburananak.com diakses 21 Oktober 2014
Sumber : http://www.liburananak.com diakses 21 Oktober 2014
62
2.5.3
Kesimpulan Studi Proyek Sejenis
Dari studi proyek sejenis yang telah dilakukan,, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Tabel 2.1 Kesimpulan Studi Proyek Sejenis NO
1
Kriteria
Identitas
Sanggar Kukuruyuk Nama : Sanggar Kukuruyuk Alamat : SDN 8 Dangin Puri Jl.PB Sudirman No.16 Denpasar. Pemilik/Pengasuh : I Made Taro Tanggal Berdiri : 15 Juni 1979
SDN 8 Dangin Puri Jl.PB Sudirman No.16 Denpasar 2
3
4
Lokasi
Konsep
Sanggar ini memiliki konsep memperkenalkan permainan tradisional bali yang bersifat pelalian. Jenis permainan yang dikenalkan pada sanggar kukuruyuk ini berdasarkan sifat permainannya. Konsep yang digunakan adalah Bermain, bernyanyi dan bercerita.
-
Pengasuh Made Taro
-
Pemain/Peserta : dari tahun 1979-2015 sudah mencapai 2000 anak yang telah tamat dari sanggar ini. Pada saat ini, peserta sanggar ± 60 orang anak dengan umur 5 -12 tahun. (SD kelas 1
Civitas
: 1 orang yaitu Bapak
Aktivitas yang dilakukan didalam sanggar ini adalah bernyanyi, bermain dan bercerita 5
6
Aktivitas
Ruang/ Fasilitas
-
Halaman upacara SDN 8 dauh puri sebagai tempat bermain.
Komunitas Hong Pusat Kajian Mainan Rakyat Nama : Komunitas Hong Pusat Kajian Mainan Rakyat Alamat showroom: Jl. Bukit Pakar Utara 35 Dago bandung Workshop : Kampung Kolecer, Kmp. Bolang desa Cibuluh . Kec. Tanjungsiang Kab. Subang Pemilik/Pengasuh : Mohammad Zaini Alif Tanggal Berdiri : 2005 showroom: Jl. Bukit Pakar Utara 35 Dago bandung Workshop : Kampung Kolecer, Kmp. Bolang desa Cibuluh . Kec. Tanjungsiang Kab. Subang Sebagai tempat bermain juga sebagai pusat kajian mainan rakyat. Komunitas ini mendokumentasikan, melestarikan dan mempopulerkan kembali berbagai mainan tradisional, khususnya yang berasal dari Jawa Barat
-
Kelompok anak : terdiri dari anak usia 6 – 14 tahun. Kelompok ini menjadi kelompok pemain atau peserta permainan
-
Kelompok dewasa : terdiri dari pengunjung dan anggota berumur 15-90 tahun. Kelompok dewasa ini, merupakan kelompok yang menjadi pengasuh, Pembina, narasumber maupun pembuat mainan.
-
Pengelola : Pengelola tetap 7 orang
-
Mendongeng/Bercerita Menari/ Bermain alat music Bermain permainan tradisional Merekonstruksi mainan tradisional Mendokumentasikan permainan tradisional Museum Mainan Rakyat di Bandung Kampung Kolecer yaitu tempat untuk
63
-
7
8
kegiatan bernyanyi menggunakan lapangan atau area taman sesuai kebutuhan peserta
melatih mainan mainan.
merekonstruksi
leuit hempul yaitu lumbung besar untuk menyimpan koleksi mainan
-
Saung gede berupa ruang berbentuk saung yang berfungsi serba guna
-
Saung lisung dan saung jawa serta Amphi Theater dengan kapasitas 50 orang Nusantara : 250 Jenis permainan tradisional Sunda 213 Jenis permainan tradisional Jawa Tengah dan Jawa Timur 50 jenis permainan tradisional Lampung
± 200 jenis permainan yang merupakan permainan plalian baik yang asli merupakan permainan asli tradisional Bali maupun permainan yang dikembangkan
-
-
12 jenis permainan teater/drama.
-
Tradisional Bali, karena masih meggunakan gedung sekolah.
dan
-
Jumlah Koleksi
Bentuk Arsitektur
area taman yang dirubah menjadi area dongeng/cerita dengan menggunakan meja sebagai panggung kecil,
Mancanegara : 100 jenis permainan tradisional dari 10 negara Untuk konsep bangunan yang digunakan, menggunakan arsitektur tradisional daerah jawa barat yang menggunakan bentuk-bantuk saung-saung dan rumah panggung
64
2.6
Spesifikasi Umum Tempat Bermain Anak-anak Khusus Permainan Tradisional Bali Spesifikasi umum Tempat Bermain Anak-anak khusus Permainan Tradisional Bali yang
dapat dijabarkan sesuai dengan teori ataupun tinjauan proyek sejenis yang didapatkan adalah sebagai berikut : 2.6.1
Pengertian Tempat Bermain Anak-anak Khusus Permainan Tradisional Bali Tempat Bermain Anak-anak Khusus Permainan Tradisional Bali adalah suatu bagian ruang
yang dirancang untuk anak-anak untuk melakukan kegiatan bermain dengan bebas untuk memperoleh kesenangan, keriangan & kegembiraan dan khusus untuk permainan tradisi yang dilakukan secara turun temurun pada masyarakat yaitu permainan tradisional Bali 2.6.2
Tujuan Tempat Bermain Anak-anak Khusus Permainan Tradisional Bali
Tempat bermain anak-anak khusus permainan tradisional Bali memiliki tujuan sebagai berikut : •
Sebagai tempat bermain anak-anak khusus permainan tradsional anak.
•
Sebagai tempat untuk pelestarian permainan tradisional daerah Bali sehingga dapat bermanfaat bagi pelestarian budaya, pendidikan dan pengetahuan masyarakat.
•
Sebagai tempat untuk menyelenggarakan event permainan tradisional sehingga dapat menarik wisatawan lokal, nasional, maupun mancanegara.
•
Sebagai tempat rekreasi untuk mengenalkan dan mempraktekan permainan tradisional Bali.
2.6.3 a.
Fungsi Tempat Bermain Anak-anak Khusus Permainan Tradisional Bali
Fungsi Utama •
Tempat Bermain Meliputi semua kegiatan permainan mulai dari memperkenalkan, dan mempraktekan langsung permainan tradisional Bali yang ada. Jenis Permainan di bedakan menjadi 2 yaitu : -
Jenis permainan balita / prasekolah : seperti dongeng/ cerita, permainan tradisional orang-orangan dll.
-
Jenis permainan anak-anak : seperti permainan melayangan, deduplak, megangsing, dll
65
b.
Fungsi Penunjang •
Pelestarian/ Museum Permainan Tradisional Bali Meliputi semua kegiatan pelestarian mulai dari mendata, mendokumentasikan, merekonstruksi, dan
memperkenalkan
segala hal yang berhubungan dengan
Permainan Tradisional Bali. c.
Fungsi pengelolaan •
Pengelola umum Merupakan seluruh kegiatan yang meliputi pengelolaan umum dari kompleks fasilitas yang diwadahi. Pelaku kegiatan ini yaitu : ketua pengelola, sekretaris beserta anggotanya
•
Pengelola teknis atau pelayanan Meliputi seluruh kegiatan yang berhubungan dengan maintenance pada masing-masing fasilitas gedung. Kegiatan pengelolaan teknis ini meliputi maintenance seperti pemeliharaan pembersihan dan perbaikan gedung, pengawasan terhadap sarana ME. Pelaku kegiatan yaitu staff ME, staff kebersihan, staff kesehatan, staff scurity dan petugas parkir yang bertugas di masing-masing unit bangunan.
d.
Fungsi Service Merupakan seluruh kegiatan yang meliputi pelayanan service pengunjung sebagai pendukung dari fungsi utamadan fungsi pendukung lainnya. Adapun fungsi service ini antara lain seperti pelayanan informasi, pelayanan kafetaria, perpustakaan, dokumentasi, reservasi, dan sebagianya.
2.6.4
Jenis Permainan Tradisional Bali Berdasarkan Cara Bermain dan sifat permainannya Beberapa jenis permainan tradisonal dapat dibagi dan dikelompokkan berdasarkan cara
bermain dan sifat permainannya. Pengelompokkan tersebut dapat dibagi menjadi 2 yaitu jenis permainan tradisional Bali asli, dan permainan tradsional bali yang dikembangkan. Permainan tradisionla Bali itu adalah sebagai berikut : -
Permainan Tradisional Bali asli Yaitu permainan tradisional Bali yang asli merupakan warisan dan dilakukan dari jaman dahulu hingga saat ini. Permainan tersebut antara lain : 66
•
Permainan melplian, Tarian & Drama ( 11 jenis permainan)
•
-
-
Poh-pohan
- Pindekan
-
Meong-meongan
- Goak Maling Taluh
-
Nuut Titi
- Pinceran
-
Kulkul
- Colek Nadi
-
Mejangkrik-jangkrikan
- Megoak-goakan
-
Umah-umahan
Permainan Ketangkasan (15 jenis permainan) -
Gebug ende
- Mukur
-
Tamiang
- Undar-undaran
-
Taktik
- Setip-setipan
-
Magandu
- Jaran-jaranan
-
Melayangan
- Kulkuk
-
Bale Bundar
- Tok lait kancing
-
Megangsing
- mebade-badean
-
Engklek/ mesik-sikan
Permainan Tradisional yang dikembangkan. Yaitu permainan tradisional Bali yang merupakan pengembangan / modifikasi namun masih mengandung nilai tradisonal. Permainan ini dibagi menjadi 2 yaitu : a. Permainan melplalian,Tarian & Drama (9 jenis perrmainan) -
Keranjang duren
- Nyen durine Nyongkok
-
Jaran-jaranan
- Engkeb-engkeban
-
Ngengkebang batu
- Anten-ngantenan
-
Goak Maling Pitik
- Maling-malingan
-
Megandong Sambuk
c. Permainan ketangkasan (8 jenis permainan) -
Tajog
- deduplak
-
Bola kasti
- gatrik
-
Jembatan Bambu
- Teropong telur
-
Benteng-bentengan
- Batu lima/batu tujuh
67
2.6.5 Permainan Tradisional Bali Yang diketahui Asal daerahnya. Beberapa jenis permainan tradisional Bali dapat diketahui asalnya. Beberpa jenis permainan tradisonal Bali tersebut antara lain sebagai berikut. Lihat tabel 2.2 Tabel 4.2 Daerah Asal Jenis Permainan Tradisional Bali No 1 2 3 4 5
6 7 8
Nama Daerah Asal
Nama Permainan Tradisional
• Juru Pencar • Mapoh-pohan Buleleng • Magoak-Goakan Tabanan • Makering-Keringan Bangli • Maalih-Alihan Karangasem • Makebo-Keboan • Madul-Mulan • Makare/Mageret/Perang Pandan • Pande Klungkung • Macepetan Gianyar • Magangsing • Majangkrik-Jangkrikan Badung • Matembing • Penyu Metaluh Total Jumlah Olahraga Tradisional Jembrana
Jumlah 2 1 1 1 4
1 2 2 14
Sumber : Sudana, I.N. Permainan Rakyat koleksi Museum Negeri Propinsi Bali.1995, Taro,I.M. 1993. Mari Bermain. Denpasar : Upada Sastra
2.6.6 Civitas Tempat Bermain Anak-anak Khusus Permainan Tradisional Bali Civitas Tempat Bermain Anak-anak Khusus Permainan Tradisional Bali ini dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu : 1. Kelompok Anak : 5-14 tahun -
Kelompok anak usia 6-14 tahun dikelompokan sebagai peserta/ pemain anak-anak.
2. Kelompok Dewasa : 15 – 90 tahun Dikelompokan sebagai pengunjung yang berumur 15 tahun keatas, yang bersifat sebagai pendamping, narasumber, peneliti, atau sukarelawan yang ingin menjadi pembuat mainan. 3. Kelompok Pengelola Kelompok pengelola terdiri dari pengelola fasilitas, staf pemandu/ instruktur, cleaning servive, dan staff lainnya.
68
2.6.7
Fasilitas yang tersedia di Tempat Bermain Anak-anak Khusus Permainan
Tradisional Bali a. Fasilitas Bermain - Tempat bermain indoor : terdiri dari ruang permainan untuk balita, ruang bermain untuk anak-anak. - Tempat bermain outdoor berupa lapangan terbuka, yang ditumbuhi rumput atau pohon peneduh. - Panggung Pertunjukan terbuka
b. Fasilitas Penunjang Ruang penunjang ini adalah ruang yang berhubungan dengan kegiatan pelestarian : - Museum Permainan tradisional - Ruang rekonstruksi permainan - Ruang dokumentasi - Ruang penyimpanan koleksi - Ruang Workshop
c. Fasilitas Pengelola Fasilitas pengelola ini adalah ruang yang berhubungan dengan kegiatan pengelolaan : - Ruang Pimpinan Pengelola - Ruang Wakil Pimpinan Pengelola - Ruang Kepala Bagian - Ruang Staf - Ruang Tamu - Ruang Rapat
d. Fasilitas Service Fasilitas service ini adalah ruang yang berhubungan dengan kegiatan service yang menunjang fasilitas lainnya : - Ruang Serbaguna - Perpustakaan 69
- Ruang audiovisual - Loket Karcis - Food Court/ restaurant - Souvenir Shop - ATM - Taman - Ruang ME - Parkir
2.6.7
Prinsip Besaran Proyek
a. Bangunan merupakan Tempat Bermain anak-anak Khusus Permainan Tradisional Bali b. Dilengkapi
dengan fasilitas bermain, belajar, penelitian/pelestarian, pengelolaan dan
service. c. Peraturan ketinggian bangunan sesuai dengan PERDA propinsi Bali d. Sasaran pengunjung yang dilayani adalah masyarakat Bali pada khususnya, termasuk juga nasional dan internasional.
2.6.8
Prinsip Penetapan Tapak
a. Memiliki akses di jalur utama transportasi b. Memiliki jalur transportasi yang lancar c. Pencapaian dan sirkulasi mudah bagi kendaraan roda empat maupun roda dua. d. Lokasi
dan
pencapaian
tapak
harus
mempertimbangkan
segi-segi
fungsional
(terletak ditengah wilayah , mudah dijangkau, tidak jauh dari ruang terbuka hijau) e. Mempunyai karakter yang jelas sebagai wadah dan fleksibel di dalam penampung aktifitas kegiatan olahraga f. Dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang diperlukan untuk berbagai kegiatan yang berkaitan.
70