BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat KemampuanMengenal Geometri Kemampuan menurut Robbin (2007:67) adalah bawaan kesanggupan sejak lahir atau merupakan hasil latihan yang digunakan untuk melakukan suatu pekerjaan. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan fisik dan intelektual. Kemampuan fisik berkaitan dengan stamina dan karakteristik tubuh, sedangkan kemampuan intelektual berkaitan dengan aktivitas adalah penilaian terkeni atas apa yang dilakukan seseorang.mental. Perngertian lain yang diungkapkan oleh Robbin (2007: 57) Menurut Zain (dalam Yusdi, 2010:10)mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil. Berdasarkan beberapa pengertian kemampuan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah suatu kekuatan dasar seseorang dalam menyelesaikan semua hal yang sedang dijalani. Geometri merupakan cabang matematika yang membahas tentang bendabenda, luas permukaan, titik-titik, garis-garis, sudut-sudut beserta hubunganhubungan yang tercipta, sifat-sifat, dan semua ukuran yang berlaku, termasuk letak-letak
titik,
garis
dan
sudut
(http://google.research.com/geometri
diunduh
6
di tanggal
dalam 20
ruang Januari
7
2013).Pengenalan merupakan aspek yang sangat penting, karena salah satu tujuan kegiatan pembelajaran adalah anak mengenal apa yang telah ia pelajari. Pengenalan yang dimaksud berupa konsep-konsep, teori dan hukumhukum yang telah ada. Menurut Ruseffendi (dalam Apriliana, 2011:17) menjelaskan bahwa : “apabila anak mengenali sesuatu, ini berarti bahwa anak mengerti tentang sesuatu itu tetapi tahap pengertiannya masih rendah.kemampuan mengerti pada tahap ini misalnya mampu mengubah informasi kedalam bentuk paralel yang lebih bermakna, memberikan inteprestasi”. Sebelum anak mengenalkan sebuah konsep, anak terlebih dahulu harus melewati tahapan tahapan pengetahuan. Hal tersebut sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif menurut Bloom (dalamSyah, 1995:65) yaitu membagi domain kognisi kedalam 6 tingkatan. Domain tersebut yaitu: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi. (Apllication), analisis (analysis), Sintesis (Synthesis) dan evaluasi (Evaluation). Berdasarkan tahapan domain kognitif Bloom diatas, tahap pemahaman berada pada tahap kedua sebelah tahap pengenalan. Apabila seseorang telah memahami suatu konsep, maka ia sudah dipastikan mengenal konsep tersebut terlebih dahulu. Apabila dikaitkan dengan konsep-konsep geometri, guru dapat memulai dengan pengenalan konsep bentuk geometri terlebih dahulu kepada anak. Pada saat guru menjelaskan tentang bentuk-bentuk geometri, sebaiknya guru selalu menggunakan media yang riil dan dekat dengan anak sehingga anak dapat melihat dan memanipulasi benda-benda yang mempunyai bentuk geometri tersebut. Selain itu, menurut Jamaris (2005: 84), kemampuan dasar geometri dapat dikembangkan
8
melalui pengenalan anak terhadap berbagai kemampuan orientasi spasial, yaitu kemampuan berkaitan dengan bentuk benda dimana benda itu diletakkan seperti “Buku diletakkan diatas meja”. Berg (dalam Apriliana, 2011:18) mengemukakan setelah anak memahami suatu konsep geometri maka anak menunjukkan beberapa tahap sebagai berikut: a). Dapat mendefinisikan konsep yang bersangkutan, b). Dapat menjelaskan perbedaan antara konsep yang bersangkutan dengan konsepkonsep yang lain, c). Dapat menjelaskan hubungan dengan konsep-konsep lain, d). Dapat menjelaskan arti konsep dan e). Dapat menerapkan konsep dalam memecahkan dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan pendapat Berg, menurut The National Council Of Teachers Of Matematics (NCTM) (Copley, 2001 :178), standar geometri yang menjadi acuan untuk mengukur kemampuan geometri anak usia 4-12 tahun, yaitu: (1).anak dapat mengenal bentuk geometri, (2) anak dapat menyebut bentuk geometri, (3). anak dapat menggambarkan suatu bentuk geometri, (4) anak dapat membentuk geometri, (5) anak dapat menyebutkan persamaan dan perbedaan dari 2 bentuk geometri atau lebih. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan pengenalan bentuk geometri pada anak usia anak dini adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki anak setelah menyelesaikan pengalaman belajar geometrinya yaitu berupa anak sudah mengenal bentuk geometri, dapat menggambarkan suatu bentuk geometri secara lisan/tulisan, dapat membuat bentuk geometri yang berupa produk seperti membentuk dari tanah liat/plastisin dan melipat kertas menjadi bentuk geometri, dapat menyebutkan persamaan dan
9
perbedaan dari 2 bentuk geometri atau lebih serta dapat menguraikan dari sebuah bentuk geometri. 2.1.2 Pentingnya pengenalan Bentuk Geometri Pada Anak Usia Dini Anak dibawah usia lima tahun sudah memiliki kemampuan matematika. Hal tersebut dikemukakan oleh Sianturi (2005:1) bahwa: “anak-anak dibawah usia lima tahun (balita) ternyata dapat menyelesaikan jenis operasi matematika tertentu sebelum memperoleh pelajaran matematika secara formal ”. Pernyataan tersebut selaras dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Spelke (Sianturi, 2005:2) yaitu penelitian terakhir yang dilakukan pada bayi dan primate menunjukan bahwa kemampuan ini sudah diperlihatkan sebelum umur lima tahun. Hasil penelitian di atas, dapat dikatakan anak mempunyai intusiasi matematika yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan matematika didalam kehidupannya sehari-hari. Pada saat pembelajaran matematika di kelompok bermain, guru memperkenalkan konsep-konsep berupa bilangan, aljabar, pengukuran, geometri dan probabilitas/analisis data. Konsepkonsep awal tersebut diberikan kepada anak untuk dapat memahami konsep selanjutnya. Pentingnya konsep matematika diberikan sejak dini dikemukakan oleh Abdurahman (2003:27) yaitu: Setiap siswa belajar matematika karena matematika merupakan sarana berpikir yang jelas dan logis, sarana untuk memecahkan masalah dikehidupan sehari-hari, sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, sarana untuk mengembangkan kreativitas dan sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan. Oleh karena itu
10
suatu kewajiban bagi guru untuk dapat mengemas pembelajaran matematika kedalam kegiatan yang menarik dan mengasyikan bagi anak, tujuannya agar anak memperoleh pengalaman belajar yang berkesan dan dapat mengingatnya sampai dewasa. Peran guru dalam penyajian materi matematika yang menarik diungkapkan juga oleh Henny (2000:4) : ”idealnya sekolah melakukan pendekatan yaitu mencoba memberikan latihan-latihan sesuai dengan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh anak.Sama halnya dengan pengenalan konsep geometri, pada pembelajaran pengenalan untuk geometri anak mengenal beberapa bentuk seperti : lingkaran, bujur sangkar, segitiga, bujur sangkar panjang, belah ketupat, segi lima, dan trapesium. Merupakan awal dari pengenalan bentuk geometri pada saat anak menerapkan pembelajaran kooperatif melalui teknik mencari pasangan. Kegiatan pengenalan bentuk geometri dapat dilakukan seperti mengamati lingkungan sekitar dan mencari bentuk-bentuk yang akan diperkenalkan pada saat belajar mengenal bentuk dan diperkenalkanlah pada anak bentuk bujur sangkar, segitiga, lingkaran dan aneka bentuk lainnya, kemudian beri kesempatan anak untuk belajar mengamati bentuk geometri melalui pembelajaran kooperatif mencari pasangan dengan bentuk geometri yang sama. Mengingat betapa pentingnya pengenalan konsep bentuk geometri, maka dari itu untuk lebih meningkatkan kemampuan memahami konsep dalam pengenalan konsep geometri, perlu dilakukan perubahan dalam hal penyajian materi pengenalan geometri. Hal ini terkait agar anak lebih tertarik dan termotivasi untuk mempelajari geometri yang pada akhirnya diharapkan anak dapat memahami konsep-konsep geometri.
11
Burn (dalam Sudono, 2011:21) mengemukakan beberapa tingkatan anak pada saat konsep matematika tersebut dapat terbentuk. Semua materi matematika tersebut yaitu bilangan, pola dan fungsi, geometri, ukuran, grafik, estimasi, proibabilitas dan pemecahan masalah. 2.1.3 Jenis-Jenis Bentuk Geometri yang dipelajari di Usia Dini Anak usia dini berada pada tahapan pra operasional yaitu tahap persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yang konkret dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan hubungan benda-benda yang didasarkan pada interpretasi dan pengalamannya. Anak usia dini adalah masa yang sangat strategi untuk mengenalkan konsep matematika dengan bentuk geometri yang sederhana karena usia dini sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahu anak sangat tinggi sehingga anak tersalurkan apabila mendapat stimulasi atau rangsangan dan motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya. Dalam standar isi yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional disebutkan bahwa indikator kemampuan geometri pada anak usia 4-5 tahun adalah mengelompokkan bentuk-bentuk geometri (lingkaran, segi tiga, segi empat) dan menyebutkan kembali benda-benda yang menunjukkan bentuk-bentuk geometri (Depdiknas, 2007:41) selanjutnya dalamDepdiknas (2002 :28) menyebutkan bahwa indikatorkemampuan anak usia dini 4-6 tahun harus menguasai 7 buah bentuk yaitu lingkaran, bujur sangkar, persegi panjang, segitiga, segi enam, belah ketupat dan trapesium, untuk anak usia 2-3 tahun harus menguasai 2 bentuk yaitu
12
lingkaran dan bujur sangkar. Sedangkan anak usia 3-4 tahun harus menguasai 4 bentuk geometri yaitu lingkaran, bujur sangkar, segitiga dan persegi panjang. a. Lingkaran Secara umum lingkaran diartikan sebagai himpunan titik pada ruang dua dimensi yang beranjak sama dengan suatu titik tertentu (Wisnu: 2008). Selain pengertian lingkaran secara umum, Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:675) menyebutkan bahwa lingkaran adalah garis melengkung yang kedua ujungnya bertemu pada jarak yang sama dari titik pusat. Anak dapat mengenal lingkaran dengan cara: permainan yang membuat anak mengelilingi suatu lingkaran, mencari bentuk dan bangun berbentuk lingkaran di sekitar rumah atau sekolah, seperti pada jam dinding, piring, kepingan CD, uang koin, tutup ember, dan lainlain. b. Bujur Sangkar Bujur sangkar adalah suatu poligon yang memiliki empat sisi, empat sudut tegak lurus dan dua buah sisi yang sejajar (paralel). Bujur sangkar termasuk dalam bangun dua dimensi. Kerabat dekatnya yang juga memiliki empat sisi (segiempat) adalah belah ketupat, empat persegi panjang, jajaran genjang, layang-layang, trapesium dan trapesoid. (http://google.research.com/ diunduh tanggal 20 Januari 2013) c. Segitiga Segitiga yaitu suatu bidang yang berisi tiga yang dibentuk dengan cara menghubungkan tiga buah titik P1, P2, dan P3 yang tidak segaris (sebagai titik sudutnya) dengan ruas-ruas garis P1 P2, P2 P3 dan P3 P1 (KBBI 2005 :1010).
13
Ada beberapa jenis segitiga yaitu (1) segitiga sama kaki yang mempunyai dua buah sisi sama panjang, (2) segitiga siku-siku yang salah satu sudutnya merupakan sudut siku-siku dan (3) segitiga taksama kaki yang tidak mempunyai sepasang sisi sama panjang atau ketiga sisinya tidak sama panjang. d. Persegi panjang Persegi panjang yaitu empat persegi yang dua sisinya tidak sama panjang Poerdarminta (dalam Apriliana, 2001:26). Persegi panjang adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh dua pasang rusuk yang masing-masing sama panjang dan sejajar dengan pasangannya dan memiliki empat buah sudut yang kesemuannya adalah sudut siku-siku. e. Jajar genjang Jajar genjang adalah datar dua dimensi yang dibentuk oleh dua pasang rusuk yang masing-masing sama panjang dan sejajar dengan pasangannya dan memiliki dua pasangan sadut bukan siku-siku yang masing-masing sama besar dengan sudut yang dihadapannya. f. Belah ketupat Belah ketupat memiliki sisi yang berurutan sama panjang dan sudut yang berhadapan sama besar. Bangun datar persegi empat, sisinya berhadapan sama panjangnya (KBBI,2005:123). Belah ketupat memiliki beberapa sifat yaitu: sisi yang berhadapan sama besar. Bangun datar persegi empat, sisinya berhadapan sifat yaitu: sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar, jumlah besar sudutsudut yang berdekatan adalah 180, kedua diagonalnya merupakan sumbu simetri dan sudut-sudut yang berdekatannya sama panjang (Lisnawati 2005:28).
14
g. Trapesium Trapesium adalah bangun segi empat yang dua buah sisinya sejajar, tetapi tidak sama sepanjang (KBBI 2005:1210). Sedangkan Lisnawati (2006:25) menyebutkan sifat-sifat trapesium adalah : sepasang sisi yang berhadapan sejajar dan jumlah sudut yang berdekatan diantara dua sisi sejajar adalah 180 2.1.4 Pembelajaran Sentra Balok Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Filosofi pada anak usia dini adalah pendidikan yang berpusat pada anak yang mengutamakan kepentingan bermain. Permainan pada anak dapat menimbulkan rasa nyaman, untuk bertanya, berkreasi, menemukan dan memotivasi mereka untuk menerima segala bentuk risiko dan menambah pemahaman mereka. Selain itu, dapat menambah kesempatan untuk meningkatkan pemahaman dari setiap kejadian terhadap orang lain dan lingkungan. Permainan pada anak usia dini sangat penting dan sangat istimewa karena dapat menambah pengalaman mereka, meningkatkan kecakapan hidup dan memecahkan masalah. Bermain dengan banyak media khususnya untuk anak usia dini dapat membantu peningkatan rasa percaya dirinya. Beberapa fungsi pendidikan bagi anak usia dini yang harus diperhatikan, dapat dijelaskan sebagai berikut: (1). Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahapan perkembangannya.(2).Mengenalkan
anak
dengan
dunia
sekitar.
(3).
Mengembangkan sosialisasi anak.(4). Mengenalkan peraturan dan menanamkan
15
disiplin pada anak. (5). Memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa bermainnya. (6). Memberikan ekspresi stimulasi kultural. 2.1.5 Tahapan Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Kegiatan simbolis ini dapat berbentuk melakukan percakapan melalui telepon mainan atau berpura-pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainnva Fase ini rnemberikan andil yang besar bagi perkembangan kognitif anak. Pada fase praoperasional, anak tidak berpikir secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya. Fase ini merupakan permulaan bagi anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoperasional dapat dibagi ke dalam tiga subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir secara egosentris dan subfase berpikir secara intuitif. (Rahman, 2011) Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 5 – 6 tahun. Pada masa ini, anak telah memiliki kemampuan untuk menggambarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir.Kemampuan ini membuat anak dapat menggunakan balok-balok kecil untuk membangun rumah-rumahan, menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya.Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar manusia secara sederhana. (Rahman, 2011)
16
2.2 Penelitian Yang Relevan Perkembangan kognitif dan media balok sebelumnya sudah pernah diteliti, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Caturing W,Titik. Hasil penelitian ini menunjukkan pelaksanaan penerapan bermain balok-balok dapat meningkatkan kemampuan kogntif anak kelompok A di TK Dharma Wanita Persatuan I Grati Pasuruan, terbukti dari hasil yang diperoleh anak dapat dilihat dari rata-rata hasil dan pra tindakan (52,1) meningkatkan pada siklus I (62,1) dan meningkatkan pada siklus II (84,5%) yang terus mengalami peningkatan. 2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang dan kajian teori maka hipotesis yang dapat diajukan
dalam
penelitian
tindakan
kelas
ini
adalah
“jika
guru
menerapkansentrabalokpadapembelajaranmakakemampuanmengidentifikasibentu kgeometripadaanakkelompok B KelompokBermain Mentari Desa Monano Kecamatan Monano Kabupaten Gorontalo Utaraakan meningkat.” 2.4 Indikator Kinerja Berdasarkan hipotesis yang ada indikator dalam penelitian ini adalah minimal 85% dari 20 orang anak pada Kelompok B di Kelompok Bermain Mentari Desa Monano Kecamatan Monano Kabupaten Gorontalo Utara dapat mengenal bentuk geometri.