BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Belajar Secara psikologis menyatakan belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, belajar juga merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengertian secara psikologis belajar merupakan proses perubahan tingkah laku hasil interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2013). Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2013), juga mengatakan bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar. Lingkungan itu yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Belajar dikatakan pula merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup (Long life educational). Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya. Dengan demikian hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan perilaku positif (Iskandar, 2012).
8
9
Dibawah ini merupakan pandangan beberapa ahli tentang belajar dalam Dimyati dan Mudjiono (2013), adalah sbb: 1.
Belajar menurut pandangan Skinner Skinner berpandangan bahwa, belajar merupakan suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal-hal berikut ini: a. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pelajar. b. Respon si pembelajar. c. Konsekuensi yang bersifat untuk menguatkan respon tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi perilaku respon sipelajar yang baik diberi hadiah, sebaliknya perilaku respon yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.
2.
Belajar menurut pandangan Gagne Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang bersal dari lingkungan dan (ii) proses kognitif yang dilakukan pembelajaran. Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati pengolahan informasi.
3.
Belajar menurut pandangan Piaget Pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.
10
Proses belajar terjadi apabila individu dihadapkan pada situasi dimana ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau apabila ia harus mengatasi rintangan yang mengganggu kegiatan yang diinginkan. Proses penyesuaian diri mengatasi rintangan terjadi secara tidak sadar, tanpa pemikiran yang banyak terhadap yang dilakukan. Pelajar melakukan kebiasaan atau tingkah laku yang telah terbentuk hingga mencapai respon memuaskan (Suardi, 2015). Adapun unsur-unsur belajar menurut Suardi (2015), dapat dilihat dari beberapa tinjauan seperti dibawah ini: 1. Tujuan Dasar dari aktivitas belajar ialah untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu perilaku pelajar mempunyai tujuan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Seorang anak yang merasa lapar akan belajar bagaimana caranya untuk mendapatkan makanan. 2.
Pola respons dan kemampuan yang dimiliki. Setiap individu memiliki pola respon yang dapat digunakan saat menghadapi situasi belajar, dia mempunyai cara merespons tersendiri dan hal itu berkaitan erat dengan kesiapannya. Kurangnya kesiapan yang dihadapi dapat menyebabkannya gagal dalam mencapai tujuan.
3.
Situasi belajar Situasi yang dihadapi mengandung berbagai alternatif yang dapat dipilih. alternatif yang dapat memberikan kepuasan atau tidak. Kadang-kadang situasi mengandung ancaman atau tantangan bagi individu dalam rangka mencapai tujuan.
11
4.
Penafsiran terhadap situasi Dalam menghadapi situasi, individu harus menentukan tindakan, mana yang akan diambil, mana yang harus dihindari dan mana yang paling aman. Mana yang akan diambil tentu saja didasarkan pada penafsiran yang bersangkutan terhadap situasi yang dihadapi. Andaikan dia salah dalam penafsiran situasi yang dihadapi, dia akan gagal mencapai tujuan yang ingin dicapainya.
5.
Reaksi atau respon. Setelah pilihan dinyatakan, maka yang dapat dilakukan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya yaitu melakukan reaksi atau merespon dengan melakukan sesuatu.
2.2 Teori Pembelajaran Pembelajaran menurut Uno dan Mohamad (2014), yang diidentikkan dengan kata mengajar berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (dituruti) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran” yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar Selain itu Uno dan Mohamad (2014), juga berpendapat pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku siswa. Sedangkan menurut pendapat Winataputra dkk (2007), menyatakan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengorganisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Pembelajaran dalam konteks pendidikan formal, yakni pendidikan di sekolah, sebagian besar terjadi di kelas dan lingkungan sekolah. Sebagian kecil
12
pembelajaran terjadi juga dilingkungan masyarakat, misalnya pada saat kegiatan ko-kurikuler, ekstra-kurikuler, dan ekstramular. Dengan demikian maka proses belajar bisa terjadi dikelas, dalam lingkungan sekolah dan dalam kehidupan masyarakat. Iskandar (2012), mengemukakan kegiatan proses pembelajaran, guru atau dosen (pendidik) sebagai figure sentral pengajar, dan siswa sebagai subjek belajar,dituntut berperan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan disekolah. Bukan hanya itu menurut Suardi (2012), juga mengemukakan pendapat bahwa, pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek peserta didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagai suatu sistem. Sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi, untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur, serta alat atau atau media yang harus dipersiapakan. Adapun ciri utama pembelajaran menurut Rusyan dkk dalam Dahar (2006), adalah meningkatkan dan mendukung proses belajar siswa. Ini menunjukkan bahwa unsur kesengajaan dari pihak di luar individu yang melakukan proses belajar merupakan ciri utama dari konsep pembelajaran. Pendapat lain datang dari Winataputra dkk (2007), yang berpendapat bahwa ciri utama pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan penigkatan proses belajar siswa. Ini menunjukkan bahwa unsur kesengajaan dari pihak luar individu yang melakukan proses belajar, dalam hal ini pendidik secara perorangan atau secara kolektif dalam suatu sistem merupakan ciri utama dari konsep pembelajaran.
13
Uno dan Mohamad (2014), mengemukakan adanya konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, tentunya dengan melibatkan adanya enam komponen utama pembelajaran efektif yakni konstruktuvisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Tabel 2.1 Hubungan antara Fase Belajar dan Acara Pembelajaran Pemberian Aspek Fase Belajar Acara Pembelajaran Belajar Persiapan untuk belajar 1. Mengarahkan perhatian Menarik perhatian siswa 2. Ekspektansi dengan kejadian yang 3. Retrival (informasi dan tidak seperti biasanya, keterampilan yang relevan pertanyaan atau untuk memori kerja. perubahan stimulus. Memberitahu siswa mengenai tujuan belajar. Pemrolehan dan untuk perbuatan.
4.Persepsi selektivitas sifat stimulus. 5.Sandi simantik 6.retrival dan respons 7.Penguatan.
Retrival dan alih belajar
8.Pengisyaratan 9.Pemberlakuan secara umum
Menyiapkan stimulus yang jelas sifatnya Memberikan bimbingan belajar Memunculkan perbuatan siswa Memberikan balikan informative Menilai perbuatan siswa Meningkatkan retensi dan alih belajat
(Sagala, 2013) Dari Beberapa pengertian tersebut maka peneliti dapat mengemukakan berpendapat bahwa, belajar adalah proses dimana seseorang dapat mengalami suatu perubahan secara sikap maupun mental yang tentunya dengan melewati beberapa proses. Sementara pembelajaran merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh guru dan siswa yang menghadirkan suasana belajar dan menarik.
14
2.3 Model Pembelajaran. Model pembelajaran bisa juga berarti suatu rencana mengajar yang memperlihatkan “pola pembelajaran” tertentu. Pola yang dimaksud dalam kalimat “pola pembelajaran” adalah terlihatnya kegiatan yang dilakukan guru, siswa, serta bahan ajar yang mampu menciptakan siswa belajar juga tersusun secara sistematis mengenai rentetan peristiwa pembelajaran (Suyanto dan Jihad, 2013). Sebagaimana yang dikemukakan oleh Tampubulon (2014), bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik mencapai tujuan belajar tertentu, berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran serta pendidik dalam merencanakan, melaksanakan pembelajaran. Secara khusus model pembelajaran sebagai suatu pola kegiatan pendidik dan peserta didik untuk menghasilkan perubahan pada diri peserta didik akibat proses pembelajaran. Menurut Komaruddin dalam Sagala (2013), mengatakan untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan modelmodel mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik. Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Joyce dan Weil Dalam Uno dan Mohamad (2014), mengemukakan bahwa model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan prinsip dan teori ilmu pengetahuan. Para ahli menyusun model-model pembelajaran berdasarkan prinsip -prinsip pendidikan, teori-teori psikologis, sosiologis, psikiatri, analisis sistem atau teori-teori lain. Maka ia berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum.
15
Berikut merupakan ciri-ciri dalam model pembelajaran yang dikemukakan oleh Suyanto dan Jihad (2013), yaitu sbb : 1.
Memiliki prosedur yang sistematis. Sebuah model pembelajaran bukan sekedar gabungan berbagai fakta yang disusun secara sembarangan, melainkan prosedur yang sistematis untuk memodifikasi perilaku siswa, yang didasarkan asumsi-asumsi tersebut.
2.
Hasil belajar dirumuskan secara khusus. Setiap model pembelajaran wajib menentukan tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai oleh siswa. Pencapaian ini dilakukan melalui rincian kerja siswa yang dapat diamati. Penetapan lingkungan secara khusus. Menetapkan keadaan lingkungan secara spesifik dalam model pembelajaran.
3.
Ukuran keberhasilan. Model pembelajaran senantiasa menggambarkan dan menjelaskan hasil-hasil belajar dalam bentuk perilaku yang seharusnya ditunjukkan oleh siswa setelah menempuh dan menyelesaikan urutan pembelajaran.
4.
Interaksi dengan lingkungan. Semua model pembelajaran menetapkan cara yang memungkinkan siswa melakukan interaksi dan bereaksi dengan lingkungan belajarnya. Ciri-ciri khusus dalam model pembelajaran menurut Kurniasih dan Sani
(2015), yaitu: Model tersebut harus teoritik serta logis dan disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, memiliki landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar. Adanya tingkah laku dalam mengajar, agar model tersebut dapat dilaksanakan dan berhasil, adanya lingkungan belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
16
Selain itu ciri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran, menurut Nieveen dalam Trianto (2009), suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut: Pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu: (1) apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoretis yang kuat; dan (2) apakah terdapat konsistensi internal. Kedua, praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: (1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan; dan (2) kenyataan menunjukan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan. Ketiga, efektif. Berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter sebagai berikut: (1) ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan (2) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Bukan hanaya itu model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode, atau prosedur menurut Kardi dan Nur dalam Majid (2013), ciri-ciri tersebut dapat kita dilihat dengan point yaitu sebagai berikut: 1. Rasional teoretis logis disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. 2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). 3. Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. 4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
17
Rusman (2014), mengemukakan pendapatnya bahwa sebelum menentukan suatu model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, perlu beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya sbb: A. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah sbb : 1.
Apakah tujuan yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional yang dulu diistilahkan dengan domain kognitif, afektif atau psikomotor?
2.
Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
3.
Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?
B. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran adalah sbb : 1.
Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu?
2.
Apakah mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyaratan atau tidak?
3. Apakah tersedia bahan-bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk mempelajari materi itu? Dari berbagai pendapat tersebut, penliti juga dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan pedoman penting yang dapat dipilih, dianalisis dan digunakan guru dalam proses pembelajaran dengan mencocokkan materi yang sesuai dan jam pelajaran. Oleh sebab itu guru harus memiliki keterampilan tersendiri dalam memilih model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.
18
2.4 Model Pembelajaran Inkuiri Menemukan (Inkuiri) merupakan kegiatan inti dari CTL (Contekstual Teaching And Learning), melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri. Kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya menemukan telah lama diperkenalkan pula dalam pembelajaran inquiry and discovery (mencari dan menemukan) (Rusman, 2014). Sementara menurut Komalasari (2014), berpendapat Inkuri merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, dalam memahami konsep dan memecahkan masalah. Walaupun dalam praktiknya aplikasi inkuiri sangat beragam tergantung pada situasi dan kondisi sekolah. Diptoadi dalam Wena (2014), mengungkapkan bahwa, model Inkuiri bisa sangat terstruktur dalam arti bahwa pengajar mengontrol interaksi dalam kelas serta mengarahkan prosedur inkuiri. Namun proses inkuiri ini harus ditandai dengan kerja sama yang baik antara pengajar-siswa, kebebasan siswa untuk menyatakan pendapat atau mengajukan pertanyaan serta persamaan hak antara pengajar dan siswa dalam mengemukakan pendapat. menurut Kurniasih dan Sani (2015), Teknis utama pembelajaran Inkuiri adalah keterlibatan siswa secara maksimal dalam kegiatan belajar dan keterarahan kegiatan secara maksimal dalam pembelajaran serta siswa dapat mengembangkan sikap percaya diri tentang apa yang ditemukan di dalam proses inkuiri tersebut.
19
Sani (2014), juga mengemukakan pembelajaran berbasis Inkuiri mencakup proses mengajukan permasalahan, memperoleh informasi, berpikir kreatif tentang kemungkinan penyelesaian masalah, membuat keputuasan, membuat kesimpulan. Freinet dalam Sani (2014), berpendapat bahwa pengetahuan akan diperoleh melalui pengalaman secara Inkuiri dan tidak cukup hanya dengan mengamati, mendengarkan penjelasan (melihat demonstrasi). Perolehan pengalaman dimulai dari pengalaman dengan mengikuti siklus dasar proses inkuiri yang dideskripsikan sebagai berikut: Pengalaman Menyajikan masalah, mendiskusikan ide, menganalisis pertanyaan.
Pemahaman
Informasi
Menjelaskan pendapat baru, menerapkan, mengevaluasi, memunculkan ide baru, melakukan hal yang di pahami, refleksi
Memperoleh, mengkritik, menganalisis, menginterpretasi, mengajukan pertanyaan baru
Membangun pengetahuan Menyelesaikan masalah, mengonstruksi pengetahuan, menjelaskan informasi baru, mengintegrasikan ide baru Gambar 2.1 Siklus Dasar Proses Inkuiri I
(Sani, 2014)
Mengajukan Pertanyaan
Menemukan Sumber
Interpretasi Informasi
Membuat Laporan
Gambar 2.2 Siklus Dasar Proses Inkuiri II
(Sani, 2014)
20
2.4.1 Jenis Pembelajaran Inkuiri Callahan dalam Suyanti (2010), menyusun klasifikasi Inkuiri lain yang didasarkan pada intensitas siswa. Tingakatan inkuiri berdasarkan variasi bentuk keterlibatannya dan intensitas keterlibatan siswa, yaitu sbb: 1.
Inkuiri tingkat pertama. Inkuiri tingkat pertama merupakan kegiatan inkuiri dimana masalah
dikemukakan oleh guru atau sebagai sumber dari buku teks, kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan intensif dari guru. Dalam Inkuiri Terbimbing kegiatan belajar harus dikelola dengan baik oleh guru dan luaran pembelajaran sudah dapat dipredisikan sejak awal. Inkuiri jenis ini cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dan prinsip yang mendasar dalam bidang tertentu. 2.
Inkuiri bebas. Dalam inkuiri bebas, siswa difasilitasi untuk mengidentifikasi masalah dan
merancang proses penyelidikan. Siswa juga dimotivasi untuk mengemukakan gagasannya dan merancang cara untuk menguji gagasan tersebut. Sementara menurut Fathurrohman (2015), mengemukakan beberapa macam model pembelajaran Inkuiri yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya sebagai berikut: 1.
Guided Inquiry Pembelajaran Inkuiri Terbimbing , yaitu suatu model pembelajaran Inkuiri
yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada peserta didik. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, peserta didik tidak merumuskan problem atau masalah.
21
2.
Modified Inquiry Model pembelajaran Inkuiri ini memiliki ciri guru hanya memberikan
permasalahan tersebut melalui pengamatan, atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban. Disamping itu, guru merupakan narasumber yang tugasnya hanya memberikan bantuan yang diperlukan untuk menghindari kegagalan dalam memecahkan masalah. Jika peserta didik tidak mengalami kegagalan dan mampu memecahkan masalahnya, guru hanya sebagai fasilitator saja. 3.
Free Inquiry Pada model ini, peserta didik harus mengidentifikasikan dan meruuskan
macam problem yang dipelajari dan dipecahkan. Jenis model Inkuiri ini lebih bebas daripada kedua jenis Inkuiri sebelumnya. Pada model Inkuiri ini, guru memberikan masalah saja, sedangkan prosedur dan pemecahan masalah tergantung pada peserta didik. Jadi pembelajaran aktif akan terbentuk dalam model ini. 4.
Inquiry Role Approach Pendekatan model pembelajaran Inkuiri ini melibatkan peranan peserta
didi dalam tim-tim yang masing-masing terdiri atas empat orang untuk memecahkan masalah yang diberikan. Masing-masing anggota memegang peranan yang berbeda, yaitu sebagai koordinator tim, penasihat teknis, pencatat data, dan evaluator proses. 5. Invitation Into Inquiry Jenis model Inkuiri ini melibatkan peserta didik dalam proses pemecahan masalah dengan cara-cara lain yang ditempuh para ilmuan. Suatu invitasi memberikan problem atau masalah kepada peserta didik melalui pertanyaan yang
22
telah direncanakan dengan hati-hati dan medorong peserta didik untuk melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut: a) merancang eksperiment, b) merumuskan hipotesis, c) menentukan sebab akibat, d) menginterprestasikan data, e) membuat grafik, f) menentukan peranan dalam diskusi. Tujuan utama pembelajaran Inkuiri menurut Council dalam Amri dan Ahmadi (2010), yaitu (1) mengembangkan keinginan dan motivasi siswa untuk mempelajari prinsip dan konsep Sains, (2) mengembangkan keterampilan ilmiah siswa hingga mampu bekerja seperti layaknya seorang ilmuan, (3) membiasakan siswa bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan. Sementara menurut Fathurrohman (2015), mengemukakan tujuan utama pembelajaran Inkuiri untuk memberikan cara bagi peserta didik untuk membangun kecakapan intelektual. Melalui pembelajaran yang berbasis Inkuiri, siswa belajar Sains sekaligus juga belajar metode Sains. Proses Inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa dilatih bagaimana memecahkan masalah sekaligus membuat keputusan. Pembelajaran berbasis Inkuiri memungkinkan siswa belajar sistem karena disini memungkinkan terjadi integrasi dari berbagai disiplin ilmu. Peran guru didalam pembelajaran Inkuiri lebih sebagai pemberi bimbingan (Amri dan Ahmadi, 2010). Menurut pendapat Fathurrohman (2015), kegiatan pembelajaran selama menggunakan model Inkuiri ditentukan oleh keseluruhan ospek pengajaran di kelas, proses keterbukaan, dan peran
peserta didik aktif. Pada prinsipnya,
keseluruhan proses pembelajaran membantu peserta didik menjadi mandiri, percaya diri, dan yakin pada kemampuan intelektualnya sendiri untuk terlibat secara aktif.
23
Langkah-langkah model Inkuiri menurut Kurniasih dan Sani (2015), yaitu sebagai berikut: 1.
Melakukan Orientasi a. Memberikan pemahaman tentang topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. b. Memberikan pemahaman kepada siswa tentang pokok-pokok kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
2.
Merumuskan masalah Langkah ini dalam rangka membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang memecahkan teka-teki.
3.
Merumuskan Hipotesis Meminta pendapat siswa tentang persoalan tersebut hingga nanti mereka menemukan sendiri kesimpulan yang seharusnya.
4.
Mengumpulkan Data Dari persoalan yang ada siswa diajak menemukan data-data yang menunjang persoalan-persoalan yang ada, dan data tersebut nantinya diolah dan didiskusikan dengan teman ataupun secara individu.
5.
Menguji Hipotesis Jawaban yang akan didapat bukan lagi sekedar pendapat pribadi saja, tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan, dapat dipertanggungjawabkan.
6.
Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan dengan melihat hipotesis yang ada, dan proses ini bisa bersama-sama dengan guru, jika siswa menemukan kesulitan.
24
Sementara menurut Suyadi (2013), langkah-langkah model Inkuiri yaitu sebagai berikut: 1. Merumuskan masalah 2. Mengumpulkan data 3. Menguji hipotesa berdasarkan data yang ditemukan dan 4. Membuat kesimpulan Agar model pembelajaran Inkuiri dapat berjalan lancar dan memberi hasil yang optimal, maka ada dua hal menurut Diptoadi dalam Wena (2014), yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut: 1. Interaksi pengajar-siwa. Model ini bisa sangat terstruktur, dalam arti bahwa pengajar mengontrol interaksi dalam kelas serta mengarahkan prosedur Inkuiri. Namun, proses Inkuiri ini harus ditandai dengan kerja sama yang baik antara pengajar-siswa, kebebasan siswa untuk menyatakan pendapat atau mengajukan pertanyaan serta persamaan hak antara pengajar dan siswa dalam mengemukakan pendapat. Secara bertahap pengajar dapat memberikan kewenangan yang lebih banyak daripada siswa dalam melaksanakan proses Inkuiri. 2. Peran pengajar, dalam model ini pengajar mempunyai beberapa tugas yang penting yaitu: a. Mengarahkan pertanyaan siswa b. Menciptakan suasana kebebasan ilmiah dimana siswa tidak merasa dinilai pada waktu mengemukakan pendapatnya, c. Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan teoritis yang lebih jelas dengan mengemukakan bukti yang menunjang.
25
2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri Adapun kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran Inkuiri menurut pendapat dari Kurniasih dan Sani (2015), yaitu dapat dilihat seperti dibawah ini: A. Kelebihan Model Pembelajaran Inkuiri 1.
Model pembelajaran Inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran dianggap lebih bermakna. Model pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
2.
Model pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan.
3.
Model pembelajaran Inkuiri dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
B. Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri 1.
Model pembelajaran Inkuiri digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2.
Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dalam kebiasaan siswa dalam belajar.
3.
Memungkinkan untuk terjadi proses pembelajaran yang panjang sehingga akan terkendala oleh waktu.
26
2.5 Model Inkuiri Terbimbing Inkuiri Terbimbing adalah suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam praktiknya guru menyediakan bimbingan dan petunjuk bagi siswa. Peran guru dalam model ini lebih dominan daripada siswa. Guru membuat rumusan masalah lalu menyerahkan pada siswa, guru tidak langsung melepas segala kegiatan yang dilakukan siswa, bimbingan dan arahan dalam model masih sangat dibutuhkan Inkuiri Terbimbing ini biasanya digunakan pada siswa yang belum pernah melakukan model Inkuiri Terbimbing (Hartono, 2013). Fathurrohman (2015), mengemukakan dalam pembelajaran Inkuiri Terbimbing, guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada peserta didik dalam melakukan kegiatan-kegiatan. Dengan demikian, peserta didik yang berpikir lambat atau peserta didik yang mempunyai inteligensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan peserta didik mempunyai tinggi tidak memonopoli kegiatan. Oleh sebab itu, guru harus memiliki kemampuan mengelola kelas yang bagus. Pada tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak. Bimbingan tersebut berupa pertanyaan-pertanyaan pengaruh agar peserta didik mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahn yang disodorkan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan pengarah selain dikemukakan langsung oleh guru juga diberikan melalui pertanyaan yang dibuat dalam lembar kerja peserta didik baik berupa LKS maupun model. Oleh sebab itu, lembar kerja dibuat khusus untuk membimbing peserta didik dalam melakukan percobaan dan menarik kesimpulan.
27
Orlich dalam Amri dan Ahmadi (2010), berpendapat bahwa dalam Inkuiri Terbimbing kegiatan belajar harus dikelola dengan baik oleh guru dan output pembelajaran sudah dapat diprediksi sejak awal. Inkuiri jenis ini cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasar dalam bidang ilmu tertentu. Adapaun karakteristik Inkuiri Terbimbing yaitu sebagai berikut : 1.
Mengembangkan kemampuan berpikir siswa melalui observasi spesifik hingga mampu membuat inferensi atau generalisasi.
2.
Sasarannya adalah mempelajari proses pengamatan kejadian atau objek dan menyusun generalisasi yang sesuai.
3.
Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data, materi, dan berperan sebagai pemimpin kelas.
4.
Setiap siswa berusaha membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi di dalam kelas.
5.
Kelas diharapkan berfungsi sebagai labolatorium pembelajaran. Biasanya sejumlah generalisasi akan diperoleh dari siswa.
6.
Guru memotivasi siswa untuk mengkomunikasikan hasil generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan seluruh siswa dalam kelas. Adapun Langkah-Langkah Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
atau Inkuiri Terbimbing menurut Amri (2013), dapat dilihat Sebagai berikut : 1. Merumuskan masalah yang diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. Perumusan harus jelas, hindari pernyataan yang menimbukan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.
28
2.
Dari data yang diberikan guru siswa menyusun, memproses, mengorganisir dan menganalisis data tersebut. Bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan. Bimbingan sebaikanya mengarah siswa untuk melangkah kearah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan atau lembar kerja siswa.
3.
Siswa menyusun konjektur (perkiraan) dari hasil analisis yang dilakukan.
4.
Konjektur yang telah dibuat siswa, diperiksa oleh guru. Hal ini digunakan untuk meyakinkan kebenaran perkiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai Sementara itu, menurut Eggen dan Kauchak (2012), Langkah-Langkah
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat dilihat pada table berikut: Tabel 2.2 Langkah-Langkah Inkuiri Terbimbing
No
FASE
PERILAKU GURU
1.
Menyajikan pertanyaan atau masalah.
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan dipapan tulis.
2.
Membuat Hipotesis.
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan, dan memprioritaskan hipotesis mana curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.
3.
Merancang percobaan.
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah -langkah percobaan.
4.
Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi.
Guru membimbing siswa untuk mendapatkan informasi melalui percobaan.
5.
Mengumpulkan dan menganalisis data.
6.
Membuat kesimpulan
Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.
29
Selain itu terdapat pula pendapat dari Gulo dalam Trianto (2010), yang menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran Inkuiri terbimbing yaitu sebagai berikut: 1.
Mengajukan pertanyaan atau permasalahan Kegiatan pembelajaran Inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
2.
Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan suatu proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
3.
Mengumpulkan data Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru membimbing siswa untuk dapat menentukan langkah-langkah peng-umpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.
4.
Analisis data Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses pembelajaran inkuiri yang telah dilakukannya.
5.
Membuat kesimpulan Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.
30
Dari berbagai pendapat maka menurut peneliti adapun dalam model langkah-langkah Inkuiri Terbimbing adalah sbb: Tabel 2.3 Langkah-Langkah Model Inkuiri Terbimbing Langkah Inkuiri Aktivitas guru Terbimbing Pembukaan Mengingatkan kembali materi pembelajaran sebelumnya, berupa apersepsi kepada siswa.
Merangsang siswa agar dapat mengetahui materi yang akan dipelajari
Aktivitas siswa Mengamati yang disampaikan guru berupa apersepsi melalui umpan balik pertanyaan tentang materi sebelumnya. Mengamati gambaran yang disampaikan guru tentang materi yang akan dipelajari Melakukan tanya jawab dengan guru terhadap gambaran materi yang guru berikan
Merumuskan masalah
Merumuskan masalah dengan memberikan pertanyaan
Memahami pertanyaan yang disampaikan guru ketika merumuskan masalah
Membuat hipotesis (Jawaban sementara rumusan masalah)
Menuntun siswa dalam membuat hipotesis (Jawaban sementara dari rumusan masalah)
Memikirkan Hipotesis (Jawaban sementara) dari permasalahan yang ada
Mengemukakan pendapat dalam kelompok sebelum membuat hipotesis
Mengumpulkan data
Menganalisis data (menjawab hipotesis)
Membuat Kesimpulan
Mengarahkan siswa untuk membaca berbagai referensi yang mendukung
Membuat hipotesis atau jawaban sementara berdasarkan masalah yang nantinya akan dipecahkan Mencari informasi dari berbagai referensi yang mendukung
Mengarahkan siswa bertanya dalam kelompok ketika mengumpulkan data
Melakukan tanya jawab dalam kelompok untuk mengumpulkan data
Menuntun siswa untuk berdiskusi dalam kelompok ketika menganalisis data
Melakukan diskusi dalam kelompok ketika menganalisis data
Mengarahkan siswa dalam membuat hasil dari analisis data yang diperoleh
Membuat analisis data dari hasil analisis data yang diperoleh
Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan yang didapat
Memaparkan hasil yang diperoleh dengan jelas dan tepat Membuat kesimpulan dari analisis data yang didapat
31
2.6 Berpikir Kreatif 2.6.1 Proses Berpikir Pikiran adalah gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk mempresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana dan keinginan. Berpikir melibatkan manipulasi otak terhadap informasi, seperti saat kita membentuk konsep, terlibat dalam pemecahan masalah, melakukan penalaran, dan membuat keputusan. (Danarjati dkk, 2013). Menurut Soemanto dalam Irham dan Wiyani (2013), mengatakan pada dasarnya aktivitas atau kegiatan berpikir merupakan sebuah proses yang kompleks dan dinamis. Sedangkan menurut Irham dan Wiyani (2013), proses dinamis dalam berpikir mencakup tiga tahapan, yaitu proses pembentukan pengertian, proses pembentukan pendapat dan proses pembentukan keputusan. Bepikir bagi siswa pada hakikatnya merupakan kemampuan siswa untuk
menyeleksi
dan
menganalisis bahkan mengkritik pengetahuan yang ia peroleh. Berpikir juga tidak lepas dari usaha mengadakan penyesuaian pemahaman atau atas informasi baru dengan informasi yang sudah dimilikinya sebagai sebuah pengetahuan. Suryabrata (2004), mengatakan bahwa proses atau jalannya berpikir pada pokoknya ada tiga langkah yaitu (1) pembentukan pengertian, (2) pembentukan pendapat (3) penarikan kesimpulan. Sagala (2013) juga berpendapat, bahwa berpikir berarti meletakkan hubungan antara bagian pengetahuan yang diperoleh manusia. Berpikir sebagai proses menetukan hubungan-hubungan secara bermakna antara aspek-aspek dari suatu bagian pengetahuan. Berpikir merupakan proses dinamis yang menempuh tiga langkah berpikir yaitu sbb:
32
1.
Pembentukan pengertian yaitu melalui proses mendiskripsi ciri-ciri objek yang sejenis mengklasifikasi ciri-ciri yang sama mengabstraksi dengan menyisihkan, membuang dan menganggap ciri-ciri yang hakiki.
2.
Pembentukan pendapat yaitu meletakkan hubungan antar dua buah pengertian atau lebih yang hubungan itu dapat dirumuskan secara verbal berupa pendapat menolak, pendapat menerima atau mengiakan dan pendapat asumtif yaitu mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan suatu sifat atau suatu hal, dan
3.
Pembentukan keputusan, yaitu penarikan kesimpulan yang berupa keputusan sebagai hasil pekerjaan akal berupa pendapat baru yang dibentuk berdasarkan pendapat-pendapat yang sudah ada. Proses berpikir itu sendiri dapat kita golongkan kedalam dua jenis, yaitu
berpikir asosiatif dan berpikir terarah. Berpikir asosiatif adalah proses berpikir dimana suatu ide merangsang timbulnya ide-ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir kreatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya. Jenis berpikir ini disebut juga jenis berpikir divergen (kreatif). Sedangkan berpikir terarah adalah berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahan suatu persoalan. Jenis berpikir seperti ini dikatakan juga jenis berpikir konvergen. Berpikir terarah diperlukan dalam memcahkan persoalan. Ada dua macam strategi umum dalam memecahkan persoalan yaitu: (i) strategi menyeluruh, disini permasalahan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dicoba dipecahkan dalam rangka keseluruhan itu. (ii) strategi detailistis, disini persoalan dibagi-bagi dalam bagian-bagian dan dicoba dipecahkan bagian demi bagian (Sarwono, 2010).
33
Menurut Steinberg dalam Iskandar (2012), terdapat 13 jenis gaya berpikir berdasarkan 5 dimensi yaitu diensi fungsi, dimensi bentuk, dimensi tahap, dimensi skop, dan dimensi kecondongan. Gaya berpikir yang dikemukakan Steinberg dalam Iskandar (2012) adalah sbb: Tabel 2.4 Jenis-Jenis Gaya Berpikir
No 1.
Jenis Gaya berpikir
Dimensi
Ciri yang ditunjukkan
Legislatif
Suka mencipta, menerka, merancang dan kurang berstruktur
Eksekutif
Suka mengikuti arahan, sesuatu yang berstruktur dan melakukan apa yang diberitahu
2. Fungsi
Suka menghakimi dan membuat penilaian terhadap sesuatu situasi atau benda
3. Judisil
Suka Melakukan suatu kerja pada suatu masa dangan menggunakan sumber dan tenaga Suka melakukan banyak kerja tetapi tahu memilih prioriti, jumlah masa yang diperlukan dan tenaga yang hendak digunakan.
4. Monarki
5. Hirarki Bentuk
6.
Suka melakukan banyak kerja tetapi tidak tahu memilih priority
Oligarki
Suka menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan pendekatan secara rawak, tidak suka kepada sistem, peraturan, panduan dan menganggapnya penghalang. Suka dengan sesuatu gambaran umum dan berbentuk abstrak
7. Anarki
8. 9.
Global Tahap Lokal
10. Internal Skop
11. Eksternal
12. 13.
Liberal Kecondongan Konservatif
Suka kepada sesuatu yang terperinci, spesifik dan contoh yang konkrit. Cenderung bersifat introvert, orientasi, kerja dan suka melakukan sesuatu kerja secara sendirian Cenderung bersifat ekstrovert, brpikiran terbuka, suka berinteraksi, dan bekerja dengan orang lain. Suka melakukan sesuatu dengan cara yang baru dan terbuka. Suka melakukan sesuatu menurut kelaziman.
34
2.6.2 Proses Berpikir Kreatif Berpikir kreatif yaitu kemampuan mengembangkan ide yang tidak biasa, berkualitas dan sesuai tugas. Salah satu aspek intelegensi adalah kemampuan mendefenisikan kembali permasalahan secara efektif dan berpikir mendalam. Kemampuan berpikir mendalam terkait dengan perolehan pengetahuan dalam tiga bentuk yaitu penguraian selektif, yakni membedakan informasi yang relevan dan tidak relevan, kombinasi selektif yakni menggabungkan beberapa informasi yang relevan secara baru. Perbandingan selektif, yakni mengaitkan informasi yang baru dengan informasi lama dengan cara yang unik (Sani, 2014). Menurut Iskandar (2012), berpendapat berpikir kreatif dilakukan dengan menggunakan pemikiran dalam mendapat ide-ide yang baru, kemungkinan yang baru, ciptaan yang baru berdasarkan kepada keaslian dan penghasilannya. Ia dapat diberikan dalam bentuk ide yang nyata ataupun abstrak. Berpikir kreatif dapat dilihat dari dua komponen penting yaitu: (a) Suatu kelompok kemampuan yang digunakan untuk memproses atau melahirkan informasi dan kepercayaan (keyakinan), dan (b) Suatu kebiasaan, yang terbentuk berlandaskan komitmen intelektual. Solusi terbaik terhadap sebuah masalah mungkin melibatkan berpikir kreatif. Kata kreatif tidak hanya dapat disematkan pada orang, tetapi juga pada aktivitas-aktivitas tertentu. Bahkan individu-individu yang tidak melihat diri mereka sebagai orang yang kreatif dapat terlibat dalam proses berpikir kreatif. Oranang kreatif cenderung untuk berpikir secara divergen menghasilkan banyak jawaban pada pertanyaan yang sama. Jenis berpikir dibutuhkan pada kecerdasan konvensional adalah berpikir konvergen (King, 2010).
35
Selain itu Perkins dalam King (2010), berpendapat bahwa individu yang kreatif kerap digambarkan sebagai orang-orang yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1.
Berpikir secara fleksibel dan suka bermain dengan beragam masalah, dan sifat ini memunculkan suatu hal yang bertentangan. Walaupun kreatifitas menumbuhkan kerja keras, namun kerja tersebut akan berjalan lancar bila dianggap sesuatu yang ringan.
2.
Motivasi internal: Orang-orang kreatif seringkali dimotivasi oleh kepuasan dalam mencipta sesuatu. Mereka cenderung kurang terdorong untuk mencapai nilai, uang atau umpan balik positif dari orang lain dibandingkan dengan orang-orang yang kurang kreatif. Karena orang-orang yang kreatif termotivasi dalam diri bukan dari luar.
3.
Keinginan untuk menghadapi resiko: Orang-orang berpikir kreatif membuat lebih banyak kesalahan daripada orang-orang yang kurang kreatif. Hal ini bukan karena mereka kurang ahli, namun ini disebabkan karena mereka menghasilkan lebih banyak gagasan dan kemungkinan. Menurut Rurnini dkk dalam Irham dan Wiyani (2013), ciri khusus dalam
berpikir kreatif adalah hasil atau produk berpikir yang orisinal dan prosedur berpikir yang dilakukukan dengan cara-cara baru yang tidak dapat dikira sebelumnya. Dengan demikian orang-orang yang kreatif dalam berpikir akan mampu memandang sesuatu hal yang sama dari sudut pandang yang berbeda dari pandangan orang pada umumnya. Sementara King (2010), juga menyatakan pendapatnya yaitu terdapat 5 tahapan berpikir kreatif yaitu persiapan, Inkubasi, pencerahan (insight), evaluasi, dan elaborasi.
36
Adapun Tahap-tahap berpkir kreatif menurut Irham dan Wiyani (2013), yaitu sebagai berikut: 1.
Tahap persiapan, yaitu ketika bahan-bahan atau pengetahuan dikumpulkan dan disusun terus menerus dalam memori individu.
2.
Tahap Inkubasi yaitu ketika atas dasar bahan-bahan yang terkumpul lama kemudian memunculkan aspek-aspek pernyataan yang berbeda dan kreatif tetapi masih samar-samar.
3.
Tahap pemahaman yaitu ketika pemahaman dan penemuan hal yang berbeda dan terjadi sangat tiba-tiba. Adapun indikator kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar (2004),
yaitu sbb: 1.
Berpikir lancar yaitu menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan, serta arus pemikiran lancar.
2.
Berpikir luwes (fleksibel) menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam mampu mengubah cara atau pendekatan serta arah pemikiran yang berbedabeda.
3.
Berpikir orisinal yaitu memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain yang jarang diberikan kebanyakan orang.
4.
Berpikir
terperinci
(elaborasi)
yaitu
mengembangkan,
menambah,
memperkaya sesuatu gagasan, memperinci detail-detail serta memperluas suatu gagasan. Indikator Berpikir Kreatif, menurut Torrance dalam Davis (2012), sbb: 1. Kelancaran adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak ide verbal non verbal dalam merespon masalah yang tidak memiliki satu jawaban benar.
37
2.
Fleksibilitas adalah kemampuan untuk mengambil pendekatan berbeda untuk suatu masalah, memikirkan ide dalam kategori berbeda atau melihat masalah dalam perspektif berbeda.
3. Keaslian itu berarti keuinikan, ketidaksamaan dalam pemikiran dan tindakan, fleksibilitas, atau cara berpikir yang unik. 4.
Elaborasi adalah kemampuan untuk mengembangkan, dan menerapkan ide Selain itu Guilford dalam Herdian (2010), juga menyebutkan terdapat lima
indikator berfikir kreatif, yaitu sbb: 1.
Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, mengenali, dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi, atau masalah
2.
Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.
3.
Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacammacam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
4.
keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise, dan jarang diberikan kebanyakan orang.
5.
Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang didalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar, model dan kata-kata. Jadi, berdasarkan uraian diatas, penulis dapat membuat kesimpulan bahwa
berpikir merupakan kemampuan setiap orang dalam mengambil keputusan, sebelum bertindak untuk melakukannya. Sementara, berpikir kreatif merupakan cara seseorang dalam mengemukakan suatu gagasan atau pendapat dengan cara yang menarik.
9.
38
Berdasarkan uraian diatas pula, adapun indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif menurut peneliti yaitu sebagai berikut: 2.
Kemampuan berpikir lancar
3.
Kemampuan berpikir luwes
4.
Kemampuan berpikir orisinil
5.
Kemampuan berpikir detail (elaborasi)
6.
Rasa ingin tahu
7.
Bersikap merasa tertantang
8.
Berani Mengambil Resiko
9.
Sikap Menghargai
2.7 Termokimia 2.7.1 Hukum Kekekalan Energi Energi Tidak Dapat Diciptakan ataupun Dimusnahkan Namun dapat berubah bentuk dari bentuk satu kebentuk lainnya Dengan kata lain energi alam semesta adalah tetap sehingga energi yang terlibat dalam suatu proses kimia dan fisika hanya merupakan perpindahan atau perubahan bentuk energi. Contohnya, energi cahaya matahari diubah menjadi energi kimia berupa karbohidrat. Karbohidrat diubah oleh manusia atau hewan menjadi energi panas kembali. Setelah dicerna, sehingga tubuh manusia dan hewan tetap hangat. 2.7.2 Sistem Dan Lingkungan Sistem adalah segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian pengamat Sedangkan lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem. Misalnya tabung reaksi yang didalamnya terdapat 5 ml larutan NaOH 0,1 M. Larutan NaOH sebagai sistem, sedangkan tabung reaksi dan udara diluarnya sebagai lingkungan.
39
Gambar 2.3 Perbedaan sistem dan Lingkungan (Sumber : http://psbkimia.blogspot.co.id)
Sistem terdiri dari: 1. Sistem terbuka, yaitu sistem dapat mengalami pertukaran energi dan materi dengan lingkungan. 2. Sistem tertutup, yaitu sistem dapat mengalami pertukaran energi dengan lingkungan, tidak dengan pertukaran materi. 3. Sistem terisolasi, yaitu sistem tidak dapat mengalami pertukaran energi dan materi dengan lingkungan karena adanya sistem penyekat.
Gambar 2.4 Contoh sistem terbuka, tertutup, dan terisolasi (Sumber :http://www.faktailmiah.com)
2.7.3 Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm Reaksi eksoterm adalah reaksi kimia dengan sistem melepaskan kalor. Pada reaksi eksoterm, suhu campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat-zat kimia yang bersangkutan akan turun sehingga sistem melepaskan kalor kelingkungan. Pada reaksi eksoterm entalpi sistem berkurang. Artinya entalpi
40
produk lebih kecil dari pereaksi. Oleh karena itu, perubahan entalpinya (ΔH) merupakan selisih antara entalpi pereaksi dengan entalpi produk (Hp – Hr) sehingga ΔH bernilai negatif (-). Reaksi eksoterm : ΔH = Hp –Hr < 0 Contoh reaksi eksoterm yaitu Bromin menguap menghasilkan uap berwarna cokelat. Reaksi eksotermik antara bromin dan aluminium menyebabkan uap cokelat yang terbentuk makin banyak. Reaksi yang terjadi adalah: 2Al (s) + 3Br2 (l) → 2AlBr3 (s) Contoh Reaksi Eksoterm Dalam Kehidupan Sehari-hari
Pembakaran kertas
Kembang api
Gambar 2.5 Contoh Reaksi Eksoterm (Sumber :http://www.faktailmiah.com)
Sedangkan Reaksi endoterm adalah reaksi kimia dengan sistem menyerap kalor dari lingkungannya. Pada reaksi, entalpi sistem bertambah. Artinya, entalpi produk (Hp) lebih besar daripada entalpi pereaksi (Hr). Pada reaksi endoterm ΔH bernilai positof (+). Reaksi endoterm: ΔH = Hp –Hr > 0 Misalnya reaksi pelarutan urea kedalam air ditandai dengan suasana dingin pada reaksinya. Contoh lain terjadi pada reaksi antara Barium Hidroksida oktahidrat dengan ammonium nitrat merupakan contoh reaksi endoterm. Ba(OH)2. 8H2O (s) + 2NH4 NO3(s)
Ba2+(aq) + 2NO3 –(aq) + 2NH3(aq) + 10 H2O(l)
41
Berdasarkan penjelasan tersebut, reaksi eksoterm dan endoterm dinyatakan dengan diagram tingkat energi. Amati diagram berikut : Pada reaksi endoterm, entalpi sistem bertambah. Artinya, entalpi produk (Hp) lebih besar daripada entalpi pereaksi (Hr). Oleh karena itu, perubahan entalpi (ΔH) merupakan selisih anatara entalpi produk dengan entalpi pereaksi (Hp-Hr) sehingga (ΔH) bernilai positif. Sebaliknya pada reaksi eksoterm, entalpi sistem berkurang artinya entalpi produk lebih kecil daripada entalpi pereaksi. Oleh karena itu, perubahan entalpinya selisih antara entalpi pereaksi dengan entalpi produk (Hp-Hr) sehingga (ΔH) bernilai negatif. Menurut perjanjian, untuk : Reaksi eksoterm, ΔH bertanda negatif (-) Reaksi endoterm, ΔH bertanda positif (+) Contoh reaksi endoterm dalam kehidupan sehari-hari yaitu sbb:
Fotosintesis
Es meleleh Gambar 2.6 Contoh Reaksi Endoterm (Sumber :http://www.faktailmiah.com)
2.7.4
Entalpi (H) dan Perubahan Entalpi (ΔH) Pengukuran energi sebagai akibat reaksi kimia hampir selalu dilaksanakan
pada tekanan atmosfer dan tetap. Untuk keperluan hal tersebut diperkenalkan istilah entalpi (H). Jumlah dari semua bentuk energi dalam suatu zat disebut entalpi atau isi kalor yang dilambangkan dengan H. Entalpi akan tetap konstan
42
selama tidak ada energi yang masuk atau keluar dari zat. Besarnya entalpi tidak dapat ditentukan. Yang dapat ditentukan adalah perubahan entalpi (ΔH). Perubahan Entalpi (ΔH) adalah perubahan kalor yang terjadi pada suatu reaksi kimia. (ΔH) merupakan selisih antara entalpi produk dengan entalpi reaktan yang dirumuskan sbb:
ΔH = Hp – Hr ΔH = Perubahan entalpi Hp = Entalpi produk Hr = entalpi reaktan Jika H produk lebih kecil daripada H reaktan maka akan terjadi pembesaran kalor. Harga ΔH negatif atau lebih kecil daripada nol. Contoh: 2H2(g) + O2(g) → 2H2O (l) + kalor atau 2H2(g) + O2(g) → 2H2O (l) ΔH = Jika H produk lebih besar daripada H reaktan maka akan terjadi penyerapan kalor. Harga ΔH positif atau lebih besar daripada nol. Contoh : 2H2O(l) → 2H2 (g) + O2(g) - kalor atau 2H2O(l) → 2H2 (g) + O2 ΔH = + 2.7.5 Persamaan Termokimia Persamaan reaksi yang menyatakan jumlah mol dan keadaan fisik masing-masing zat (pereksi maupun hasil reaksi) serta perubahan entalpi (ΔH) untuk reaksi yang bersangkutan disebut persamaan termokimia. Jika zat-zat yang terlibat dalam reaksi pada keadaan standar (tekanan 1 atm dan temperature 25° C
43
maka perubahan entalpinya ditandai sebagai ΔH. Sebagai contoh reaksi antara gas Nitrogen dan gas Hidrogen membentuk ammonia menurut reaksi: N2 (g) + 3H2 (g) → 2NH3 (g) + ΔH° = -92,0 kJ. Persamaan reaksi tersebut menunjukkan bahwa reaksi antara 1 mol gas N2 dengan 3 mol gas H2. Membentuk 2 mol gas NH3 pada 25 mol ° C dan tekanan 1 atm membebaskan kalor sebesar 92,0 Kj. Jika zat-zat yang direaksikan dilipatkan dua (2 mol gas N2 dengan 6 mol gas H2 membentuk 4 mol gas NH3), maka kalor yang dibebaskan juga dua kalinya (184,0 kJ). Demikian pula jika hanya direaksikan 0,5 mol gas N2 dengan 1,5 mol gas H2 membetutuk gas NH3. Kalor yang dibebaskan hanya setengahnya (46,0 kJ). Persamaan termokimianya dituliskan: 2N2 (g) + 6H2 (g) → 4NH3 (g) ΔH°
= -184,0 kJ
½ N2 (g) + H2 (g) → 1 ½ NH3 (g) ΔH° = 46,10 kJ 2.7.6 ENTALPI STANDAR Entalpi Standar merupakan perubahan entalpi reaksi yang diukur pada temperatur 298 K (25 °C) dan tekanan 1 Atmosfer disepakati sebagai perubahan entalpi standar. Perubahan entalpi standar dinyatakan
dengan simbol ΔH°.
Entalpi Standar secara umum terdiri dari tiga macam yaitu entalpi pembentukan standar, penguraian standar dan pembakaran standar. A. Entalpi pembentukan standar (ΔH°f) Perubahan entalpi yang terjadi pada reaksi pembentukan 1 mol suatu senyawa dari unsur-unsurnya, semua zat dalam bentuk stabil pada 25°C dan 1 atm. Nilai entalpi pembentukan standar ditentukan menggunakan data entalpi pembentukan standar.
44
Na(s) + ½ H2 (g) + C (S) + 2/3O(g)
NaHCO3 (s) ΔH°f = - 94,0 kJ mol-1
NH3 (g) ΔH°f = -46,0 kJ mol-1
½ N2 (g) + 1 ½ H2 (g)
HI (g) ΔH°f = +26,0 kJ mol-1
½H2 (g) + ½ I2 (s)
B. Entalpi penguraian standar (ΔH°d) Merupakan energi yang diterima atau dilepas untuk mengurai 1 mol zat menjadi unsur pembentuknya. Nilai entalpi penguraian standar berlawanan dengan nilai entalpi pembentukan standar. Pada reaksi penguraian, reaktan berpindah ke kanan dan produk berpindah ke kiri. Na(s) + ½ H2 (g) + C(S) + 1/2O2 ΔH°d = - 94,0 kJ mol-1
NaHCO3(s) ½
NH3 (g) HI(g)
½
N2 (g) + 1 ½ H2 (g) H°d = - 46,0 kJ mol-1
H2 (g) + ½ I2 (s) ΔH°d = + 26,0 kJ mol-1
C. Entalpi pembakaran standar (ΔH°c) Merupakan jumlah energi yang dilepaskan untuk membakar 1 mol zat. Ca(s) + ½ O2(g) 2.7.7
CaO(s) ΔH°c = 635,5
Penentuan Perubahan Entalpi dengan menggunakana Hukum Entalpi adalah fungsi keaadan. Artinya perubahan panas (kalor) dari suatu
reaksi hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir reaksi tersebut: Tidak semua perubahan entalpi dapat diukur secara langsung dengan kalorimeter. Untuk itu digunakan cara lain untuk menghitung perubahan entalpi tersebut. Pada tahun 1840, Henri Germain Hess menyatakan sbb: Bunyi Hukum Hess: Perubahan entalpi hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan ahkir reaksi tidak bergantung pada jalannya reaksi
45
Contoh Diagram Hess dapat diamati pada gambar ΔH yang memiliki tanda searah diberi
tanda + (positif), sedangkan yang berlawanan diberi tanda –
(negatif). Adapun persamaannya sbb:
Gambar 2.7 Diagram Hess (sumber: http://perpustakaancyber.blogspot.co.id)
Dengan demikian berdasarkan Diagram Hess didapatkan ΔH yang memiliki tanda searah diberi tanda positif sedangkan yang berlawanan diberi tanda negatif sehingga diperoleh persamaan: ΔH1 – ΔH2 – ΔH3 = 0 atau ΔH1 = ΔH2 + ΔH3
Gambar 2.8 Diagram Tingkat Energi SO3 (sumber: https://IT education center.center)
46
2.8 Kerang Berpikir Pembelajaran kimia pada umumnya merupakan pembelajaran yang erat sekali kaitannya dengan kehidupan sehari-hari serta memiiki karakteristik perubahan reaksi yang rumit. Khususnya pada materi Termokimia yang merupakan salah satu materi kimia kelas XI IPA di SMA. Materi pelajaran ini merupakan salah satu materi yang sukar yang memerlukan pemahaman yang tinggi dan kerja ilmiah. Umumnya materi ini diajarkan dengan metode ceramah dan diskusi dimana siswa cenderung untuk menerima saja apa yang disampaikan tanpa memahami konsepnya sehingga menyebabkan kemampuan berpikir kreatif siswa cenderung lemah. Kenyataan tersebut dibuktikan dengan kurangnya kemampuan berpikir kreatif, dalam menjawab pertanyaan apabila siswa diberi suatu pertanyaan yang menuntut siswa untuk menganalisa pertanyaan yang diberikan tersebut dengan baik. Oleh sebab itu salah satu model yang digunakan sebagai alternatif untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah model Inkuiri Terbimbing hal tersebut dikarenakan ciri-ciri yang dimiliki model Inkuri Terbimbing yaitu model yang berlandaskan praktikum dimana siswa dituntut lebih aktif dari pada guru. Selanjutnya, diharapkan pula agar siswa dapat bekerja sama denga baik dengan kelompok dalam melakukan percobaan, saling bertukar pendapat dalam mengemukakan ide kreatif. Dengan demikan peneliti dalam hal ini akan meneliti pengaruh pelaksanaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing) terhadap kemampuan berpikir kreatif siwa.
47
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
1. Proses pembelajaran kimia di sekolah pada umumnya berlangsung 2. 3. 4. 5.
secara konvensional Penerapan model pembelajaran yang kurang afektif Kurangnya keterlibatan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Lemahnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menghadapi permasalahan Pembelajaran pada umumnya hanya dilihat dari aspek kognitif saja
Penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada materi Termokimia
1. Siswa dapat terlibat penuh dalam melakukan diskusi 2. Siswa dapat menjadi aktif dan kreatif dalam menanggapi dan menjawab permasalahan yang terdapat dalam proses pembelajaran 3. Kemampuan berpikir kreatif siswa menjadi meningkat
Diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa Gambar 2.8 Kerangka berpikir penelitian
2.9 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini secara operasional dirumuskan: “Terdapat pengaruh yang positif antara keterlaksanaan model Inkuiri Terbimbing terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi Termokimia di kelas XI SMAN 1 Muaro Jambi.