BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Difinisi pemasaran Menurut American marketing association yang dikutip oleh Kotler dan Keller yang diterjemahkan oleh Bob Sabran (2009:5), pemasaran adalah satu fungsi
organisasi
dan
seperangkat
proses
untuk
menciptakan,
mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara menguntungkan organisasi dan pengaku kepentingannya. Menurut
Kotler and
Keller yang (2009:5) pemasaran adalah sebuah
proses kemasyarakatan di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain. Sehingga dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang mengatur pemindahan barang atau jasa dari tangan produsen ke konsumen dengan tujuan memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen Program pemasaran yang tepat dapat menunjang elemen merek yang kuat dan diharapkan akan menghasilkan suatu kesadaran dan suatu asosiasi merek yang kuat, program pemasaran yang dimkasud di sini ialah alat-alat bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri atas product, price, placement, promotion, termasuk people. Program pemasaran merupakan suatu pengoordinasian yang dirancang oleh suatu aktivitas yang membantu perusahaan untuk mencapai target
1
pemasarannya. Sasaran atau target pemasaran perusahaan adalah suatu hasil berupa pendapatan laba, volume penjualan, pertumbuhan, pangsa pasar, kepuasan dan kesetian pelanggan.
2.2 Pengertian Merek Pengertian merek menurut (Kotler dan Keller 2009), merek adalah nama, istilah, tanda, symbol atau disain atau kombinasi dari semuanya yang dimaksudkan untuk mengindentifikasi barang atau jasa sesorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang atau jasa pesaing. Selain itu, pengertian merek bukan sekedar sesuatu yang dapat menampilkan nilai fungsionalnya, melainkan juga dapat memberikan nilai tertentu dalam lubuk hati atau benak konsumen. Nama, istilah, symbol, tanda, atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa oleh seseorang atau sekelompok penjual sebagai pemegang merek sekaligus untuk membedakannya dari produk pesaing. Merek merupakan hal yang
sangat penting, baik bagi konsumen maupun
produsen. Dari sisi konsumen, merek mempermudah pembelian. Bila tidak ada merek, konsumen harus mengevaluasi semua produk yang tidak memiliki merek setiap kali mereka akan melakukan pembelian. Merek juga membantu menyakinkan konsumen bahwa mereka akan mendapatkan kualitas yang konsisten ketika mereka membeli produk tersebut. Dari sisi produsen, merek dapat dipromosikan. Merek dapat dengan mudah diketahui ketika diperlihatkan atau ditempatkan dalam suatu display. Selain itu, merek dapat dipakai untuk
2
mengurangi perbandingan harga, karena merek adalah salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan produk-produk sejenis yang berbeda. Karena bagaimanapun kecilnya merek yang telah kita pilih mempunyai pengaruh terhadap kelancaran penjualan. Nama merek harus disesuaikan dengan keadaan produk atau perusahaan yang bersangkutan.
2.3 Brand berbau asing lebih menjual Menurut Miswan pada tanggal 19 desember 2010 (www.miswans.com) dalam artikelnya menuturkan bagaimana tidak, brand sebagai identitas pembeda suatu produk/jasa memiliki pengaruh penting bagi penjualan dan kelangsungan hidup produk. Bukan hanya itu, brand menggambarkan kualitas produkyang diberikan. Sehingga tak jarang, jika konsumen sudah dengan brand tertentu, di pastikan mereka akan loyal. Alhasil, kekuatan suatu brand
dapat mendatangkan
keuntungan bagi pemilik usaha. Banyak produk lokal yang memiliki brand yang sangat kuat. Sangking kuatnya brand yang dibangun pemilik perusahaan itu, diakuisisi perusahaan lain hingga diperjualbelikan. Misalnya sampoerna yang diakuisisi Philip Morris International dari keluarga Sampoerna dan publik. Fenomena demikian meenggambarkan brand memiliki nilai jual yang tinggi dan banyak diminati. Hal senada juga dikatakan oleh Amrin Saragin pada tanggal 19 februari 2009 (www.antarsumut.com) dalam artikelnya, bahwa merek dagang dalam bahasa asing atau bercampur dengan kata asing daya jualnya lebih besar dan bergengsi. Ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia lambat laun akan menjadi bahasa nomor dua saja di Indonesia setelah
3
bahasa asing sehingga tak salah rasanya pemilik perusahaan memikirkan matang – matang brand yang akan dibangun. Menurut Yuliana Agung, dalam artikelnya Miswan (www.miswans.com) penggunaan brand terkesanasing lebih tepat jika digunakan untuk produk yang mneyasar segmen menengah ke atas. Pasalnya segmen ini sangat mengutamakan (kualitas) produk yang tentunya dapat meningkatkan gengsi bagi penggunanya. “jika anda memiliki kualitas dan memiliki target menyasar menengah ke atas serta target menembus pasar internasional, penggunaan brand dengan nama asing dapat meningkatkan image”, paparnya. Hal senada juga dituturkan Daniel Surya, menurutnya berdasarkan survey yang dilakukan, 70%-80% masyarakat usia muda akrab mengunakan produk dengan nama asing atau terkesan asing. Peluang ini ternyata ditangkap oleh pengusaha lokal yang sengaja ataupun tidak menggunakan brand terkesan asing sebut saja J.CO Donuts and Coffee, Izzi Pizza, Hoka – Hoka Bento, Rice Bowl, Auto Bridal, Zyrex.Lebih lanjut dikatakan Daniel, kebanyakan UKM kita bermental pedagang bukan pembisnis. Para pengusaha kecil cukup puas dengan menghasilkan produk yang berkualitas dan laku dijual kemudian dilabeli oleh pemilik merek asing seperti Adidas atau Nike Air. “mengapa mereka tak membangun brand sendiri sehingga tak akan kolaps ketika hengkangnya pemilik brand adidaya tersebut,” tegasnya. Memang tak mudah membangun brand hingga dikenal dan konsumen menjadi loyal. Namun mengapa tidak ditumbuhkan brand tersebut seiring perkembangan kualitas produk. Aqua pun memerlukan waktu tahunan hingga brandnya melekat di benak konsumen air minum dalam kemasan (simple dan mudah diingat) kiranya hanya waktu, uang
4
dan momentum yang dapat membuat brand dikenal dan mudah diingat konsumen. Jika Aqua memerlukan waktu tahunan untuk terkenal, berbeda dengan pemain lokal dengan brandterkesan asing yang sukses menyabet pasar donat di Indonesia. Bukan hanya J-CO yang brand nya dikenal konsumen di Indonesia. TX travel pun familiar di telinga pengguna jasa travel. Meski Anthonius Theddy, Managing Director dari TX travel mengatakan, TX tidak sengaja dibuat asing, tetapi ttidak dipungkuri pelafalan TX dalam bahasa Inggris ternyata enak didengar dan mungkin lebih menjual. Begitu juga dengan X4 print, perusahaan injek tinta dan toner printer ini sengaja memilih brand dengan nama asing. Brand terkesan asing tapi asli lokal itu memiliki kualitas prroduk premium dengan pelayanan memuaskan dan mengutamakan kelangsungan hidup mereknya. Karena
bukan
hanya sekedar
berbau asing,
ekspetasi konsumen pun
menginginkan produk/jasa yang dibelinya memberi kepuasan dan tidak hanya mengharapkan untung besar. Di samping itu juga hal senada dituturkan Suci Pramitasari Syahlani pada tanggal 2 Februari 2009 artikel Merek Berbahasa Asing Menjadi Pilihan, (www.agrina-online.com) , kuatnya merek berbahasa asing karena adanya pengaruh citra Negara (country image) yang menunjukan kualitas dari merek tersebut. Selain itu pemberian merek asing menjadikan proses evaluasi terhadap produk lebih positif. Suci menegaskan, pemberian merek dalam bahasa asing lebih fleksibel dan efektif karena merek mudah dibentuk dan lebih menonjol.
5
2.4 Teori pemberian nama merek berbahasa asing Pemberian nama merek membantu pembeli dalam beberapa hal antara lain, membantu pembeli untuk mengidentifikasi produk yang mungkin menguntungkan merek, merek juga menyampaikan beberapa hal mengenai kualitas produk kepada pembeli. Pembeli selalu membeli produk dengan merek yang sama. Mengetahui bahwa merek akan mendapatkan fitur, manfaat dan kualitas yang sama setiap kali mengkonsumsi produk tersebut. Pemberian nama merek dapat begitu berkesan sehingga saat ini banyak perusahaan yang menggunakan nama merek berbahasa asing foreign branding. Konsumen memandang merek sebagai bagian penting dari produk, dan foregin branding dapatmenambah nilai suatu produk. Definisi dari pemberian nama merek berbahasa asing (foreign branding) adalah : foreign branding is an advertising and marketing term describing the implied cachet or superiority of domestic produts with a foreign or foreign sounding name”, (www.wikipedia.com). Yang artinya sebagai berikut: “foreign branding dalam isitilah pemasaran yaitu merupakan hubungan periklanan dan pemasaran yang menggambarkan superioritas (keungulan) produk domestic dengan bahasa asing. Foreign branding merupakan strategi pemberian nama merek dengan pengejaan atau pengucapan dalam bahasa asing tertentu, dengan target utama untuk mempengaruhi dimensi citra merek dan ekuitas merek tersebut. Penggunaan foreign branding bertujuan untuk mempengaruhi citra merek. Di Indonesia banyak produk makanan dan minuman yang juga mengunakan nama merek bahasa asing yang tujuannya untuk meningkatkan
6
reputasi untuk mampu bersaing dari segi kualitas produk serta unggul di pasar domestik. Salah satu contoh produk yang mengunakan merek berbahasa asing adalah J-CO Donuts and Coffee.
2.5 Dimensi Merek Berbahasa Asing Dimensi yang digunakan untuk mengukur berbahasa asing menurut Rangkuti, Freddy (2008) 1. Atribut, merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. 2. Manfaat, atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional 3. Nilai, merek juga menayatakan sesuatu tentang nilai produsen 4. Budaya, merek juga mewakili budaya tertentu. 5. Kepribadian, merek juga mencerminkan kepribadian tertentu 6. Pemakai, merek menunjukan jenis konsumen yang membeli atau mengunakan produk tersebut. 2.6 Pengertian Citra Merek Citra merek merupakan keseluruhan persepsi terhadap suatu merek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Citra merek dibangun berdasarkan kesan, pemikiran ataupun pengalamam yang dialami seseorang terhadap suatu merek yang pada akhirnya akan membentuk sikap terhadap merek yang bersangkutan (Setiadi, 2005: 180).Sedangkan menurut
7
Freddy Rangkuti (2008) berpendapat citra merek merupakan sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat dibenak para konsumen.
2.7 Peran merek Menurut Surachman (2008:4), peran merek menjadi sangat penting karena menjadi pembeda satu produk dari produk lainnya sehingga sangat bergantung pada merek yang ditampilkan. Penciptaan atau pembangunan merek yang tepat memerlukan riset pemasaran yang berkaitan dengan kesesuaian antara merek dengan produk, merek dengan perusahaan, merek dengan nilai – nilai yang ingin disampaikan oleh perusahaan, baik nilai produk maupun nilai perusahaan sebagai pemegang merek. Melalui riset pemasaran kita dapat mengetahui dan mengembangkan produk tersebut berdasarkan diferensiasi merek, nilai – nilai produk dan merek, sertanilai– nilai perusahaan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Merek dengan asosiasi merek yang unik dapat dibuat berdasarkan atribut produk yang unik, nama, logo, symbol, tanda, dan kemasan yang unik serta didukung oleh strategi distribusi dan promosi yang sesuai. Hal itu akan lebih mempercepat keberhasilan merek dalam menjual produk dipasar dibandingkan dengan merek yang biasa – biasa saja. Hal itu juga akan meningkatkan nilai produk dan merek ketingkat yang lebih tinggi dalam hal nilai dan manfaat yang terkandung didalam produk atau merek tersebut, yaitu dari produk (product value)dan nilai merek brand value yang kuat sehingga dapat mengurangi ketergantungan produk tersebut pada pengaruh harga saat pengambilan keputusan pembelian. Membeli
8
suatu produk tidak bias diartikan apa adanya karena pada hakikatnya membeli adalah membeli suatu nilai yang terkandung di dalam produk tersebut. Kekuatan merek dan kerja keras management pemasaran (terutama managemen merek) untuk memperkenalkan dan mengelola merek tersebut dapat diukur dari seberapa besar perusahaan lain bersedia membayar merek yang bersangkutan. Tingginya nilai suatu merek yang sudah terkenal karena saat ini semakin sulit membangun sebuah merek yang sudah terkenal dibandingkan dengan sepuluh tahun yang lalu. Penyebabnya adalah biaya, iklan, biaya distribusi, biaya promosi, biaya menjalin hubungan dengan pelanggan (relationship marketing) semakin meningkat, persaingan yang semakin ketat, dan perubutan waktu jam tayang pada waktu utama di televisi, atau media lain yang digunakan sebagai sarana untuk mengkomunikasikan merek juga semakin ketat. 2.8 Cara membangun merek Menurut Rangkuti (2008), membangun merek yang kuat tidak berbeda dari membangun sebuah rumah. Untuk memperoleh bangunan rumah yang kukuh, kita memerlukan fondasi yang kuat. Begitu juga dengan membangun dan mengembangkan merek. Ia memerlukan fondasi yang kuat. Caraya adalah: 1. Memiliki positioning yang kuat Menurut Kotler dan Keller
(2009:292), positioning adalah tindakan
merancang penawaran dan citra perusahaan agar mendapatkan tempat khusus dalam pikiran sasaran. Tujuannya adalah menempatkan merek dalam pikiran konsumen untuk memaksimalkan manfaat potensial bagi
9
perusahaan. Merek dapat di positioningkan dengan berbagai cara, misalnya dengan menempatkan posisinya secara spesifik di benak pelanggan. Membangun positioning adalah menempatkan semua aspek dari brand value(termasuk manfaat fungsional) secara konsisten sehingga selalu menjadi nomor satu dibenak pelanggan. Menjadi nomor satu di benak pelanggan merupakan tujuan utama dari positioning. Menjadi nomor satu dibenak pelanggan bukan berarti selalu menjadi nomor satu untuk semua aspek. Keberhasilan positioning adalah tidak sekedar menemukan kata kunci tau ekspresi dari core benefit suatu merek, tetapi lebih jauh lagi yaitu menjembatani
keinginan
dan
harapan
pelanggan
sehingga
dapat
memuaskan pelanggan. Untuk lebih jelasnya menurut Surachman (2008:18), dalam memelih strategi positioning, ada beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu: Identifikasi keunggulan kompetitif
Pilih keunggulan kompetitif yang tepat
Komunikasikan dan sampaikan posisi yang dikehendaki
gambar II.8 step for a chosing positioning strategy sumber : Surachman (2008:18)
langkah
pertama,
mengidentifikasikan
kemungkinan
untuk
memenangkan pasar. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui
10
kemungkinan
kemungkinan
yang
akan
terjadi
dalam
strategy
memenangkan pasar.
Langkah kedua, memilih pasar sasaran yang atraktif dan mempunyai peluang yang menjanjikan. Hal ini dilakukan agar kita dapat bersaing dengan baik
Lagkah ketiga, mengkomunikasikan dan menyampaikan posisis pasar yang kita pilih. Ini dilakukan agar pasar dapat mengetahui maksud yang disampaikan dalam produk kita.
Strategi merek dapat dikatakan sebagai suatu proses dimana penawaran yang dilakukan oleh perusahaan akan sebuah merek yang diposisikan dalam benak konsumen untuk menghasilkan suatu persepsi dan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan yag menciptakan merek tersebut. 2. Memiki brand value yang tepat Semakin tepat merek di-positioning-kan dibenak pelanggan merek tersebut akan semakin competitive. Untuk mengelola hal tersebut kita perlu mengetahui brand value. Di ibaratkan sebuah pakaian, positioning adalah keseseuaian ukuran bagi pemakaiannya. Sedangkan brand value keindahan warna serta model pakaian tersebut. Brand value membentuk brand personality. Brand personality lebih cepat berubah dibandingkan brand positioning, karena brand personality mencerminkan gejolak perubahan selera konsumen.
11
3. Memiliki konsep yang tepat Tahap akhir untuk mengkomunikasikan brand value dan positioning yang tepat kepada konsumen harus didukung oleh konsep yang tepat. Pengembangan konsep merupakan proses kreatif, karena berbeda dari positioning, karena dapat terus-menerus berubah sesuai sesuai dengan daur hidup
produk
yang
mengkomunikasikan
bersangkutan.
Konsep
yang
baik
adalah
elemen – elemen brand value dan positioning yang
tepat, sehingga citra merek dapat terus-menerus ditingkatkan. 2.9 Syarat – syarat memilih merek Menurut Temporal (2006), sayangnya banyak perusahaan percaya atau kadang – kadang dipimpin untuk percaya bahwa suatu “identitas perusahaan” yang baru dalam bentuk logo baru, warna perusahaan yang baru, desain toko – toko eceran yang diperbaiki, slogan baru, atau bahkan nama baru atau singkatan dari nama lama, bisa mengubah perusahaan menjadi suatu kekuatan yang menggetarkan dengan suatu citra yang hebat. Ketika hal ini terjadi dan memang terjadi maka jutaan dolar bisa terbuang sia – sia, karena hanyasedikit meningkatkan pengalaman atau persepsi pelanggan tentang perusahaan, yang demikian meningkatkan reputasi dan citra. Ada banyak cara yang digunakan oleh perusahaan – perusahaan untuk sampai pada nama merek, nama seharusnya menurut Temporal (2006 : 40) : 1. Mempunyai ejaan yang sederhana 2. Mudah diucapkan
12
3. Tidak biasa dan istimewa 4. Mudah diingat 5. Bisa dilindungi, misalnya dengan trademark 6. Dapat diterima secara universal 2.10 Dimensi Citra Merek Citra merek membuat konsumen dapat mengenal suatu produk, mengevaluasi kualitas dari produk tersebut, serta dapat menyebabkan risiko pembelian yang rendah. Konsumen pada umumnya lebih menyukai merek yang terkenal meskipun terkadang harga yang ditawarkan lebih mahal. Terdapat beberapa faktor pembentuk citra merek (Sciffman dan Kanuk 2005), yaitu : 1. Kualitas dan mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang yang ditawarkan
oleh produsen dengan merek tertentu.
2. Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat atau kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang dikonsumsi. 3. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu produk yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen. 4. Pelayanan, yang terkait dengan tugas produsen dalam melayani konsumennya. 5. Resiko, terkait dengan besar kecilnya akibat untung dan rugi yang mungkin dialami oleh konsumen
13
6. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan oleh konsumen untuk mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka panjang. 7. Citra, citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu yang berupa pandangan, kesepakatan dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari produk tertentu.
2.11 Definisi Intensi Ajzen (2005) mendefinisikan intensi sebagai suatu indikasi dari kesiapan seseorang untuk menunjukkan perilaku yang merupakan antesenden dari sebuah perilaku. Selanjutnya, Schiffman dan Kanuk (2004) intensi dijelaskan sebagai hal yang berkaitan dengan kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau berperilaku. Engel, Blackwell dan Miniard (1995) menegaskan melalui pemaparannya bahwa sikap, sejalan dengan intensi, yang mana merupakan prediktor yang baik atas perilaku di masa akan datang. Intensi juga didefinisikan sebagai kemungkinan subyektif individu untuk melakukan suatu perilaku tertentu (Bansal, Taylor dan James, 2005 dalam Nurani 2011). Intensi dapat terbentuk ketika seorang individu membuat rencana untuk melakukan suatu perilaku di waktu yang akan datang.
14
2.12 Definisi perilaku konsumen Konsumen membuat sejumlah keputusan pembelian setiap hari. Hampir seluruh perusahaan meneliti pengambilan keputusan pembelian konsumen secara mendetil untuk memperoleh jawaban apa yang konsumen beli, dimana merek membelinya, bagaimana caranya dan seberapa banyak, kapan dan mengapa mereka membelinya. Menurut Kotler dan Keller (2009), perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, mengunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka, yang menentukan puas tidak puasnya pembelian terletak pada hubungan antara harapan konsumen dan kinerja produk dirasakan. Jika produk jauh di bawah harapan konsumen, maka konsumen kecewa, jika produk memenuhi harapannya, konsumen terpuaskan, jika melebih harapanya, maka konsumen akan sangat puas. Jika konsumen puas, ia mungkin ingin membeli produk itu kembali. Menurut the American Marketing Association (Setiadi, 2008:3), mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Ada tiga ide penting dalam definisi tersebut, yaitu : 1. Perilaku konsumen adalah dinamis 2. Hal tersebut melibatkan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku dan kejadian sekitar
15
3. Hal tersebut melibatkan pertukaran Perilaku konsumen adalah dinamis, berarti bahwa perilaku seorang konsumen, group konsumen, ataupun masyrakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang watu. Hal ini memiliki implikasiterhadap studi perilaku konsumen, demikian pula pada pengembangan strategi pemasaran. Dalam hal pengembangan strategi pemasaran, sifat dinamis perilaku konsumen menyiratkan bahwa seseorang tidak boleh berharap bahwa strategi pemasaran yang sama dapat memberikan hasil yang sama disepanjang waktu, pasar dan industry. 2.13 Dimensi intensi keperilakuan konsumen Sifat dan perilaku konsumen menurut Hawkins (2007) 1.
Pengaruh luar (Ekternal influences) Factor pengaruh dari luar yang mempengaruhi perilaku konsumen meliputi kultur, demografi, status social, referensi, kelompok, keluarga.
2.
Pengaruh pribadi (Internal influences) Faktor pengaruh dari pribadi yang mempengaruhi perilaku konsumen meliputi persepsi, memori, sikap.
3. Self concept and life style (konsep diri dan gaya hidup)
16
2.14 Penelitian terdahulu Table 2.14 No.
Judul penelitian
Nama
Tujuan penelitian
Alat analisis
Hasil penelitian
peneliti 1.
Evaluasi
W Mahestu menganalisis
apakah
Ibu metode
ditemukan
bahwa
Pengaruh Merek Noviandra
sebagai pembuat keputusan sample
hanya harga yang
Berbahasa Asing Krisjanti
ini produk dipengaruhi oleh purposive
mempengaruhi
dan Harga pada pada tahun bahasa Inggris, merek dan sampling,uji 2007
Pembelian Produk
harga.
Susu
Import
keputusan
validitas,uji
pembelian,
merek
reliabilitas
berbahasa
asing
dan
analisis tidak mempengaruhi
regresi.
keputusan pembelian yang signifikan.
Efek 2 .
merek Angia
domestic vs asing Clara
Untuk
mengindentifikasi Analisis
merek
pengaruh branding domestic sample test, berbahasa
sing
dan asing terhadap persepsi analisis
menunjukan
efek
country of origin
konsumen dan sikap, juga regresi
positif yang
lebih
terhadap persepsi
Negara asal
baik pada persepsi
dan
informasi (2008)
dan
sikap
dan sikap konsumen
konsumen 3.
Bahwa
produk susu olahan
Pengaruh
Farid
Untuk mengetahui apakah Uji
Citra merek tidak
kepuasan
Yuniar
citra merek dan kepuasan validitas,uji
berepengaruh
pelangan
dan (2011)
pelangaan
signifikan
citra
merek
Terhadap intense keperilakuan konsumen
terhadap
berpengaruh reliabilitas,
terhadap
intensi uji t, uji F, intensi keperilakuan
keperilakuan konsumen
dan
analisis konsumen. Hal ini
regresi linear menunjukan bahwa Pada
apa yang menjadi
17
Rumah
berganda
Makan
citra
dari
rumah
Gudeg Pawon di
makan gudeg tidak
Janturan
dapat mempengaruhi
Umbulharjo
intensi keperilakuan
Yogyakarta
konsumen
2.15 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual bertujuan untuk mengemukakan secara umum mengenai objek penelitian dari variable yang akan diteliti.
Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: H1 Merek berbahasa asing (X1) Intensi keperilakuan konsumen (Y)
H3 Citra merek (X2)
H2
Variabel dependen
Variabel Independen
18
19