BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1.
Kajian Teori
2.1.1. Hakekat Pencak Silat Ikatan pencak silat indonesia (IPSI) memandang pencak silat sebagai sesuatu kesatuan (catu tunggal), seperti tercermin dalam senjata trisula pada lambang IPSI. Ketiga trisula melambangkan unsur seni, beladiri dan olahraga dan gagangnya mewakili unsur-unsur mental-spiritual. Penampkan tiap-tiap aspek pencak silat tersebut menggambarkan tujuan keberadaan satu sama lain sebagai satu kesatuan. Sebagai aspek mental-spiritual, pencak silat lebih banyak menitikberatkan pada pembentukkan sikap dan watak kepribadian pesilat yang sesuai dengan falsafah budi pekerti luhur. Pada aspek beladiri,pencak silat bertujuan untuk memperkuat naluri manusia untuk membela diri terhadap berbagai ancaman dan bahaya. Muhajir ( 2006: 47), pencak silat dapat diartikan dalam 2 kata,” pencak” artinya gerak dasar beladiri yang terikat pada peratutan dan digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukkan. Sedangkan “silat” diartikan sebagai gerak beladiri yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri/manusia dari bala atau bencana (perampok, penyakit dan segala sesuatu yang jahat atau merugikan masyarakat. Abdus syukur (sucipto, 2012: 16) menyatakan, pencak adalah gerakan langkah keindahan dengan menghindar, yang disertakan gerakan yang berunsur
komedi. Sedangkan, silat adalah unsur teknik beladiri menangkis, menyerang dan mengunci yang tidak dapat diperagakan didepan umum. Lubis, (2004 : 07) pencak silat adalah suatu gerak terencana, terarah, terkoordinasi dan terkendali, yang mempunyai empat aspek sebagai satu kesatuan yaitu aspek mental spiritual, aspek beladiri, aspek olahraga, aspek seni budaya 2.1.2. Kelas Yang Dipertandingankan Pembagian kelas untuk kategori tanding didasarkan pada berat badan dengan penggolongan menurut umur dan jenis kelamin. Golongan remaja untuk putra dan putri 14 s.d. 17 tahun dan golomgan dewasa untuk putra dan putri berumur 17 s.d. 35 tahun. Untuk golongan remaja putra dan putri terdiri dari 9 kelas yaitu : Kelas A
diatas 39 – 42 kg
Kelas B
diatas 42 – 45 kg
Kelas C
diatas 45 – 48 kg
Kelas D
diatas 48 – 51 kg
Kelas E
diatas 51 – 54 kg
Kelas F
diatas 54 – 57 kg
Kelas G
diatas 57 – 60 kg
Kelas H
diatas 60 – 63 kg
Kelas I
diatas 63 – 67 kg
Untuk golongan dewasa putra dan putri terdiri dari sepuluh kelas yaitu : Kelas A
diatas 45 - 50 kg
Putra/Putri
Kelas B
diatas 50 - 55 kg
Putra/Putri
Kelas C
diatas 55 – 60 kg
Putra/Putri
Kelas D
diatas 60 – 65 kg
Putra/Putri
Kelas E
diatas 65 – 70 kg
Putra/Putri
Kelas F
diatas 70 – 75 kg
Putra/Putri
Kelas G
diatas 75 – 80 kg
Putra
Kelas H
diatas 80 – 85 kg
Putra
Kelas I
diatas 85 – 90 kg
Putra
Kelas J
diatas 90 – 95 kg
Putra
2.1.3. Teknik – teknik Dalam Pencak Silat a.
Teknik Dasar Teknik dasar dalam pencak silat pada usia diantaranya adalah : 1. Teknik pukulan ( pukulan depan, bawah dan atas ) a. Pukulan depan adalah teknik pukulan yang dilakukan dngan cara meluruskan lengan kearah depan dengan posisi telapak tngan mengepal. Sasaran pukulan depan adalah pada bagian dada lawan. Adapun tahapan dalam mengajarkan teknik pukulan depan sebagian berikut : Pesilat melakukan sikap kuda – kuda tengah, kedua lengan disamping pinggang. Selanjutnya meluruskan lengan kearah depan ( dada lawan ) dengan posisi telapak tangan mengepal Posisi badan di pertahankan tegak, pandangan lurus kedepan dan kuda – kuda di pertahankan.
b. Pukulan bawah adalah pukulan yang dilakukan dengan cara mengayunkan lengan menggunakan lintasan dari bawah sasaran pukulan adalah pada bagian uluh hati. Adapun tahapan dalam mengajarkan teknik pukulan bawah adalah sebagai berikut : Pesilat melakukan sikap kuda – kuda tengah, kedua lengan di samping pinggang. Selanjutnya adalah mengayunkan lengan dengan lintasan dari bawah ke arah uluh hati lawan dengan posisi telapak tangan mengepal. Posisi badan mengikuti arah gerakan lengan, pandangan lurus kedepan, dan telapak kaki sejajar dengan lengan pemukul di usahakan jinjit. c. Pukulan atas adalah teknik pukulan yang dilakukan dengan cara mengayunkan lengan menggunakan lintasan dari sampinng atas. Telapak tangan mengepal dan sasaran pukulan adalah pada bagian pelipis/kepala lawan. Adapun tahap daam mengerjakan teknik pukulan atas adalah sebagai berikut : Pesilat melakukan sikap kuda – kuda tengah, kedua lengan disamping pinggang Selanjutnya adalah mengayunkan lengan dengan lintasan dari bawah ke arah uluh hati lawan dengan posisi telapak tangan mengepal.
Posisi badan mengikuti arah gerakan lengan, pandangan lurus kedepan, dan telapak kaki sejajar dengan lengan pemukul di usahakan jinjit. 2. Teknik Tendangan ( lurus, sabit dan T ) a.
Tendangan lurus adalah serangan yang menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya ke arah depan dengan posisi badan menghadap kedepan, dengan kenaannya pangkal jari – jari bagaian dalam, dengan sasaran uluh hati dan dagu.
b.
Tendangan sabit adalah tendangan yang lintasannya setangah lingkaran kedalam, dengan sasaran seluruh bagian tubuh, dengan punggung telapak kaki atau jari telapak kaki.
c.
Tendangan T adalah serangan yang menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya lurus kedepan dan kenaannya pada tumit, telapak kaki dan sisi luar telapak kaki, posisi lurus, biasanya digunakan untuk serangan samping dengan sasaran seluruh bagian tubuh.
3. Teknik belaan/jatuhan ( atas dan bawah ) a.
Sapuan rebah, serangan menyapu kaki dengan cara merabahkan diri bertujuan menjatuhkan, bisa dengan sapuan rebah belakang (sirkel belakang).
b.
Guntingan, teknik menjatuhkan lawan yang dilakukan dengan menjepit kedua tungkai kaki pada sasaran leher, pinggang atau tungkai lawan sehingga lawan jatuh.
c.
Tangkapan, teknik menangkap tangan, kaki ataupun anggota badan lawan dengan satu atau dua tangan dan akan dilajutkan dengan gerakan lain.
d.
Bantingan, teknik menjatuhkna dan mengangkat anggota tubuh lawan, yang diawal dengan teknik tangkapan lawan.
Dalam pertandingan pencak silat terdapat beberapa perbedaan dengan beladiri lain karena didalamnya harus menampilkan sikap pasang, pola langkah, selaberang dan kembali kesikap pasang. Hal ini dilakukan dengan menggunakan teknik pukulan, tendangan dan juga teknik guntingan maupun jatuhan dan tangkapan sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Teknik – teknik dasar yang terdapat dalam pencak silat adalah suatu gerak yang terencana, terarah, terkoordinasi dan terkendali yang mempunyai empat aspek sebagai satu kesatuan yaitu aspek mental spiritual, aspek beladiri, aspek olahraga dan aspek seni budaya. Dalam olahraga pencak silat terdapat berbagi macam teknik maupun taktik yang sering digunakan dalam pertandingan yaitu : 1. Serangan tangan dapat dilakukan dengan menggunakan pukulan depan, serangan ini menggunakn lengan dengan tangan mengepal yang lintasannya lurus kedepan, serta alat penyasarnya adalah dua mata tangan dan sasarnnya berada pada bagian atas, tangah maupun bawah. 2. Serangan kaki/tendanganterdiri dari beberapa jenis yaitu a. Tendangan lurus b. Tendangan sabit
c. Tendangan T d. Tendangan putar Keempat tendangan diatas yang sering digunkan dalam pertandingan pencak silat. 3. Belaan adalah salah satu upaya untuk menggagalkan serangan lawan dengan menggunakan tangkisan atau hindaran, yang dikatakan dengan hindaran adalah salah satu teknik belaan untuk menggagalkan serangan lawan dengan melakukan tindakan menahan serangan lawan dengan tangan, kaki dan tubuh. 4. Hindaran adalah teknik yang menggagalkan serangan lawan yang dilakukan tanpa menyentuh lawan. Pada pertandingan teknik hindaran dapat dilakukan dengan cara elakan dan egosan. Hal ini dilakukan untuk menggagalkan serangan lawan sehingga lawan tidak mendapatkan poin. 5. Sapuan dan guntingan adalah salah satu teknik yang sering digunakan untuk menjatuhkan lawan serta memperoleh nilai/poin. 6. Bantingan/tangkapan adalah salah satu teknik tangkapan tangan, kaki maupun anggota badan lawan dengan gerakan lain dengan menggunakan satu atau dua tangan akan dilanjutkan dengan gerakan lain. Hal ini dilakukan untuk menjatuhkan lawan. 2.2.
Tendangan T Lubis, (2004 : 28), tendangan T adalah serangan yang menggunakan
sebelah kaki dan tungkai, lintasannya lurus kedepan dan kenaannya pada tumit,
telapak kaki dan sisi luar telapak kaki, posisi lurus, biasanya digunakan untuk serangan samping, dengan sasaran seluruh bagian tubuh. Tendangan mempunyai beberapa keuntungan antara lain tendangan mendapatkan nilai yang cukup tinggi yaitu dua point. Jangkauannya lebih panjang serta mempunyai power yang lebih besar dibandingkan dengan serangan lain yaitu pukulan hanya memperoleh nilai satu Nugroho (dalam Azizi 2013:2).
Gambar 1 : Tendangan T Doc Pribadi 2.3.
Hakekat Latihan Latihan adalah aktivitas fisik yang direncanakan, terstruktur, dan
berulang-ulang untuk tujuan pengkondisian setiap bagian dari tubuh. Latihan ini digunakan untuk meningkatkan kesehatan, menjaga kebugaran dan penting untuk meningkatkan suatu kemampuan yang dilatih. Wasis Djoko Dwiyogo (dalam Yanto, 2011 : 15) latihan adalah segala daya upaya untuk meningkatkan secara menyeluruh baik kesegaran jasmani maupun kandisi fisik seorang atlit.
Harsono, (dalam hadjarati : 2009 : 126) latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan secara intensitas latihannya. Sedangkan tujuan utamanya adalah untuk membantu atilt meningkatakan keterampilan dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin. Nosseck (1982:10) menyatakan bahwa, “Latihan adalah suatu proses atau dengan kata lain periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun sampai atlet tersebut mencapai standar penampilan yang tinggi. Pemilihan suatu metode latihan yang tepat merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program latihan. Pemilihan metode latihan yang tepat tersebut berdasarkan pada beberapa faktor, yaitu : 1) Tujuan umum melatih 2) Tugas-tugas tertentu 3) Kekhususan cabang olahraga 4) Kedewasaan fisik dan mental atlit 5) Tingkat kemampuan atlet (Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifudin; 1992:142) Agar dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan, program latihan yang disusun dan dilakukan harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan secara benar. Prinsip- prinsip latihan berbeban yang perlu digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan latihan, menurut E.L. Fox yang dikutip M. Sajoto (1995:30-31) yaitu: 1. Prinsip overload (beban lebih) 2. Prinsip penggunaan beban secara progresif
3. Prinsip pengaturan latihan 4. Prinsip kekhususan program latihan Katch dan McArdle (dalam Hadjarati, 2009 : 135) dalam melakukan latihan perlu diketahui tentang intensitas latihan yaitu dengan cara menghitung : takaran intensitas latihan – DNM dimana (DNM) denyut nadi maksimal = 220 – umur (dalam tahun). Takaran intensitas latihan : untuk olahraga prestasi : 80% 90 % dari DNM, sedangkan untuk olahraga kesehatan : antara 70% - 85% dari DNM. 2.3.1. Latihan Sprint Dalam latihan ini menggunakan jarak yang sangat pendek ± 5 meter. Dalam hal ini pesilat harus melakukan lari dengan kecepatan maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh. Lari cepat atau sprint yaitu perlombaan lari yang semua peserta berlari dengan kecepatan penuh dengan menepuh jarak 100 m, 200 m dan 400 m (Muhajir, 2006:36). Penjasorkes (2009 : 125) Lari cepat atau sprint adalah lari yang dilakukan mulai dari garis start hingga garis finish dengan kecepatan maksimal. 2.3.2. Latihan Lompat Dalam latihan ini atlit harus melompati box/kotat dengan cara mengangkat kedua kaki dan kedua paha sama rata. Latihan box jump dimulai dengan berdiri pada dua kaki selebar bahu, kemudian melakukan lompatan kedepan dengan mendarat diatas kotak setinggi 30
– 40 cm, kemudian lompat ke bawah lagi lalu lompat kekotak selanjutnya dan seterusnya. Menurut Chu, (dalam putra, 2013 : 4 ) box jump adalah latihan yang memakai beberapa kotak dengan metode latihan dilakukan dengan berbagai gerakan dimana ukuran dan tinggi kotak dapat disesuaikan. Bompa, (dalam putra, 2013 : 4) box jump adalah lompat dari kotak dengan tingginya divariasikan, lakukan lompatan spontan setinggi mungkin. 2.3.3. Latihan Lari Zig-zag Sujoto (2013:07) Lari zig-zag (lari belok-belok) adalah suatu bentuk latihan yang dilakukan dengan gerakkan berkelok-kelok melewati rambu-rambu yang telah disiapkan untuk melatih kemampuan berubah arah dengan cepat. Joseph R. Weinstein (dalam Yudersa, 2012 : 05) zig – zag run adalah latihan yang menggunakan 5 cones dengan jarak 5 yard dimana latihan tersebut dilakukan dengan sprint melewati cones. Paul Larkins dan Tonny Abbots (dalam Yudersa, 2012 : 05) zig – zag run adalah metode latihan yang dilakukan dengan perubahan posisi secara langsung dengan berlari zig – zag. Jadi lari zig-zag adalah suatu bentuk latihan dengan gerakakan berkelokkelok melewati yang menggunakan 5 cones dengan jarak 5 yard dilakukan dengan sprint.
2.3.4. Latihan Kombinasi Latihan kombinasi sama halnya dengan latihan koordinasi dimana latihan koordinasi merupakan suatu aktivitas yang memadukan beberapa unsur gerak untuk membentuk gerakan tunggal. Menurut Schmidt (1988:265), koordinasi merupakan perpaduan gerak dari dua atau lebih persendian yang satu sama lainnya saling berkaitan dalam menghasilkan satu keterampilan gerak. Menurut Sajoto (1995 : 9), koordinasi adalah kemamapuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif. Latihan kombinasi yang dimaksud adalah menggabungkan antara latihan sprint, lompat dan lari zig-zag menjadi satu bentuk latihan. 2.3.5. Frekuensi Kecepatan Frekuensi adalah banyaknya getaran yang terjadi dalam kurun waktu satu detik. Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu sesingkat-singkatnya. Hariono (2007 : 72) kecepatan adalah kemampuan seseorang dalam melakukan gerak atau serangkaian gerak secepat mungkin sebagai jawaban terhadap rangsangan. Sukadiyanto (dalam Hariono, 2007 :73) kecepatan merupakan kualitas kondisional yang memungkinkan seseorang untuk melakukan gerakan dan bereaksi secara cepat terhadap rangsangan.
Latihan kecepatan sebaiknya diberikan pre-season atau setelah atlit memiiki strenght, fleksibilitas, dan daya tahan tubuh yang cukup ( Mashar dan Dwinaharu, 2010: 57). Jadi frekuensi kecepatan adalah banyaknya gerak atau getaran yag dilakukan secara berturut-turut dan berulang-ulang dalam waktu yang sesingkatsingkatnya dengan tujuan untuk meningkatkan kecepatan. 2.3.6. Aplikasi Latihan Kombinasi Sprint, Lompat dan Lari zig-zag Latiahan ini dilakukan dengan cara berurutan mulai dari lari sprint, kemudian lompat melewati kotak, kemudian sprint mundur secara diagonal setelah itu lari zig-zag. 2.4.
Kerangka Berpikir Pencak silat adalah salah satu cabang olahraga beladiri yang sempurna
yang bersumber pada kerohanian suci murni guna untuk keselamatan diri. Pencak silat juga merupakan salah satu materi ekstrakulikurel pokok di tiap sekolah sehingga siswa harus memiliki kemampuan bersilat dengan berbagai metode latihan. Penigkatan kecepatan terhadap tendangan T memiliki unsur-unsur yang menunjang. Salah satu penunjang yang dimaksud adalah unsur-unsur penunjang fisik yang terdiri dari : kecepatan, keseimbangan dan teknik. Apabila pelatih menerapkan suatu latihan dengan baik, maka akan berpengaruh terhadap kecepatan tendangan pada pencak silat. Hal ini dapat di kembangkan secara maksimal apabila ditunjang dengan latihan yang teratur dan disiplin. Begitu pentingnya tendangan T bagi pesilat sehingga penulis memiliki ide dasar untuk mempercepat gerakkan tendangan T agar tidak mudah tertangkap
lawan, salah satunya adalah dengan latihan kombinasi sprint, lompat dan lari zigzag. 2.5.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian diatas maka penulis dapat mengambil hipotesis
penelitian yaitu: “ terdapat pengaruh latihan kombinasi sprint, lompat dan lari zigzag terhadap frekuensi tendangan T pada siswa ekstrakrikuler pencak silat di SMK N 1 BULANGO UTARA.