BAB II BAMBU DALAM BUDAYA PERMAINAN TRADISIONAL SUNDA
II.1. Mengenal Bambu Di alam kita banyak menemukan berbagai macam tumbuhan mulai dari sayur – sayuran, pohon,bunga – bunga,dan lain - lain. Bambu biasanya digunakan untuk bahan-bahan bagian bangunan karena bambu jauh lebih murah dan mudah ditemukan. Bambu terdapat hampir di seluruh Indonesia. Pada umumnya bambu digunakan sebagai bahan peganti kayu bagi penduduk desa yang mempunyai kebiasaan menanam di halaman rumah atau di bagian belakang rumah.
II.2. Jenis – Jenis Bambu Dalam buku Bambu, oleh Anang Sumarja menjelaskan bahwa pada bambu terdapat 17 jenis bambu di Indonesia : a. Bambu Ampel (Bambusa Vulgaris var.viridis) Berbuluh hijau mengkilat dan biasa ditanam sebagai batas kebun. Bambu ampel hanya ditemukan ditaman orang, sedangkan bambu tutul masih dijumpai liar di Sumbawa Sumba, dan Maluku. b. Bambu Ater (Gigantochloa atter) Orang Jawa disebut ‘pring legi’ karena rebungnya manis. Bambu ini baik untuk membuat alat musik maupun anyam – anyaman, tusuk gigi serta tusuk satai. Kerabat dekatnya sedangkan bambu ater terdapat di segala tempat dan tersebar luas di Indonesia. c. Bambu Bali Disebut bambu gading oleh orang Bali dan biasa digunakan dalam upacara ngaben. Juga dipakai untuk tanaman hias karena buluhnya yang indah kekuningan. d. Bambu Betung (Dendrocalamus asper) Rebungnya biasa untuk sayur. Buluhnya berdiameter hingga 12 sentimeter dengan dinding relatif tebal sehingga biasa digunakan untuk tiang rumah, jembatan, dan bahan bangunan lainnya.
6
e. Bambu Buta (Schizostachyum Caudatum) Merupakan satu – satunya bambu yang pejal dan tumbuh hanya di Sumatera Selatan. Di Bengkulu bambu ini dikenal dengan nama bambu bungkok. Selain berpuluh pejal, diameternyapun hanya berkisar 3 sentimeter dan tingginya 6 meter. f. Bambu Cangkoreh (Dinochloa Scandens) Bambu ini tumbuh di daratan rendah. Menjalar seperti rotan, banyak terdapat di hutan – hutan primer Indonesia. Warna buluh hijau tua, serta bermiang kasar. Buku – bukunya membengkak dan berwarna coklat. Buluhnya sangat ulet dan kuat, dipakai untuk anyaman atau tali pada anyaman lain. g. Bambu Cina Merupakan bambu pendatang yang semula diperkenalkan sebagai tanaman hias dan pagar hidup, disebut juga bambu pagar. Mempunyai kerabat antara lain bambu swis yang biasa ditanam di pot atau sebagai bambu hias yang dipangkas. h. Bambu Duri Tinggi buluh mencapai 25 meter dengan garis tengah 10 centimeter. Bambu duri digunakan sebagai bahan anyaman dan bahan bangunan. Juga sangat baik untuk bahan kertas. i. Bambu Eul – eul (Nastus elegantissimus) Biasa tumbuh liar, dan hanya terdapat di hutan – hutan di daerah Pangalengan, Jawa Barat. Bambu ini mempunyai buluh yang tipis, ruasnya mencapai 1 meter, tingginya hingga 20 meter. j. Bambu Gendang Merupakan satu – satunya bambu yang mempunyai ruas berlekuk – lekuk seperti gendang. Bambu ini banyak digemari sebagai bambu hias yang ditanam di pot. k. Bambu Gombong (Gigantochloa verticillata) Buluhnya berwarna hijau kekuning – kuningan dengan garis – garis kuning yang sejajar dengan buluhnya. Tinggi buluh dapat mencapai 20 meter, garis tengahnya 10 centimeter. Potensi ekonominya besar.
7
l. Bambu Jepang, Merupakan satu – satunya jenis bambu yang berasal dari Thailand dan di Indonesia dikenal hanya sebagai tanaman hias, walau di negara asalnya merupakan bahan baku kertas yang paling baik. n. Bambu Lengka (Gigantochloa nigrociliata) Bambu ini tidak banyak diusahakan oleh karena buluhnya tidak tahan lama bila digunakan untuk bahan – bahan bangunan. Rebungnya dapat dimakan. m. Bambu Regen Tumbuh di Sumatera Utara dan digunakan untuk menjolok buah kelapa sawit. Pada mulanya bambu yang mempunyai miang hitam, panjang dan lebat ini hanya diambil buluhnya untuk membuat ‘parhalaan’, Penduduk sekitar hutan memanfaatkannya untuk segala keperluan sehari – hari dari membuat rumah sampai balai – balai. o. Bambu Suling Berbuluh tipis dengan ruas panjang – panjang sangat cocok untuk membuat suling. Di Jawa digunakan jenis yang secara lokal disebut bambu tamiang. Selain untuk membuat suling, jenis bambu ini banyak digunakan untuk membuat tangkai pancing. Dalam perang kemerdekaan dulu bambu tamianglah yang digunakan untuk membuat bambu runcing. p. Bambu Uncu Jenis bambu ini berasal dari Jepang. Buluhnya tegak, tingginya sampai 6 meter, dengan garis tengah 2-3 centimeter. Panjang ruasnya 25 centimeter kadang – kadang sampai 40 centimeter. Ada dua macam bambu yang mempunyai buluh beruas pendek ini, yaitu yang berwarna hijau dan yang berwarna kuning. q. Bambu Loleba Merupakan bambu yang hanya tumbuh di Indonesia Timur (Maluku, Irian Jaya, dan bagian timur Sulawesi). Inilah satu – satunya bambu yang masih dapat tumbuh di tempat berawa. Buluhnya kecil dengan diam eter hanya 2 centimeter dan terdiri atas hanya tiga ruas yang panjangnya mencapai sekitar 1 meter, sehingga tumbuhan ini hanya mencapai kurang lebih 45 meter. Di daerah asalnya bambu ini sering digunakan untuk membuat anak panah.
8
Bambu menjadi bahan yang berkaitan dengan pola ritual tradisional di daerah Jawa Barat. Bambu sepertinya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia Sunda. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari – hari.
II.2.1. Cara Pengawetan Bambu Dalam buku “Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu”(Heinz Frick,2004) menjelaskan bahwa pada pengawetan bambu terdapat 2 cara yaitu cara tradisional dan cara kimiawi.
1. Cara Tradisional Cara perawatan secara tradisional adalah dengan merendam batang bambu sebalum digunakan selama satu bulan di dalam air tawar, air payau, atau air laut yang tenang atau mengalir sehingga kandungan kanji akan dicuci atau hilang. Kemudian batang bambu yang baru dipotong sebaiknya disandarkan dalam keadaan berdiri pada bambu yang belum di potong di tempatkan yang teduh. Cara perawatan yang menggunakan api. Api dan asapnya akan membasmi hama yang berada di dalam batang bambu dan memperkeras permukaan bambu.
2. Cara Kimiawi Dalam pengawetan bambu secara kimiawi diawetkan dengan lima cara, yaitu pengawetan dengan perendaman batang atau bilah bambu, cara pengaliran dan cara penekanan, penyimpanan dalam drum besi, serta pengecatan dengan zat penolak serangga. Di bawah ini akan dijelaskan satu persatu: a. Pengawetan dengan perendaman Batang atau bilah bambu merupakan cara yang paling sederhana. Batang (atau bilah) bambu direndam dalam bahan pengawet dengan atau tanpa tangkainya. Penganwetan dengan perendaman hanya dapat dilakukan dengan bambu yang baru dipotong (bukan kering), cara ini memerlukan 2-5 hari. b. Pengawetan dengan cara pengaliran Merupakan cara yang dianggap paling efisien. Batang bambu yang baru dipotong (termasuk tangkai dan daunnya) disambung dengan siang pada ujung kakinya pada drum besi yang mengandung bahan pengawet. Bahan pengawet tersebut akan mengalir dalam batang bambu
9
sampai pada puncaknya. Sisa bahan pengawet yang mengalir keluar pada puncak dapat digunakan kembali selama konsentrasinya terjamin. c. Pengawetan dengan cara penekanan Merupakan cara yang lebih cepat sehingga tidak perlu di tunggu 2-5 hari tersebut di atas. Pada cara ini drum besi yang mengandung bahan pengawet harus rapat udara sehingga dapat dilengakapi dengan pompa udara yang akan menekan bahan pengawet ke dalam batang bambu. d. Mengecat dengan zat penolak serangga Daun dari pohon imbau dihancurkan dan digilas sehingga menghasilkan sari daun. Karena sari tersebut mengandung insektisida alam, maka sari ini dapat dicatkan pada batang dan konstruksi bambu yang sudah dalam keadaan kering sehingga menolak serangga. Bahan bangunan bambu yang sudah dalam keadaan kering selalu harus dilindungi dari air hujan maupun embun.
II.3. Pemanfaatan Bambu sebagai Media Mainan Tradisional Anak Sunda Zaman dulu bahan – bahan mainan di dapat dari alam karena bahan ini tidak selengkap sekarang sehingga anak – anak zaman dulu lebih mengandalkan bahan dari alam mulai bahan dari kayu, pelepah pisang, damar, dan bambu dan sebagainya. Hal ini menjadi permainan yang menggunakan bahan alam mulai dari permainan bebeletokan, mamanukan, egrang, calung, dogdog lojor, gatrik, celempung, mobil – mobilan, kokoprak, kukudaan dan lain sebagainya. Di Jawa Barat bambu digunakan sebagai kegiatan bermain bagi anak – anak. Sehingga banyak permainan – permainan lahir dari bahan bambu tersebut. Di bawah ini adalah jenis – jenis permainan yang terbuat dari bambu, antara lain: a. Egrang – Terdiri dari 2 potongan bambu sepanjang 210 cm dengan injakan kaki 30 cm, cara bermain egrang ini sangat membutuhkan keseimbangan badan si pemain, yaitu dengan cara menaruh kedua tapak kaki pada injakan dan ke-2 tangan memegang tongkat bagian atas. Permainan ini dapat juga diperlombakan yaitu dengan menempuh jarak 100-200 meter untuk terlebih dahulu mencapai garis finish. b. Rorodaan - Permainan ini lebih bersifat ke bentuk – bentuk sarana transportasi. c. Celempung – Permainan yang diarahkan pada variasi suara musik d. Hatong - Permainan yang menirukan bunyi – bunyian burung 10
d. Posong - Permainan dalam air dimana melatih kita dalam menangkap ikan yaitu menggunakan posong e. Pamikatan - Permainan yang bertujuan membuat tempat sarang burung f. Karinding - Permainan yang menirukan bunyi – bunyian burung g. Bedil jepret - Permainan yang menirukan bedil yaitu senjata api h. Kokoprak – dikala padi sedang menguning, muda mudi seharian berada disawah untuk menghalau burung dengan menggerakkan kokoprak sehingga mengeluarkan bunyi bila digerakan. Tali kokoprak itu ujungnya diikatkan kepada tiang anggon (dangau), untuk lebih mengasikkan suasan terdengar pula suara “sondari”, yaitu sebatang bambu yang ditanamkan kepada tanah. i. Kokoleceran - Permainan ini hanya sebagai permainan yang menetukan arah angin. Biasanya terdapat di sawah. j. Bangbara Ngapung (kumbang terbang) - Permainan yang menirukan suara kumbang k. Keprak - Permainan yang menirukan bunyi – bunyian binatang malam hari seperti tonggereg/jangkrik. Permainan ini menggunakan bamboo yang dibilah sehingga bila digerak – gerakan akan berbunyi keras. l. Calung - Perrmainan masyarakat pedesaan yang bertujuan untuk kalangenan atau menghibur diri. Permainan ini umumnya dilakukan oleh para remaja disela – sela kesibukannya mengolah sawah, terutam ketika padi mulai menguning.Untuk menghilangkan jenuh, mereka permainan calung. Tapi sekarang calung bukan sebagi permainan tapi sebagai bagian dari alat kesenian dan pertunjukan. n. Bebeletokan - Permainan ini peniruan dari bedil yaitu sejenis senjata api m.Gatrik - Merupakan permainan yang berunsur – unsur keterampilan, kesetiakawanan serta latihan daya ingat anak, sehingga permainan lebih bersifat pertandingan. o. Lodong - permainan ini terbuat dari bambu dengan panjang 1-3 meter, pada semua bagian ruas dilubangi selain pada bagian pangkal yang hanya dilubangi atasnya selebar ibu jari, selanjutnya dimasukkan kain yang disertai dengan minyak tanah. Biasanya permainan ini dimainakan pada saat bulan puasa. p. Aangsretan - Permainan ini lebih menirukan penyempot air yang terbuat dari bambu. q. Susumpitan - Permainan yang menirukan sebuah senjata sumpit yang ditiup dan mengeluarkan jarum dari lobang bambu tersebut. 11
r. Ker keran - permainan ini lebih bersifat permainan yang ditarik kenarik seperti halnya permainan gasing Permainan – permainan yang diatas sudah jarang di mainkan karena perkembangan zaman yang semakin canggih. Sehingga mainan – mainan yang berunsur teknologi menjamur disekitar lingkungan mereka dan mereka mengabaikan permainan tradisional.
II.4. Latar Belakang Mainan Egrang sebagai Media Mainan Tradisional Anak Sunda Egrang merupakan lanjutan dari permainan kelom batok karena memakai media bambu dan lebih tinggi dari kelom batok. Egrang biasanya untuk anak yang lebih besar dan lebih berani terhadap ketinggian. (Lihat Gambar 2.1). Kelom batok memakai batok kelapa sebagai medianya. Mainan ini mengeluarkan suara pada saat dipakai jalan. Bedanya, egrang menggunakan material bambu sedangkan kelom batok menggunakan batok kelapa yang dibelah dan tali terbuat dari pohon.
Gambar 2.1. Kelom Batok dan Egrang. ( Sumber : Dokumen pribadi dan Muhamad Zaini Alif,2007) Kata Egrang disebut di Tanah Sunda adalah Jajangkungan, asal kata Jajangkungan yang artinya tinggi jadi jajangkungan yaitu membuat jadi tinggi1. Di mana mainan yang menggunakan dua bilah bambu yang kemudian disambungkan memakai bilah pendek kearah horizontal untuk pijakan. Ketinggian pijakan bisa buat sesuai dengan kemampuan anak. Permainan ini membutuhkan keseimbangan yang sangat tinggi. 1
Alif. Z.M, (2003), Perubahan dan Pengembangan Bentuk, Fungsi Dan Material Dalam Permainan Anak Di Masyarakat Sunda, Tesis, Bandung, Penerbit ITB.
12
Karena pengoperasiannya seperti layaknya orang berjalan. Permainan ini juga disebut permainan orang dewasa karena permainan ini dulunya digunakan untuk transportasi ke Mesjid. Tapi biasanya anak juga menggunakannya tapi sesuai dengan tinggi anak. Dalam permainan egrang ini sering dilombakan seperti lomba lari mulai dari star sampai finish dengan jarak 100-200 meter. Di samping itu juga permainan ini dijadikan permainan saling menjatuhkan dengan menendang kaki – kaki si lawan hal ini menjadi menarik dan siapa yang jatuh itu adalah yang kalah. Di lingkungan anak – anak biasanya yang disebut jago apabila si anak bisa mencapai yang paling tinggi diantara anak – anak lainnya.
II.5. Gambaran Umum Mengenai Permainan Egrang II.5.1. Permainan Egrang di Indonesia Mainan egrang sudah tersebar di mana-mana, namun menggunakan nama yang berbeda – beda. Egrang yang telah dimainkan sejak turun temurun dari zaman nenek moyang, biasanya terbuat dari bahan bambu. Egrang yang dalam bahasa Sunda disebut “jajangkungan” yang diartikan tinggi – tinggian, mainan yang disebut main tinggi – tinggian. Sedangkan di daerah Sulawesi Tengah, egrang dinamakan Tilako yang berarti alat yang dipakai untuk melangkah atau berjalan. (Lihat Gambar 2.2).
13
a
b
c Gambar 2.2. (a) Egrang dan (b) Tilako, nama egrang dari Sulawesi (c) Egrang tanpa pegangan, pada acara Braga Festival 2006 . (Sumber gambar : Tilako, www.infokom-sulteng.go.id dan Koran Pikiran Rakyat tanggal 28 Desember 2006 ) Dilihat dari sisi pemaknaan, mainan ini adalah lambang kedewasaan, ketangkasan dan keberanian. Egrang merupakan alat hiburan dalam bermain bersama teman – teman di perkampungan. Mainan egrang sering diperlombakan, seperti lomba lari dan lomba saling menjatuhkan satu sama lain dengan cara memukulkan kaki – kaki bambu dengan kaki bambu temannya. Di samping itu egrang sering diikut sertakan dalam acara – acara tahunan dan arak – arakan.
14
II.5.2. Permainan Egrang di Belgia Selain di Indonesia, egrang juga terdapat di belahan mancanegara. Di Belgia, egrang dijadikan mainan untuk bertarung antar dua kelompok yang saling menjatuhkan. Menurut legenda Belgia, pada abad ke 14 seorang raja yang sangat mulia yaitu John dari Flanders, kemudian menjadi maharaja di negara Namur. Orang terkemuka tersebut memohon kepada masyarakat untuk tidak menggunakan alas kaki, menunggang kuda, dan naik perahu atau kereta. Awalnya orang – orang kota tidak menyukainya dengan sejumlah egrang yang muncul. Setelah dilihat egrang dapat membuat orang kota terhibur dan girang dengan mainan egrang ini. Sejumlah orang kota setuju dengan permohonan tersebut. Semenjak itu penduduk Namur yang memulai kebiasaan menggunakan egrang. Permainan ini berpindah – pindah sehingga permainan menjadi cepat. Permainan ini membutuhkan 2 kelompok. Yang satu kelompok tinggal di Kota Tua yang disebut “Melans” dan yang kelompok baru disebut Kota Baru yang dipanggil “Avresses”. Setiap kelompok mempunyai kapten dan mengunakan warna yang terdapat di egrang, warna kuning dan hitam adalah kota untuk Melans, sedangkan merah dan putih untuk Avresses. Dalam permainan ini diiringi dengan suara drums, dan ke dua kelompok saling bertarung dan saling menduduki atau memperebutkan kota. Untuk menjatuhkan petarung – petarung tersebut mereka menggunakan lengan atau egrang mereka.(Gambar 2.3).
Gambar 2.3. Pertarungan Egrang di Belgia. (Sumber gambar : Tradisional Stilts, namur, www.namur.mht) II.5.3. Permainan Egrang di Mexico Di Mexico yaitu di Zaachila. Tradisinya menari di atas egrang. Menurut legendanya penduduk Zaachilla membuat perjanjian dengan San Pedro. Ada sebuah gereja yang dibangun di Zaachila, yang disuruh oleh orang suci. Orang suci itu adalah San Pedro, mengatakan dia dikirim oleh Tuhan untuk melindungi desa atau perkampungan tersebut dan dia berkata dia hanya hadir 8 hari 15
sebelum hari ulang tahunnya. Jadi dia menyuruh untuk membentuk pasangan berdiri diatas egrang dan berdansa. (Lihat Gambar 2.4).
Gambar 2.4. Kelompok Tradisi Tari Egrang di Mexico. (Sumber gambar: www. mexicodesconocido.com) II.5.4. Permainan Egrang di Nigeria Lain halnya pada tradisi egrang yang terdapat di Nigeria. Dalam legenda Tuhan Moko yang berasal dari Kongo dan Nigeria. Dari orang Nuapa. Moko, dalam pengertian tradisionalnya, adalah Tuhan. Dia sangat menjaga kampung atau desanya dan dia sangat tinggi sekali. Dia dapat meramal bahaya dan iblis. Namanya Moko, di menggambarkan laki – laki tinggi di atas egrang dan akan melakukan aksinya yang tidak dapat dijelaskan dari mata manusia. Moko sangat tersentuh dihati orang Africa dan kaum penjajah berjalan dijalan Trinidat dalam perayaan untuk perdamaian, carnaval. (Lihat Gambar 2.5).
Gambar 2.5. Tradisi Egrang Moko di Kongo dan Nigeria dalam acara Carnaval. ( Sumber : Traditional stilt, Moko Jumbies, www.google.com) 16
Dari beberapa tradisi egrang yang didapatkan dari cerita beragam baik di daerah-daerah atau mancanegara. Hal ini menjadi mainan menghibur diri yang menarik dan mainan yang berusur ketangkasan. Mainan ini cenderung menarik perhatian karena ketinggiannya yang menbuat atraksi-atraksi di arak-arakan pada acara – acara tahunan. Sampai sekarang egrang sudah jarang dan bahkan hampir tak ada lagi. Di lingkungan masyarakat sekarang sudah jarang ditemukan mainan egrang.
II.6. Teknik Memainkan Egrang Permainan Egrang dilakukan oleh muda mudi, umumnya anak laki – laki mulai yang umur 10-25 tahun dan hanya sebagian kecil anak perempuan. Permaianan ini merupakan permainan ketangkasan. Dalam permainan ini kedua bambu dipegang kuat dalam posisi tegak, kemudian salah satu kaki diangkat tepat mengenai bambu/kayu pendek sebagai tempat kaki kemudian kaki yang satunya ikut diangkat. Keseimbangan sangat diperlukan pada bagian ini karena kita harus berusaha tidak jatuh. Pada bambu panjang dijepitkan ibu jari dan jari kaki lainnya, dan apabila sudah seimbang, maka jari menjepit ikut menentukan kekuatan disamping tangan yang memegang. Kemudian langkahkan kaki seperti layaknya orang berjalan.(Lihat Gambar 2.6).
Gambar 2.6. Teknik Memainkan Egrang (Sumber : Dokumen pribadi) Dalam permainan egrang ini sering dilombakan seperti lomba lari mulai dari star sampai finish dengan jarak 100-200 meter. Di samping itu juga permainan ini dijadikan permainan saling menjatuhkan dengan menendang kaki – kaki si lawan hal ini menjadi menarik dan siapa yang jatuh itu adalah yang kalah. Di lingkungan anak – anak biasanya yang disebut jago apabila si anak bisa mencapai yang paling tinggi diantara anak – anak lainnya.
17