BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Hakekat Berbicara 2. 1.1 Pengertian Berbicara Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang sering di gunakan sebagai media komunikasi sehari-hari, seorang guru menerangkan pelajaran dengan berbicara, Asna di katakan ” berbicara” ketika ia mengucapkan salam kepada ibunya. “Assalamulaikum”. Lalu apakah berbicara itu? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Anton MM (dalam Elina dkk 2009:3) dinyatakan bahwa berbicara, bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat dengan perkataan, tulisan, dan sebagainya atau berunding. Berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan, pembicara mengungkapkan pikiran atau informasi melalui rangkaian nada, tekananm dan raut muka, gesture, serta faktor lain untuk berkomunikasi. Berbicara adalah aktivitas manusia dalam berkata, Bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (Perkataan, tulisan dan sebagainya) termasuk berunding, sejalan dengan pengertian itu, Tarigan (dalam Suherli 2009:51), memberikan batasan ” berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan gagasan dan perasaan”. Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan kalimat-
8
kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan gagasan, dan perasaan kepada pihak lain dalam bentuk berbahasa. Berbicara merupakan penyampaian ide-ide dan perasaan melalui simbolsimbol penglihatan dan pendengaran yang bermula pada pembicara, pendengar, dan peneliti serta keadaan lingkungan dimana komunikasi berlangsung. Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif secara luas sehingga dapat di anggap sebagai alat komunikasi manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Djago Tarigan (dalam Istiah dkk 2010: 35) mengatakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat erat. Pesan di terima oleh pendengar dalam bentuk bunyi berbahasa. Pendengar kemudian mencoba mengalihkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu menjadi bentuk semula. Dengan demikian, berbicara adalah alat mengkomunikasikan gagasangagasan yang di susun serta di kembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar kepada penyimak. Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa unsur-unsur berbicara adalah (1) pihak yang menyampaikan maksud disebut pembicara atau komunikator, (2) pihak yang menerima maksud tersebut, baik secara individu maupun maupun kelompok, disebut lawan bicara, atau penyimak, komunikan,(3) media untuk menyampaikan maksud tersebut berupa bahasa lisan, (4) maksud
9
yang sampaikan
pembicaraan diterima penyimak, diterima komunikan dan
terjadilah komunikasi yang komunikatif. 2.1.2 Tujuan Berbicara Apabila di cermati secara seksama maka tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektifas, maka seyogya nya pembicara memahami makna segala sesuatu yang di sampaikan, pembicara harus mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengarnya. Tarigan, (dalam suherli 2009:52) menyatakan tujuan dan fungsi utama berbicara adalah sebagai berikut: a. Menghibur Berbicara untuk menghibur berarti pembicara menarik perhatian pendengar
dengan
berbagai
cara,
seperti
humor,
spontanitas,
mengairahkan, kisah-kisah jenaka, petualangan, dan sebagainya untuk menimbulkan suasana gembira pada pendengarnya. b. Menginformasikan Berbicara untuk tujuan menginformasikan, untuk melaporkan, di laksnakan jika seseorang ingin: 1) menjelaskan suatu proses; 2) menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu hal; 3) memberi,
menyebarkan
atau
menanamkan
pengetahuan
dan
4)
menjelaskan kaitan. c. Menstimulasi Berbicara untuk menstimulasi pendengar jauh lebih kompleks dan tujuan berbicara
lainnya,
sebab
berbicara
10
itu
harus
pintar
merayu,
mempengaruhi, atau meyakinkan pendengarnya. Hal itu dapat tercapai jika pembicara benar-benar mengetahui kemauan, minat, inspirasi, kebutuhan, dan cita-cita pendengarnya d. Meyakinkan Berbicara untuk tujuan meyakinkan pendengar adalah suatu pembicaraan yang dapat di pertanggungjawabkan melalui argumentasi atau alas analasan yang logis dan dapat di percaya. Suatu pembicaraan yang tergolong kedalam kelompok itu adalah pembicaraan argumentative dan persuasive e. Menggerakkan Dalam berbicara untuk menggerakkan di perlukan pembicara yang berwibawa, panutan, atau tokoh idola.
Melalui kepintarannya dalam
berbicara, kecakapan memanfaatkan situasi, di tambah penguasaannya, terhadap ilmu jiwa massa, pembicara dapat menggerakkan pendengarnya. Secara umum tujuan pembicaraan adalah sebagai berikut : a. Tujuan suatu uraian dikatakan mendorong atau menstimulasi apabila pembicaraan berusaha semangat dan gairah hidup kepada pendengar. Reaksi
yang
diharapkan
adalah
menimbulkan
inspirasi
atau
membangkitkan emosi para pendengar. Misalnya, pidato Ketua Umum Koni di hadapan para atlet yang bertanding di luar negeri bertujuan agar para atlet memiliki semangat bertanding yang cukup tinggi dalam rangka membela Negara. b. Tujuan suatu uraian atau ceramah dikatakan meyakinkan apabila pembicaraan berusaha mempengaruhi keyakinan, pendapat atau sikap
11
para pendengar. Alat yang penting dalam uraian itu adalah argumentasi. Untuk itu di perlukan bukti, fakta dan contoh konkret yang dapat memperkuat uraian untuk meyakinkan pendengar. Reaksi yang di harapkan adalah adanya persesuian keyakinan, pendapat, atau sikap atas persoalaan yang di sampaikan. c. Tujuan suatu uraian disebut menggerakkan apabila menghendaki adanya tindakan atau perbuatan dari para pendengar, misalnya, berupa seruan persetujuan, atau tidaksetujuan dari para pendengar. d. Tujuan suatu uraian di katakana menghibur, apabila pembicara bermaksud menggembirakan atau menyenangkan para pendengarnya, pembicaraan seperti ini biasanya di lakukan dalam resepsi, ulang tahun, pesta, atau pertemuan gembira lainnya. e. Tujuan uraian di katakan menginformasikan apabila pembicara ingin memberi informasi tentang sesuatu agar para pendengar dapat mengerti dan memahami, misalnya seorang guru menyampaikan pelajaran di kelas. 2.1.3 Jenis-Jenis Berbicara Kegiatan berbicara sangatlah beragam. Para ahlipun membuat klasifikasi jenis-jenis berbicara yang berbeda sesuai dengan sudut pandang masingmasing: 1. klasifikasi berbicara berdasarkan situasi, kegiatan berbicara berdasarkan situasi, kegiatan berbicara berlangsung dalam situasi formal dan informal dapat di lakukan dalam bentuk pemberian penyuluhan, perencanaan dan penilaian kritik-kritik yang bersifat membangun, wawancara dengan
12
narasumber, perdebatan akademis atau diskusi ilmiah, ceramah, adapun berbicara informal dapat di lakukan dalam bentuk kegiatan bertukar pengalaman (sharing experiences), bercakap-cakap (conversing) reaksi, mengabarkan suatu berita (telling the news), memberikan pengumaman (making annoucement), memperkenalkan diri (making introduction), berbicara melalui telpon (telephone), memberikan petunjuk dan penjelasan (diving direction and explanation)
dan pembelajaran
(intructional). Logan (dalam Istiah dkk 2010:41) 2. pesan yang di sampaikan, berdasarkan reaksi pesan yang disampaikan, ada dua kelompok: 1. berbicara satu arah, yaitu situasi komunikasi yang bersifat pengirim pesan tidak memiliki kesempatan untuk mengetahui bagaimana penerima pesan telah mendekodifikasikan pesannya. 2. Berbicara dua arah yaitu kegiatan, kegiatan berbicara yang menempatkan pembicara sebagai penyampai pesan disusul dengan andanya interaksi antara pembicara dengan pendengar. 3. Berdasarkan tujuannya, berbicara di bagi menjadi beberapa jenis, yaitu untuk menginformasikan, menghibur dan meyakinkan . 4.
Berdasarkan metode atau cara penyampaiannya di kelompokkan atas jenis
impromptu
(serta
merta),
manuskrip
(naskah),
(menghafal), dan ekstemvore (garis besar) 5. Berdasarkan wilayah kajian, berbicara di bagi menjadi dua:
13
memoriter
1. Berbicara terapan atau berbicara fungsional (berbicara hanya sebagai seni). 2. Berbicara sebagai ilmu pengetahuan dasar berbicara, hal-hal yang ditelaah dalam ilmu jenis berbicara ini antara lain bunyibunyi bahasa, ujaran, suara, vocal, dan patologi ujaran. 6. dan berdasarkan jumlah penyimak, dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1. berbicara antar pribadi 2. berbicara dalam bentuk kelompok kecil 3. dan berbicara dalam bentuk kelompok besar. 2.1.4 Ciri-Ciri Berbicara Berbicara memilki beberapa ciri- ciri khusus 1). Berbicara itu bertujuan, dengan berbicara, orang dapat mencapai tujuan yang telah di tetapkan seperti memberitahukan, membujuk, meyakinkan, memikat dan menyenangkan 2). Berbicara itu bersifat interaktif, artinya, berbicara tidak hanya mensyaratkan hadirnya partisipan melainkan di perlukan adanya dialog, saling menanggapi antara kedua belah pihak 3). Berbicara ada dalam kesementaraan, artinya, berbicara hanya berlangsung selama proses berbicara itu terjadi, pengulangan sebuah proses komunikasi selalu
tidak akan sama dengan aslinya, meskipun kegiatann sebelumnya
direkam. 4). Berbicara terjadinya dalam bingkai-bingkai khusus, artinya, komunikasinya
14
hanya terjadi dalam waktu tertentu, komunikasi mengambil tempat tertentu, komunikasi selalu mengambil topik tertentu dan kedua belah pihak dalam keadaan siap. 5).Berbicara itu alfa tanda baca. Artinya, tanda baca tidak begitu dihiraukan seperti halnya menulis karena tanda baca bukanlah tanda bunyi. Dengan demikian, dalam komunikasi lisan banyak terjadi pengulangan kata yang bersikap menekan, mengulang, dan menanyakan, 6).Berbicara sering menggunakan kata-kata terbatas, artinya sering di temukan pemakaian kata atau frase dengan frekuensi pemakaian yang sama, hal itu terjadi karena tidak adanya waktu bagi pembicara, makin banyak pula variasi berbicara yang di milikinya. 2.1.5 Karakteristi Pembelajaran Berbicara Kegiatan berbicara dapat berlangsung jika setidak-tidaknya ada dua orang yang berinteraksi, atau seorang pembicara menghadapi seorang lawan bicara, berikut di sajikan sejumlah karakteristik yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran berbicara antara lain: 1. Harus ada lawan bicara 2. Penguasaan lafal, struktur, dan kosakata 3. Ada tema/topik yang dibicarakan 4. Ada informasi yang ingin disampaikan atau sebaliknya di tanyakan 5. Memperhatikan situasi dan kontek
15
2.1.6 Faktor Penghambatan Keterampilan Berbicara Philp mendeskripsikan permalasahan sulit bicara sebagai berikut : 1. Ketidakmampuan membuka percakapan dengan orang-orang asing atau membuat perbincangan kecil. 2. Ketidakmampuan mengembangkan pembicaraan 3. Ketidaksanggupan mengikuti urutan pembicaraan atau membuat perkataan yang berhubungan dengan diskusi. 4. Ketidakmampuan untuk menyampaikan menjawab pertanyaan yang muncul dalam kelas atau pekerjaan pertanyaan yang muncul 5. Ketidakmampuan menjawab pertanyaan yang muncul dalam kelas atau pekerjaan. 6. Ketidakmampuan untuk menyampaikan sebuah pesan secara lengkap sekalipun pesan tersebut di rencanakan dan di organisasikan. 7. Tindakan yang tak layak pada umumnya di dalam situasi komunikasi yang di tandai oleh penghindaran diri dari partisipasi. 2.2
Tinjauan Umum Tentang Deskripsi Benda 2.2.1
Pengertian Deskripsi
Kata deskripsi berasal dari bahasa Latin describere yang berarti menggambarkan atau memerikan suatu hal, deskripsi adalah bentuk karangan yang melukiskan susatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan)apa yang di lukiskan sesuai citra penulisnya.
16
Deksripsi adalah pemaparan atau penggambaran deangan kata-kata suatu benda, tempat, suasana atau keadaan, seorang deksripsi mengharapkan pemba canya / pendengarnya, melalui tulisannya, dapat melihat apa yang di lihatnya, dapat mendengar apa yang di dengarnya, merasakan apa yang di rasakannya, serta sampai pada kesimpulan yang sama dengannya, dari sini dapat di simpulkan bahwa deksripsi merupakan hasil observasi melalui panca indera, yang di sampaikan dengan kata-kata, Marahimin (dalam Elina dkk 2009:8) 2.2.2. Macam-Macam Deskripsi Di lihat dari sifat objeknya, deskripsi dapat di bedakan atas 2 macam yaitu sebagai berikut. Nurul (2010) a. Deskripsi imajinatif / fiksi ialah deskripsi yang menggambarkan objek benda sesuai kesan / imajinasi si penulis. b. Deskripsi factual / ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan objek berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat. Menurut Keraf (dalam Suparno 2006:Mdl 4) 1. Deskripsi Sugestif 2. Deskripsi Teknis Langkah-langkah menulis deskriptif, yaitu; 1. Menentukan objek pengamatan, Tempat atau Orang 2. Menentukan/ marumuskan tujuan 3. Mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan 4. Menetapkan bagian yang akan di disripsikan orang (watak, gagasan, cirri fisik atau benda-benda sekitar)
17
2.2.3 Ciri-Ciri Deskripsi Ciri penanda deskripsi sekaligus sebagai pembeda dengan jenis karangan yang lain, menurut Semi (1990:43) adalah sebagai berikut: 1) deskripsi lebih berupaya melihatkan detail atau perincian tentang objek, 2) deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh sensitifitas dan membentuk imajinasi pembaca, 3) deskripsi disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah, 4) deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, dan 5) organisasi penyampainya lebih banyak menggunakan susunan ruang. 2.2.4 Langkah-langkah Mendeskripsikan Benda Untuk mendeskripsikan benda, berikut ini adalah langkah-langkah yang perlu di lakukan. 1. Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan 2. Tentukan tujuan 3. Kumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan 4. Susunlah data tersebut dalam urutan yang baik 5. Urutkan hasil pengamatan menjadi deskripsi yang sesuai dengan tema yang telah di tentukan.
2.3
Kajian Yang Relevan
18
1). Guru memiliki peran signifikan dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Namun demikian data di lapangan menunjukkan masih banyaknya
permasalahan
yang
dihadapi
dalam
Meningkatkan
Kemampuan Berbicara Melalui Deskripsi Benda Pada Siswa Kelas 2 SDN 2 Molinggapoto, Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara” Hasil penelitian yang relevan tentang Meningkatkan Kemampuan berbicara Deskriptif oleh Ari Sutrisno (2010) dengan judul “Upaya Meningkatkan Keterampilan berbicara
Deskriptif Melalui Pendekatan Contextual
Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas III SD”. Hasil penelitiannnya mengungkapakan bahwa (1) Sebagian Siswa Yang Bertanya/Mengajukan Pertanyaan sebelum tindakan, (2) Sebagian Pula Siswa Mengemukakan pendapat sebelum tindakan, (3) Sebagian Besar Siswa Menjawab pertanyaan sebelum tindakan. Dalam uraian tersebut penerapan metode pada siswa masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan temuan di atas tampak bahwa kemampuan Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi menulis karangan deskriptif di Kelas III dengan berbagai macam strategi termasuk Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) masih dihadapkan pada berbagai kendala. Berbagai upaya tersebut perlu dievaluasi untuk dapat diketemukan sebab musababnya serta solusi efektif dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa berbicara Deskriptif Pada Siswa Kelas III SD.
19
2). Wahida Daun, 2009. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia disekolah dasar (SDN 01 Krendowahono). Skripsi, program Study Pendidikan Dasar Program Sarjana kependidikan guru dalam Jabatan ( PSKGD) Universitas Negeri Muhamadiyah Surakarta Dosen Pembimbing
1. Richard Pangkey, S.Pd. M.Pd, 2. Briane E
Komedien, S. Pd, M.Pd Masalah pokok dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan penggunaan media gambar pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pokok bahasan berbicara mendeskripsikan kelas IV SD Negeri 01 Krendowahono KecamatanGondangrejo Kabupaten Karanga anyar meningkat Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa, sebelum dan sesudah menggunakan media gambar pada pembelajaran Bahasa Indonesia Sebagai subyek penelitian adalah siswa kelas VI semester 1 SDN 01Krendowahono dengan jumlah siswa 26 orang yang terdiri dari siswa laki-laki 21 orang, dan siswa dan siswa 5 orang waktu penelitian berlangsung selama satu bulan pada semester satu, tahun ajaran 20082009dengan dua RPP. Berdasarkan analisis, prosentase menunjukkan peningkatan, prosentase aktifitas atau kinerja siswa sesudah mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan Media Gambar, terjadi peningkatan sebagai berikut: Pada RPP 01 hasil belajar yang diperoleh siswa sebesar 6,53% Pada RPP 02 menjadi 88,46%
20
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, penelitian secara meyakinkan bahwa alat bantu mengajar berupa”Media Gambar” dapat meningkatkan kemampuan berbicara mendeskripsikan benda Kata kunci : Media Gambar
2.4 Hipotesis Tindakan
Jika berbicara melalui deskripsi benda maka kemampuan berbicara siswa kelas 2 SDN 2 Molinggapoto Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara meningkat.
2.4 Indikator Kinerja
1. untuk hasil belajar siswa, minimal 23% dari seluruh siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai 75 keatas dari KKM 65
2. Untuk hasil belajar seluruh siswa dikelas memperoleh daya serap mencapai 87% dari jumlah 30 siswa yang dikenakan tindakan dari KKM 65
21