BAB II LANDASAN TEORI
II.1 Analisis Isi (Content Analysis) Krippendorff (1980) mendefinisikan analisis isi suatu penelitian untuk membuat referensi-referensi valid dan dapat ditiru dari data ke konteks. Definisi Kerlinger (1986) agak khas, yaitu: analisis komunikasi secara sistematis, obyektif, dan secara kuantitatif untuk mengukur variabel. Dalam definisi Kerlinger ada tiga konsep yang tercakup di dalamnya. Pertama, analisis ini bersifat sistematis. Hal ini berarti isi yang akan dianalisis dipilih menurut aturan-aturan yang ditetapkan secara implisit misalnya: cara penentuan sampel. Kedua, analisis isi bersifat obyektif. Ketiga, analisis isi bersifat kuantitatif. Ada lima tujuan analisis isi, yaitu: 1. Menggambarkan isi komunikasi 2. Menguji hipotesis karakteristik-karakteristik suatu pesan 3. Membandingkan isi media dengan “dunia nyata” 4. Melalui image suatu kelompok tertentu dan masyarakat 5. Menciptakan titik awal terhadap studi efek media Analisis isi sendiri tak pernah dijadikan dasar untuk membuat pernyataanpernyataan tentang efek-efek isi pada audiens, misalnya: studi tentang film kartun di TV mengklaim bahwa 80% isinya mendukung aspek komersial, yaitu mengajak membeli susu, namun penemuan isi tidak boleh membuat si peneliti
Universitas Sumatera Utara
mengemukakan klaim atau pernyataan bahwa anak-anak menonton film akan membeli susu tersebut. Temuan-temuan dalam analisis isi tertentu dibatasi oleh kerangka kategori-kategori dan definisi yang digunakan dalam analisis isi adalah kurangnya pesan-pesan yang relevan dengan penelitian tersebut. Sedangkan tahap-tahap dalam analisis isi adalah sebagai berikut: 1.
Merumuskan pertanyaan penelitian atau hipotesis
2.
Mendefinisikan populasi yang diteliti
3.
Memilih sampel yang sesuai dari populasi
4.
Memilih dan menentukan unit analisis
5.
Menyusun kategori-kategori isi yang dianalisis
6.
Membuat sistem hitungan
7.
Melatih para pengkode dan melakukan studi percobaan
8.
Mengkode isi menurut definisi yang telah ditentukan
9.
Menganalisis data yang telah dikumpulkan
10. Menarik kesimpulan-kesimpulan dan mencari indikasi Menurut Holsti, analisis isi adalah suatu teknik membuat kesimpulan dengan cara mengidentifikasi karakteristik-karakteristik pesan tertentu secara obyektif dan sistematis. Klaus Krippendorff mendefinisikan analisis isi sebagai teknik penelitian dalam membuat kesimpulan-kesimpulan dari data konteksnya. Berdasarkan dua definisi di atas, maka ada dua fungsi analisis isi, yaitu: memberikan uraian yang sistematis dan dapat diuji tentang isi manifese dan laten suatu wacana naratif, dan menghasilkan kesimpulan yang valid tentang konteks naratif yang berdasarkan isi deskriptifnya. Holsti mengemukakan tiga fungsi utama analisis isi, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Menggambarkan karakteristik komunikasi dengan mengajukan pertanyaan: apa, bagaimana, dan kepada siapa pesan itu disampaikan 2. Membuat kesimpulan-kesimpulan, seperti anteseden komunikasi, dengan mengajukan pertanyaan mengapa pesan itu disampaikan, dan 3. Membuat kesimpulan-kesimpulan tentang konsekuensi komunikasi dengan mengajukan apa efek pesan-pesan tersebut. Fungsi deskriptif dalam analisis isi mencakup identifikasi terhadap tematema dan pola struktural dalam suatu pesan, dan perbandingan isi pesan yang disampaikan oleh komunikator yang berbeda atau sebaliknya pesan yang disampaikan oleh komunikator yang sama dalam konteks yang berbeda. Fungsi inferensial adalah mencakup penarikan kesimpulan tentang efek-efek yang mungkin ditimbulkan oleh pesan tersebut dan menyimpulkan norma-norma perilaku sosial yang direfleksikan oleh pesan tersebut. Secara teknik Content Analysis mencakup upaya-upaya: klasifikasi lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria dalam klasifikasi, dan menggunakan teknik analisis tertentu dalam membuat prediksi. Analisis isi didahului dengan melakukan coding terhadap istilah-istilah atau penggunaan kata dan kalimat yang relevan, yang paling banyak muncul dalam media komunikasi. Dalam hal pemberian coding, perlu juga dicatat dalam konteks mana istilah itu muncul. Kemudian, dilakukan klasifikasi terhadap coding yang telah dilakukan. Klasifikasi dilakukan dengan melihat sejauh mana satuan makna berhubungan dengan tujuan penelitian. Klasifikasi ini dimaksudkan untuk membangun kategori dari setiap klasifikasi. Kemudian satuan makna dan kategori dianalisis dan dicari hubungan satu dengan lainnya untuk menemukan makna, arti,
Universitas Sumatera Utara
dan tujuan isi komunikasi itu. Hasil analisis ini dideskripsikan dalam bentuk draf laporan penelitian sebagaimana umumnya laporan penelitian. Definisi Krippendorff berusaha mengeksplisitkan objek analisis isi. Secara intuitif, analisis isi dapat dikarakterisasikan sebagai metode penelitian makna simbolik
pesan-pesan.
Krippendorff
dalam
bukunya
Content
Analysis:
Introduction to Its Theory and Methodology memuat klasifikasi Janis dalam analisis isi, yaitu: 1. Analisis Isi Pragmatik (Pragmatic Content Analysis), yakni prosedur memahami teks dengan mengklasifikasikan tanda menurut sebab atau akibatnya yang mungkin timbul. (Misalnya, penghitungan berapa kali suatu kata ditulis atau diucapkan, yang dapat mengakibatkan munculnya sikap suka atau tidak suka terhadap sebuah rezim pemerintahan). 2. Analisis Isi Semantik (Semantic Content Analysis), yakni prosedur yang mengklasifikasikan tanda menurut maknanya. (Misalnya, menghitung berapa kali kata demokrasi dijadikan sebagai rujukan sebagai salah satu pilihan sistem politik yang dianut oleh sebagian besar masyarakat dunia). Atau, misalnya yang lain, berapa kali kata Indonesia disebut oleh Obama sebagai rujukan contoh negara dengan keragaman suku, budaya dan agama, yang mampu mempersatukan semuanya dalam bingkai negara kesatuan. Secara rinci, Janis mengembangkan Analisis Isi Semantik menjadi tiga macam kategori sebagai berikut: a) Analisis Penunjukan (Designation Analysis), yakni menghitung frekuensi berapa sering objek tertentu (orang, benda, kelompok, konsep) dirujuk.
Universitas Sumatera Utara
Analisis model ini juga biasa disebut sebagai Analisis Isi Pokok Bahasan (Subject-Matter Content Analysis). b) Analisis Pensifatan (Attribution Analysis), yakni menghitung frekuensi berapa sering karakterisasi objek tertentu dirujuk atau disebut. (Misalnya, karakterisasi tentang bahaya penggunaan obat terlarang bagi kehidupan). c) Analisis Pernyataan (Assertion Analysis), yakni analisis teks dengan menghitung seberapa sering objek tertentu dilabel atau diberi karakter secara khusus. (Misalnya, berapa sering Iran disebut oleh Amerika sebagai negara yang menantang himbauan masyarakat internasional dalam hal pembangunan proyek nuklir). 3. Analisis Sarana Tanda (Sign-Vehicle Analysis), yakni prosedur memahami teks dengan cara menghitung frekuensi berapa kali, misalnya, kata negara Indonesia muncul dalam sambutan Obama tatkala berkunjung ke Indonesia.
II.2 Komunikasi dan Komunikasi Massa Carl I Hovland dalam bukunya Social Communication (Amir Purba, dkk dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi) menyebutkan communication is the process by which an individual (the communicator) transmit stimuly (usually verbal symbol) to modify the behavior of the individual (communicate), (komunikasi adalah suatu proses di mana seorang individu/komunikator mengirimkan stimuli biasanya dalam bentuk simbol verbal atau kata-kata untuk mengubah perilaku orang lain/komunikan). Formula Lasswell melengkapi unsur-unsur yang ada dengan memfokuskan analisis pada komunikasi massa dengan menjawab who (siapa), says what (berkata
Universitas Sumatera Utara
apa), in which channel (saluran apa), to whom (kepada siapa), with what effect (dengan efek apa). Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam komunikasi adalah a) Komunikator b) Media massa c) Informasi (pesan) massa d) Gatekeeper e) Khalayak (publik), dan f) Umpan balik Komunikator dalam komunikasi massa adalah 1) Pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi telematika modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka informasi ini dengan cepat ditangkap oleh publik. 2) Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagai informasi, pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar di mana tanpa diketahui dengan jelas keberadaan mereka. 3) Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi itu. Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara
Universitas Sumatera Utara
massal pula. Bentuk-bentuk media massa, antara lain: surat kabar, majalah, radio siaran, televisi, dan film. Informasi massa adalah informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi. Dengan demikian maka informasi massa adalah milik publik, bukan ditujukan kepada individu masing-masing. Jadi karakteristik pesan dalam komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat di media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan. Gatekeeper adalah penyeleksi informasi. Gatekeepers dapat berupa seseorang atau satu kelompokyang dilalui suatu pesan dalam perjalanannya dari sumber ke penerima. Fungsi utama gatekeeper adalah menyaring pesan yang diterima seseorang. Ketika menyampaikan pesan tersebut, gatekeeper mungkin memodifikasi dengan berbagai cara dan berbagai alasan, gatekeeper membatasi pesan yang diterima komunikan. Keputusan gatekeeper mengenai informasi yang harus dipilih atau ditolak dipengaruhi oleh beberapa variabel, yaitu sebagai berikut: 1. Ekonomi Kebanyakan media massa di negara kita mencari keuntungan, misalnya beberapa stasiun radio siaran memberi kesempatan kepada pendengar untuk merespons program acara yang tidak mereka sepakati. Oleh karena itu, para pemasang iklan, sponsor dan kontributor dapat mempengaruhi seleksi berita dan editorial.
Universitas Sumatera Utara
2. Pembatasan Legal Yang dimaksud dengan pembatasan legal adalah semacam hukum atau peraturan baik yang bersifat lokal maupun nasional yang dapat mempengaruhi seleksi dan penyajian berita, contohnya peraturan tentang film yang dikategorikan untuk orang dewasa di televisi harus ditayangkan pada jam-jam tertentu, hukum mengenai pencemaran nama baik, dan sebagainya.
3. Batas Waktu (Deadline) Batas waktu dapat mempengaruhi apa yang akan disiarkan. Gatekeeper membuat pilihan-pilihan mengenai tingkat pentingnya sebuah berita. 4. Etika Pribadi dan Profesionalisme Etika pribadi dan profesionalisme seorang gatekeeper juga dapat mempengaruhi berita yang akan disiarkan. Sebagai contoh seorang kolumnis keuangan akan mempengaruhi
harga
saham
suatu
perusahaan
lewat
tulisannya
dan
mempersilakan teman-temannya memperoleh informasi pada saat pracetak tulisannya. 5. Kompetisi Kompetisi di antara media juga berpengaruh terhadap sebuah berita. Kompetisi atau persaingan demikian cenderung untuk meningkatkan tingkat profesionalisme sehingga dapat menjamin penyajian informasi yang lebih obyektif. 6. Nilai Berita Intensitas suatu berita dibandingkan dengan berita lainnya yang tersedia dalam ruang berita, jumlah ruang dan waktu yang diperlukan untuk menyajikan berita
Universitas Sumatera Utara
harus diseimbangkan. Di sini penjaga gawang harus menilai pandanganpandangan pihak lain baik di tingkat lokal maupun tingkat nasional. 7. Reaksi terhadap feedback (umpan balik) tertunda Misalnya, dalam sebuah surat kabar ada ilustrasi kartun bertema politik yang menyinggung suatu kelompok etnik tertentu, kemudian kelompok etnik tersebut menulis permohonan maaf dari media yang bersangkutan. Wartawan, desk surat kabar, editor, dan sebagainya, bahkan penerima telepon di sebuah institusi media massa memiliki kesempatan untuk menjadi gatekeeper ini. Khalayak adalah massa yang menerima informasi massa yang disebarkan oleh media massa, mereka ini terdiri dari publik pendengar atau pemirsa sebuah media massa. Sehubungan dengan itu konsep khalayak dapat dijelaskan lebih terperinci pada konsep massa. Massa memiliki unsur-unsur penting, yaitu: 1. Terdiri dari masyarakat dalam jumlah yang besar (large aggregate). Media massa terdiri dari jumlah masyarakat yang sangat besar yang menyebar di mana-mana, di mana satu dengan lainnya tidak saling tahu-menahu, bahkan tidak pernah bertemu dan berhubungan secara personal. 2. Jumlah massa yang besar menyebabkan massa tidak bisa dibedakan satu dengan lainnya (undifferentiated). Sulit dibedakan mana anggota massa satu dengan lainnya di suatu masyarakat karena jumlahnya yang besar itu. 3. Sebagian besar anggota massa memiliki negatif image terhadap pemberitaan media massa. Massa senantiasa mencurigai pemberitaan media massa sebagai sesuatu yang benar, bahkan untuk hal-hal tertentu cenderung skeptis dan berpikir negatif.
Universitas Sumatera Utara
4. Karena jumlah yang besar, maka massa juga sukar diorganisir. Jumlah massa yang besar itu maka massa cenderung bergerak sendiri-sendiri berdasarkan selsel massa yang dapat dikendalikan oleh orang-orang dalam sel itu. Gerakangerakan massa akan semakin besar apabila sel-sel itu bertemu dan bergerak berdasarkan kondisi sesaat yang terjadi di lapangan. 5. Kemudian massa merupakan refleksi dari kehidupan sosial secara luas. Setiap bentuk kehidupan sosial yang ada dalam sebuah masyarakat adalah refleksi dari kondisi sosial masyarakat itu sendiri, begitu pula dengan massa adalah refleksi dari keadaan sosial masyarakat secara keseluruhan. Sedangkan umpan balik dalam media massa berbeda dengan umpan balik dalam komunikasi antar pribadi. Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya bersifat tertunda, sedangkan umpan balik pada komunikasi tatap muka bersifat langsung. Akan tetapi konsep umpan balik tertunda dalam komunikasi massa ini telah dikoreksi karena semakin majunya media teknologi, maka proses penundaan umpan balik menjadi sangat tradisional. Saat ini media massa juga telah melakukan berbagai komunikasi interaktif antara komunikator dan publik, dengan demikian maka sifat umpan balik yang tertunda ini sudah mulai ditinggalkan seirama dengan perkembangan teknologi telepon dan internet serta berbagai teknologi media yang mengikutinya. Sebagaimana yang telah disinggung di muka, komunikasi massa memiliki proses yang berbeda dengan komunikasi tatap muka, maka proses komunikasi massa terlihat berproses dalam bentuk: a) Melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar. Jadi proses komunikasi massa melakukan distribusi informasi kemasyarakatan dalam skala
Universitas Sumatera Utara
yang besar, sekali siaran pemberitaan yang disebarkan dalam jumlah yang luas, dan diterima oleh massa yang besar pula. b) Proses komunikasi massa juga dilakukan melalui satu arah, yaitu dari komunikator ke komunikan. Kalau terjadi interaktif di antara mereka maka, maka proses komunikasi (balik) yang disampaikan oleh komunikan ke komunikator sifatnya sangat terbatas, sehingga tetap saja didominasi oleh komunikator. c) Proses komunikasi massa berlangsung secara asimetris di antara komunikator dan komunikan, menyebabkan komunikasi berlangsung datar dan bersifat sementara. d) Proses komunikasi massa juga berlangsung impersonal (non pribadi) dan tanpa nama. Proses ini menjamin bahwa komunikasi massa akan sulit diidentifikasi siapa penggerak dan menjadi motor dalam sebuah gerakan massa di jalan. e) Proses komunikasi massa juga berlangsung berdasarkan pada hubunganhubungan kebutuhan (market) di masyarakat. Seperti televisi dan radio melakukan penyiaran mereka karena kebutuhan masyarakat. Dengan demikian maka agenda acara televisi dan radio juga sangat ditentukan oleh rating, yaitu bagaimana masyarakat mendengar atau menonton acara itu, apabila tidak ada pemirsanya maka acara tersebut dihentikan karena dianggap merugi dan tidak disponsori oleh pasar.
II.3 Fungsi Komunikasi Massa Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju. Selain itu, media massa juga menjadi media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang terbuka, jujur, dan benar disampaikan media massa kepada masyarakat, maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang terbuka dengan informasi, sebaliknya pula masyarakat akan menjadi masyarakat informatif, masyarakat yang dapat menyampaikan informasi dengan jujur kepada media massa. Selain itu, informasi yang banyak dimiliki masyarakat menjadikan masyarakat sebagai masyarakat dunia yang dapat berpartisipasi dengan berbagai kemampuannya. Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan budaya. Yang dimaksud adalah mendorong perkembangan budaya itu bermanfaat bagi manusia bermoral. Dengan demikian media massa juga berperan untuk mencegah berkembangnya budaya-budaya yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakatnya. Selanjutnya Karlinah menyebutkan fungsi komunikasi massa secara khusus, dengan menyinggung pendapat DeVito (dalam Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala, 2004) adalah a) Fungsi Meyakinkan (Persuade) Fungsi meyakinkan dapat dinyatakan dalam bentuk: 1. Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang
Universitas Sumatera Utara
2. Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang 3. Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu 4. Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu b) Fungsi Menganugerahkan Status Penganugerahan status terjadi apabila berita yang disebarluaskan melaporkan kegiatan individu-individu tertentu sehingga prestise (gengsi) mereka meningkat. Misalnya, harian Ekonomi Bisnis Indonesi menyajikan rubrik profil dan views pengusaha di halaman depan, sehingga menaikkan prestise mereka sebagai pengusaha. Dengan memfokuskan kekuatan media massa pada orang-orang tertentu, masyarakat menganugerahkan kepada orang-orang tertentu suatu status publik yang tinggi. Kegiatan ini dalam dunia public relations disebut publicity (publisitas). c) Fungsi Membius (Narcotization) Salah satu fungsi media massa yang paling menarik dan paling banyak dilupakan adalah fungsi membiusnya (narcotization). Ini berarti bahwa apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu harus diambil. Sebagai akibatnya pemirsa atau penerima terbius ke dalam pengaruh narkotik. Misalnya, televisi telah menayangkan tentang kematian tragis Putri Diana. Media membuat tayangan sedemikian rupa sehingga pemirsa seolah-olah terbius oleh tayangan tersebut. Seluruh masyarakat dunia tercurah perhatiannya pada peristiwa prosesi pemakaman Putri Diana. Surat kabar, majalah, tabloidtabloid memuat berita-berita di halaman depan. Media massa di sini seolah-olah
Universitas Sumatera Utara
berlomba untuk menarik perhatian pembacanya dengan menulis berita-berita tentang Diana dari berbagai sudut pandang. d) Fungsi Menciptakan Rasa Kebersatuan Komunikasi massa mampu membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok. Sebagai contoh, seseorang yang sedang sendirian di rumah, duduk di ruang keluarga sambil minum teh. Acara yang ditayangkan televisi membuat orang tersebut merasa menjadi anggota keluarga, karena merasa terhibur dan menyatu dengan acara tersebut. e) Fungsi Privatisasi Privatisasi adalah kecenderungan bagi seseoran untuk menarik diri dari kelompok sosial dan mengucilkan diri ke dalam dunianya sendiri. Laporan yang gencar tentang perang, inflasi, kejahatan dan pengangguran membuat sebagian orang merasa putus asa sehingga mereka menarik diri ke dalam dunia mereka sendiri. Dalam banyak hal, ini dilakukan untuk memusatkan perhatian pada masalahmasalah sepele. Contohnya, baju atau kosmetik apa yang harus dibeli, restoran mana yang akan dikunjungi untuk makan malam, atau film yang akan ditonton, dan sebagainya.
II.4 Drama Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, permainan (game), musik, dan pertunjukan.
Universitas Sumatera Utara
Kata “drama” berasal dai bahasa Yunani dran yang berarti bertindak atau berbuat (action). Program drama adalah pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang tokoh yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Dengan demikian, program drama biasanya menampilkan sejumlah pemain yang memerankan tokoh tertentu. Suatu drama akan mengikuti kehidupan atau petualangan para tokohnya. Program televisi yang termasuk dalam program drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan film. Sinetron di negara lain disebut dengan opera sabun (soap opera atau daytime serial), namun di Indonesia lebih popular dengan sebutan sinetron. Telenovela merupakan istilah yang digunakan televisi Indonesia untuk sinetron yang berasal dari Amerika Latin. Sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh secara bersamaan. Masing-masing tokoh memiliki alur cerita mereka masing-masing tanpa harus dirangkum menjadi suatu kesimpulan. Akhir cerita sinetron cenderung selalu terbuka dan seringkali tanpa penyelesaian (open-ended). Cerita cenderung dibuat berpanjang-panjang selama masih ada audien yang menyukainya. Di luar negeri, drama opera sabun merupakan salah satu program tertua yang disiarkan media penyiaran. Pertama kali disiarkan stasiun radio di Amerika Serikat pada tahun 1920-an dan ditayangkan pertama kali di televisi pada tahun 1940-an. Istilah “opera sabun” berasal dari fakta bahwa program ini pertama kali disiarkan di radio pada siang hari dan digemari banyak ibu rumah tangga. Iklan yang banyak dipasang pada program ini adalah produk atau barang yang terkait dengan kebersihan, seperti deterjen dan sabun mandi, sehingga program ini
Universitas Sumatera Utara
dinamakan opera sabun. Penayangan sinetron biasanya terbagi dalam beberapa episode. Sinetron yang memiliki episode terbatas disebut dengan miniseri. Episode dalam suatu miniseri merupakan bagian dari cerita keseluruhan. Dengan demikian, episode sama seperti bab dari buku. Di Amerika, suatu episode miniseri yang berakhir pada saat puncak ketegangan disebut cliffhanger (Morissan, 2008:214). Televisi sering menayangkan film sebagai salah satu jenis program yang masuk dalam kelompok atau kategori drama. Adapun yang dimaksud film di sini adalah film layar lebar yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan film. Karena tujuan pembuatannya adalah untuk layar lebar (theatre), maka biasanya film baru bisa ditayangkan di televisi setelah terlebih dahulu dipertunjukkan di bioskop atau bahkan setelah film itu didistribusikan atau dipasarkan dalam bentuk VCD atau DVD. Alan Landsburg salah seorang produser acara televisi paling sukses di Amerika menyatakan hanya ada tiga tema dalam setiap program drama yang disukai audien, yaitu: tema seks, uang, dan kekuasaan. Tiga tema tersebut merupakan daya tarik yang dapat mendorong audien mengikuti program drama atau komedi. Tema-tema sinetron ataupun telenovela yang sukses ditayangkan di televisi Indonesia juga memiliki ketiga tema tersebut. Lebih lanjut Alan mengatakan, “Any drama, or comedy, that explores these qualities is on a solid footing.” Ini merupakan penegasan bahwa suatu program drama atau komedi yang memiliki salah satu atau gabungan dari tiga tema itu akan mendapatkan pijakan yang kuat untuk berhasil mendapatkan audien.
Universitas Sumatera Utara
Namun harus diperhatikan bahwa tema seks tidak harus diartikan secara vulgar. Seks harus dipahami dalam pengertian cinta secara luas dan upaya untuk mendapatkan perhatian orang lain. Hal ini harus diterapkan terhadap semua cerita sebagai suatu daya tarik karena sifatnya yang universal. Dengan demikian, kisah mengenai pria atau wanita yang mendapatkan pria atau wanita idaman lain selain pasangannya sendiri selalu menarik perhatian audien yang menontonnya, seperti kisah perselingkuhan. Episode mengenai uang biasanya juga dapat menyentuh perasaan banyak orang. Keinginan untuk mendapatkan uang dan ketakutan atau kekhawatiran kehilangan penghasilan (uang) selalu menjadi pemikiran banyak audien setiap harinya. Keinginan untuk menjadi cepat kaya merupakan impian setiap orang dalam hidupnya. Kekuasaan (power), yaitu zat perangsang yang paling mujarab. Orang akan berjuang, berbohong, dan bahkan membunuh untuk mendapatkan kekuasaan. Kekuasaan telah menjadi tema yang selalu digunakan dalam banyak cerita besar mulai dari Shakespeare hingga drama seri Dynasty. Tema-tema cerita lain, seperti balas dendam, penaklukan, simpati, dan nostalgia juga menjadi tema yang menarik perhatian audien, namun demikian sebenarnya berbagai tema tersebut dapat dirangkum dalam tiga tema besar awal, yaitu seks, uang, dan kekuasaan yang merupakan tema dasar cerita
(Morissan,
2008:216).
II.5 Nilai Sosial
Universitas Sumatera Utara
Nilai atau value termasuk bidang kajian filsafat. Persoalan-persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari salah satu cabang filsafat, yaitu filsafat nilai (axiology, theory of value). Filsafat sering juga diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah nilai di dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness), dan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian (Frank, 1987:229). Di dalam Dictionary of Sociology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok. Jadi, nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu. Misalnya, bunga itu indah, perbuatan itu susila. Indah, susila adalah sifat atau kualitas yang melekat pada bunga dan perbuatan. Dengan demikian maka nilai itu sebenarnya adalah suatu kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan lainnya (dalam Budiyono, 2007:70). Menilai berarti menimbang suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu yang lain, kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan. Keputusan itu merupakan keputusan nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, indah atau tidak indah. Keputusan nilai yang dilakukan oleh subjek penilai tentu berhubungan dengan unsur-unsur yang ada pada manusia sebagai subjek penilai, yaitu unsur-unsur jasmani, akal,
Universitas Sumatera Utara
rasa, karsa (kehendak) dan kepercayaan. Sesuatu itu dikatakan bernilai apabila sesuatu itu berharga, berguna, benar, indah, baik, dan lain sebagainya. Nilai (values) menjadi daya tarik dalam mengukur suatu keadaan, eksistensi dan perilaku individu dan organisasi. Bahkan tidak hanya individu dan organisasi yang menjadi objek tetapi juga benda. Apakah suatu eksistensi itu berharga, baik, bermanfaat, ataukah tak berharga, buruk, tiada manfaat. Semuanya itu berkaitan dengan nilai. Menentukan nilai dari suatu keadaan, eksistensi dan perilaku harus jelas dan tegas, harus ada pembatas yang tegas mana sesuatu yang dapat dikatakan nilai dan sebaliknya mana yang bukan nilai. Ciri-ciri nilai sosial adalah sebagai berikut: a. Diterapkan melalui proses interaksi antar manusia yang terjadi secara intensif dan bukan perilaku yang dibawa sejak lahir. Contoh: Agar seorang anak bisa menerima nilai menghargai waktu, orang tuanya harus mengajarkan disiplin dan memberi contoh sejak dia kecil. b. Ditransformasikan melalui proses belajar yang meliputi sosialisasi, enkulturasi, dan difusi. Contoh: Nilai menghargai persahabatan akan dipelajari anak dari pergaulan dengan teman-temannya di sekolah. c. Berupa ukuran atau peraturan sosial yang turut memenuhi kebutuhankebutuhan sosial. Contoh:
Universitas Sumatera Utara
Nilai menghargai antrian yang ada menjadi ukuran tertib tidaknya seseorang, sekaligus menjadi aturan yang wajib diikuti. d. Berbeda-beda pada tiap kelompok manusia. Contoh: Masyarakat Eropa sangat menghargai waktu sehingga sulit memberikan toleransi pada keterlambatan. Sebaliknya, di Indonesia keterlambatan dalam jangka waktu tertentu masih dapat ditoleransi. e. Memiliki efek yang berbeda-beda terhadap tindakan manusia. Contoh: Nilai mengutamakan uang di atas segalanya membuat orang berusaha mencari uang sebanyak-banyaknya. Namun, nilai kebahagiaan lebih penting dari uang membuat orang lebih mengutamakan hubungan baik dengan sesama. f. Dapat mempengaruhi kepribadian individu sebagai anggota masyarakat. Contoh: Nilai yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi akan melahirkan individu yang egois dan kurang peduli pada orang lain. Sedangkan
nilai yang
mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi akan membuat individu tersebut lebih peka secara sosial. Klasifikasi nilai sosial menurut Prof. Notonegoro (dalam Muin, 2006:49) dapat dibagai menjadi tiga bagian yaitu : 4) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia atau benda-benda nyata yang dapat dimanfaatkan sebagai kebutuhan fisik manusia. Misalnya, pakaian, tempat tinggal, uang, kendaraan, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
5) Nilai vital yaitu, segala sesuatu yang berguna bagi manusia agar dapat melakukan aktivitas atau kegiatan dalam hidupnya. Nilai vital dapat bersifat konkret atau abstrak. Nilai vital bisa dimasukkan ke dalam nilai material, tetapi belum tentu nilai material merupakan nilai vital. Misalnya: makanan dan minuman, kasih sayang orangtua, dan sebagainya. 6) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi pemenuhan kebutuhan rohani (spiritual) manusia yang bersifat universal. Nilai kerohanian ini dibagi menjadi empat macam yaitu: a) Nilai kebenaran dan nilai empiris, yaitu nilai yang bersumber dari proses berpikir teratur menggunakan akal manusia dan diikuti dengan fakta-fakta yang telah terjadi (logika, rasio). Contohnya: mahasiswa yang bisa menjawab suatu pertanyaan dengan benar, ia benar secara logika, apabila ia keliru dalam menjawab dikatakan salah. b) Nilai keindahan, yaitu nilai yang bersumber dari unsur rasa manusia (perasaan atau estetika). Nilai keindahan bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan. Contohnya: ketika kita melihat suatu pemandangan, menonton pentas pertunjukan, merasa senang dengan melihat sebuah lukisan yang indah, atau merasakan makanan yang enak. c) Nilai moral/kebaikan, yaitu nilai sosial yang berkenaan dengan kebaikan dan keburukan, bersumber dari kehendak/kemauan (karsa, etika). Nilai yang menangani kelakuan, atau behubungan dengan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya: memberi salam ketika berjumpa dengan orang yang lebih tua.
Universitas Sumatera Utara
d) Nilai religius, yaitu nilai yang berisi keyakinan atau kepercayaan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari uraian mengenai nilai di atas, dapat dikemukakan bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya sesuatu yang berwujud material saja, akan tetapi juga sesuatu yang berwujud non material atau immaterial. Bahkan sesuatu yang immaterial itu dapat mengandung nilai yang sangat tinggi dan mutlak bagi manusia. Nilai-nilai material relatif lebih mudah diukur, yaitu dengan menggunakan alat indera, maupun alat pengukur seperti, berat panjang, luas, dan sebagainya. Sedangkan nilai kerohanian/spiritual lebih sulit mengukurnya. Dalam menilai hal-hal kerohanian/spiritual, yang menjadi alat ukurnya adalah hati nurani manusia yang dibantu oleh alat indera, cipta, rasa, karsa, dan keyakinan manusia. Peran nilai sosial dalam kehidupan bermasyarakat adalah sebagai berikut: a. Alat untuk menentukan harga dan kelas sosial seseorang dalam stuktur stratifikasi sosial. Misalnya, kelompok masyarakat ekonomi kaya (upper class), kelompok masyarakat ekonomi menengah (middle class), dan kelompok masyarakat kelas rendah (lower class). b. Mengarahkan masyarakat untuk berpikir dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat (berperilaku pantas), agar tercipta integrasi dan tertib sosial. c. Memotivasi manusia untuk mewujudkan dirinya dalam perilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh peran-perannya dalam mencapai tujuan. d. Alat solidaritas yang mendorong masyarakat untuk saling bekerja sama demi mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini, nilai menuntun manusia untuk melakukan kerja sama dan menghilangkan perbedaan-perbedaan yang ada.
Universitas Sumatera Utara
e. Pengawas, pembatas, pendorong, dan penekan individu untuk selalu berbuat baik. Pengawas berarti nilai menjadi kontrol atas tindakan-tindakan seseorang. Pembatas artinya tindakan-tindakan itu akan dibatasi oleh nilai-nilai yang ada di masyarakatnya.
Universitas Sumatera Utara