BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pemasaran Menurut Kotler (2000: 9) dalam Laksana (2008: 4), "Marketing is a societal process by which individuals and groups obtain what they need and want through creating, offering, and freely exchanging products and services of value with others”. Menurut Laksana (2008: 4), “Pemasaran adalah segala kegiatan yang menawarkan suatu produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen”. Pemasaran sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pemasaran (Assauri, 1992: 5). Zeithaml dan Bitner (2003) dalam Nurmuyasarah dkk (2013: 117) menyatakan bahwa pemasaran jasa adalah berkenaan dengan janji-janji, yaitu janji yang dibuat kepada pelanggan dan harus dijaga.
2.2 Perilaku Konsumen American
Marketing
Association
(AMA)
dalam
Sunyoto
(2015:
1)
mendefinisikan bahwa perilaku konsumen (consumer behavior) sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita di mana manusia melakukan aspek dalam hidup mereka. Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) dalam Sunyoto (2015: 3) mendefinisikan perilaku konsumen
10
sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Menurut Winardi (1991) dalam Sunyoto (2015: 3) menyatakan bahwa: “Perilaku konsumen dapat dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam hal merencanakan, membeli, dan menggunakan barangbarang ekonomi dan jasa-jasa. Sedangkan perilaku pembeli (buyer behavior) memusatkan perhatian pada perilaku individu khusus, yang membeli produk yang bersangkutan, sekalipun orang itu tidak terlibat dalam hal merencanakan pembelian tersebut, atau menggunakan produk tersebut”.
David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta (1984: 6) dalam Mangkunegara (2012: 1) menyatakan bahwa: “Consumer behavior may be defined as decision process and physical activity individuals engange in when evaluating, acquairing, using or disposing of goods and services. (Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi, memperoleh menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa)”.
Gerald Zaltman dan Melanie Wallendorf (1979: 6) dalam Mangkunegara (2012: 1) mengemukakan bahwa: “Consumer behavior are acts, process and social relationships exhibited by individuals, groups and organizations in the obtainment, use of, and consequent experience with products, services and other resources. (Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses dan hubungan sosial yang dilakukan individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan, dan sumber-sumber lainnya)”.
11
2.3 Sistem Informasi Sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu “sistema” yang berarti kesatuan, yakni keseluruhan dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya. Informasi adalah data-data yang diolah sehingga memiliki nilai tambah dan bermenfaat bagi pengguna (Taufiq, 2013: 15). Azar Susanto (2007) dalam Taufiq (2013: 17) menyatakan bahwa sistem informasi merupakan kumpulan dari subsistem apapun baik phisik ataupun non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang berarti dan berguna. Menurut James A O’Brien (2005) dalam Taufiq (2013: 18), “Sistem Informasi dapat merupakan kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi”.
2.4 E-Banking Electronic Banking (E-Banking) merupakan suatu aktifitas layanan perbankan yang menggabungkan antara sistem informasi dan teknologi, e-banking meliputi phone banking, mobile banking, dan internet banking. E-banking didefinisikan sebagai penghantaran otomatis jasa dan produk bank secara langsung kepada nasabah melalui elektronik, saluran komunikasi interaktif. E-banking meliputi sistem yang memungkinkan nasabah bank, baik individu ataupun bisnis, untuk mengakses rekening, melakukan transaksi bisnis, atau mendapatkan informasi
12
produk dan jasa bank melalui jaringan pribadi atau publik, termasuk internet. Nasabah dapat mengakses e-banking
melalui piranti elektronik seperti
komputer/PC, PDA, ATM, atau telepon. Manfaat e-banking: 1. Dengan memanfaatkan e-banking, nasabah dapat menghemat waktu dan tenaga karena e-banking dapat dilakukan dimana saja selama nasabah memiliki sarana pendukung. Selain itu, nasabah juga tidak perlu mengantri untuk melakukan transaksi. 2. Dengan adanya e-banking, bank dapat meningkatkan pendapatan berbasis komisi atau biaya (fee based income) yang sebagian besar berasal dari layanan e-banking. E-banking meliputi (http://ajengbells-tinkerbell.blogspot.co.id) : 1) Phone Banking Phone banking adalah saluran yang memungkinkan nasabah untuk melakukan transaksi dengan bank via telepon. Pada awalnya lazim diakses melalui telepon rumah, namun seiring dengan makin populernya telepon genggam/HP, maka tersedia pula nomor akses khusus via HP bertarif panggilan flat dari manapun nasabah berada. Awalnya, layanan phone banking hanya bersifat informasi yaitu untuk informasi jasa/produk bank dan informasi saldo rekening serta dilayani oleh Customer Service Operator (CSO). Namun kemudian berkembang untuk transaksi pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian (voucher
13
dan tiket), dan transfer ke bank lain, serta dilayani oleh Interactive Voice Respoonse (IVR). 2) Internet banking Internet banking termasuk saluran terbaru e-banking yang memungkinkan nasabah melakukan transaksi via internet dengan menggunakan komputer/PC atau PDA. Fitur transaksi yang dapat dilakukan sama dengan phone banking yaitu informasi jasa/produk bank, informasi saldo rekening, transaksi pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian (voucher dan tiket), dan transfer ke bank lain. Kelebihan dari saluran ini adalah kenyamanan bertransaksi dengan tampilan menu dan informasi secara lengkap terpampang di layar komputer/PC atau PDA. 3) Mobile Banking Mobile banking pada dasarnya evolusi lebih lanjut dari phone banking, yang memungkinkan nasabah untuk bertransaksi via HP dengan perintah SMS. Fitur transaksi yang dapat dilakukan yaitu informasi saldo rekening, pemindahbukuan antar rekkening, pembayaran (kartu kredit, listrik, dan telepon), dan pembelian voucher.
2.5 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) Teori ini dikembangkan oleh Venkatesh et al. yang merupakan penggabungan dari kedelapan model teori sebelumnya. Teori ini dirumuskan dengan empat macam penentu inti (core determinants) suatu minat dan penggunaan teknologi informasi dengan empat moderator dari hubungan pokok (key relationships). Keempat core determinants yang dimaksud adalah ekpektansi kinerja (performance expectancy),
14
ekspektansi usaha (effort expectancy), pengaruh sosial (social influence), dan kondisi-kondisi pemfasilitasi (facilitating conditions). Sedangkan keempat moderator yang dimaksud adalah jenis kelamin (gender), usia (age), pengalaman (experience) dan kesukarelaan menggunakan (voluntariness of use).
Ekspektansi Kinerja (Performance Expectancy)
Ekspektansi Usaha (Effort Expectancy)
Minat menggunakan (Behavioral Intention)
Pengaruh Sosial (Social Influence)
Perilaku Menggunakan (Use Behavior)
Kondisikondisi Pemfasilitasi (Facilitating Conditions) Gender
Usia (Age)
Pengalaman (Experience)
Gambar 2.1 Model Penelitian UTAUT
Kesukarelaan penggunaan (Voluntariness of use)
15
2.5.1 Ekspektansi Kinerja Jogiyanto (2007: 315) mendefinisikan ekspektansi kinerja (Performance expectancy) sebagai seberapa tinggi seseorang percaya bahwa menggunakan suatu sistem akan membantu dia untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan kinerja dipekerjaannya. Lima konstruk yang termasuk dalam ekpektansi kinerja yang diperoleh dari beberapa model sebelumnya adalah: 1. Kegunaan persepsian (perceived usefulness) di TAM/TAM2 dan TAM+TPB 2. Motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation) di MM 3. Kecocokan-tugas (job-fit) di MPCU 4. Keuntungan relatif (relative advantage) di IDT 5. Ekspektansi-ekspektansi hasil (outcome expectations) di SCT Konstruk-konstruk ini sebenarnya banyak kesamaannya, yaitu: 1. Kegunaan persepsian (perceived usefulness) dengan motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation) 2. Kegunaan persepsian (perceived usefulness) dengan kesesuaian-pekerjaan (job-fit) 3. Kegunaan persepsian (perceived usefulness) dengan keuntungan relatif (relative advantage) 4. Kegunaan persepsian (perceived usefulness) dengan ekspektansi-ekspektansi hasil (outcome expectations)
16
Tabel 2.1 Konstruk-konstruk Akar dari Ekpektansi Kinerja Konstruk Kegunaan persepsian (perceived usefulness)
Definisi Seberapa jauh seseorang percaya bahwa menggunakan suatu sistem tertentu akan meningkatkan kinerja pekerjaannya. (The degree to which a person believes that using a particular system would enhance his or her job performance).
Motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation)
Persepsi yang diinginkan pemakai untuk melakukan suatu aktivitas karena dianggap sebagai alat dalam mencapai hasil-hasil bernilai yang berbeda dari aktivitas itu sendiri, semacam kinerja pekerjaan, pembayaran, dan promosi-promosi. (The perception that users will want to perform an activity because it is perceived to be instrumental in achieving valued outcomes that are distinct from the activyty itself, such as improved job performance, pay, or promotions). Bagaimana kemampuan-kemampuan dari suatu sistem meningkatkan kinerja pekerjaan individual (How the capabilities of a system enhance an individual’s job performance).
Kesesuaianpekerjaan (job-fit)
Item-item* 1. using the system in my job would enable me to accomplish tasks more quickly. 2. Using the system in my job would improve my job performance. 3. Using the system in my job would increase my productivity. 4. Using the system would enhance my effectiveness on the job. 5. Using the system would make it easier to do my job. 6. I would find the system useful in my job. Motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation) dioperasionalkan menggunakan item-item yang sama dengan kegunaan persepsian (perceived usefulness) di TAM (sama dengan 6 item di atas).
1. Use of the system will have no effect on the performance of my job (reverse scored). 2. Use of the system can decrease the time needed for my important job responsibilities. 3. Use of the system can significantly increase the quality of output on my job. 4. Use of the system can increase the effectiveness of performing job tasks. 5. Use can increase the quantity of output from the same amount of effort. 6. Considering all tasks, the general extent to which use of the system could assist on the
17
Keuntungan relatif (relative advantage)
Seberapa jauh menggunakan suatu inovasi dipersepsikan sebagai lebih baik daripada menggunakan pendahulunya (The degree to which using an innovation is perceived as being better than using its precursor).
Ekspektansiekspektansi hasil (outcome expectations)
Ekspektansi-ekspektansi hasil (outcome expectations) berhubungan dengan konsekuensi-konsekuensi dari perilaku. Berbasis pada bukti empiris, mereka dipisahkan ke dalam ekspektansi-ekspektansi kinerja (performance expectations) dan ekspektansi-ekspektansi personal (personal expectations).
job (different scale used for this item). 1. Using the system enable me to accomplish tasks more quickly. 2. Using the system improves the quality of the work I do. 3. Using the system makes it easier to do my job. 4. Using the system enhances my effectiviness on the job. 5. Using the system increase my productivity. Untuk alasan pragmatis, empat dari item-item muatan terbesar dari ekspektansi-ekspektansi kinerja (performance expectations) dan tiga dari itemitem muatan terbesar dari ekspektansi-ekspektansi personal (personal expectations) dari Compeau dan Higgins (1995b), dan Compeau et al. (1999) dipilih untuk dimasukkan sebagai itemitem di penelitian ini sebagai berikut ini.
If I use the system... 1. I will increase my effectiveness on the job. 2. I will spend less time on routine job tasks. 3. I will increase the quality of output of my job. 4. I will increase the quantity of output for the same amount of effort. 5. My coworkers will perceive me as competent. 6. I will increase my chances of obtaining a promotion. 7. I will increase my chances of getting a raise. *pernyataan-pernyataan item memang sengaja tetap dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Inggris tanpa diterjemahkan. Sumber: Venkatesh et al. (2003) dalam Jogiyanto (2007: 317)
18
2.5.2 Ekspektansi Usaha Jogiyanto (2007: 318) mendefinisikan ekspektansi usaha (effort expectancy) sebagai tingkat kemudahan yang dihubungkan dengan penggunaan suatu sistem. Kalau sistem mudah digunakan, maka usaha yang dilakukan tidak akan terlalu tinggi dan sebaliknya jika sistem sulit digunakan maka diperlukan usaha yang tinggi untuk menggunakannya. Tiga konstruk yang berasal dari model-model sebelumnya sudah ada yang menangkap konsep ekspektansi usaha ini. Ketiga konstruk ini adalah sebagai berikut ini. 1. Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) di TAM/TAM2. 2. Kerumitan (complexity) di MPCU. 3. Kemudahan penggunaan (ease of use) di IDT. Konstruk ekspektansi usaha (effort expectancy) dalam masing-masing model signifikan baik pada kondisi sukarela maupun pada kondisi mandatori. Akan tetapi, masing-masing konstruk ini hanya signifikan pada periode pertama kali digunakan saja (yaitu tahap TI atau periode setelah pelatihan) dan menjadi tidak siginifikan dengan berubahnya waktu.
19
Tabel 2.2 Konstruk-konstruk Akar dari Ekpektansi Usaha Konstruk Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use)
Definisi Seberapa jauh seseorang percaya bahwa menggunakan suatu sistem akan bebas dari usaha (The degree to which a person believes that using a system would be free of effort).
Item-item* 1. Learning to operate the system would be easy for me. 2. I would find it easy to get the system to do what I want it to do. 3. My interaction with the system would be clear and understandable. 4. I would find the system to be flexible to interact with. 5. It would be easy for me to become skillful at using the system. 6. I would find the system easy to use Kerumitan Seberapa jauh suatu sistem 1. Using the system takes too (complexity) dipersepsikan sebagai sesuatu much time from my normal yang secara relatif susah untuk duties. dipahami dan digunakan (The 2. Working with the system is so degree to which a system is complicated, it is difficult to perceived as relatively difficult to understand what is going on. understand and use). 3. Using the system involving too much time doing mechanical operations (e.g., data input). 4. It takes too long to learn how to use the system to make it worth the effort. Kemudahan Seberapa jauh menggunakan 1. My interaction with the system penggunaan suatu inovasi dipersepsikan is clear and understandable. (ease of use) sebagai yang sulitt untuk 2. I believe that it is easy to get digunakan (The degree to which the system to do what I want to using an innovation is perceived do. as being difficult to use). 3. Overall, I believe that the system is easy to use. 4. Learning to operate the system is easy for me. *pernyataan-pernyataan item memang sengaja tetap dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Inggris tanpa diterjemahkan. Sumber: Venkatesh et al. (2003) dalam Jogiyanto (2007: 320
2.5.3 Pengaruh Sosial Jogiyanto (2007: 318) mendefinisikan pengaruh sosial (Social influence) sebagai sejauh mana seorang individual mempersepsikan kepentingan yang dipercaya oleh
20
orang-orang lain yang akan mempengaruhinya menggunakan sistem yang baru. Pengaruh sosial (Social influence) sebagai suatu penentu langsung terhadap minat diwakili oleh beberapa konstruk sebagai berikut: 1. Norma subyektif (subjective norm) di TRA, TAM2. TPB/DTPB, dan TAM+TPB. 2. Faktor-faktor sosial (social factors) di MPCU, dan image di IDT. Thompson et al. (1991) dalam Jogiyanto (2007: 318) menggunakan istilah normanorma sosial (social norms) dalam mendefinisikan konstruk ini dan mengaku konstruk ini sama dengan norma subyektif (subjective norm) di TRA. Walaupun mereka berbeda label, namun masing-masing konstruk ini mengandung baik secara implisit maupun eksplisit pemahaman bahwa perilaku individual dipengaruhi oleh cara yang mana mereka percaya orang-orang lain akan memandang perilaku mereka sebagai hasil dari menggunakan teknologi. Tabel 2.3 Konstruk-konstruk Akar dari Pengaruh Sosial Konstruk Norma subyektif (subjective norm)
Definisi Persepsi seseorang bahwa kebanyakan orang yang penting baginya berpikir bahwa dia seharusnya melakukan perilaku bersangkutan (The person’s perception that most people who are important to him think he should or should not perform the behavior in question).
Item-item* 1. People who influence my behavior think that I should use the system. 2. People who are important to me think that I should use the system.
21
Faktor-faktor sosial (social factors)
Internalisasi seseorang tentang kultur subyektif grup acuan dan kesepakatan interpersonal spesifik yang dilakukan seseorang dengan orang-orang lain di situasi-situasi sosial spesifik (The individual’s internalization of the reference group’s subjective culture and specific interpersonal agreements that the individual has made with others in specific social situations).
1. I use the system because of the proportion of the coworkers who use the system. 2. The senior management of this business has been helpful in the use of system. 3. My supervisor is very supportive of the use of the system for my job. 4. In general, the organization has supported the use of the system. Image Sejauh mana penggunaan suatu 1. People in my organization inovasi dipersepsikan who use the system have meningkatkan imej atau status more prestige than those seseorang di sistem sosialnya (The who do not. degree to which use of an 2. People in my organization innovation is perceived to who use the system have a enhance one’s image or status in high profile. one’s social system). 3. Having the system is a status symbol in my organization. *pernyataan-pernyataan item memang sengaja tetap dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Inggris tanpa diterjemahkan. Sumber: Venkatesh et al. (2003) dalam Jogiyanto (2007: 322)
2.5.4 Kondisi-kondisi Pemfasilitasi Jogiyanto (2007: 318) mendefinisikan kondisi-kondisi pemfasilitasi (fasilitating conditions) sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa infrastruktur organisasional dan teknikal tersedia untuk mendukung sistem. Definisi ini mendukung konsep yang sama dengan konstruk-konstruk kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) di TPB/DTPB, TAM+TPB. Kondisikondisi pemfasilitasi di MPCU, dan kompatibilitas (compability) di IDT. Masingmasing konstruk ini dioperasionalkan secara sama untuk memasukkan aspek-
22
aspek lingkungan teknologikal atau organisasional yang dirancang untuk menghilangkan halangan-halangan menggunakan. Tabel 2.4 Konstruk-konstruk Akar dari Kondisi-kondisi Pemfasilitasi Konstruk Kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control)
Definisi Merefleksikan persepsi-persepsi dari batasan-batasan internal dan eksternal pada perilaku dan meliputi keyakinan sendiri, kondisikondisi pemfasilitasi sumberdaya, dan kondisi-kondisi pemfasilitasi teknologi (reflects perceptions of internal and external constraints on behavior and encompasses selfefficacy, resource facilitating conditions, and technology facilitating conditions).
Kondisikondisi pemfasilitasi (facilitating conditions)
Item-item* 1. I have control over using the system. 2. I have the resources necessary to use the system. 3. I have the knowledge necesarry to use the system. 4. Given the resources, opportunities and knowledge it takes to use the system, it would be easy for me to use the system. 5. The system is not compatible with other system I use. 1. Guidance was available to me in the selection of the system. 2. Specialized instruction concerning the system was available to me. 3. A specific person (or group) is available for assistance with system difficulties. 1. Using the system is compatible with all aspects of my work. 2. I think that using the system fits well with the way I like to work. 3. Using the system fits into my work style.
Faktor-faktor obyektif di lingkungan yang mana pengamatpengamat setuju membuat suatu tindakan untuk mudah dilakukan, termasuk penyediaan dukungan komputer (obyective factors in the environment that observers agree make an act easy to do including the provision of computer support ). Kompatibilitas Seberapa jauh suatu inovasi (compability) dipersepsikan sebagai sesuatu yang konsisten dengan nilai-nilai yang ada, kebutuhan-kebutuhan, dan pengalaman-pengalaman dari pengadopsi-pengadopsi potensial (the degree to which an innovation is perceived as being consistent with existing values, needs, and experiences of potential adopters). *pernyataan-pernyataan item memang sengaja tetap dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Inggris tanpa diterjemahkan. Sumber: Venkatesh et al. (2003) dalam Jogiyanto (2007: 324)
23
2.5.5 Minat menggunakan Konsistensi dengan teori yang sudah ada, minat menggunakan (behavioral intention) akan mempunyai pengaruh ke penggunaan teknologi secara positif. Lovelock (2007) dalam Nurmuyasarah dkk (2013: 119) mengemukakan bahwa adanya manfaat
yang dirasakan oleh pemakai sistem informasi akan
meningkatkan minat mereka untuk menggunakan sistem informasi. Sedangkan Umar (2008) dalam
Nurmuyasarah dkk (2013: 119) menyatakan bahwa
keyakinan seseorang akan kegunaan sistem informasi akan meningkatkan minat mereka dan pada akhirnya individu tersebut akan menggunakan sistem informasi dalam pekerjaannya. Minat penggunaan (Behavioral Intention) didefinisikan sebagai tingkat keinginan atau niat pemakai menggunakan sistem secara terus menerus dengan asumsi bahwa mereka mempunyai akses terhadap informasi. Minat penggunaan diwujudkan oleh tingkat keinginan atau niat pengguna (Handayani, 2007: 80).
2.5.6 Perilaku Menggunakan Triandis (1980) dalam Handayani (2007: 79) mengemukakan bahwa perilaku seseorang merupakan ekspresi dari keinginan atau minat seseorang (intention), dimana keinginan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, perasaan (affect), dan konsekuensi-konsekuensi yang dirasakan (perceived consequences).
24
2.5.7 Pemoderasi Beberapa variabel moderasi yang digunakan antara lain gender, usia, pengalaman, dan kesukarelaan menggunakan.
2.6 Penelitian terdahulu Berikut ini merupakan ringkasan dari penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini, seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu Peneliti Rini Handayani
Tahun 2007
Judul Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem Informasi dan Penggunaan Sistem Informasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta)
I Gusti Nyoman Sedana dan St. Wisnu Wijaya
2010
UTAUT Model for Understanding Learning Management System
Kesimpulan 1. Ekspektasi kinerja mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan SI. 2. Variabel ekspektasi usaha berpengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan SI. 3. Faktor sosial berpengaruh positif tetapi pengaruh tersebut tidak signifikan terhadap minat pemanfaatan SI. 4. Kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai terbukti mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan SI. 5. Minat pemanfaatan SI berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap penggunaan SI.
1. Variabel performance expectancy, social influence dan facilitating conditions terbukti signifikan mempengaruhi behavioral intention Mahasiswa Universitas Sanata Dharma dalam menggunakan Exelsa. Sementara variabel effort expectancy terbukti tidak signifikan. 2. Variabel behavioral intention terbukti signifikan mempengaruhi use behavior. Sementara variabel facilitating conditions terbukti tidak signifikan. 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model UTAUT belum bisa menjelaskan dengan baik penerimaan dan penggunaan Learning Management System di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma.
25
Kamal Ghalandari
2012
Wedha Achmad Hartono dan Wahyu Meiranto
2013
R. Kristoforus Jawa Bendi dan Sri Andayani
2013
Agus Kurniawan
2014
The Effect of Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence and Facilitating Conditions on Acceptance of EBanking Service in Iran: the Moderating Role of Age and Gender Pengaruh Pemanfaatan dan Penggunaan Sistem Informasi terhadap Kinerja Individu (Studi kasus pada Perum BULOG Divisi Regional Jawa Tengah)
Penerapan Model UTAUT untuk Memahami Perilaku Pengguna Sistem Informasi Akademik Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem Informasi (Studi Kasus pada Bank BRI Sekarisidenan Surakarta)
Berdasarkan analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa keempat variabel yaitu ekspektansi kinerja, ekspektansi usaha, pengaruh sosial dan kondisi memfasilitasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada minat dan perilaku pengguna untuk menggunakan layanan e-banking dan variabel usia dan gender memoderasi hubungan diantara variabel ini.
1. Ekspektansi kinerja dan ekspektansi usaha tidak berpengaruh positif terhadap minat pemanfaatan sistem informasi. 2. Pengaruh sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap minat seseorang untuk pemanfaatan sistem informasi. 3. Kondisi yang memfasilitasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap penggunaan sistem informasi. 4. Aplikasi sistem informasi yang masih tergolong baru dan belum stabil menyebabkan kurangnya minat karyawan untuk menggunakan sistem informasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa behavioral intention dipengaruhi oleh faktor performance expectancy, effort expectancy dan facilitating conditions. Sedangkan faktor social influence ditemukan tidak mempengaruhi behavioral intention. 1. Variabel ekspektansi kinerja mempunyai pengaruh terhadap minat pemanfaatan. 2. Variabel ekspektansi usaha mempunyai pengaruh terhadap minat pemanfaatan. 3. Variabel faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap minat pemanfaatan.
26
Atika Putriana
2015
Analisis Minat Pengguna Sistem Informasi dengan Pendekatan Model UTAUT pada kantor Pos di Wilayah Bantul.
1. Ekspektansi kinerja berpengaruh terhadap minat penggunaan sistem informasi. 2. Ekspektansi usaha tidak berpengaruh terhadap minat penggunaan sistem informasi. 3. Faktor sosial berpengaruh terhadap minat penggunaan sistem informasi. 4. Kondisi yang memfasilitasi berpengaruh terhadap minat penggunaan sistem informasi
2.7 Hubungan antar Variabel 2.7.1 Hubungan Ekspektansi Kinerja dengan Minat Menggunakan Ekspektansi kinerja (performance expectancy) didefinisikan sebagai tingkat dimana seorang individu meyakini bahwa dengan menggunakan sistem akan membantu dalam meningkatkan kinerjanya. Konsep ini menggambarkan manfaat sistem bagi pemakainya yang berkaitan dengan perceived usefulnees, motivasi ekstrinsik, job fit, keuntungan relatif (relative advantage) (Venkatesh et al. dalam Jogiyanto, 2007: 315). Penelitian Handayani (2007), Sedana dan Wijaya (2009), Ghalandari (2012), Bendi dan Andayani (2013), Kurniawan (2014), Putriana (2015), menunjukkan hasil
yang mendukung bahwa ekspektansi kinerja merupakan faktor penentu yang signifikan terhadap minat individu untuk menggunakan sistem. Dalam penelitian ini, peneliti menguji kembali apakah ekspektansi kinerja berpengaruh terhadap minat penggunaan e-banking Mandiri di Kec. Rajabasa Bandar Lampung. H1 Ekspektansi kinerja berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking Mandiri.
27
2.7.2 Hubungan Ekspektansi Usaha dengan Minat Menggunakan Ekspektansi usaha (effort expectancy) merupakan tingkat kemudahan penggunaan sistem yang akan dapat mengurangi upaya (tenaga dan waktu) individu dalam melakukan pekerjaannya. Hal ini berarti bahwa individu yang menggunakan SI dalam pekerjaan akan lebih mudah daripada dengan cara manual. Tiga konstrak yang membentuk konsep ini adalah kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use), kemudahan penggunaan (ease of use), dan kompleksitas (Venkatesh et al. dalam Jogiyanto, 2007: 318). Penelitian Handayani (2007), Sedana dan Wijaya (2009), Ghalandari (2012), Bendi dan Andayani (2013), Kurniawan (2014), menunjukkan hasil yang mendukung bahwa ekspektansi usaha merupakan faktor penentu yang signifikan terhadap minat individu untuk menggunakan sistem. Dalam penelitian ini, peneliti menguji kembali apakah ekspektansi kinerja berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking Mandiri di Kec. Rajabasa Bandar Lampung.
H2 Ekspektansi usaha berpengaruh
terhadap minat menggunakan e-banking
Mandiri.
2.7.3 Hubungan Pengaruh Sosial dengan Minat Menggunakan Jogiyanto (2007: 318) mendefinisikan pengaruh sosial (Social influence) sebagai sejauh mana seorang individual mempersepsikan kepentingan yang dipercaya oleh orang-orang lain yang akan mempengaruhinya menggunakan sistem yang baru. Penelitian
Ghalandari (2012), Hartono dan Meiranto (2013), Kurniawan (2014),
Putriana (2015), menunjukkan hasil yang mendukung bahwa pengaruh sosial
28
merupakan faktor penentu yang signifikan terhadap minat individu untuk menggunakan sistem. Sedangkan penelitian Handayani (2007) menunjukkan bahwa pengaruh sosial berpengaruh positif terhadap minat menggunakan tetapi pengaruh tersebut tidak signifikan. Dalam penelitian ini, peneliti menguji kembali apakah pengaruh sosial berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking Mandiri di Kec. Rajabasa Bandar Lampung. H3 Pengaruh sosial berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking Mandiri.
2.7.4 Hubungan kondisi-kondisi pemfasilitasi dengan perilaku menggunakan Jogiyanto (2007: 318) mendefinisikan kondisi-kondisi pemfasilitasi (fasilitating conditions) sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa infrastruktur organisasional dan teknikal tersedia untuk mendukung sistem. Penelitian Sedana dan Wijaya (2009) menunjukkan hasil bahwa kondisi-kondisi pemfasilitasi tidak berpengaruh terhadap perilaku menggunakan sistem. Sedangkan, penelitian Handayani (2007),
Hartono
dan
Meiranto
(2013),
menunjukkan bahwa kondisi-kondisi pemfasilitasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku menggunakan. Dalam penelitian ini, peneliti menguji kembali
apakah kondisi yang memfasilitasi berpengaruh terhadap perilaku menggunakan e-banking Mandiri di Kec. Rajabasa Bandar Lampung. H4 Kondisi-kondisi pemfasilitasi berpengaruh terhadap perilaku menggunakan ebanking Mandiri.
29
2.7.5 Hubungan Minat Menggunakan dengan Perilaku Menggunakan Penelitian Ghalandari (2012), menunjukkan hasil yang mendukung bahwa minat menggunakan
merupakan faktor penentu yang signifikan terhadap perilaku
individu untuk menggunakan sistem. Sedangkan, penelitian Handayani (2007) menunjukkan bahwa minat menggunakan memiliki pengaruh positif terhadap perilaku menggunakan tetapi tidak signifikan. Dalam penelitian ini, peneliti menguji kembali apakah minat menggunakan
berpengaruh terhadap perilaku
menggunakan e-banking Mandiri di Kec. Rajabasa Bandar Lampung. H5 Minat menggunakan berpengaruh terhadap perilaku menggunakan e-banking Mandiri.
2.8 Kerangka Pemikiran Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) dikembangkan oleh Venkatesh et al. Model ini menggabungkan delapan model penerimaan teknologi yang telah dikembangkan sebelumnya. Delapan model tersebut antara lain Theory Reasoned Action (TRA), Technology Acceptance Model (TAM), Motivational Model (MM), Theory of Planned Behavior (TPB), Combined TAM and TPB, Model of PC Utilization (MPCU), Innovation Diffusion Theory (IDT) dan Social Cognitive Theory (SCT). Dibandingkan dengan kedelapan model lainnya, UTAUT terbukti lebih berhasil menjelaskan hingga 70% varian minat menggunakan. Model UTAUT memiliki empat konstruk utama yang memainkan peran penting sebagai determinan langsung dari minat menggunakan dan perilaku menggunakan
30
yakni ekspektansi kinerja, ekspektansi usaha, pengaruh sosial, dan kondisi-kondisi pemfasilitasi. Selain itu terdapat empat moderator yakni usia, jenis kelamin, pengalaman, dan kesukarelaan menggunakan yang diposisikan untuk memoderasi dampak dari konstruk-konstruk pada minat menggunakan dan perilaku menggunakan. Penelitian ini menggunakan model UTAUT (The Unified Theory of Acceptance and Use of Technology) yang telah dimodifikasi sehingga menjadi lebih sederhana. Penelitian ini tidak memasukkan variabel moderator seperti usia, jenis kelamin, pengalaman, dan kesukarelaan menggunakan untuk memoderasi minat menggunakan dan perilaku menggunakan.
Ekspektansi Kinerja (Performance Expectancy)
Ekspektansi Usaha (Effort Expectancy)
Minat Menggunakan (Behavioral Intention)
Pengaruh Sosial (Social Influence)
Kondisikondisi Pemfasilitasi (Facilitating Conditions)
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Perilaku Menggunakan (Use Behavior)
31
2.9 Hipotesis Dari model penelitian tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Ekspektansi kinerja berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking Mandiri. H2 : Ekspektansi usaha berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking Mandiri. H3 : Pengaruh sosial berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking Mandiri. H4 : Kondisi-kondisi pemfasilitasi berpengaruh terhadap perilaku menggunakan e-banking Mandiri. H5 : Minat menggunakan berpengaruh terhadap perilaku menggunakan ebanking Mandiri.