9
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1
Hakekat Kemampuan Menurut Zain (dalam Milman Yusdi, 2010:10) mengartikan bahwa
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang secara efektif atau sangat berhasil. Sementara itu, Robbin (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (Ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. Pada
dasarnya
kemampuan
terdiri
atas
dua
kelompok
faktor
(Robbin,2007:57) yaitu: 1) kemampuan intelektual (intelectual ability) yaitu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental-berfikir, menalar dan memecahkan masalah; 2) kemampuan fisik (physical ability) yaitu kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa.
10
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan, maka yang dimaksud dengan kemampuan pada penelitian ini adalah kemampuan siswa kelas I SDN 4 Bulango Ulu Kecamatan Bulango Ulu Kabupaten Bone Bolango dalam mengelompokkan bangun ruang sederhana masih sangat kurang. 2.1.2
Macam-macam Bangun Ruang Sederhana Menurut suharjana (2008 : 14) Bangun ruang adalah bagian ruang yang
dibatasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat pada seluruh permukaan bangun datar tersebut. Permukaan bangun itu disebut sisi. Beberapa bentuk bangun ruang sederhana adalah sebagai berikut : 1.
Bola, contoh bentuk bendanya : bola, semangka, kelereng.
2.
Tabung, contoh bentuk bendanya : drum, kaleng susu, gelas.
3.
Kubus, contoh bentuk bendanya : kodo, dadu.
11
4.
Balok, contoh bentuk bendanya : lemari, dos susu, tempat sepatu, buku.
5.
Prisma, contoh bentuk bendanya : konblok.
6.
Kerucut, contoh bentuk bendanya : tumpeng, es krim, topi kerucut
2.1.3
Hakekat Pendekatan Kontekstual Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siawa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi 2002 : 205). Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan
12
mengalami sendiri (learning to do), dan bukan sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan guru. Pendekatan
kontekstual
sebagai
suatu
pendekatan
pembelajaran
yang
memfasilitasi kegiatan siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui pelibatan aktivitas belajar mencoba melakukan dan mengalami sendiri (learning by doing). Dengan demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses. Oleh karena itu, tugas guru adalah mensiasati strategi pembelajaran bagaimana yang dipandang lebih efektipf dalam membimbing kegiatan belajar siswa, agar dapat menemukan apa yang menjadi harapannya. Dalam pembelajaran kontekstual ada 7 prinsip pembelajaran yang harus dikembangkan ole guru yaitu : 1) kontruktivisme, 2) menemukan (inquiry), 3) bertanya, 4) masyarakat belajar, 5) pemodelan, 6) refleksi, 7) penilaian sebenarnya.
Menurut Muslich (2007:41) pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Lebih lanjut Komalasari (2010:7) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,
13
masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah konsep belajar atau pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu guru dalam mengaitkan antara materi pembelajaran atau materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya dan menjadikannya dasar pengambilan keputusan atas pemecahan masalah yang akan dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pada intinya, pengembangan setiap komponen kontekstual dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah – langkah sebagai berikut : 1. Mengembangakan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna. 2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan. 3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan – pertanyaan. 4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, Tanya jawab, dan sebagainya. 5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.
14
6. Membiasakan
anak
untuk
melakukan
refleksi
dari
setiap
kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. 7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa. Inti dari pendekatan kontekstual adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengaitkannya bisa dilakukan berbagai cara, selain karena memang materi yang dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh (sumber belajar, media, dan sebagainya), yang memang baik secara langsung maupun tidak langsung maupun tidak diupayakan terkait atau berhubungan dengan pengalaman hidup nyata. Dengan demikian, pembelajaran selain akan lebih menarik, juga akan dirasakan sangat dibutuhkan oleh setiap siswa karena apa yang dipelajari dirasakan langsung manfaatnya. Pendekatan kontekstual, merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berikan fasilitas kegiatan belajar siswa yang lebih bersifat konkret ( terkait dengan kehidupan nyata ) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan dan mengalami sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses. Pembelajaran kontekstual ini memiliki tujuh tahapan pokok yang harus dikembangkan oleh Nurhadi, (2003:4) yaitu : a.
Konstruktivisme ( Constructivisme ) Konstruktivisme merupakan landasan berfikir ( filisofi ) dalam pendekatan
kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit
15
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun itu memberi makna melalui pengalaman yang nyata. b. Menemukan ( Inquiry ) Menemukan merupakan kegiatan inti dari pendekatan kontekstual, melaui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri. c. Bertanya ( Questioning ) Unsur lain yang menjadi karakteristik utama kontekstual adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama dalam pendekatan kontekstual. Penerapan unsur bertanya dalam pendekatan kontekstual harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran. d. Masyarakat Belajar ( Learning Community ) Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Seperti
yang disarankan learning community, bahwa
hasil
pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman ( sharing ). Melalui sharing , anak dibiasakan untuk memberi dan
16
menerima, sifat ketergantungan yang positif dalam learning community dikembangkan. e. Pemodelan ( Modeling ) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya permasalahan hidup yang dihadapi, tuntutan siswa yang semakin berkembang dan beraneka ragam, telah berdampak pada kemampuan guru yang memiliki kemampuan lengkap. Hal ini sulit dipenuhi. Oleh karena itu, kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimilikinya, guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru. f. Refleksi ( Reflection ) Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain, refleksi adalah berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru di pelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada refleksi siswa, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri ( learning to be )
17
g. Penilaian Sebenarnya ( Authentic Assessment ) Tahap terakhir dari pendekatan kontekstual adalah melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran, memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui pembelajaran kontekstual. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Adapun ciri-ciri pendekatan kontekstual yang dikemukakan oleh Kunandar (2007:299), yaitu sebagai berikut : 1. Kerja sama 2. Saling menghargai 3.
Menyenangkan dan tidak membosankan
4. Belajar dengan bergairah 5. Pembelajaran terintegrasi 6. Menggunakan berbagai sumber 7. Siswa aktip 8. Sharing dengan teman 9. Siswa kritis, guru kreatif 10. Dinding-dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan karya siswa ( peta-peta, gambar, artikel ) 11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.
18
2.1.4
Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Kontekstual Menurut Nurhadi, (2003:47) ada beberapa kelebihan dalam penggunaan
pendekatan kontekstual yaitu siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, dan saling mengoreksi dan siswa diminta bertangguang jawab memonitor dan mengembangkan pelajaran mereka masing-masing. Sedangkan kelemahan dalam penggunaan pendekatan kontekstual yaitu siswa dituntut belajar melalui pengalaman sendiri bukan menghafal, untuk siswa yang kurang mampu dalam belajar ia akan merasa kesulitan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Solusinya yaitu bagi siswa yang kurang pandai, dengan adanya bejar kelompok, diskusi, dan adanya saling mengoreksi diharapkan dapat membantu. 2.1.5
Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Mengelompokkan Bangun Ruang Sederhana. Pendekatan kontekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih
bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikain proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan, memberdayakan siswa, dan bukan mengajar siswa. Dengan prinsip pembelajaran seperti itu, pengetahuan bukan lagi seperangkat fakta, konsep, dan aturan yang siap diterima siswa, melainkan harus dikonstruksi
19
(dibangun) sendiri oleh siswa dengan fasilitasi oleh guru. Siswa belajar dengan mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian member makna pada pengetahuan itu (suryari,http://educare.e-fkipunia.net, di akses 23 April 2009). Penerapan model pendekatan kontekstual yang dilakukan oleh guru dikelas, memiliki langkah-langkah pembelajaran. Sebagaimana yang dijabarkan oleh Depdiknas (Trianto, 2008:25-26) secara garis besar langkah-langkahnya adalah : a) kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, b) laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik, c) kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya, d) ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok), e) hadirkan model sebagai contoh pembelajaran, f) lakukan refleksi diakhir pertemuan, g) lakukan penilian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Contoh Penerapan pendekatan kontekstual dalam mengelompokkan bangun ruang sederhana pada siswa kelas I SDN 4 Bulango Ulu Kecamatan Bulango Ulu Kabupaten Bone Bolango adalah pertama-tama siswa kelas I di pesan membawa benda-benda bangun ruang yang ada disekitar tempat tinggal mereka seperti botol aqua, dos manguni, tempat sabun, pepsodent, gelas aqua, kelereng, dan bola, masing-masing siswa membawa 4 benda bangun ruang. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran mengelompokkan bangun ruang sederhana adalah sebagai berikut : 1. Guru melakukan apersepsi 2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
20
3. Guru menjelaskan materi mengelompokkan bangun ruang sederhana dengan jelas dan singkat. Beberapa bentuk bangun ruang sederhana adalah sebagai berikut : Bola, contoh bentuk bendanya : bola, semangka, kelereng.
Tabung, contoh bentuk bendanya : drum, kaleng susu, gelas.
Kubus, contoh bentuk bendanya : kodo, dadu.
Balok, contoh bentuk bendanya : lemari, dos susu, tempat sepatu, buku.
21
Prisma, contoh bentuk bendanya : konblok.
Kerucut, contoh bentuk bendanya : tumpeng, es krim, topi kerucut
4. Guru membimbing siswa dalam pengelompokkan bangun ruang sederhana dengan menggunakan media. 5. Siswa dibagi kedalam 4 kelompok, yaitu kelompok balok, kubus, tabung dan kerucut dan diberi tugas mengelompokkan bangun ruang sederhana sesuai kelompoknya. 6. Siswa secara berkelompok bekerja sama dalam mengelompokkan bangun ruang sederhana yang ditugaskan guru dengan menggunakan media yang telah disediakan. 7. Guru memberikan penghargaan kepada siswa secara individu dan kelompok yang berhasil mengelompokkan bangun ruang sederhana. 8. Guru memberikan tes evaluasi secara lisan. 9. Sebelum menutup pelajaran, guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi mengelompokkan bangun ruang sederhana.
22
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan Kajian penelitian yang relevan dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Edi Subagio, 2005. Dengan judul skripsi meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SDN Wates pada pokok bahasan bangun datar sebagai implementasi pendekatan CTL (Contekstual Teaching and Learning). Hasil penelitiannya menunjukkan hasil belajar siswa pada siklus 1 yang tuntas mencapai 66,6 % dari 30 siswa sementara pada siklus 2 pemahaman belajar siswa melalui tes unjuk kerja mengalami peningkatan dengan hasil capaian siswa yang tuntas sebesar 86 % telah mencapai indikator keberhasilan dan ketuntasan sehingga tidak lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya. 2.2 Hipotesis Tindakan Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan hipotesis sebagai berikut : ”Jika melalui pendekatan kontekstual maka kemampuan mengelompokkan bangun ruang sederhana pada siswa kelas I SDN Bulango Ulu Kecamatan Bulango Ulu Kabupaten Bone Bolango akan meningkat”. 2.3 Indikator Kinerja Sebagai indikator kinerja dalam penelitian ini adalah minimal 75% siswa kelas I SDN 4 Bulango Ulu Kecamatan Bulango Ulu Kabupaten Bone Bolango yang dikenai tindakan memperoleh nilai 65 keatas.