BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Hasil Belajar Belajar menurut Slameto (2003: 2) secara psikologis adalah”Suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Belajar mengandung pengertian terjadi perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masayarakat dan pribadi secara lengkap. Tidak semua perubahan perilaku berarti belajar. Orang yang tangannya patah karena kecelakaan mengubah tingkah lakunya, tetapi kehilangan tangan itu sendiri bukanlah belajar. Mungkin orang itu melakukan perbuatan belajar untuk mengimbangi tangannya yang hilang itu dengan mempelajari keterampilanketerampilan yang baru. Oleh karena itu, belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktik, dan pengalaman (Kunandar, 2010: 320). Kegiatan belajar mengajar di kelas dilakukan oleh seorang guru sesuai dengan gaya mengajarnya, sebagian guru membuka buku pelajaran dan menjelaskan materi yang terdapat di dalam buku tersebut, sebagian guru yang lain menanyakan kepada
6
7
siswa atau pesrta didik tentang penguasaan materi yang akan dipelajari, kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab, diskusi, tugas, dan lain-lain. Guru yang mengajar di laboratorium dan dilapangan akan memberi arahan, petunjuk, perintah, mekanisme, prosedur, dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk memilih dan merencanakan kegiatan belajar berdasarkan bahan yang berkaitan dengan sasaran belajar agar dapat dicapai hasil belajar yang maksimal. Proses belajar mengajar merupakan proses yang sistematik, artinya proses yang dilakukan oleh guru dan siswa di tempat belajar dengan melibatkan sub-sub, bagian, komponen-komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan (Yamin, 2007: 58). Keberhasilan dalam belajar mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan evaluasi dengan seperangkat item soal yang sesuai dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran. Sejauh mana tingkat keberhasilan belajar mengajar dapat dilihat dari daya serap siswa pada saat persentase keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran (Djamarah, 2006: 3). Belajar adalah kegiatan yang sangat penting bagi pendidikan karena dengan belajar seseorang dapat mengetahui sejauh mana kemampuan serta keberhasilannya dalam proses pembelajaran karena tujuan pembelajaran sangat tergantung pada proses dan hasil belajar. Pendapat ini diperkuat oleh Peters (dalam Sudjana, 2009: 22) bahwa proses dan hasil belajar siswa bergantung kepada penguasaan mata pelajaran guru dan keterampilan mengajarnya. Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang umumnya diperoleh dari tes evaluasi hasil belajar yang diberikan kepada siswa setelah mendapat pengajaran.
8
Melalui proses belajar seseorang akan mengalami perubahan dalam tingkah lakunya yaitu sebagai hasil belajar yang dilakukannya. Perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri seseorang melalui belajarnya disebut hasil belajar. Hasil belajar dalam bentuk perubahan tingkah laku tersebut akan terjadi apabila seseorang melakukan suatu kegiatan belajar dalam waktu tertentu. Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009: 22). Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2009: 22) bahwa hasil belajar dibagi tiga kategori yaitu: 1) ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau hafalan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi, 3) ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan betindak yang terdiri atas enam aspek yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Tipe hasil belajar yang akan ditinjau pada penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa berdasarkan taksonomi Bloom yang didefinisikan sebagai tingkat pencapaian atau ketuntasan belajar siswa terhadap materi yang telah diberikan yang terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: a) pengetahuan atau hafalan yang didefinisikan sebagai ingatan terhadap materi yang telah dipelajari sebelumnya atau yang telah diajarkan, b) pemahaman yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari
9
materi yang dipelajari, c) aplikasi yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari. Menurut Skiner (dalam Marlina, 2011: 14) hasil belajar merupakan respon (tingkah laku) yang baru. Pada dasarnya respon yang baru itu pengertiannya sama dengan tingkah laku (pengetahuan, sikap, keterampilan) yang baru. Belajar ialah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi dari lingkungan menjadi beberapa tahapan pengolahan informasi yang diperlukan
untuk memperoleh
kapabilitas. Kapabilitas inilah yang disebut hasil belajar. Berarti belajar itu menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlain-lainan seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi, dan nilai. Berbagai macam tingkah laku yang berlain-lainan inilah yang disebut kapabilitas sebagai hasil belajar. Menurut Wijaya (2010: 2) hasil belajar merupakan hasil pengukuran dari penilaian kegiatan belajar atau proses belajar yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil aktivitas belajar. Untuk mendapatkan hasil dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun dari luar diri peserta didik. Oleh karena itu, proses belajar telah terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, karena aktivitas belajar yang telah dilakukan. Salah satu faktor penentu hasil belajar siswa adalah metode-metode yang dilakukan oleh guru selama pelaksanaan proses pembelajaran. Siswa tidak hanya
10
menerima pengetahuan tetapi mengkonstruk pengetahuan tersebut dengan berbagai aktivitas pembelajaran. Sehingga pembeljaran menjadi bermakna dan dapat diterapkan dalam kehidupan siswa. Sejalan dengan hal tersebut, kurikulum yang berlaku saat ini menuntut pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran menekankan pada proses. Dengan demikian diperlukan adanya asesmen alternative yang tidak hanya berupa tes tertulis. Hal ini karena tes tertulis yang digunakan sebagai alat penilaian mempunyai beberapa kekurangan, antara lain: 1) setiap soal yang digunakan dalam suatu tes umumnya mempunyai jawaban tunggal, 2) tes hanya berfokus pada skor akhir dan tidak berfokus pada bagaimana siswa memperoleh jawaban, 3) tes kurang mampu mengungkapkan bagaimana siswa berpikir, 4) umumnya tes tidak mampu mengukur semua aspek belajar (Mustamin, 2010: 2). Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dicapai oleh dua faktor yaitu faktor yang datang dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimiliki. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai siswa seperti yang dikemukakan oleh Clark (dalam Sudjana, 2009: 39) bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Selain dari faktor kemampuan yang dimiliki siswa, ada juga faktor lain seperti motivsi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
11
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat diartikan bahwa belajar adalah proses dimana seseorang mengalami perubahan pada dirinya yang didukung dengan adanya suatu interaksi dengan lingkungan ataupun latihan dan pengalaman yang dialaminya. Pengalaman ini bisa didapatkan
dari hal-hal yang positif seperti
membaca, melihat, mendengar, merencanakan, melaksanakan penilaian, mencoba menganalisis, atau memecahkan segala sesuatu yang pernah yang dihadapinya selama proses belajar tersebut berlangsung. Keberhasilannya dalam suatu proses pembelajaran dapat dilihat pada hasil belajar siswa. Dimana hasil belajar siswa dapat diartikan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah melalui suatu pengalaman yang berupa membaca, melihat, mendengarkan suatu materi pada saat pembelajaran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal yaitu berupa faktor yang datang dari dalam diri siswa yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, dan factor eksternal yaitu factor yang datang dari luar ataupun lingkungan tempat kita tinggal.
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Word Square Menurut Zulhartati (2012: 3) model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Ciri-ciri model
12
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1) siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai, 2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan berbeda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3) penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada individu. Menurut Roger (dalam Mulyawati, 2012: 2) pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang di organisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Menurut Suyanti (2010: 111) pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat terlihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Adanya unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu: 1) adanya pesrta dalam kelompok, 2) adanya aturan kelompok, 3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, 4) adanya tujuan yang harus dicapai. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat
13
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu Tim harus mampu membuat siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk saling mencapai tujuan pembelajaran. Adanya kerjasama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif. Roger (dalam Suyanti, 2010: 111) mengatakan tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur/prinsip model pembelajaran kooperatif harus diterapkan, yaitu: 1) prinsip ketergantungan
positif.
Dalam
pembelajaran
kelompok
keberhasilan
suatu
penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan oleh setiap kelompoknya. Keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kleompok akan merasa saling ketergantungan, 2) tanggung jawab perseorangan. Keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya, 3) interaksi tatap muka. Interaksi kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen yang berasal dari budaya, latar belakang sosial dan kemampuan akademik yang berbeda, 4) partisipasi dan komunikasi antar anggota. Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak, 5) evaluasi proses kelompok. Pengajaran perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok
14
untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif (Zulhartati, 2012) adalah sebagai berikut: 1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa, 2) menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa, 3) mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar. Guru menginformasikan pengelompokkan siswa, 4) membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar, 5) evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan, 6) memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok. Word Square terdiri dari 2 kata Word dan Square. Word berarti kata sedangkan Square adalah lapangan persegi. Jadi Word Square adalah lapangan kata. Word Square adalah yaitu salah satu model-model pembelajaran melalui sebuah permainan “belajar sambil bermain” yang ditekankan adalah belajarnya. Belajar dan bermain memiliki persamaan yang sama yaitu terjadi perubahan yang dapat mengubah tingkah laku, sikap dan pengalaman, sebaliknya keduanya terdapat perbedaan pada tujuannya, kegiatan belajar mempunyai tujuan yang terletak pada masa depan. Sedangkan kegiatan bermain tujuan kesenangan dan kepuasannya diwaktu kegiatan permainan itu berlangsung (Wijana, 2011: 12)
15
Model pembelajaran kooperatif Word Square merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok dan adanya uji pemahaman berupa permainan (game) Word Square. Media pembelajaran yang dibutuhkan untuk model ini yaitu model pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Model ini mirip seperti mengisi teka-teki silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf penyamar atau pengecoh Suyatno (dalam Dewi dkk, 2012). Model word square ini merupakan kegiatan belajar mengajar dengan cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan. Model tersebut bertujuan untuk mendorong peserta didik agar lebih aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan juga bertujuan untuk melatih konsentrasi peserta didik. Instrumen utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada susunan huruf acak pada kolom yang telah disediakan (Komariyah, 2011: 13). Model word square ini merupakan salah satu media pembelajaran yang mengandung unsur permainan sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan membuat materi pelajaran akan lebih mudah dipahami dan diingat oleh siswa (retention rate of knowledge) Hamid (dalam Dewi dkk, 2012). Oleh karena itu siswa tidak merasa bosan dalam pembelajaran dan dapat
16
meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu pembelajaran kooperatif yang digunakan tersebut dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam belajar dan dapat memfasilitasi siswa untuk belajar mandiri serta memberi kesempatan siswa untuk berinteraksi dan belajar dengan teman sebaya. Langkah-langkah pembelajarannya Word Square sebagai berikut : 1) Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai, 2) Guru membagikan lembaran kegiatan, 3) Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban, 4) Berikan poin setiap jawaban dalam kotak. Menurut Wijana (2011: 13) LKS Word Square sebagai alat bantu pembelajaran
mempunyai
peranan sebagai berikut: (a) merupakan variasi
pembelajaran; (b) memudahan
mengajar karena
LKS
word
square
disusun
sesuai urutan pengertian penting; (c) meningkatkan keaktifan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar karena model ini selalu diikuti diskusi atau penjelasan guru, sehingga jawaban pertanyaan merupakan pengertian yang utuh dan berkaitan; (d) konsep yang disampaikan oleh guru menjadi nyata dan jelas, mudah dipahami dan diingat (e) memotivasi belajar siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan teori diatas, dapat diartikan bahwa pembelajaran yang menggunkan model kooperatif word square ini adalah model pembelajaran yang di susun seperti bentuk teka-teki, tetapi di samarkan dengan huruf-huruf yang lain sebagai pengecoh dan dibuat dalam suatu LKS untuk di kerjakan oleh siswa, dimana siswa diharapkan mampu memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan
17
kejelian mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban yang telah disediakan. Jadi siswa sangat di harapkan untuk berpikir lebih kritis untuk bisa menjawab soal-soal yang ada pada LKS.
2.3 Materi Hidrokarbon Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat unsur karbon. Hal ini dapat dibuktikan secara sederhana dengan membakar bahan-bahan yang berasal dari makhluk hidup, misalnya kayu, beras, dan daging. Ketika dibakar, bahan-bahan tersebut akan menjadi arang (karbon) (Utami dkk, 2009 : 172). Atom karbon mempunyai nomor atom 6, sehingga dalam sistem periodic terletak pada golongan IVA dan periode 2. Keadaan tersebut membuat atom karbon mempunyai beberapa keistimewaan sebagai berikut : 1) atom karbon memiliki 4 elektron valensi. Berdasarkan konfigurasi keenam elektron yang dimiliki atom karbon didapatkan bahwa elektron valensi yang dimilikinya adalah 4. Untuk mencapai kestabilan, atom ini masih membutuhkan 4 elektron lagi dengan cara berikatan kovalen. Tidak ada unsur dari golongan lain yang dapat membentuk ikatan kovalen sebanyak 4 buah dengan aturan octet, 2) atom unsur karbon relatif kecil. Ditinjau dari konfigurasi elektronnya, dapat diketahui bahwa atom karbon terletak pada periode 2, yang berarti atom ini mempunyai 2 kulit atom, sehingga jari-jari atomnya relatif kecil. Hal ini menyebabkan ikatan kovalen yang dibentuk relatif kuat dan dapat membentuk ikatan kovalen rangkap, 3) atom karbon dapat membentuk rantai karbon. Keadaan atom karbon yang demikian menyebabkan atom karbon dapat membentuk
18
rantai karbon yang sangat panjang dengan ikatan kovalen, baik ikatan kovalen tunggal, rangkap 2, maupun rangkap 3. Contohnya CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3 (ikatan kovalen rangkap tunggal), CH2 = CH – CH2 – CH3 (ikatan kovalen rangkap dua), CH3 – C
C – CH2 – CH3 (ikatan kovalen rangkap tiga) (Utami dkk,
2009 : 173). Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk empat ikatan kovalen. Sesuai dengan nomor golongannya, karbon mempunyai 4 elektron valensi. Oleh karena itu, untuk mencapai konfigurasi octet, karbon dapat membentuk ikatan kovalen. Selain itu atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai atom karbon. Rantai atom karbon yang terbentuk pun bervariasi, yaitu lurus, bercabang atau melingkar. Senyawa karbon yang paling sederhana adalah senyawa hidrokarbon, yaitu senyawa yang terbentuk dari unsur karbon dan unsur hidrogen (Retnowati, 2006: 89). Senyawa karbon sangat banyak jumlahnya, sampai saat ini telah dikenal lebih dari satu juta senyawa karbon. Mengapa banyak senyawa karbon dapat disintesa? Apakah kekhasan atom karbon disbanding atom yang lain sehingga karbon mampu dibuat bermacam-macam senyawa? Atom karbon mempunyai 4 elektron valensi, untuk mencapai susunan elektron stabil setiap atom C memerlukan 4 elektron. Tambahan 4 elektron diperoleh dengan cara mengkongsikan 4 elektron valensinya dengan 4 elektron atom lain melalui ikatan kovalen. Sehingga setiap atom C dapat membentuk ikatan kovalen dengan atom unsur yang lain, terutama dengan hidrogen
19
(H), oksigen (O), nitrogen (N), atau golongan halogen (F, Cl, Br, I) (Saptarini dan Erawati, 2004: 33). Senyawa karbon yang paling sederhana adalah hidrokarbon karena hanya terdiri dari dua unsur, yaitu karbon (C) dan hidrogen (H). Meskipun demikian jumlah senyawa yang dihasilkan dari kedua unsur ini sangat banyak. Macam-macam atom karbon, yaitu atom karbon primer, sekunder, tersier, dan kuarterner. Keistimewaan atom karbon yang dapat membentuk ikatan kovalen sebanyak 4 buah dan kemampuannya dalam membentuk rantai karbon, menyebabkan atom karbon mempunyai kedudukan yang berbeda-beda. Kedudukan tersebut adalah: (1) Atom karbon primer, yaitu atom karbon yang terikat langsung pada 1 atomn karbon yang lain; (2) Atom karbon sekunder, yaitu atom karbon yang terikat langsung pada 2 atom karbon yang lain; (3) Atom karbon tersier, yaitu atom karbon yang terikat langsung pada 3 atom karbon yang lain; (4) Atom karbon kuarterner, yaitu atom karbon yang terikat langsung pada 4 atom karbon yang lain (Utami dkk, 2009: 174). Penggolongan hidrokarbon umumnya berdasarkan bentuk rantai karbon dan jenis ikatannya. Berdasarkan bentuk rantai karbonnya, hidrokarbon digolongkan kedalam hidrokarbon alifatik, alisiklik, atau aromatic. Hidrokarbon alifatik adalah hidrokarbon rantai terbuka, sedangkan hidrokarbon alisiklik dan aromatik memiliki rantai lingkar (cincin). Rantai lingkar pada hidrokarbon aromatik berikatan konjugat, yaitu ikatan tunggal dan rangkap yang tersusun selang-seling. Contohnya adalah benzena, C6H6. Semua hidrokarbon siklik yang tidak termasuk aromatic digolongkan kedalam hidrokarbon alisiklik. Hidrokarbon alisiklik dan aromatik mempunyai sifat-
20
sifat yang berbeda nyata. Sifat hidrokarbon alisiklik lebih mirip dengan hidrokarbon alifatik. Nama alisiklik itu menyatakan adanya rantai lingkar (siklik), tetapi sifatnya menyerupai senyawa alifatik. Berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya, hidrokarbon dibedakan atas jenuh dan tak jenuh. Jika semua ikatan karbon-karbon merupakan ikatan tunggal (–C–C –), ia digolongkan sebagai hidrogen jenuh. Jika terdapat satu saja ikatan rangkap (–C = C–) atau ikatan rangkap tiga (– C = C– ), ia disebut hidrokarbon tak jenuh (Purba, 2006: 204). Senyawa alkana merupakan rantai karbon yang paling sederhana. Alkana merupakan senyawa hidrokarbon jenuh karena memiliki ikatan tunggal. Rumus umum alkana CnH2n+2. Senyawa paling sederhana dari alkana yaitu metana. Metana hanya memiliki satu atom karbon yang mengikat empat atom H. Sepuluh data alkana rantai lurus pertama dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Deret homolog alkana Deret alkana Metana Etana Propana Butana Pentana Heksana Heptana Oktana Nonana Dekana
Rumus molekul CH4 C2H6 C3H8 C4H10 C5H12 C6H14 C7H16 C8H18 C9H20 C10H22
Rumus struktur CH4 CH3-CH3 CH3-CH2-CH3 CH3-CH2-CH2-CH3 CH3-CH2-CH2-CH2-CH3 CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
21
Berdasarkan tabel di depan dapat dilihat bahwa perbedaan kesepuluh senyawa di atas terletak pada jumlah gugus metilena (–CH2–). Senyawa dengan kondisi demikian disebut homolog. Susunan senyawa yang dibuat sedemikian rupa sehingga perbedaan dengan tetangga dekatnya hanya pada jumlah metilena disebut deret homolog. Tata Nama Alkana. Penamaan alkana mengikuti sistem IUPAC, yaitu sistem tata nama yang didasarkan pada gagasan bahwa struktur sebuah senyawa organik dapat digunakan untuk menurunkan namanya dan sebaliknya, bahwa suatu struktur yang unik dapat digambar untuk tiap nama. Dasar sistem IUPAC yaitu alkana rantai lurus. Cara penemaan senyawa alkana yaitu: 1) alkana rantai lurus (tidak bercabang). Alkana rantai lurus diberi nama sesuai dengan jumlah atom karbonnya sebagaimana tercantum dalam tabel di atas. Terkadang ditambahkan normal (n) di depan nama alkana. Contohnya : CH3 – CH2 – CH2 – CH3 n–butana/butana, dan CH3 – CH2 – CH3 n–propana/propana, 2) alkana siklis (rantai tertutup). Alkana rantai siklis (tertutup) diberi nama menurut banyaknya atom karbon dalam cincin, dengan penambahan awalan siklo-. Contoh: (CH2)2–(CH2)2 (siklobutana), 3) alkana bercabang (memiliki rantai samping). Senyawa alkana terkadang berikatan dengan unsur lain pada salah satu atau beberapa atom karbonnya. Unsur lain dalam rantai alkana tersebut biasa dinamakan substituen. Jenis substituen alkana yang sering dijumpai yaitu gugus alkil. Gugus alkil adalah alkana yang kehilangan 1 atom H. Penamaannya sama dengan alkana, hanya akhirannya diubah menjadi -il. Rumus umumnya CnH2n+1. Cara penamaannya yaitu: 1) jika hanya ada satu cabang maka rantai cabang diberi nomor sekecil mungkin, 2) jika alkil cabang lebih dari satu dan
22
sejenis menggunakan awalan Yunani (di = 2, tri = 3, tetra = 4, dan seterusnya) dan jika berbeda jenis diurutkan sesuai alfabetis. Contoh: CH3–CH–CH2–(CH3)2 ( 2 – metil butana), CH3–(CH)2– (CH3)3 (2,3 – dimetil butana), CH3 –CH2–(CH)2–CH3 (3etil-2-metilpentana) (Setyawati, 2009: 144). Alkana merupakan senyawa hidrokarbon yang ikatan rantai karbonnya tunggal. Rumus umum alkana adalah CnH2n
+ 2.
Dari metana ke etana mempunyai
perbedaan –CH2–, begitu pula seterusnya. Deret senyawa karbon dengan gugus fungsi sama dengan selisih sama yaitu –CH2– disebut deret homolog. Tata nama alkana menurut IUPAC yaitu: 1) alkana rantai lurus diberi nama dengan awalan n (n = normal). Contoh: CH3-CH2-CH2-CH3 (n-butana), 2) alkana rantai bercabang yaitu : a) rantai induk diambil rantai karbon terpanjang, b) cabang merupakan gugus alkil. Rumus umum alkil CnH2n + 1. Nama alkil sama dengan nama alkana dengan jumlah atom C sama, hanya akhiran –ana diganti –il. Jika hanya ada satu cabang maka rantai cabang diberi nomor sekecil mungkin. Jika alkil cabang lebih dari satu dan sejenis menggunakan awalan Yunani (di = 2, tri = 3, tetra = 4, dan seterusnya) dan jika berbeda jenis diurutkan sesuai alfabetis (Harnanto dan Ruminten, 2009: 153). Sifat-sifat senyawa alkan yaitu : 1) pada suhu kamar C1–C4 berwujud gas, C5– C17 berwujud cair, dan di atas C17 berwujud padat, 2) semakin bertambah jumlah atom C maka Mr ikut bertambah akibatnya titik didih dan titik leleh semakin tinggi. Alkana rantai lurus mempunyai titik didih lebih tinggi dibanding alkana rantai bercabang dengan jumlah atom C sama. Semakin banyak cabang, titik didih makin rendah, 3) alkana mudah larut dalam pelarut organik tetapi sukar larut dalam air, 4)
23
pembakaran/oksidasi alkana bersifat eksotermik (menghasilkan kalor). Pembakaran alkana berlangsung sempurna dan tidak sempurna. Pembakaran sempurna menghasilkan gas CO2 sedang pembakaran tidak sempurna menghasilkan gas CO, 5) alkana dapat bereaksi substitusi dengan halogen. Reaksi substitusi adalah reaksi penggantian atom/gugus atom dengan atom/gugus atom yang lain, 6) senyawa alkana rantai panjang dapat mengalami reaksi eliminasi. Reaksi eliminasi adalah reaksi penghilangan atom/gugus atom untuk memperoleh senyawa karbon lebih sederhana (Harnanto dan Ruminten, 2009: 154). Sifat fisika Alkana yaitu: a) merupakan senyawa nonpolar, b) bentuk alkana rantai lurus pada suhu kamar berbeda-beda. Alkana C1 – C4 berwujud gas, C5 – C17 berwujud cair dan > C18 berwujud padat, c) semakin banyak jumlah atom karbon, semakin tinggi titik didihnya, d) adanya rantai cabang pada senyawa alkana menurunkan titik didihnya, e) larut dalam pelarut nonpolar (CCl4) atau sedikit polar (dietil eter atau benzena) dan tidak larut dalam air, f) alkana lebih ringan dari pada air. Sifat kimia alkana dan sikloalkana yaitu: a) tidak reaktif, cukup stabil apabila dibandingkan dengan senyawa organik lainnya. Oleh karena kurang reaktif, alkana kadang disebut paraffin (berasal dari bahasa Latin: parum affins, yang artinya "afinitas kecil sekali"), b) alkana dapat bereaksi dengan halogen, salah satu atom H diganti oleh halogen. Reaksi dengan halogen tersebut dinamakan reaksi halogenasi dan menghasilkan alkil halida. Contoh: CH4 + Cl2 → CH3Cl + HCl, c) alkana dapat dibakar sempurna menghasilkan CO2 dan H2O. Contoh: CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O, (Setyawati, 2009: 147).
24
Dalam pemberian nama alkana ini akan sangat sulit jika hanya menggunakan tata nama alkana biasa (metana s.d. dekana, untuk C1 – C10). Hal ini disebabkan adanya isomer-isomer dalam alkana, sehingga perlu adanya nama-nama khusus. Misalnya, awalan normal digunakan untuk rantai lurus, sedangkan awalan iso untuk isomer yang mempunyai satu cabang CH3 yang terikat pada atom karbon nomor dua. Padahal sangat sulit bagi kita untuk memberikan nama pada rantai karbon yang mempunyai banyak sekali isomer. Oleh karena itu, perhimpunan kimiawan internasional pada pertemuan di Jenewa pada tahun 1892 telah merumuskan aturan penamaan senyawa kimia (Utami dkk, 2009: 179). Tata nama yang mereka rumuskan itu terkenal dengan tata nama IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry). Nama yang diturunkan dengan aturan ini disebut nama sistematik atau nama IUPAC, sedangkan nama yang sudah biasa digunakan sebelum tata nama IUPAC tetap digunakan dan disebut dengan nama biasa atau nama trivial. Aturan IUPAC untuk penamaan alkana bercabang sebagai berikut: 1) nama alkana bercabang terdiri dari dua bagian, yaitu: a) bagian pertama, di bagian depan, yaitu nama cabang (cabangcabang), b) Bagian kedua, di bagian belakang, yaitu nama rantai induk. Contoh : 2 metil Butana, 2) rantai induk adalah rantai terpanjang dalam molekul. Bila ter-dapat dua atau lebih rantai terpanjang, maka harus dipilih yang mempunyai cabang terbanyak. Induk diberi nama alkana, tergantung pada panjang rantai, 3) cabang diberi nama alkil, yaitu nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran ana menjadi il. Gugus alkil mempunyai rumus umum CnH2n + 1 dan dinyatakan dengan lambang R (lihat tentang
25
alkil), 4) posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Untuk itu rantai induk perlu dinomori. Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sedemikian hingga posisi cabang mendapat nomor terkecil, 5) jika terdapat dua atau lebih cabang yang sama, hal ini dinyatakan dengan awalan di, tri, tetra, penta, dan seterusnya pada nama cabang, 6) cabang-cabang yang berbeda disusun sesuai urutan abjad dari nama cabang itu. Misalnya: etil ditulis terlebih dahulu daripada metil (Utami dkk, 2009: 179). Alkena merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap dua pada rantai karbonnya. Rumus umum alkena adalah CnH2n. Alkena adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh yang memiliki satu ikatan rangkap (C = C). Senyawa yang mempunyai dua ikatan rangkap disebut alkadiena, yang mempunyai tiga ikatan rangkap disebut alkatriena, dan seterusnya. Tata nama alkena yaitu: 1) alkena rantai lurus.Nama alkena rantai lurus sesuai dengan nama–nama alkana, tetapi dengan mengganti akhiran –ana menjadi –ena. Contoh: C2H4 (etena), 2) alkena rantai bercabang. Urutan penamaan adalah: a) memilih rantai induk, yaitu rantai karbon terpanjang yang mengandung ikatan rangkap, 2) memberi nomor, dengan aturan penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk, sehingga ikatan rangkap mendapat nomor terkecil (bukan berdasarkan posisi cabang), 3) penamaan, dengan urutan nomor atom C yang mengikat cabang, nama cabang, nomor atom C ikatan rangkap, nama rantai induk (alkena) (Utami dkk, 2009 : 184). Tabel 2 berikut ini menyajikan data sepuluh alkena rantai lurus pertama.
26
Tabel 2. Deret homolog alkena Deret Alkena Etena Propena 1-butena 1-pentena 1-heksena 1-heptena 1-oktena 1-nonena 1-dekena
Rumus Molekul C 2 H4 C 3 H6 C 4 H8 C5H10 C6H12 C7H14 C8H16 C9H18 C10H20
Rumus struktur CH2=CH2 CH2=CH-CH3 CH2=CH-CH2-CH3 CH2=CH-CH2-CH2-CH3 CH2=CH-CH2-CH2-CH2-CH3 CH2=CH-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 CH2=CH-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 CH2=CH-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 CH2=CH-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
Tata Nama Alkena yaitu: 1) rantai induk diambil rantai karbon terpanjang yang mengandung ikatan rangkap dua. Ikatan rangkap dua diberi nomor sekecil mungkin, 2) rantai cabang diberi nomor menyesuaikan nomor ikatan rangkap dua. Contoh: CH2 = C–CH2–(CH3)2 (2-metil-1-butena), CH3–C = C–(CH3)3 (2,3-dimetil-2butena). Sifat- sifat alkena yaitu: 1) titik didih alkena mirip dengan alkana, makin bertambah jumlah atom C, harga Mr makin besar maka titik didihnya makin tinggi, 2) alkena mudah larut dalam pelarut organik tetapi sukar larut dalam air, 3) alkena dapat bereaksi adisi dengan H2 dan halogen (X2 = F2, Cl2, Br2, I2) (Harnanto dan Ruminten, 2009: 156). Alkena merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh dengan ikatan rangkap dua (–C=C–). Alkena paling sederhana yaitu etena, C2H4. Rumus umum alkena C2H2n. Tata nama alkena yaitu : 1) alkena rantai lurus. Atom karbon yang berikatan rangkap (C=C) diberi nomor yang menunjukkan ikatan rangkap tersebut. Penomoran dimulai dari ujung rantai yang paling dekat dengan ikatan rangkap, 2) alkena dengan
27
rantai bercabang cara penemaannya yaitu : a) rantai utama yaitu rantai yang terpanjang dan mengandung ikatan rangkap, b) penomoran rantai utama diawali dari yang paling dekat dengan ikatan rangkap, bukan cabang yang terdekat, c) urutan penulisan nama: nomor cabang, nama cabang, nomor ikatan rangkap, nama alkena, 3) alkena dengan lebih dari satu ikatan rangkap. Jika alkena memiliki lebih dari satu ikatan rangkap, namanya diberi tambahan diena (untuk dua ikatan rangkap) atau triena (untuk tiga ikatan rangkap) (Setyawati, 2009: 149). Sifat Fisika Alkena yaitu memiliki sifat fisika yang sama dengan alkana. Perbedaannya yaitu, alkena sedikit larut dalam air. Hal ini disebabkan oleh adanya ikatan rangkap yang membentuk ikatan π. Ikatan π tersebut akan ditarik oleh hidrogen dari air yang bermuatan positif sebagian. Sifat Kimia yaitu : a) oksidasi. Sebagaimana hidrokarbon pada umumnya, pembakaran/oksidasi alkena juga akan menghasilkan CO2 dan H2O. Contoh: 2C3H6 +9O2 → 6CO2 + 6H2O, b) adisi H2. Reaksi adisi merupakan reaksi pemutusan ikatan rangkap. Pada adisi alkena, ikatan rangkap berubah menjadi ikatan tunggal. Contoh: CH2 = CH – CH3 + H2 → CH3 – CH2 – CH3 (propena menjadi propana), c) adisi halogen (F2, Br2, I2). Reaksi adisi oleh halogen akan memutus rantai rangkap alkena membentuk alkana. Selanjutnya halogen tersebut akan menjadi cabang/substituen dari alkana yang terbentuk Contoh: CH2 = CH – CH3 + Cl2 → CH2Cl – CHCl – CH3 (1,2-dikloro-propana) (Setyawati, 2009: 151).
28
Alkuna merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap tiga pada rantai karbonnya. Rumus umum alkuna adalah CnH2n – 2. Tabel 3 berikut ini menyajikan data sepuluh alkuna rantai lurus pertama. Tabel 3. Deret homolog alkuna DeretAlkuna Etuna Propuna 1-Butuna 1-Pentuna 1-Heksuna 1-Heptuna 1-Oktuna 1-Nonuna 1-Dekuna
RumusMolekul C2H2 C3H4 C4H6 C5H8 C6H10 C7H12 C8H14 C9H16 C10H18
Rumus struktur CH CH CH C-CH3 CH C-CH2-CH3 CH C-CH2-CH2-CH3 CH C-CH2-CH2-CH2-CH3 CH = C-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 CH= C-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 CH = C-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 CH = C-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
Tata nama alkuna yaitu: 1) rantai induk diambil rantai karbon terpanjang yang mengandung ikatan rangkap tiga. Ikatan rangkap tiga diberi nomor sekecil mungkin, 2) rantai cabang diberi nomor menyesuaikan nomor ikatan rangkap tiga. Contoh: CH = C-CH-(CH3)2 (2-metil-1-butana), CH3–C = C–C–(CH3)3 (4,4-dimetil-2-pentuna). Sifat-sifat alkuna yaitu : 1) titik didih alkuna mirip dengan alkana dan alkena. Semakin bertambah jumlah atom C harga Mr makin besar maka titik didihnya makin tinggi, 2) alkuna dapat bereaksi adisi dengan H2, halogen (X2 = F2, Cl2, Br2, I2) dan asam halida (HX = HF, HCl, HBr, HI) (Harnanto dan Ruminten, 2009: 157). Alkuna merupakan hidrokarbon tidak jenuh yang memiliki ikatan rangkap tiga (– C = C –). Alkuna mempunyai rumus umum CnH2n-2. Tata nama alkuna yaitu aturan pemberian nama alkuna sama dengan alkena, hanya diakhiri -una. Contoh:
29
HC = C – CH3 → 1–propuna. Sifat fisika alkuna sama dengan alkana dan alkena. Alkuna juga sedikit larut dalam air. Sifat kimia alkuna adalah : a) oksidasi. Sebagaimana hidrokarbon pada umumnya, alkuna jika dibakar sempurna akan menghasilkan CO2 dan H2O. Contoh: C3H4 + 4O2 → 3CO2 + 2H2O, b) adisi H2. Alkuna mengalami dua kali adisi oleh H2 untuk menghasilkan alkana. Contoh : HC C – CH3 + H2 → H2C = CH – CH3 + H2 → H3C – CH2 – CH3 (propuna menjadi propena, kemudian menjadi propana), 3) adisi halogen HC
C – CH3 + Cl2 → HCCl
= CCl – CH3 + Cl2 → HC (Cl)2 – C (Cl)2 – CH3 (1-propuna menjadi 1,2-dikloropropena,menjadi 1,1,2,2-tetrakloro-propana) (Setyawati, 2009: 153). Isomer adalah dua senyawa atau lebih yang mempunyai rumus kimia sama tetapi mempunyai struktur yang berbeda. Secara garis besar isomer dibagi menjadi dua, yaitu: 1) isomer struktur. Isomer struktur dapat dikelompokkan menjadi: a) isomer kerangka. Isomer kerangka adalah senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul sama tetapi kerangkanya berbeda. Contoh pada alkana adalah butana (C4H10) yaitu CH3 – CH2 – CH2 – CH3 (n-butana), CH3 – CH – (CH3)2 (2 – metil propana). Contoh pada alkena adalah pentena (C5H10) yaitu CH2=CH–(CH2)2–CH3 (1–pentena), CH2=CH)2 – (CH3)2 (3–metil–1–butena), CH2 =C–CH2 –(CH3)2 (2–metil–1–butena). Contoh pada alkuna adalah pentuna (C5H8) yaitu CH = C–(CH2)2–CH3 (1–pentuna), CH–C
C–CH2–CH3 (2–pentuna), CH
C – CH–(CH3)2 (2–metil–1 butuna), b)
isomer posisi. Isomer posisi adalah senyawa-senyawa yang memiliki rumus molekul sama tetapi posisi gugus fungsinya berbeda. Contoh pada alkena adalah butena (C4H8) yaitu CH2=CH–CH2–CH3 (1-butena), CH3–CH=CH–CH3 (2-butena) dan
30
contoh pada alkuna adalah butuna (C4H6) yaitu CH = C-CH2-CH3 (1-butuna), CH3– C
C – CH3 (2-butuna), b) isomer gugus fungsi. Isomer gugus fungsi adalah
senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul sama tetapi gugusfungsinya berbeda. Contoh pada alkuna dan alkadiena yaitu CH = C–CH3 (propuna), CH2 = C = CH2 (1,2-propadiena), 2) isomer geometri. Isomer geometri adalah senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul sama tetapi struktur ruangnya berbeda. Contoh pada alkena mempunyai 2 isomer geometri yaitu cis dan trans, contohnya yaitu cis-2butena dan trans-2-butena (Harnanto danRuminten, 2009 : 159).
2.4 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian menggunakan model word square sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Mela Sriyana Dewi, yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Word Square Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Kimia Siswa Pada Pokok Bahasan Koloid Di Kelas Xi Sman 4 Pekanbaru, dan menunjukkan hasil yang positif yaitu dapat meningkatkan prestasi belajar kimia siswa kelas XI IPA SMAN 4 Pekanbaru pada pokok bahasan koloid (Dewi dkk, 2012). Penerapan Model Belajar word square juga pernah dilakukan oleh Eka Wijana dengan judul Penerapan Model Belajar Word Square Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika, dan menunjukkan hasil yang positif yaitu dapat meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Wijana 2011) Penerapan metode word square juga penah dilakukan oleh Komariah dengan judul Penerapan Metode Word Square Dan Talking Stick Dalam Pembelajaran
31
Ibadah Muamalah Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas Viii B Smp Muhammadiyah 2 Kalasan, dan menunjukkan peningkatan keaktifan peserta didik kelas VIII B SMP Muhammadiyah 2 Kalasan. Peningkatan keaktifan peserta didik terlihat pada perhatian peserta didik terhadap penjelasan guru, berani bertanya dan mengungkapkan pendapat antusias dalam mengerjakan tugas, kemauan menjawab pertanyaan, mencatat materi pelajaran dan merasa nyaman dalam proses pembelajaran. Keaktifan pesrta didik dilihat dari hasil angket pada observasi awal sebesar 48,89%, pada siklus I keaktifan peserta didik menjadi 57,98, pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 63,39%, dan pada siklus III menjadi 75,97% (Komariyah, 2011: 43). Adapun penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan penelitian yang sebelumnya. Dimana perbedaannya yaitu penelitian ini ber judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Word Square Pada Materi Hidrokarbon Di Kelas X SMA Tridharma Gorontalo. Sedangkan persamaannya hanya terletak pada penggunaan model pembelajaran word square.
2.5 Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teoritis yang telah diuraikan diatas, hipotesis tindakan dalam penelitian ini “jika diterapkan model pembelajaran kooperatif word square, maka hasil belajar hidrokarbon siswa kelas X SMA Tridharma Gorontalo dapat ditingkatkan”.
32
2.6 Indikator Kinerja Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila: 1. Jika hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang meliputi kegiatan guru dan siswa telah mencapai 70% atau labih kategori yang baik dan sangat baik, maka kegiatan pembelajaran dinyatakan berhasil. 2. Minimal 75% siswa yang dikenakan tindakan memperoleh nilai 70 ke atas atau sama dengan 70 ( Sesuai Krteria Ketuntasan Minimum SMA Tridharma Gorontalo) dengan daya serap rata-rata 70% maka tindakan dinyatakan berhasil.