BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Akuntansi Menurut American Accounting Association (AAA), Accounting is the
process of identifying, measuring, and communicating economic information to permit information judgment and decision by users of the information. Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Sedangkan menurut American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), Accounting is the art of recording, classifying and summarizing in a significant manner and terms of money, transaction and events which are, in part at least, of financial character, and interpreting the result there of. Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, peringkasan yang tepat dan dinyatakan dalam satuan mata uang, transaksi – transaksi dan kejadian – kejadian yang setidak – tidaknya bersifat finansial dan penafsiran hasil – hasilnya. Berdasarkan kedua definisi akuntansi diatas, dapat disimpulkan pengertian akuntansi adalah suatu sistem informasi yang memberikan laporan kepada berbagai pemakai atau pembuat keputusan mengenai aktivitas bisnis dari suatu kesatuan ekonomi.
8
2.2
Pengertian Standar Akuntansi Adanya globalisasi dunia menyebabkan tuntutan transparasi dalam segala
bidang, tujuannya yaitu untuk mempersatukan seluruh negara di dunia dengan tekhnologi informasi dan komunikasi yang mudah diakses dan harga yang mudah terjangkau. Salah satu prasana yang penting untuk dapat mewujudkan transparasi tersebut adalah dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun oleh lembaga Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) selalu mengacu pada teori – teori yang berlaku dan memberikan tafsiran dan penalaran yang telah mendalam dalam hal praktek terutama dalam pembuatan laporan keuangan dalam memperoleh informasi yang akurat sehubungan data ekonomi. Di Indonesia, terdapat standar akuntansi yang dinamakan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Sebagai suatu pedoman, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) bukan merupakan suatu kemutlakan bagi setiap perusahaan dalam membuat laporan keuangan. Namun paling tidak penempatan unsur – unsur atau elemen data ekonomi harus ditempatkan pada posisi yang tepat agar dapat tersaji dengan baik, sehingga dapat memudahkan bagi pihak – pihak yang berkepentingan dalam menginterpretasikan dan mengevaluasi suatu laporan keuangan guna mengambil keputusan ekonomi yang baik bagi tiap – tiap pihak. PSAK dirumuskan oleh satu – satunya organisasi profesi akuntansi di Indonesia yaitu Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang berdiri pada tanggal 23 Desember 1957. Dimulai pada tahun 1973, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia, IAI memberlakukan standar keuangan di Indonesia dalam buku “Prinsip Akuntansi Indonesia” (PAI) yang kemudian Komite PAI melakukan revisi secara mendasar atas PAI 1973 dan mengkodifikasikannya dalam buku “Prinsip Akuntansi Indonesia 9
1984”. Pada tahun 1994, Komite PAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan mengkodifikasikannya dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan” yang berlaku per 1 Oktober 1994. Setelah itu, IAI juga melakukan harmonisasi dengan Standar
Akuntansi
Internasional
(pengaruh
globalisasi),
dan
melakukan
penyempurnaan standar yang ada serta penambahan standar baru dan interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Untuk dapat menghasilkan SAK yang baik, IAI terus melakukan revisi dengan pengembangan dan penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan. 2.2.1 PSAK 1 - Penyajian Laporan Keuangan PSAK 1 (Revisi 2009) menetapkan dasar – dasar bagi penyajian laporan keuangan yang bertujuan umum (general purpose financial statements) yang selanjutnya disebut ‘laporan keuangan’ agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain. Pernyataan ini mengatur persyaratan bagi penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Dan menurut Prinsip – Prinsip
Akuntansi Indonesia (Ikatan Akuntan
Indonesia, 1974), mengatakan laporan keuangan ialah neraca dan perhitungan rugi laba serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya antara lain laporan sumber dan penggunaan dana – dana. Dengan demikian laporan keuangan merupakan output dari sebuah proses sistem informasi yang berasal dari kejadian ekonomi yang meliputi revenue cycle, expense cycle, financial cycle. Proses tersebut dicatat atau diinput dan diproses sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku pada umumnya. Hal ini didukung dengan pernyataan Scott (1986:67) 10
lewat gambaran proses information system yang meliputi; input, processing, dan ouput. Hal serupa juga didukung oleh Michael Diamond (1993:22) yang mendefinisikan bahwa laporan keuangan sebagai media komunikasi bagai pemakainya, guna mengetahui posisi keuangan perusahaan. Komponen laporan keuangan menurut IAI (2009:5) yaitu terdiri dari : 1.
Laporan Posisi Keuangan pada akhir periode; Mengenai pendapatan, beban, dan laba atau rugi suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.
2.
Laporan Laba Rugi Komprehensif selama periode; Laporan yang menyajikan perubahan modal karena penambahan dan pengurangan dari laba/rugi dan transaksi pemilik.
3.
Laporan Perubahan Posisi Keuangan selama periode; Laporan yang menggambarkan posisi keuangan dari suatu perusahaan yang meliputi aktiva, kewajiban dan ekuitas pada suatu saat tertentu.
4.
Laporan arus kas selama periode, dan Laporan yang menggambarkan tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu.
5.
Catatan atas Laporan Keuangan Berisi tentang ringkasan kebijakan akuntansi perusahaan dan informasi lainnya. Selain itu harus mencantumkan nama perusahan, cakupan laporan keuangan, tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, mata uang pelaporan, satuan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.
11
2.3
Karakteristik Kualitatif Informasi Keuangan Dalam menyajikan laporan keuangan, terdapat karakteristik kualitatif
informasi keuangan yang harus dimiliki untuk memenuhi persyaratan kualitas yang dikehendaki. Dalam bukunya, Nelsom Lam dan Peter Lau (2009) menetapkan empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu : 2.3.1 Relevan Informasi yang bermanfaat haruslah relevan agar pemakainya dapat memenuhi kebutuhan dalam proses pengambilan keputusan. Dinamakan relevan, apabila dalam penyampaiannya dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai, dan membantu dengan mengevaluasi dari peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, serta mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. 2.3.2 Andal Dikatakan sebagai informasi yang andal apabila bebas dari pengertian yang menyesatkan, salah saji material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang wajar. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas andal, yaitu : Penyajian yang jujur, menggambarkan transaksi jujur dan wajar. Substansi mengungguli bentuk, peristiwa bukan hanya bentuk hokum saja, tetapi dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi. Netralitas, informasi yang dibuat untuk kebutuhan umum pemakai.
12
Pertimbangan sehat, menyelesaikan ketidakpastian di dalam laporan keuangan dengan pertimbangan – pertimbangan yang sehat. Kelengkapan, informasi yang digunakan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. 2.3.3 Dapat Dipahami Mengandung unsur pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis agar dapat memudahkan untuk dipahami pemakainya. Namun bukan berarti mengeluarkan semua informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan berdasarkan pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dipahami. 2.3.4 Dapat Dibandingkan Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi posisi dan kinerja perusahaan, serta membandingkan
laporan
keuangan
antar
perusahaan
yang
berguna
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 2.4
Aset Secara Umum Definisi aset menurut PSAK (2012) adalah sumber daya yang dikuasai oleh
perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. Aset diakui di neraca apabila mempunyai besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa depan
13
diperoleh perusahaan dan aset tersebut memiliki nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. 2.5
Aset Tetap Setelah penjelasan aset secara umum di atas, tentu setiap perusahaan dalam
menjalankan operasional bidang usahanya memiliki aset yang dipakai untuk kepentingan perusahaan dan tidak untuk diperjualbelikan. Aset ini dinamakan aset tetap. Aset tetap digolongkan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun dan bernilai material. Contoh keberadaan asset tetap misalnya bangunan, tanah, mesin, kendaraan, dan sebagainya yang diharapkan mendatangkan kebaikan atau pendapatan perusahaan di masa sekarang ataupun masa depan. Pengertian aset tetap menurut IAI, PSAK No. 16 (Revisi 2011) adalah aset berwujud yang: (a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan (b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Berikut adalah karakteristik pengakuan aset tetap: 1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas; 2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara handal. Untuk pengukurannya PSAK 16 ini menggunakan dua metode, yaitu : a. Model Biaya, setelah pengakuan, aset tetap tersebut dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. 14
b. Model Revaluasi, setelah pengakuan, aset tetap tersebut harus dapat diukur secara andal nilai wajarnya dan dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Aset disajikan di dalam Laporan Posisi Keuangan, yang dibagi menjadi dua yaitu : Aset Lancar dan Aset Tidak Lancar. Beberapa hal penting dalam pengungkapan aset yaitu metode dan asumsi yang digunakan, serta umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan suatu aset tersebut. Salah satu aset tetap yang utama di dalam industri perkebunan adalah tanah. Tanah merupakan media bagi tanaman untuk mengambil unsur – unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Jerry J. Weygandt, Donald E. Kieso, and Paul D. Kimmel (2004) menyatakan : “Plant assets are tangible resources, that are used in the operations of the business and not intended for sale to customer.” (p. 408). Artinya, aset tanah adalah sumber daya yang nyata atau berwujud, yang digunakan dalam operasi bisnis dan tidak dimaksudkan untuk dijual kepada pelanggan.
2.6
Aset Biolojik Aset Biolojik adalah tanaman atau hewan yang hidup. Salah satu contohnya
tanaman kelapa sawit, sedangkan yang menjadi produk agrikulturnya adalah buah kelapa sawit. Sebagai aset biolojik, tanaman kelapa sawit mengalami proses akresi.
15
Proses akresi yaitu suatu pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisik atau proses alamiah lainnya (Suwardjono : 373), yang diuraikan sebagai berikut : a) Bibit kelapa sawit Pembibitan adalah suatu proses menumbuhkan dan mengembangkan benih menjadi bibit yang siap ditanam. Terdapat dua sistem pembibitan kelapa sawit, yaitu sistem satu tahap (tahap tunggal) atau single stage system dan sistem pembibitan dua tahap (tahap ganda) atau double stage. Pada pembibitan satu tahap, kecambah langsung ditanam di kantong plastik besar sehingga tidak perlu dibesarkan dahulu. Sedangkan pada pembibitan dua tahap, dibagi menjadi tahap awal (pre nursery) dimana kecambah ditanam dan dipelihara dulu dalam kantong plastik selama 3 bulan dan pembibitan utama (main nursery) dimana bibit dipindahkan ke dalam kantong plastik besar selama 9 bulan. b) Tanaman belum menghasilkan Yaitu tanaman baru yang sudah tumbuh dengan baik yang diharapkan dapat menghasilkan produk yang optimal. TBM dikelompokkan menjadi tiga : •
TBM 1 (0 – 12 bulan)
•
TBM II (13 – 24 bulan)
•
TBM III (25 – 30 bulan)
Periode TBM dimulai sejak tanaman dipindahkan sampai dengan saat tanaman tersebut dikategorikan sebagai tanaman menghasilkan (TM). c) Tanaman telah menghasilkan
16
Definisi dari tanaman menghasilkan adalah aset biolojik yang mengalami transformasi
biologis
berupa
degenerasi,
produksi,
dan
prokreasi.
Pemeliharaan pada tanaman menghasilkan dapat dibagi berdasarkan kelompok umur sebagai berikut :
2.7
•
Tanaman muda
: 4 – 5 tahun
•
Tanaman remaja
: 6 – 12 tahun
•
Tanaman tua
: > 13 tahun
Latar Belakang Konvergensi Standar Akuntansi ke International Financial Reporting Standar (IFRS) Sebagai anggota G20 forum, Indonesia telah menyepakati konvergensi IFRS.
Konvergensi IFRS sudah hampir diadopsi oleh semua negara di dunia, dengan adanya pengadopsian IFRS ini laporan keuangan antar negara dapat dibandingkan dan dapat diterima secara internasional oleh negara – negara di seluruh dunia. Oleh sebab itu, Indonesia melakukan konvergensi yang masih mengacu kepada US GAAP menjadi PSAK yang berbasis IFRS. Banyak keuntungan yang didapat dengan mengadopsi IFRS, yaitu selain informasi keuangan yang dihasilkan dapat dibandingkan, konvergensi IFRS dapat meningkatkan transparasi keuangan, menurunkan biaya modal, dan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal serta efisiensi penyusunan laporan keuangan. Berdasarkan sumber www.iasplus.com Definisi dan Sejarah IFRS (2009) terdapat struktur IFRS yang terdiri dari : -
International
Financial
Reporting
Standard
(IFRS)
berjumlah 13 standar dan diterbitkan setelah tahun 2001, 17
yang
-
International Accounting Standard (IAS) yang berjumlah 44 standar dan diterbitkan sebelum tahun 2001,
-
International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC) yang berjumlah 20 standar dan diterbitkan setelah tahun 2001,
-
Standing Interpretation Committee (SIC) yang berjumlah 33 standar dan diterbitkan sebelum tahun 2001.
Dalam praktiknya, standar akuntansi yang berlaku di Indonesia adalah PSAK yang belum mengadopsi IFRS sepenuhnya. Kondisi ini dapat mempersulit perusahaan yang akan melakukan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), karena laporan keuangan yang tidak standar dan dapat diinterprestasikan berbeda oleh calon investor asing. Untuk itu, agar tidak tertinggal dengan negara lain Indonesia harus terus menyelesaikan seluruh proses konvergensi agar menjadi sepenuhnya standar akuntansi berbasis IFRS. Proses tersebut juga harus didukung oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) untuk selalu mengikuti perkembangan penyusunan standar akuntansi internasional yang dilakukan oleh International Accounting Standard Board (IASB). 2.8
Beberapa Standar Akuntansi yang Terkait Agrikultur Terdapat beberapa standar akuntansi yang mengatur seputar agrikultur,
diantaranya adalah : 1. Standar yang diterbitkan oleh IASB, yaitu International Accounting Standard (IAS) 41: Agriculture. 18
2. Standar yang dilakukan oleh BUMN yang dinamakan Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan, dan 3. Standar yang dilakukan oleh Bapepam yang dinamakan Pedoman Akuntansi Industri Perkebunan Bapepam. 2.8.1
International Accounting Standard 41 : Agriculture Standar Akuntansi International (IAS) 41: Agriculture diterbitkan pada
tanggal 16 September 2009, tujuannya adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi dan pengungkapan yang berhubungan dengan perkebunan. Yang termasuk ke dalam ruang lingkup IAS 41: Agriculture adalah hanya aset biolojik. Aset biolojik dibedakan menjadi dua, yaitu Consumable Biolodical Asset (CBA) dan Bearer Biological Asset (BBA). Pengertian dari CBA adalah aset biolojik yang ditanam dengan tujuan untuk dijual di kemudian hari, sedangkan pengertian dari BBA adalah aset biolojik yang ditanam dengan tujuan bukan untuk dijual tetapi untuk menghasilkan produk agrikultural. Untuk aset seperti persediaan dan aktiva tetap akan menggunakan standar yang ada seperti IAS 2 dan 16. IAS 41: Agriculture menetapkan tiga kriteria untuk kegiatan perkebunan. Pertama, tanaman atau hewan yang menjadi objek aktivitas harus hidup dan mampu bertransformasi. Kedua, perubahan transformasi tersebut harus dikelola dengan baik. Dan yang terakhir, harus ada dasar pengukuran dari perubahan yang terjadi. Jika ketiga kriteria tersebut terpenuhi, maka memenuhi persyaratan pelaporan keuangan menurut IAS 41: Agriculture.
19
2.8.2 Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Pedoman yang berbasis IFRS ini terwujud atas kerjasama PT. Perkebunan Nusantara I-XIV dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia. Pedoman ini mengatur seluruh aspek laporan keuangan mengenai aset biolojik dari pengukuran, pengakuan, penyajian serta pengungkapan. Menurut Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan, tanaman kelapa sawit dimasukkan ke dalam kelompok aset tanaman tahunan, aset tanaman tahunan adalah aset tanaman perkebunan yang terdiri dari tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman telah menghasilkan (TM). Dasar dari pedoman ini adalah PSAK 16: Aset Tetap dan PSAK 48: Penurunan Nilai Aset. 2.8.3 Pedoman Akuntansi Industri Perkebunan Bapepam Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan Bapepam diterbitkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal pada tanggal 27 Desember 2002 dengan surat edaran nomor : SE02/PM/2002. Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan panduan penyajian dan pengungkapan yang terstandarisasi dengan mendasarkan pada prinsip pengungkapan penuh (full disclosure). Acuan yang digunakan adalah : Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), Interprestasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), International Accounting Standard (IAS), peraturan undang – undang, dan praktek akuntansi yang berlaku umum. Perusahaan Publik yang boleh menggunakan pedoman Bapepam ini hanya Perusahaan Publik yang tidak mempunyai anak perusahaan yang dikonsolidasikan, apabila memiliki anak perusahaan yang harus dikonsolidasikan, penggunaannya 20
harus digunakan bersamaan dengan pedoman Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Perusahaan Investasi. 2.9
Tabel Perbandingan Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Terhadap Aset Biolojik Menurut Standar Akuntansi yang Berlaku di Indonesia dan IAS 41: Agriculture. Pengakuan
Pengukuran awal
Penyajian
dan lanjutan IAS 41
- Aset
sebagai - Pada
saat
akibat peristiwa
pengakuan awal
keuntungan
masa lalu, besar
dan pada tanggal
atau
kerugian
kemungkinan
pelaporan
yang
dialami
manfaat ekonomi
berikutnya pada
dari perubahan
masa depan akan
nilai
nilai wajar dari
mengalir
dikurangi
ke
wajar
biaya
aset
biolojik
yang
estimasi
wajar atau biaya
penjualannya,
dihasilkan pada
aset dapat diukur
kecuali jika nilai
saat
secara handal
wajar tidak bisa
disajikan pada
diukur
periode
secara
sebesar
biaya
panen
terjadinya
- Biaya perolehan - TBM diukur pada TBM
perolehan
- Aset
tanaman
tahunan
akumulasi biaya
setelah dikurangi
disajikan dalam
yang
akumulasi
kelompok
dikapitalisasi ke
penurunan nilai
TBM tersebut - Biaya perolehan
21
penilaian
entitas, dan nilai
handal BUMN
- Seluruh
rugi
- TM diukur pada biaya
perolehan
TM sebesar nilai
setelah dikurangi
tercatat
akumulasi
TBM
tidak lancar
aset
Bapepam
yang
penyusutan
dan
direklasifikasi ke
akumulasi
rugi
TM
penurunan nilai
- Biaya perolehan - TBM TBM biaya
sebesar –
biaya
yang terjadi sejak
sebesar
saat
biaya
neraca
sebagai
tidak disusutkan.
tetap, yaitu di
sebesar
diukur biaya
tanaman tersebut
perolehan
siap
dikurangi dengan
untuk
dalam
di
perolehannya dan
saat penanaman - TM sampai
diukur - Disajikan
menghasilkan
akumulasi
secara komersial
deplesi
dalam
aset
pos
Tanaman Perkebunan
- Biaya perolehan TM
sebesar
biaya perolehannya yaitu biaya
semua –
biaya
yang dikeluarkan sampai tanaman tersebut
dapat
menghasilkan
2.10
Perbandingan Pengungkapan Terhadap Aset Biolojik Menurut Standar Akuntansi yang Berlaku di Indonesia dan IAS 41: Agriculture.
2.10.1 International Accounting Standard 41 : Agriculture Dalam standar ini tanaman kelapa sawit diungkapkan tergantung dari jenis umur dan kualitasnya yang digolongkan menjadi tanaman belum menghasilkan dan 22
tanaman telah menghasilkan. Entitas juga harus mengungkapkan metode dan asumsi yang digunakan dalam menentukan nilai wajar ataupun alternatif pengukuran lain. Selain itu, entitas juga mengungkapkan nilai wajar yang dikurangi cost of sales dari hasil panen dari periode tersebut. Entitas juga harus mengungkapkan keuntungan atau kerugian yang terjadi selama periode berjalan pada pengakuan awal dari aset biolojik dan produk agrikultural yang berasal dari perubahan nilai wajar dikurangi cost of sales. 2.10.2 Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Hal – hal yang harus diungkapkan antara lain: 1. Rincian jenis dan jumlah aset tanaman tahunan, yaitu TBM dan TM; 2. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah bruto aset tanaman tahunan; 3. Metode penyusutan yang digunakan; 4. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan; 5. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan akhir periode; 6. Rekonsiliasi jumlah tercatat awal dan akhir periode yang menunjukkan: a. Penambahan; b. Pelepasan; c. Penurunan nilai tercatat; d. Penyusutan; e. Perbedaan pertukaran neto yang timbul; f. Setiap pengklasifikasian kembali; 7. Pengungkapan lainnya. 23
2.10.3 Pedoman Akuntansi Industri Perkebunan Bapepam Menurut Surat Edaran Ketua Bapepam nomor SE-02/PM/2002 yang harus diungkapkan antara lain: a) Untuk tanaman telah menghasilkan ; (1) Rincian nilai tercatat dan akumulasi penyusutan menurut jenis tanaman. (2) Rekonsiliasi nilai tercatat awal tahun dan akhir tahun tanaman untuk setiap kelompok selama paling tidak 2 tahun terakhir. (3) Status tanah yang digunakan untuk menanam. (4) Nilai tanaman telah menghasilkan berdasarkan area/lokasi penanaman. (5) Perbandingan saldo tanaman belum menghasilkan selama paling tidak 2 tahun. (6) Tanaman yang dijaminkan. b) Untuk tanaman belum menghasilkan ; (1) Mutasi tanaman belum menghasilkan sebagai berikut : (a) Saldo awal. (b) Tambahan tahun berjalan i.
Biaya langsung
ii. Jumlah kapitalisasi biaya pinjaman, dan rugi kurs dalam hal terjadi depresiasi luar biasa. (c) Pengurangan tahun berjalan i.
Jumlah yang direklasifikasi ke tanaman telah menghasilkan
ii. Pengurangan lainnya. (d) Saldo akhir. 24
(2) Nilai tanaman dalam Perkebunan Inti Rakyat / Perkebunan Inti Plasma yang menjadi milik perusahaan (inti) dan tanaman yang bukan milik perusahaan (perkebunan rakyat/perkebunan plasma). (3) Cadangan kerugian yang mungkin timbul pada plasma. 2.11
Ringkasan Metodologi Penelitian Karakteristik ringkasan metodologi dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Jenis risetnya adalah riset eksploratoria yang bersifat kualitatif; 2. Dimensi waktu risetnya adalah cross sectional; 3. Risetnya mendalam dan hanya melibatkan satu objek saja (studi kasus); 4. Metode pengumpulan data berupa wawancara yang menghasilkan data primer perusahaan; 5. Lingkungan penelitian yaitu lingkungan riil (field research); 6. Unit analisisnya hanya menggunakan satu perusahaan saja, yaitu PT Kelantan Sakti yang bergerak dalam bidang agribisnis.
25