BAB II LANDASAN TEORI
2.1.
Pengertian Auditing Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan kriteria yang ditetapkan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada penggunaan informasi tersebut. Menurut Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. Hakekat Auditing adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti atau pengevaluasian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
12
2.2.
Jenis-jenis Auditor
2.2.1. Auditor Independen (Independent Auditors) Praktik Auditor Independen harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan Publik (KAP). Adapun pengertian dari Auditor Independen itu sendiri adalah sebagai berikut. Auditor Independen adalah auditor yang melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Pengauditan ini dilakukan pada perusahaan terbuka, yaitu perusahaan yang go publik, perusahaan-perusahaan besar dan juga perusahaan kecil serta organisasiorganisasi yang tidak bertujuan mencari laba. Praktik Auditor Independen harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) 2.2.2. Auditor Internal (Internal Auditor) Setiap Perusahaan pasti memiliki Auditor Internal yang terdiri dari satu atau dua orang staf saja yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan rutinitas audit kepatuhan. Pengertian dari Auditor Internal adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas utamanya ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja. 2.2.3. Auditor Pemerintah (Government Auditors) Auditor di sektor Pemerintah status kepegawaiannya adalah Pegawai Negeri. Pengertian dari Auditor Pemerintahan adalah auditor yang bertugas
13
melakukan audit atas keuangan pada instansi-instansi Pemerintah. Di Indonesia lembaga yang bertanggung jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan Negara adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga pada tingkat tertinggi, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jenderal (Itjen) yang ada pada departemen-departemen Pemerintah. 2.3.
Tanggung Jawab Auditor Menurut Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley Auditor memiliki tanggung jawab merencanakan audit untuk memperoleh tingkat keyakinan yang memadai tantang apakah laporan keuangan itu telah terbebas dari kesalahan penyajian yang material, baik disebabkan oleh kekeliruan maupun oleh kecurangan. Karena sifat bukti audit dan berbagai karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh tingkat keyakinan, walaupun tidak mutlak, bahwa kesalahan penyajian yang material dapat dideteksi. Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperolah keyakinan yang memadai bahwa kesalahan penyajian, baik disebabkan oleh kekeliruan maupun oleh kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan dapat dideteksi.
14
2.4.
Jenis - jenis Audit 2.4.1. Audit Operasional (Operational Audit) Pada saat suatu audit operasional selesai dilaksanakan, manajemen biasanya akan mengkarapkan sejumlah rekomendasi untuk meningkatkan kegiatan operasional perusahaan. Pengertian dari Audit Operasional itu sendiri adalah sebagai berikut. Audit Operasional adalah tinjauan atas bagian tertentu dari prosedur serta metode operasional organisasi tertentu dari prosedur serta metode operasional organisasi tertentu yang bertujuan mengevaluasi efisiensi serta efektivitas prosedur serta metode tersebut. 2.4.2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit) Temuan Audit Kepatuhan umumnya disampaikan pada seseorang didalam unit organisasi yang diaudit daripada disampaikan pada suatu lingkup pengguna yang lebih luas. Adapun pengertian dari Audit Kepatuhan itu sendiri adalah sebagai berikut. Audit Kepatuhan adalah tinjauan atas catatan keuangan suatu organisasi untuk menentukan apakah organisasi tersebut telah melaksanakan prosedurprosedur, kebijakan–kebijakan, atau peraturan-peraturan yang telah disusun oleh otoritas yang lebih tinggi.
15
2.4.3. Audit atas Laporan Keuangan (financial Statement Audit) Laporan Keuangan sering kali mencakup neraca, laba/rugi, serta laporan arus kas, termasuk pula catatan atas laporan keuangan. Maka diperlukan Audit atas Laporan Keuangan untuk menyatakan apakah Laporan Keuangan tersebut sesuai dengan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Adapun pengertian dari Audit atas Laporan Keuangan adalah suatu audit yang dilaksanakan untuk menentukan apakah keseluruhan laporan keuangan dari suatu entitas telah disusun sesuai dengan suatu kriteria tertentu (yang umumnya adalah pernyataan standar akutansi keuangan).
2.5.
Tujuan Audit Didalam audit memiliki tujuan yang penting. Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2.6.
Prosedur Audit Prosedur Audit adalah tindakan yang dilakukan atau metode dan teknik yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan atau mengevaluasi bukti audit. Adapun prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor maliputi :
16
1. Inspeksi Meliputi kegiatan pemeriksaan secara teliti atau pemeriksaan secara mendalam atas dokumen catatan atau pemeriksaan fisik atas sumbersumber berwujud. Dengan cara ini auditor dapat membuktikan keaslian suatu dokumen. 2. Konfirmasi Adalah suatu bentuk pengajuan yang memungkinkan auditor untuk mendapatkan informasi langsung dari sumber independen dari luar perusahaan. 3. Pengamatan (Observation) Pengamatan atau observasi merupakan prosedur audit untuk melihat dan menyaksikan suatu kegiatan. 4. Permintaan Keuangan (enquity) Merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan. 5. Penelusuran Penelusuran terutama dilakukan pada bahan dokumenter. Dimana dilakukan mulai dari data awal direkamnya dokumen yang dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data-data tersebut dalam proses akuntansi. 6. Pemeriksaan bukti pendukung (Vouching) Pemeriksaan bukti pendukung merupakan prosedur audit yang meliputi Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu 17
transaksi atau data keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya. Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan. 7. Perhitungan (Counting) Prosedur audit ini meliputi perhitungan fisik terhadap sumber daya berwujud seperti seperti kas, pertanggung jawaban semua formulir bernomor urut tercetak.
2.7.
Jenis-jenis Bukti Audit Dalam memutuskan prosedur-prosedur audit manakah yang akan digunakan, auditor dapat memilihnya dari ketujuh katagori umum bukti audit. Katagori-katagori ini, dikenal sebagai jenis-jenis bukti audit dapat didefinisikan sebagai berikut : 1. Pengujian Fisik (Physical Examination) Pengujian Fisik adalah inspeksi atau perhitungan yang dilakukan oleh auditor atas aktiva yang berwujud (Tangiable Asset). 2. Konfirmasi Menggambarkan maupunlisan
penerimaan
dari
pihak
tanggapan ketiga
yang
baik
secara
independen
tertulis yang
memverifikasikan keakuratan informasi sebagaimana yang diminta oleh auditor.
18
3. Dokumentasi Dokumentasi adalah pengujian auditing atas berbagai dokumen dan catatan klien untuk mendukung informasi yang tersaji atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan. Berbagai dokumen yang diuji oleh auditor adalah catatan-catatan yang dipergunakan oleh klien untuk menyediakan informasi bagi pelaksana bisnis yang terorganisasi. 4. Prosedur Analitis Terdiri dari kegiatan yang mempelajari dan membandingkan data yang memiliki hubungan-hubungan untuk menilai apakah saldo-saldo akun atau data lainnya nampak wajar. 5. Wawancara Wawancara adalah upaya untuk memperoleh informasi baik secara lisan maupun tertulis dari klien sebagai tanggapannya atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh auditor. 6. Hitung Uji Hitung Uji melibatkan pengujian kembali berbagai perhitungan dan transfer informasi yang dibuat oleh klien pada suatu periode yang berada dalam periode audit pada sejumlah sampel yang diambil auditor. 7. Observasi Observasi adalah penggunaan indera perasa untuk menilai aktivitasaktivitas tertentu.
19
2.8.
Audit Siklus Pendapatan Siklus pendapatan suatu perusahaan berisi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pertukaran barang atau jasa antara perusahaan tersebut dengan pelanggan. Perusahaan memberikan barang atau jasa kepada pelanggan, dan memperoleh pendapatan sebagai imbalan atas pemberian tersebut. Pendapatan tersebut dapat berupa sejumlah uang yang diterima bersamaan dengan saat pemberian barang dan jasa, maupun piutang dagang yang baru akan dilunasi selang beberapa waktu kemudian. Tujuan audit siklus pendapatan adalah untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup tentang tiap asersi manajemen yang signifikan dalam laporan keuangan. Pada siklus pendapatan risiko pengendalian yang muncul umumnya karena tekanan pada manajemen untuk menampilkan performa pendapatan yang lebih baik dari entitas lain, keinginan melebihsajikan atau merendahsajikan kas, piutang, atau piutang tak tertagih untuk kepentingan likuiditas. Selain itu
kesalahan karena tingginya transaksi dalam siklus
pendapatan, standar akuntansi dan klasifikasi akun-akun dalam siklus pendapatan yang tidak tepat memungkinkan munculnya resiko pengendalian. Kelompok transaksi siklus pendapatan : 1. Penjualan kredit (penjualan yang dilakukan dengan hutang) 2. Penerimaan kas (penagihan piutang dan penjualan tunai) 3. Penyesuaian penjualan (potongan penjualan, retur penjualan, cadangan retur penjualan, dan piutang tak tertagih)
20
Akun atau rekening yang terpengaruh pada siklus penjualan : 1. Penjualan 2. Piutang Dagang 3. Harga Pokok Penjualan (HPP) 4. Kas 5. Pesediaan Barang Dagangan 6. Potongan Penjualan 7. Retur Penjualan 8. Kerugian atau Biaya Piutang Tak Tertagih 9. Cadangan Kerugian Piutang Dokumen atau catatan pada siklus pendapatan : 1. Order perlanggan 2. Order penjualan 3. Dokumen pengiriman 4. Faktur 5. Daftar harga 6. Buku pembantu piutang 7. Jurnal penjualan 8. Pernyataan bulanan perlanggan 2.9.
Internal Control Siklus Pendapatan Dalam teori akuntansi, pengendalian internal atau internal control didefinisikan sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh daya manusia dan 21
sistem teknologi informasi yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian internal merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Pengendalian internal berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud (seperti reputasi atau hak lain) maupun tidak (kekayaan intelektual seperti merek dagang). 2.9.1. Tujuan Pengendalian Internal Tujuan pengendalian internal adalah menjamin manajemen perusahaan agar : 1. Tujuan perusahaan yang ditetapkan akun dapat dicapai 2. Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan dapat dipercaya 3. Kegiatan perusahaan sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku Pengendalian
intern
dapat
mencegah
kerugian
atau
pemborosan
pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian intern dapat menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan.
22
Pertimbangan Pengendalian Internal : 1.
Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Lingkungan pengendalian dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi risiko inheren siklus pendapatan. Selain itu juga mempengaruhi/mendorong atau mengurangi efektivitas komponen struktur pengendalian intern yang lain dalam mengendalikan risiko kesalahan dalam siklus pendapatan. Titik tolak pemahaman lingkungan pengendalian siklus pendapatan adalah memahami pemberian kekuasaan atau wewenang dan tanggung jawab atas transaksi penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan. Apabila metode pemberian wewenang dan tanggung jawab telah
ditentukan
dan
dikomunikasikan
dengan
jelas,
maka
pengendalian relatif lebih efektif. Deskripsi tugas yang jelasdan kebijakan tertulis sangat mendukung hal tersebut. Pemahaman ini diperoleh
melalui
pengajuan
pertanyaan
kepada
manajemen,
mempelajari bagan organisasi, menelaah deskripsi tugas, dan mengamati karyaan inti dalam melaksanakan tugasnya. 2.
Penilaian Risiko (Risk Assesment) Penaksiran risiko oleh pihak manajemen untuk laporan keuangan mirip dengan eksternal auditor dalam menaksir risiko inheren/bawaan. Bila pihak manajemen memiliki usaha yang serius mengurangi kemungkinan risiko dalam siklus pendapatan bersamaan dengan
23
pelaksanaan aktivitas pengendalian maka kemungkinan terjadinya salah saji menjadi relatif lebih kecil. Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang mungkin terjadi serta secara negatif berdampak terhadap kemampuan perusahaan untuk mecatat, mengolah, meringkas dan melaporkan dta keuangan yang konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. kaitannya dengan penafsiran risiko ini perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi–kondisi yang berpengaruh pada risiko yang ada, yakni : a. Perubahan dalam lingkungan operasi terutama kaitannya dengan transaksi siklus pendapatan. b. Munculnya personel baru yang mempunyai kecenderungan berbeda
pemahaman
terhadap
pengendalian
intern
perusahaan. c. Penerapan sistem informasi yang baru yang berpengaruh terhadap pengendalian intern perusahaan. d. Pertumbuhan yang pesat terkait dengan operasional perusahaan yang semakin meluas yang pada akhirnya akan meningkatkan risiko yang ada. e. Restrukturisasi koporat, terkadang bisa memunculkan risiko misalnya dikarenakan adanya pengurangan staf.
24
3.
Pemantauan (Monitoring) Komponen ini menyediakan feedback bagi manajemen apakah kebijakan pengendalian dan prosedur yang ditetapkan dalam siklus pendapatan telah ditetapkan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
manajemen.
Auditor
seharusnya
mendapatkan
informasi
mengenai feedback ini untuk menentukan apakah manajemen sudah melakukan follow–up/tindakan koreksi dengan adanya feedback tersebut.
Informasi tersebut
dapat
diperoleh dari konsumen,
pemerintah, eksternal auditor. 4.
Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Sistem akuntansi siklus pendapatan suatu perusahaan harus dapat menyediakan adanya audit trail atau jejak audit yang lengkap atas setiap transaksi. Pemahaman sistem akuntansi menuntut pengetahuan auditor mengenai metode pemrosesan data dan dokumen. Pemahaman sistem akuntansi diperoleh melalui penelaahan buku manual akuntansi dan sistem flowchart, mengajukan pertanyaan pada karyawan bagian akuntansi dan menelaah kembali pengalaman terdahulu dengan klien. Pemahaman terhadap sistem akuntansi yang ada dalam siklus pendapatan adalah untuk mengetahui bagaimana prosedur penjualan dimulai, prosedur penerimaan barang atau jasa, prosedur pencatatan piutang, prosedur penerimaan kas dan penyesuaian penjualan dilakukan seperti adanya retur penjualan. Untuk itu, perlu ditetapkan adanya ketentuan–ketentuan mengenai prosedur–prosedur tersebut
25
serta
bagaimana
mengkomunikasikannya
dalam
suatu
sistem
akuntansi berupa buku pedoman rekening dan buku pedoman kebijakan akuntansi. Jadi dalam kaitannya dengan informasi dan komunikasi ini, sistem informasi mencakup metode dan catatan yang digunakan untuk : a. Mengidentifikasikan dan mencatat semua transaksi yang terkait dengan siklus pendapatan secara sah b. Menjelaskan pada saat yang tepat transaksi pendapatan secara cukup rinci dan memungkinkan adanya penggolongan masing– masing transaksi itu untuk pelaporan keuangan c. Mengukur nilai transaksi dari siklus pendapatan dengan tepat d. Menyajikan
transaksi
dari
siklus
pendapatan
dengan
semestinya dan pengungkapan yang terkait dalam laporan keuangan 5.
Aktivitas Pengendalian Kebijakan dan prosedur, sebagai tambahan untuk yang termasuk dalam empat komponen yang lain, yang membantu memastikan bahwa tindakan yang perlu telah diambil untuk mengatasi risiko dalam pencapaian sasaran hasil entitas itu
26