BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Uraian pada Bab II menyajikan kajian teoritis tentang pengertian pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan penggunaannya dalam menghitung luas persegi panjang. 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemahaman Konsep Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, pengertian, pendapat atau pikiran, aliran atau pandangan dan mengerti benar akan sesuatu. Pemahaman itu sendiri berarti proses, perbuatan atau cara memahami sesuatu. Dalam hal ini pemahaman lebih diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memahami atau mengerti apa yang dikerjakan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan yang lainnya. Pemahaman tersebut termasuk pemahaman kognitif dimana siswa diminta memahami materi pelajaran. Pemahaman dalam pembelajaran matematika, merupakan faktor yang penting untuk guru terutama siswa. Karena pemahaman adalah tingkat yang paling rendah dalam aspek kognitif yang berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Dalam matematika, konsep adalah suatu ide
7
8
abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Jadi pemahaman konsep adalah pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:39). Yulaelawati (2007:72) mendefinisikan pemahaman sebagai kemampuan untuk memahami materi/ bahan. Proses pemahaman terjadi karena adanya kemampuan menjabarkan suatu materi/ bahan ke materi/ bahan lain. Seseorang yang mampu memahami sesuatu antara lain dapat menjelaskan narasi (pernyataan kosakata ) ke dalam angka, dapat menafsirkan sesuatu melalui pernyataan dengan kalimat sendiri atau dengan rangkuman. Pemahaman juga dapat ditunjukkan dengan kemampuan memperkirakan kecenderungan, kemampuan meramalkan akibat-akibat dari berbagai penyabab suatu gejala. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju dari ingatan sederhana, hafalan atau pengetahuan tingkat rendah. Pemahaman menurut Gilmore (dalam Awalya, 2005:31) juga merupakan kemampuan merenggut makna dan atau kemampuan untuk memprediksi, sebagai tugas yang amat sulit. Pemahaman tidak dapat dilakukan seseorang dengan mudah, karena dalam memahami tidak cukup untuk sekedar mengingat tetapi harus dapat memperoleh makna dan kemudian dapat menjelaskan apa yang dipahami dengan baik. Menurut Tyler (dalam Awalya, 2005:31) “memahami” diartikan sebagai usaha merenggut makna secara jelas dan lengkap terhadap apa yang telah dijelaskan. Jika demikian halnya pendapat di atas, maka pemahaman konsep dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai proses untuk mengerti dengan benar dan tepat terhadap apa yang dikerjakan mengenai rancangan luas persegi panjang.
9
2.1.2 Konsep Luas Persegi Panjang Hambali, dkk (2006:17) mengemukakan bahwa persegi panjang adalah suatu bidang datar yang mempunyai dua pasang sisi sejajar dan sudutnya sikusiku (90o) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Persegi Panjang Sumber: Istiqomah (2013:2)
Menghitung luas persegi panjang dapat dilakukan dengan cara berikut. Perhatikan bangun persegi panjang di bawah ini.
Gambar 2.2 Petak Persegi Panjang Sumber: Istiqomah (2013:3)
10
Persegi panjang PQRS di atas terdiri atas 72 petak. Maka luas persegi panjang tersebut sama dengan 72 petak satuan. Luas persegi panjang di atas juga dapat dihitung dengan cara: 1. Menghitung jumlah petak ke arah mendatar, yaitu sisi panjang. 2. Menghitung jumlah petak ke arah menurun, yaitu sisi lebar. 3. Mengalikan sisi panjang dengan sisi lebar, maka diperoleh luas. Luas persegi panjang = panjang x lebar Dari gambar di atas diperoleh panjang = 12 petak satuan dan lebar = 6 petak satuan. Jadi, luas persegi panjang = panjang x lebar = 12 x 6 = 72 petak satuan Perhatikan gambar persegi panjang ABCD di bawah ini.
Gambar 2.3 Menghitung Luas Persegi Panjang Sumber: Istiqomah (2013:4)
Persegi panjang ABCD di atas terdiri atas 24 petak. Maka luas persegi panjang tersebut sama dengan 24 petak satuan, atau dari gambar di atas diperoleh panjang = 8 petak satuan dan lebar = 3 petak satuan.
11
Jadi, luas persegi panjang = panjang x lebar =8x3 = 24 petak satuan (Untuk menghitung luas persegi panjang dalam penelitian ini digunakan alat peraga petak persegi satuan). 2.1.3 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif menurut Trianto (2007:44) adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Dalam model pembelajaran kooperatif, siswa bekerja sama dengan anggota lainnya. Siswa memiliki dua tanggung jawab yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompoknya untuk belajar dan memahami materi pelajaran yang dibebankan kepada mereka. Nurulhayati (dalam Trianto, 2010:25) merumuskan model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Selain itu, Sanjaya (2006:239) menyimpulkan bahwa cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan secara berkelompok. Model pembelajaran kooperatif adalah teknik pengelompokan secara heterogen yang umumnya terdiri dari 4 sampai 5 orang. Di dalam kelompoknya siswa bekerja terarah dan belajar bersama. Dengan menonjolkan interaksi dalam kelompok, model pembelajaran ini dapat membuat siswa menerima siswa lain yang memiliki kemampuan dan latar belakang yang berbeda. Selain itu
12
diharapkan juga para siswa termotivasi belajar secara baik, siap dengan pekerjaannya dan menjadi penuh perhatian selama jam pelajaran. Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Komunikasi antar siswa dalam kelompok kecil yang heterogen akan lebih bermakna, sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Para siswa menginginkan teman-teman dalam kelompoknya siap dan produktif di dalam kelas. Siswa yang mengalami kesulitan harus aktif berpikir dan meminta bantuan kepada teman dalam kelompoknya yang lebih mampu secara terarah. Demikian juga siswa yang lebih mampu harus berpikir untuk membantu teman kelompoknya yang kurang mampu. Model pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan atau memecahkan sebuah masalah, menyelesaikan tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Muslimin, dkk (2006:9) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tepat digunakan untuk melatih keterampilan-keterampilan kerja sama dan kolaborasi dan juga keterampilan-keterampilan tanya jawab. Adapun unsur-unsur dasar dalam model pembelajaran kooperatif (Muslimin, dkk 2006:10) adalah sebagai berikut : a. Siswa dalam kelompoknya haruslah berangggapan bahwa mereka sehidup dan sepenanggungan bersama. b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
13
c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya. e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/ penghargaan yang juga akan digunakan untuk semua anggota kelompok. f. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Ruang kelas merupakan suatu tempat yang sangat baik untuk kegiatan model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran matematika, model pembelajaran kooperatif akan dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif dalam matematika. Para siswa secara individu dapat membangun kepercayaan dirinya terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalahmasalah matematika, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas yang banyak dialami para siswa. Telah dikembangkan dan diteliti berbagai macam model pembelajaran kooperatif yang amat berbeda satu dengan yang lain. Ada lima macam model pembelajaran kooperatif yang sering digunakan dalam pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar antara lain: Jigsaw, Student Team Achivement Divission (STAD), Group Investigation (GI), Team Pair Share (TPS) dan Numbered Heads Together (NHT). Pada model pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
14
Tabel 2.1 Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif FASE
TINGKAH LAKU GURU
FASE-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
FASE-2
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Menyajikan informasi
Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
FASE-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka bekerja sama mengerjakan tugas mereka.
FASE-5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
FASE-3
Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu dan kelompok.
FASE-6 Memberi penghargaan Sumber : Muslimin, dkk. (2006:10)
2.1.4
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Salah satu hal yang menandai profesionalisme seorang guru adalah
komitmennya
untuk
selalu
berusaha memperbaharui dan meningkatkan
kemampuannya dalam suatu proses bertindak dan berefleksi sebab guru bertindak dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Namun, sebagai seorang profesional,
15
tindakan guru ini harus didasari oleh pemikiran-pemikiran reflektif yang menghubungkan tindakan-tindakannya dengan siswa, sesama rekan guru dan atasan dengan pengetahuan mengenai teori dan penelitian yang berhubungan dengan pengajaran di bidangnya. Numbered Heads Together (NHT) adalah salah satu pendekatan struktural, untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman siswa terhadap isi
materi
pelajaran tersebut (Muslimin, dkk, 2006:28). Penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dimulai dengan guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-6 orang secara heterogen. Setiap siswa diberi nomor atau label yang berbeda. Guru memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa. Tiap siswa berpikir dalam kelompoknya dan memadukan pendapatnya serta meyakinkan setiap anggota dalam kelompoknya mengetahui jawabannya. Selanjutnya untuk mengecek pemahaman siswa tidak perlu menunjuk seluruh siswa karena salah satu siswa dengan label tertentu yang ditunjuk sudah mewakili beberapa siswa dalam kelompoknya. Sementara itu, siswa lain yang berlabel sama bersiap-siap untuk memberi tanggapan. Muslimin, dkk. (2006: 29) mengemukakan 4 langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), antara lain : a. Langkah-1 Numbering (Pelabelan) Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, setiap kelompok beranggotakan 4 sampai 6 siswa. Untuk kelancaran kegiatan
16
pembelajaran, maka pelabelan (penomoran) anggota dalam kelompok dilakukan oleh guru dan tidak diurut sesuai kemampuan akademiknya tetapi diacak. b. Langkah-2 Questioning (Mengajukan Pertanyaan) Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. c. Langkah-3 Heads Together (Berpikir Bersama) Masing-masing siswa berpikir dalam kelompoknya dan memadukan pendapatnya tentang jawaban pertanyaan serta meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. Biasanya guru memberi waktu sekitar 10 menit untuk berpikir bersama. d. Langkah-4 Answering (Menjawab) Guru memanggil siswa dengan label/ nomor tertentu dari suatu kelompok, kemudian siswa yang label dan kelompoknya terpanggil mengacungkan tangan dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Sementara itu, siswa lain yang berlabel sama dengan label siswa yang terpanggil bersiap-siap untuk memberi tanggapan. Demikian seterusnya sampai semua nomor telah terpanggil. Berdasarkan empat langkah pembelajaran dengan pendekatan struktural Numbered Heads Together (NHT) tersebut, maka peneliti memodifikasi langkahlangkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan struktural Numbered Heads Together (NHT) menjadi tiga bagian, yaitu: pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Modifikasi tersebut disesuaikan dengan langkah-langkah pada
17
pembelajaran kooperatif (langkah-1 sampai dengan langkah-6 yang terdapat pada Tabel 2.1). Pada pendahuluan mencakup langkah-1 (pelabelan) yang terdiri dari: (a) pembagian kelompok belajar dan pelabelan/ penomoran setiap anggota kelompok, (b) menyampaikan materi yang akan dibahas, (c) menyampaikan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT, (d) menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberi motivasi. Kegiatan inti meliputi langkah-2 (mengajukan pertanyaan), langkah-3 (berpikir bersama), dan langkah-4 (menjawab), yang terdiri dari: (a) penjelasan materi secara singkat, (b) guru mengajukan pertanyaan, (c) siswa mengerjakan tugas dan melakukan diskusi bersama teman dalam kelompoknya dan memastikan semua anggota kelompok telah mengetahui jawabannya, (d) memanggil salah satu nomor dari kelompok tertentu, (e) menjawab pertanyaan dan diskusi, (f) memberi penghargaan, (g) evaluasi. Penutup, terdiri dari: (a) umpan balik, (b) membuat kesimpulan, (c) memberikan PR (Pekerjaan Rumah). Berikut ini adalah hasil modifikasi langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini.
18
Tabel 2.2 Modifikasi Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Langkah Kegiatan Pembelajaran NHT Pendahuluan a. Diawali dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-6 siswa. Setiap siswa dalam kelompok diberi label 1 sampai dengan 6. Urutan pelabelan/ penomoran siswa diacak. Kemudian membagikan tugas/ LKS untuk setiap siswa dalam kelompoknya. Langkah-1 b. Menginformasikan materi yang akan dibahas dan (Pelabelan) menghubungkan dengan materi yang lalu. c. Menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah pembelajaran. d. Memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu tentang materi yang akan dibahas (urutan a, b, c, dan d boleh dibalik) Kegiatan Inti a. Menjelaskan materi secara singkat sebagai pengantar. b. Dilanjutkan dengan memberi pertanyaan. c. Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas/ LKS secara Langkah-2 kelompok dan masing-masing siswa memikirkan pertanyaan (Mengajukan yang diberikan. pertanyaan) d. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menyatukan jawaban dari pertanyaan yang diajukan guru, dengan cara mengerjakan tugas. Setiap anggota dalam suatu kelompok dipastikan telah mengetahui jawabannya. Guru memberi waktu sekitar 15 menit untuk berpikir bersama. Langkah-3 e. Guru memanggil salah satu siswa berlabel tertentu secara acak. (Berpikir f. Siswa yang nomornya terpanggil mengacungkan tangan dan bersama) menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan ditanggapi oleh siswa pada kelompok lain dengan label yang sama. g. Guru memimpin diskusi, mengarahkan jawaban diskusi kelas h. Guru memberikan penghargaan siswa/ kelompok yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Langkah-4 i. Memberi kesempatan pada siswa mencatat jawaban yang benar. (Menjawab) j. Memberikan evaluasi Penutup a. Guru memberikan umpan balik. b. Guru memberikan bimbingan untuk menyimpulkan materi. c. Guru memberikan Pekerjaan Rumah (PR) yang dikerjakan secara individu. Sumber : Sulistyaningsih (2006:39).
19
2.1.5
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) memiliki
kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. 2.1.5.1 Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Kelebihan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) sebagaimana dikemukakan Kagen (Jufrin, 2012:16 ), yaitu: a. Setiap siswa menjadi siap semua. b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. c. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. d. Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok. 2.1.5.2 Kekurangan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together yaitu: a. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. 2.1.6
Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dalam Pemahaman Konsep Luas Persegi Panjang Menurut Jufrin (2012:16), penerapan model pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT) dalam konsep luas persegi panjang yang dilakukan melalui beberapa tahapan. Sebelum memulai pembelajaran hal yang paling mendasar dilakukan adalah persiapan. Antara lain mempersiapkan materi yang akan diajarkan, membaca doa sebelum memulai pembelajaran, siswa dicek
20
kehadirannya, guru menjelaskan materi yang akan dibahas pada pembelajaran, kemudian melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dalam meningkatkan pemahaman siswa pada konsep luas persegi panjang. Selanjutnya, siswa dibagi kedalam kelompok beranggotakan 4-6 siswa (siswa dalam kelompok heterogen hal ini bertujuan untuk menyeimbangkan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam tiap kelompok) dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5 dan setiap kelompok diberi nama yang berbeda. Misalnya setiap kelompok diberi nama warna atau hewan (sesuai keinginan). Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan berbeda antara siswa dalam kelompok dengan siswa dalam kelompok lain, pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya, berbentuk arahan, lisan maupun tulisan. Setelah mendapat pertanyaan siswa menyatukan pendapatnya atau bekerja sama menemukan jawaban pertanyaan itu dan menyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. Dalam menjawab pertanyaan guru memanggil siswa dengan nomor tertentu dan nama kelompok tertentu. Siswa yang nomor dan nama kelompoknya sesuai mengacungkan tangannya dan menjawab pertanyaan untuk seluruh siswa. Demikian selanjutnya untuk kelompok dan pertanyaan yang lain. Penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dalam konsep luas persegi panjang yang akan dilakukan dalam penelitian ini akan menggunakan media petak persegi satuan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
21
Siswa dibagi kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. Selanjutnya, guru menjelaskan materi pembelajaran tentang pemahaman konsep luas persegi panjang dengan menggunakan media petak persegi satuan yang dibuat dari karton atau plastik transparan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Meja belajar
HVS
Meja belajar ditempeli karton
HVS ditempeli plastik transparan
Gambar 2.4 Penerapan Media Petak Persegi Satuan Sumber: Istiqomah (2013:6)
Guru menjelaskan dan mendemonstrasikan konsep luas persegi panjang dimulai dengan menempelkan karton berbentuk persegi empat di atas permukaan meja ujung sebelah kiri. Kemudian, dihitung banyaknya kotak persegi satuan ke
22
arah kanan, maka akan diketahui berapa banyak kotak persegi satuan di atas permukaan meja ke arah kanan. Jumlah kotak persegi satuan ke arah kanan dinamakan panjang. Kemudian, kembali ke posisi semula, tempelkan karton ke arah bawah, maka akan diketahui berapa banyak kotak persegi satuan ke arah bawah. Jumlah kotak persegi satuan ke arah bawah dinamakan lebar. Dengan demikian, menghitung jumlah petak ke arah mendatar disebut sisi panjang, sedangkan menghitung jumlah petak ke arah menurun disebut sisi lebar. Setelah diketahui berapa petak satuan untuk panjang dan berapa petak satuan untuk lebar, akan diketahui untuk luas. Luas diperoleh dengan mengalikan sisi panjang dengan sisi lebar. Guru memberikan tugas kepada siswa dan masing-masing kelompok mengerjakannya. Siswa dalam kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya. Selanjutnya, siswa dipanggil berdasarkan nomor dan siswa yang nomornya dipanggil melaporkan hasil diskusi kelompoknya. Siswa memberi tanggapan atas pemaparan teman yang lain kemudian guru menunjuk nomor yang lain tersebut, dan seterusnya. Selanjutnya, guru memberi kesimpulan. 2.1.7 Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilakukan oleh Muliati pada tahun 2013 berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 04 Sompu Kabupaten Takalar Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Heads
Together (NHT)”. Penelitian
Muliati
Numbered
(2013) mengajukan
suatu
23
rekomendasi bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) merupakan solusi yang tepat dalam memecahkan masalah pembelajaran yang dialami oleh siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 04 Sompu Kabupaten Takalar setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran matematika. Hasil penelitian Muliati (2013) menunjukkan bahwa penguasaan siswa terhadap materi pelajaran matematika menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata tes awal (evaluasi sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together) yaitu dari 62,5 menjadi 69,64 (hasil evaluasi siklus I setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together) dan kemudian meningkat lagi menjadi 84,47 pada hasil evaluasi siklus II. Terdapat persamaan dan perbedaan Penelitian Tindakan Kelas ini dengan penelitian Muliati (2013). Persamaannya adalah pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam konsep keliling/ luas persegi panjang?. Perbedaannya terletak pada jenjang kelas siswa dan lokasi penelitian ini yaitu di kelas III SDN 2 Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango, sedangkan penelitian terdahulu pada siswa kelas V SD Negeri 04 Sompu Kabupaten Takalar. 2.2 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoritis, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
24
”Jika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), maka pemahaman konsep luas persegi panjang pada siswa kelas III SDN 2 Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango akan meningkat”. 2.3 Indikator Kinerja Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah jika jumlah siswa yang mengalami peningkatan pemahaman konsep menghitung luas persegi panjang mencapai minimal 75% dari jumlah siswa yang dilakukan tindakan mampu memperoleh nilai minimal 70 ke atas dari jumlah siswa sebanyak 30 siswa.