BAB II METODE PERANCANGAN
A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, timbul permasalahan dalam perancangan batik dengan sumber inspirasi makanan hidangan istimewa kampung. Pemahaman tentang konsep perancangan merupakan pijakan dasar dalam perancangan sebuah karya. Terdapat beberapa permasalahan dan faktor yang harus dikuasai dalam sebuah perancangan. Permasalahan pertama, bagaimana merancang motif batik dengan sumber inspirasi makanan HIK. Kedua, visualisasi dari sumber inspirasi dan ketiga teknik yang digunakan untuk mewujudkan visual. Sesuai dengan sumber
inspirasi, maka harus dilakukan
pendalaman dan pemahaman untuk merancang motif batik yang terinspirasi dari makanan HIK dengan teknik cetak malam dingin menjadi satu-kesatuan yang selaras. Perancangan motif batik memerlukan tiga bagian utama yaitu, motif utama, motif pendukung dan isen. Motif utama berupa nasi bungkus sedangkan motif pendamping berupa lauk-pauk dan isen berupa beras kecer juga cecek. Pembeda pada keenam desain juga terletak pada tumpal. Untuk menjadikan satu konsep yang utuh diperlukan pemahaman dan pendalaman karakter visual yang didapat melalui studi visual. Wawancara dan studi proses dilakukan untuk mengetahui karakteristik desain yang dapat diproduksi dengan teknik cetak malam dingin.
26
27
B. Strategi Penyelesaian Adanya strategi pemecahan masalah diperlukan untuk mempermudah mengatasi masalah yang muncul berkaitan dengan perancangan motif batik. Strategi yang ditempuh untuk memecahkan masalah adalah dengan melakukan pengumpulan data melalui studi pustaka tentang HIK dan batik malam dingin, observasi dan studi visual di HIK Pak Gerok, Angkringan Solo dan Tiga Tjeret, studi bahan, studi teknik dan proses produksi yang berhubungan dengan hidangan istimewa kampung dan batik malam dingin. Motif yang dirancang haruslah menggambarkan visual makanan HIK. Perancangan batik kreasi baru ini difungsikan untuk kebutuhan fesyen yang menggunakan bahan berserat padat, berdaya serap air tinggi dan sesuai untuk proses cetak malam dingin yaitu katun primisima. Dengan pengumpulan dan pendalaman karakter dengan pengamatan langsung di beberapa tempat makan yang menyajikan hidangan istimewa kampung diantaranya yaitu, HIK Pak Gerok, Angkringan Solo, Cangkir Blirik dan Tiga Tjeret untuk mendapatkan informasi langsung tentang hidangan istimewa kampung. Teknik yang digunakan dalam perancangan adalah teknik batik malam dingin. Pemilihan teknik ini karena agar dapat diproduksi secara massal dan dapat menghasilkan karakter visual yang di inginkan. Beberapa tahap perancangan yaitu dengan mendesain visual, memindahkan desain ke plangkan, penggesutan, pewarnaan dan pelorotan.
28
C. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, observasi lapangan, wawancara, studi proses produksi dan uji coba material dan teknik. 1. Studi Pustaka Dari buku karangan Sewan Susanto 1980 dengan judul Seni Kerajinan Batik Indonesia dan buku karangan Biranul Anas Dkk 1997 dengan judul Indonesia Indah – Batik didapatkan pemahaman tentang batik kreasi baru yang merupakan batik kontemporer atau modern dan batik cap menggunakan stempel tembaga serta pewarnaan tradisional batik klasik pada zaman dahulu yang menggunakan pewarna alam berupa buah, daun, batang, akar, biji dari tumbuhan. Dikemukakan juga pemahaman motif batik yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu motif utama, motif pendukung dan isen. Dari buku karangan Sasento Yuliman 2001 dengan judul Dua Seni Rupa: Sepilihan Tulisan dan buku karangan Komarudin Kudiya 2011 dengan judul Batik Eksistensi Untuk Tradisi didapatkan pemahaman mengenai batik telah menjadi fenomena nasional yang tidak lagi ekslusif Jawa. Kini batik digunakan masyarakat dari kalangan bawah hingga kalangan atas dari berbagai suku bangsa. Batik berkaitan erat dengan era ekonomi kreatif yang melahirkan perpaduan seni, sains dan teknologi sehingga bermunculan teknik-teknik baru pembuatan batik utnuk mencari keuntungan lebih besar. Dalam buku karangan Asti Musman dkk 2011 dengan judul Batik Warisan Adiluhung Nusantara, buku karangan Sewan Susanto 1973 dengan judul Seni
29
Kerajinan Batik Indonesia dan buku karangan Amri Yahya 1985 dengan judul Sejarah Perkembangan Seni Lukis Batik Indonesia dan Buku karangan Handoyo dan Joko Dwi 2008 dengan judul Batik dan Jumputan mengemukakan bahwa proses batik mulanya menggunakan canting. Batik klasik memiliki filosofi dan peran teknologi dalam proses produksi batik sangat besar hingga berkembang dan muncul batik kreasi baru dengan pencampuran teknik. Dalam buku karangan Sulaeman 2004 dengan judul Pengembangan Sistem Pembatikan Dengan Metode Screen didapatkan pemahaman mengenai pengertian malam dingin yaitu, lilin malam yang dicairkan sehingga membentuk pasta. Proses teknik cetak malam dingin menggunakan plangkan saring seperti halnya cetak sablon yang diletakkan diatas kain kemudian dituangkan malam dingin lalu digosok dengan alat khusus. Teknik ini lebih mempersingkat waktu, menghemat tenaga dan biaya produksi lebih rendah karena dapat menghasilkan produk dalam jumlah banyak. 2. Studi Visual Untuk mencari gagasan awal mengenai produk batik malam dingin dengan karkater makanan HIK, hal yang dilakukan adalah pengumpulan data visual makanan HIK di beberapa tempat makan yang menyajikan diantaranya yaitu, HIK Pak Gerok pada 18 Oktober 2016 dan Angkringan Solo, Tiga Tjeret, Cangkir Blirik pada 24 Oktober 2016.
30
Gambar 16. Sate Telur dan Sate Usus di Cangkir Blirik Foto: Dian Rizkita, 2016
Gambar 17. Aneka Hidangan Istimewa Kampung di Cangkir Blirik Sumber: Dian Rizkita, 2016
Gambar 18. Aneka Hidangan Istimewa Kampung di Angkringan Solo Foto: Dian Rizkita, 2016
31
Gambar 19. Aneka Hidangan Istimewa Kampung di Tiga Tjeret Foto: Dian Rizkita, 2016
Perjalanan batik sebagai perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia semakin beragam meliputi keberagaman motif, warna batik, jenis bahan, teknik dan desain untuk busana. Dengan inspirasi gambar diatas, maka perancangan motif berupa sate usus, sate telur, sate keong, sate kerang, nasi bungkus, tahu, tempe dan lain sebagainya. Beberapa teksil bertema makanan yang dijumpai memiliki wujud nyata dengan gaya figuratif dari karakter makanan.
Gambar 20. Pakaian bertema makanan Sumber: www.cerita-kita.co.id (30 Agustus 2016)
32
3. Studi Proses Produksi Studi proses produksi dilakukan untuk mengetahui proses produksi teknik batik guna mendukung desain yang ingin dicapai. Batik konvensional memiliki tiga teknik yaitu batik tulis, batik cap dan batik kombinasi tulis dan cap. Dalam perkembangannya kini muncul batik malam dingin. Teknik tersebut memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dengan batik konvensional. Batik malam dingin memakan waktu lebih sedikit sehingga dapat memproduksi dalam jumlah banyak. Studi bahan dilakukan di batik Danar Hadi kota Surakarta. Danar Hadi memproduksi beraneka ragam batik tulis dengan motif yang sederhana hingga yang rumit. Pada studi di batik Danar Hadi bahan yang digunakan meliputi kain katun primisima, sutera dan kain atbm dobby. Menurut para pembatik di ruang produksi, kain sutera dan kain dobby memiliki tingkat kesulitan yang lebih daripada kain primisima. Kain sutera memiliki tekstur lembut dan licin sehingga perlu keahlian dan membutuhkan waktu yang lebih lama saat proses pencantingan. Sedangkan pada kain Dobby memiliki tekstur yang tidak rata sehingga proses pencantingan lebih sulit dibanding dengan kain primisima dan sutera. Kain katun primisima merupakan kain yang paling mudah dalam proses pembuatan batik dan dapat menyerap warna dengan baik.
33
Gambar 21. Katun Primisima Foto: Dian Rizkita, 2015
Studi proses produksi batik malam dingin dilakukan di pengrajin batik Ibu Partini yang beralamat di Kalitengah RT. 23/06, Sidodadi, Masaran, Sragen pada tanggal 20 Oktober 2015. Sebagian besar hasil produksi batik di Ibu Partini adalah batik malam dingin. Sehingga, studi proses produksi dilakukan di rumah industri Ibu Partini. Proses pembuatan batik malam dingin dengan memindahkan desain ke plangkan, penggesutan, pewarnaan dan pelorotan. Kain yang digunakan adalah kain katun primisima dengan pewarnaan teknik colet dan celup menggunakan pewarna remasol, indigosol dan naphtol. Dari hasil pengamatan proses produksi di Batik Kencana Unggul yang beralamat di Jl. Bima ds. Jetis Rt 002/002 Gentan, Baki, Sukoharjo, terdapat beberapa karakteristik pembuatan desain untuk teknik cetak malam dingin yaitu ukuran garis canting minimal adalah 15 hingga 25 ukuran kuas pada program Photoshop. Pada teknik cetak malam dingin masih dapat menjangkau desain yang rumit dan kecil. Pada ukuran garis canting tersebut hasil akan tertutup lilin malam dengan sempurna dan terlihat dikedua sisi kain.
34
Gambar 22. Plangkan siap pakai Foto: Dian Rizkita, 2015
Gambar 23. Proses pembentangan kain Foto: Dian Rizkita, 2015
Gambar 24. Pasta malam dingin Foto: Dian Rizkita, 2015
35
Gambar 25. Proses penggesutan Foto: Dian Rizkita, 2015
Gambar 26. Proses pewarnaan Foto: Dian Rizkita, 2015
Gambar 27. Proses pelorotan Foto: Dian Rizkita, 2015
36
4. Wawancara Wawancara dilakukan untuk memperkuat data dan juga memperoleh keterangan-keterangan yang tidak terdokumentasi. Wawancara berisi tentang makanan HIK dan teknik batik malam dingin untuk dijadikan produk batik kreasi baru. a. Pak Gerok, pemilik HIK di Jl. Adisucipto. HIK Pak Gerok telah berdiri sejak tahun 1988 atau sekitar 29 tahun. Hasil dari wawancara dikatakan bahwa makanan yang paling dikenal di HIK adalah sego kucing atau nasi bungkus dan sundukan atau sate-satean. Contoh nasi bungkus yaitu nasi bandeng, nasi oseng, nasi sambel teri, bihun, nasi telur dan nasi goreng. Semua dalam bentuk terbungkus bisa dalam bentuk terbungkus kertas atau terbungkus daun pisang. Sedangkan untuk sate-satean adalah sate hati ayam, sate kikil, sate keong, sate kerang, sate usus, sate telur puyuh dan sate ayam. Di HIK Pak Gerok sate-satean dapat dibakar terlebih dahulu namun tanpa bumbu tambahan lagi. Sate sudah terasa nikmat karena semua telah dimasak terlebih dahulu sebelum dihidangkan dalam bentuk sate. b. Ibu Partini, pengrajin batik malam dingin di Kalitengah RT. 23/06, Sidodadi, Masaran, Sragen. Dari hasil wawancara, batik malam dingin lebih efisien dalam hal tenaga, waktu dan biaya produksi. Dibandingkan dengan batik tulis, batik malam dingin lebih cepat dan desain yang rumit dapat di kerjakan. Dengan teknik ini, dapat menghasilkan hasil desain yang sama antara satu dengan yang lainnya
37
dalam jumlah yang banyak dengan biaya produksi yang sedikit. Lilin malam yang digunakan pada proses cetak malam dingin berbeda dengan lilin malam yang digunakan pada batik konvensional. Lilin malam ini agak cair seperti pasta yang sudah dicampuri dengan bensin. Pewarnaan biasanya dengan teknik colet dengan remasol. Beberapa pesanan menggunakan teknik tambahan yaitu teknik batik tulis. Setelah melewati proses penggesutan malam dingin, pada bidangbidang kosong dapat dipenuhi isen dengan teknik batik tulis. c. Utsman Amiruddin Sulaiman, penerus pemiliki usaha Batik Kencana Unggul di Jl. Bima ds. Jetis Rt 002/002 Gentan, Baki, Sukoharjo. Dari hasil wawancara, teknik cetak malam dingin masih dapat menjangkau desain yang rumit dan kecil. Ukuran minimal garis canting pada desain biasanya sekitar 15 hingga 25 ukuran kuas pada program Photoshop. Pada ukuran garis canting tersebut hasil akan tertutup lilin malam dengan sempurna dan terlihat dikedua sisi kain.
D. Uji Coba Uji coba dilakukan paa pengembangan desain yang meliputi dua percobaan, meliputi uji coba visual dan uji coba teknik. Hal ini dilakukan untuk mngetahui karakter dari hidangan istimewa kampung dan karakter dari teknik batik malam dingin
38
1. Uji Coba Visual Uji coba visual dilakukan untuk mencari karakter dari makanan HIK yang akan divisualisaikan kedalam desain batik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui karakter makanan HIK setelah dilakukan penggayaan.
Penggayaan No
Inspirasi Figuratif
1.
Nasi Bandeng
2.
Nasi Sambel Teri
3.
Nasi Oseng
Stilasi
Abstrak
39
4.
Nasi Bandeng
5.
Nasi Sambel Teri
6.
Nasi Oseng = 7.
Sate Keong
40
8.
Sate Telur Puyuh
Sate Kerang 9.
10.
Sate Usus
11.
Tahu Tempe Bacem
41
12.
Kerupuk
13.
Cabai
14.
Biji Cabai
15.
Nasi Putih
42
16.
Tahu
17.
Tempe
43
2. Uji Coba Teknik dan Bahan Uji coba teknik dilakukan untuk mengetahui hasil karakteristik lilin malam dingin diatas kain katun primisima yang akan digunakan dalam proses perancangan desain. Berikut merupakan hasil uji coba tersebut.
Gambar 28. Uji Coba Teknik dan Bahan Foto: Dian Rizkita, 2017
D. Gagasan Awal Pada setiap awal perancangan suatu desain diperlukan gagasan awal untuk mempersempit suatu masalah, pemahaman konsep dan beberapa aspek desain, serta pendalaman sumber inspirasi. Gagasan awal dari perancangan ini adalah merancang batik yang mengambil inspirasi makanan HIK sebagai motif. Awal perancangan ini dimulai dengan pemahaman karakter makanan HIK yang memiliki khas dan karakter yang unik. Pemilihan motif utama yaitu nasi bungkus dan motif pendukung sate-satean. Hal ini didapat berdasarkan hasil studi lapangan. Seluruh tempat HIK menyajikan makanan khasnya yaitu nasi bungkus. Nasi bungkus yang dipilih yaitu nasi bandeng, nasi sambel teri dan nasi oseng.
44
Penggayaan menggunakan figuratif yaitu pengembangan bentuk dari obyek asli sesuai daya imajinasi tetapi obyek masih dikenal dari obyek aslinya. Penggayaan ini dirasa paling sesuai karena obyek sudah cukup menarik sehingga tidak diperlukan perubahan gaya yang rumit.
Penggayaan ini juga mudah
dituangkan pada desain untuk proses teknik cetak malam dingin yang sesuai dengan karakter batik kreasi baru yaitu bebas dan menjadi pembeda dengan batik pada umumnya yang menggunakan penggayaan stilasi. Sedangkan penggayaan abstrak dirasa kurang sesuai karna menghilangkan bentuk obyek aslinya dan adanya garis obyek yang terputus sehingga tidak dapat dilakukan pewarnaan pada bidang obyek karena tidak terdapat bidang. Pemilihan teknik batik malam dingin dikarenakan teknik ini dapat mencapai desain yang diinginkan. Teknik ini dapat menghasilkan produk dengan cepat dan biaya produksi yang rendah sehingga dengan teknik ini dapat menghasilkan produk secara massal dengan waktu yang singkat. Pemilihan warna latar yaitu warna-warna lembut dan sedikit gelap untuk memunculkan warnawarna terang pada motif makanannya. Pemilihan warna cenderung warna lembut karena desain ini ditujukan pada pria dan wanita usia 20-30 tahun. Perancangan ini diharapkan dapat menghasilkan produk batik bertema kuliner yang menjadi salah satu cara mempromosikkan warisan budaya yang berupa makanan HIK.