BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1
Kajian Teoritis
2.1.1 Hakekat Kemampuan Berbahasa Lisan 2.1.1.1 Pengertian Kemampuan Berbahasa Lisan Bahasa adalah suatu sistem simbol untuk berkomunikasi yang meliputi Fonologi (Unit Suara), Morfologi (Unit Arti), Sintaksis (Tata Bahasa), Semantik (Variasi Arti), dan Pragmatik (Penggunaan) bahasa, Santrock (dalam Sugono (2009:22). Dengan bahasa, anak dapat mengkomunikasikan maksud, tujuan, pemikiran, maupun perasaannya kepada orang lain. Menurut Sugono (2009:23) bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap (Organ of Speech) dengan fonem sebagai unsure dasarnya. Bahasa lisan mencakup aspek lafal, tata bahasa (bentuk kata dan susunan kalimat), dan kosa kata. Lafal merupakan aspek pembeda ragam bahasa lisan dan tulisan. Kemampuan berbahasa pada anak terbagi menjadi empat kategori seperti yang terlihat pada tabel sebagai berikut : Tabel. 1 Kemampuan Berbahasa Anak Keterampilan Berbahasa Aktif Reseptif (Menerima Pesan) Aktif Produktif (Menyampaikan Pesan)
Lisan dan Langsung
Tertulis dan Tidak Langsung
Menyimak
Membaca
Berbicara
Menulis
9
Berbahasa lisan atau berbicara adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk 8 pesan, informasi, ataupun cerita. Berbahasa lisan pada anak khususnya anak usia dini dapat
terjadi pada periode usia 3 – 5 tahun. Anak usia dini dapat mengembangkan kosa kata secara mengagumkan. Owens (dalam Papalia et al, 2004) mengemukakan bahwa anak usia dini tersebut memperkaya kosa katanya dengan cara pengulangan. Mereka sering mengulangi kosa kata yang baru dan unik sekalipun mereka mungkin belum memahami artinya. Dalam mengembangkan kosa kata tersebut, anak menggunakan fast mapping yaitu suatu proses dimana anak menyerap arti kata baru setelah mendengarnya sekali atau dua kali dalam percakapan. Boyler dan Linke (dalam Masitoh 2005:17) memberikan gambaran tentang kemampuan bahasa anak usia 3 – 5 tahun. Menurut mereka pada usia 3 tahun, anak menggunakan banyak kosa kata dan kata Tanya seperti apa dan siapa. Pada usia 4 tahun anak mulai bercakap – cakap, memberi nama, alamat, usia, dan mulai memahami waktu. Perkembangan bahasa anak semakin meningkat pada usia 5 tahun dimana anak sudah dapat berbicara secara lancer dengan menggunakan berbagai kosa kata baru. Berbicara atau berbahasa secara lisan bukanlah sekedar pengucapan kata atau bunyi, tetapi juga merupakan suatu cara untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan, atau mengkomunikasikan pikiran, ide, maupun perasaan. Berbahasa lisan merupakan suatu 10 keterampilan yang berkembang dan dipengaruhi oleh keterampilan menyimak. Menurut Harris & Sipay (dalam Masitoh 2005:19) terdapat dua tipe perkembangan berbahasa lisan anak, yaitu : 1. Egisentric Speech, terjadi ketika anak berusia 3 – 2 tahun, dimana anak berbicara kepada dirinya sendri (monolog). Perkembangan berbicara anak dalam hal ini sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan berfikirnya.
2. Socialized Speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya ataupun lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan adaptasi social anak. Menurut Peaget (dalam Sujiono, 2009) “Sejak lahir hingga dewasa fikiran anak berkembang melalui jenjang – jenjang berperiode dengan tingkatan kematangan anak itu secara keseluruhan dalam interaksi – interaksinya dengan lingkungannya”. Jenjang – jenjang yang sesuai dengan tahap perkembangan anak sebagai berikut : 1. Jenjang Sensimotoris : sejak lahir hingga usia 18/24 bulan, dalam mendeteksi akhir periode ini bahasa anak mulai tumbuh, fikiran yang dimaksud juga mulai tumbuh. 2. Jenjang Properasional : usia 18/24 bulan hingga 6/7 tahun dengan cirri dalam perkembangan kemampuan berfikir dengan bantuan symbol atau lambang – lambang. 2.1.1.2 Karakterikstik Bahasa Lisan Penggunaan bahasa lisan mempunyai beberapa keuntungan yaitu bahasa digunakan dengan hadirnya pembicara, maka apa yang mungkin tidak jelas dalam pembicaraan, dapat dibantu dengan keadaan atau dapat langsung ditanyakan dalam pembicaraan. Hal ini menunjukkan bahwa peranan penggunaan bahasa lisan sangatlah penting. Berkaitan dengan hal ini, Badudu (dalam Sujiono, 2009) menjelaskan tentang perbedaan antara bahasa lisan dengan bahasa tulisan. Menurutnya, bahasa lisan lebih bebas bentuknya daripada bahasa tulisan karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang dituturkan oleh pembicara, sedangkan dalam bahasa tulisan situasi harus dinyatakan dalam kalimat-kalimat. Di samping itu, bahasa lisan yang digunakan dalam tuturan dibantu pengertiannya oleh kondisi. Jika bahasa tutur itu kurang jelas oleh situasi, maka diperjelas oleh gerak-gerik atau mimik pembicara. Dalam penggunaan bahasa lisan meskipun kalimat yang diucapkan oleh pembicara tidak lengkap, kita dapat menangkap
maknanya dengan melihat dan memperhatikan intonasi kalimatnya serta gerak anggota tubuh dari pembicaranya. Menurut Brown (dalam Masitoh 2005:23) bahwa gambaran karakteristik bahasa lisan diungkapkan oleh para ahli yaitu: a. Kalimat bahasa lisan banyak yang kurang terstruktur dibanding bahasa tulisan, hal ini disebabkan oleh: (1) bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap bahkan sering terdapat urutan frase-frasenya sederhana, (2) bahasa lisan secara khusus memuat lebih sedikit kalimat subordinat, dan (3) dalam percakapan lisan kalimat-kalimat pendek dapat diobservasi dan biasanya berbentuk kalimat deklaratif aktif. b. Dalam bahasa tulisan terdapat seperangkat penanda bahasa untuk menandai hubungan antar 12 klausa (bahwa, ketika, seperti, juga, biarpun, selain itu) yang disebut logical connector. Namun dalam bahasa lisan, penggunaan susunan kalimat dihubungkan oleh: dan, tetapi, lalu, serta agak, jika, dan lain-lain. c. Kalimat bahasa tulisan secara umum berstruktur subjek predikat, sedangkan dalam bahasa lisan umumnya berstruktur topik komentar. d. Dalam tuturan formal, peristiwa konstruksi pasif relatif jarang terjadi. e. Dalam obrolan akrab, penutur dapat mempercayakan petunjuk pandangan untuk membantu suatu acuan f. Penutur dapat menjaring ekspresi lawan bicara g. Penutur sering mengulangi beberapa bentuk kalimat h. Penutur sering menghasilkan sejumlah pengisi misalkan; baiklah, saya pikir, engkau tahu, tentu, juga.
Apabila kita perhatikan bahasa lisan yang digunakan seseorang dalam berbicara langsung sesame lawan bicara pada umumnya banyak mengandung kelebihan, yaitu: a. Pembicara dan pendengar saling berhadap-hadapan b. Banyak dapat disampaikan secara lisan c. Waktu, tenaga, dan biaya dapat dihemat d. Pembicara dan pendengar bahasa lisan tidak dipersyaratkan dengan kepandaian menulis e. Pendengar dapat meminta kepada pembicara untuk mengulangi atau menjelaskan kembali meksudnya apabila pendengar belum memahaminya f. Banyak orang yang dapat ikut terlibat dalam suatu pembicaraan
13
g. Maksud dan akibat bahasa lisan segera dapat dirasakan h. Hanya pembicara dan pendengar yang mengetahui isi pembicaraan i. Bahasa lisan sulit dijadikan alat bukti dalam sebuah perkara j. Pembicara dapat menghentikan pembicaraan atau melengkapinya dengan unsur-unsur suprasegmental bila diperlukan Dalam pembelajaran pada anak di PAUD, bahasa lisan juga sering digunakan bahkan menjadi bahasa yang paling sering digunakan. Hal ini dimaksudkan agar semua anak dapat menyimak pembicaraan orang lain dengan benar. Pembelajaran bahasa tidak lagi dipusatkan pada kebenaran struktur tata bahasa, tetapi pada kesesuaian fungsi komunikasi, artinya dalam keadaan berkomunikasi secara lisan kita perlu memperhatikan faktor-faktor seperti dengan siapa kita berkomunikasi, dimana dan dalam situasi apa. Menurut Tarigan (dalam Muliati, 2002:118), agar pembelajaran berbahasa lisan memperoleh hasil yang baik, maka strategi pembelajaran yang digunakan guru harus memenuhi kriteriakriteria yaitu:
a. Relevan dengan tujuan pembelajaran b. Merangsang anak untuk belajar c. Mengembangkan kreatifitas anak secara individual ataupun kelompok d. Memudahkan anak memahami materi pelajaran e. Mengarahkan aktivitas belajar pada tujuan yang telah ditetapkan f. Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan yang rumit g. Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan 14
2.1.1.3 Manfaat Berbahasa Lisan Bagi Anak Berbahasa lisan merupakan suatu keterampilan bahasa dalam mengungkapkan, menyatakan, menyampaikan ide, fikiran, maupun tujuan. Pada anak usia dini, berbahasa lisan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Menstimulasi kemampuan anak dalam menyampaikan keinginannya terhadap sesuatu. 2. Melatih kemampuan anak terhadap pengucapan secara vocal. 3. Menambah pembendaharaan kosa kata anak dalam berbicara. 4. Membantu anak dalam beradaptasi dan berinteraksi secara sosial dengan lingkungannya. 2.1.2 Hakekat menghubungkan Simbol Dengan Huruf Sederhana 2.1.2.1 Pengertian Simbol Simbol adalah tanda atau ciri yang berfungsi memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Bentuk simbol adalah penyatuan dua hal atau lebih menjadi satu. Dalam simbolisasi, subjek menyatukan dua hal atau lebih menjadi satu, (Dibyasuharda, 2004:37). Simbol merupakan penghantar pemahaman terhadap suatu objek.
Simbol dapat dikategorikan menjadi dua macam yaitu simbol diskursif dan simbol presentasional. Simbol diskursif adalah simbol yang cara penangkapannya memerlukan daya nalar, oleh sebab itu biasa juga disebut simbol nalar. Contoh dari simbol diskursif yaitu bahasa, baik bahasa yang digunakan sehari – hari, bahasa ilmu pengetahuan, ataupun15bahasa filsafat. Sedangkan simbol presentasional adalah simbol yang cara penangkapannya tidak menggunakan daya nalar, melainkan hadir secara spontan apa yang dikembangkannya, (Dibyasuharda, 2004:39). Sebagai contoh dari simbol ini adalah berupa lukisan, tarian, ataupun benda – benda yang ada disekitar kita. Kegiatan menghubungkan simbol dalam proses pembelajaran terhadap anak usia dini dapat diartikan sebagai bentuk pengembangan kreativitas model pembelajaran. Dalam melaksanakan kegiatan ini dipergunakan alat peraga dengan maksud untuk memberikan kepada anak suatu tanggapan yang tepat terhadap hal – hal yang dilihat dan diamati oleh anak. Dalam hal ini diperlukan berbagai simbol berupa alat peraga, gambar, ataupun benda – benda yang mudah untuk dimengerti atau dipahami oleh anak yang disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. 2.1.2.2 Manfaat Simbol Bagi Anak Adapun manfaat menghubungkan simbol bagi anak dalam proses pembelajaran yaitu : 1. Agar anak dapat memberikan tanggapan atau penilaian terhadap suatu objek atau simbol yang diperlihatkan. 2. Dapat mengembangkan daya imajinasi anak terhadap suatu objek atau simbol yang dipergunakan dalam proses belajar. 3. Dapat menambah keinginan anak untuk belajar dan mengerti terhadap sesuatu hal yang baru.
2.1.2.3 Pengertian Tulisan Sederhana
16
Menulis merupakan suatu media komunikasi dimana anak dapat menyampaikan makna, ide, fikiran, dan perasaannya melalui untaian kata – kata dalam bentuk tulisan. Menurut Poerwadarminta (2003), menulis memiliki batasan sebagai berikut : 1. Membuat huruf, angka, dan lainnya dengan pena, kapur, dan sebagainya 2. Mengekspresikan fikiran dan perasaan seperti mengarang, membuat surat dan lainnya dengan media tulisan. Senada dengan pernyataan tersebut, J.S Badudu (2001) mengemukakan bahwa menulis adalah menggunakan pena, potlot, ball point, dan lainnya di atas kertas, kain, ataupun papan yang menghasilkan huruf, kata, maupun kalimat. Dengan demikian menulis bukanlah sekedar membuat huruf – huruf ataupun angka pada selembar kertas dengan menggunakan berbagi alternative berbagai media, melainkan merupakan upaya untuk mengekspresika perasaan dan fikiran yang ada pada diri individu. Dalam Webster New World Dictionary (2002), menulis diartikan sebagai suatu kegiatan membuat pola atau menulis kata – kata, huruf – huruf, ataupun simbol – simbol pada suatu permukaan dengan memotong, mengukir, dan menandai dengan pena ataupun pensil. Kegiatan menulis untuk anak usia dini harus memperhatikan kesiapan dan kematangan anak. Kegiatan tersebut dapat dilakukan jika perkembangan motorik halus anak telah matang dimana terlihat dari kemampuannya memegang alat tulis. Pada awalnya anak hanya memegang alat tulis untuk mencoret – coret, namun seiring perkembangan anak akan mengkonsentrasikan jari – jarinya untuk menulis lebih baik. Ada dua kemampuan yang diperlukan anak dalam menulis yaitu kemampuan meniru bentuk, dan kemampuan menggerakkan alat tulis.
17
Tahapan kemampuan menulis anak berawal dari tahapan yang paling sederhana sampai pada tahapan yang lebih tinggi. Munculnya kemampuan menulis ditandai dengan adanya ketertarikan anak pada kegiatan menulis yang bermula dari mencoret, mencoba menulis huruf, menulis namanya sendiri, dan meniru kata atau tulisan. 2.1.2.4 Manfaat Tulisan Sederhana Bagi Anak Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa menulis merupakan tahapan kemampuan anak dalam berbahasa yang dituangkan dalam bentuk tulisaa. Adapun manfaat dari menulis bagi anak yaitu : 1. Melatih psikomotorik anak dalam perkembangan dan pertumbuhannya. 2. Dapat memberikan motivasi kepada anak untuk belajar berbagai hal baru dalam masa pertumbuhannya. 3. Agar anak mampu mengungkapkan gagasan, pemikiran, dalam bentuk tulisan. 4. Melatih kegemaran anak dalam menulis. 2.1.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Berbahasa Lisan Kemampuan berbahasa pada anak dapat berkembang cepat, jika : a. Anak berada di dalam lingkungan yang positif dan bebas dari tekanan. Sebagaimana dituliskan di atas, bahwa lingkungan yang kaya bahasa akan menstimulasi perkembangan bahasa anak. Stimulasi tersebut akan optimal jika anak tidak merasa tertekan. Anak yang tertekan dapat menghambat kemampuan bicaranya. Dapat ditemukan 18 anak gagap yang disebabkan karena tekanan dari lingkungannya. b. Menunjukkan sikap dan minat yang tulus pada anak. Anak usia dini emosinya masih kuat. Karena itu pendidik harus menunjukkan minat dan perhatian tinggi kepada anak. Orang dewasa perlu merespon anak dengan tulus.
c. Menyampaikan pesan verbal diikuti dengan pesan non verbal Dalam bercakap – cakap dengan anak, orang dewasa perlu menunjukkan ekspresi yang sesuai dengan ucapannya. Perlu diikuti gerakan, mimic muka, dan intonasi yang sesuai. Misalnya : orang dewasa berkata, “saya senang” maka perlu dikatakan dengan ekspresi muka senang, sehingga anak mengetahui seperti apa kata senang itu sesungguhnya. d. Melibatkan anak dalam komunikasi Orang dewasa perlu melibatkan anak untuk ikut membangun komunikasi. Kita menghargai ide – idenya dan memberikan respon yang baik terhadap bahasa anak. 2.1.4 Cara Menghubungkan Simbol Dengan Tulisan Sederhana Dalam Berbahasa Lisan Kegiatan pembelajaran menghubungkan simbol dengan tulisan sederhana dalam rangka meningkatkan kemampuan berbahasa lisan anak dilaksanakan dengan menggunakan media/alat peraga berupa gambar yang disesuaikan dengan tema pembelajaran. Media pembelajaran tersebut diformulasikan dalam bentuk lembar kerja anak yang kemudian akan diisi atau dikerjakan oleh masing-masing anak sesuai dengan bimbingan dari guru. 19
No
Lembar Kerja Anak Kegiatan Pembelajaran Siklus I Tema: Binatang Gambar Nama Gambar
1.
SA + PI
2.
KU + DA
3.
A + YA + M
4.
I + KA + N 20
Langkah-langkah pembelajaran menghubungkan simbol dengan tulisan sederhana sebagai berikut: 1. Guru menjelaskan tema dan tujuan pembelajaran 2. Guru mengelompokkan anak menjadi beberapa kelompok 3. Guru membagikan lembar kerja anak 4. Guru membimbing anak mengenal jenis-jenis binatang yang ada dalam lembar kerja anak tersebut
5. Setelah semua anak mengetahui jenis dan nama binatang yang ada dalam lembar kerja anak, guru kemudian mengeja setiap huruf yang membentuk kosa kata atau kata dari nama binatang tersebut. 6. Kemudian guru mengarahkan anak untuk mencocokkan atau menghubungkan gambar dengan nama gambar yang sesuai yang ada dalam lembar kerja anak tersebut 7. Setelah semua gambar dihubungkan dengan nama gambar tersebut, guru kemudian mengulang kembali langkah-langkah sebelumnya sampai anak mengerti cara mengerjakan lembar kerja tersebut 8. Guru melakukan tes untuk mengetahui kemampuan anak dalam mengungkapkan huruf berdasarkan simbol atau gambar dan juga kemampuan anak dalam membaca huruf yang membentuk kata dari setiap gambar yang ada pada lembar kerja anak tersebut. 9. Guru mengisi lembar evaluasi hasil belajar berdasarkan pencapaian yang diperoleh setiap anak.
21
Selanjutnya apabila hasil yang diperoleh anak dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I belum mencapai target indikator yang ditetapkan sebelumnya, maka kegiatan pembelajaran dilanjutkan pada siklus I dengan cara atau langkah yang sama tetapi tema yang berbeda. Setelah melakukan refleksi terhadap hasil pembelajaran pada siklus I, kemudian guru memperbaiki halhal yang belum terlaksana secara optimal, yang nantinya pada siklus II diharapkan hasil yang diperoleh anak dalam pembelajaran sudah memenuhi target.
2.1.5 Penelitian Yang Relevan
Berikut ini beberapa penelitian yang relevan dalam upaya peningkatan kemampuan anak dalam berbahasa, yaitu: 1. Mas’ad Panigoro, 2011. Universitas Negeri Gorontalo. Judul penelitian: “Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui Permainan Bisik Berantai Di TK Ki Hajar Dewantoro XV Kelurahan Padebuolo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo” Hasil Penelitian: Melalui permainan bisik berantai di TK Ki Hajar Dewantoro XV Kelurahan Padebuolo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo, terjadi peningkatan kemampuan berbahasa dengan rincian hasil siklus I yaitu 58,33% meningkat pada siklus II menjadi 80%. 2. Dewa Ayu Rai Senitiari. 2012. Universitas Negeri Gorontalo Judul Penelitian: “Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan Anak22 Melalui Metode Bercakap-Cakap Di PAUD Aneka Ceria Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo”. Hasil Penelitian: Melalui metode bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan berbahasa lisan anak di PAUD Aneka Ceria Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo. Hal ini berdasarkan hasil yang diperoleh dari proses pembelajaran pada siklus I, siklus II, dan siklus III. Dimana pada siklus I anak yang memperoleh kategori “mampu” mencapai 5 orang anak atau 41, 7 %, yang memperoleh kategori “kurang mampu” mencapai 6 orang anak atau 50%, sedangkan yang memperoleh kategori “tidak mampu” hanya 1 orang anak atau 8,3% dengan daya serap mencapai 62,5%. Kemudian pada siklus II mengalami peningkatan yaitu yang memperoleh kategori “mampu” mencapai 7 orang anak atau 58,33%, yang memperoleh kategori “kurang mampu” mencapai 4 orang anak atau 33,33%, sedangkan yang memperoleh kategori “tidak mampu” hanya 1 orang
anak atau 8,33% dengan daya serap mencapai 72,08%. Karena belum mencapai indikator yang diharapkan maka dilanjutkan pada siklus III dengan peningkatan yang memperoleh kategori “mampu” mencapai 10 orang anak atau 83,3%, yang memperoleh kategori “kurang mampu” mencapai 2 orang anak atau 6,7%, sedangkan yang memperoleh kategori “tidak mampu” tidak ada atau habis dengan daya serap mencapai 78,75%.
2.2
Hipotesis Tindakan
23 Berdasarkan uraian kajian teoritis di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Jika pembelajaran dilakukan melalui kegiatan menghubungkan simbol dan huruf sederhana maka kemampuan berbahasa lisan pada anak di PAUD LESTARI akan meningkat.
2.7
Indikator Kinerja Istilah kinerja berasal dari bahasa inggris yaitu “Performance” yang secara harfiah dapat
diterjemahin menjadi kinerja. Menurut Robbins (2005 : 237). Istilah kinerja dapat dipahami sebagai berikut : “Performance is Measurement of Results”. Yang dimaksud dengan kinerja adalah hasil kerja yang dilakukan dengan menggunakan criteria yang disetujui bersama Mengacu pada pendapat di atas maka ditetapkan indikator kinerja keberhasilan penelitian ini adalah apabila dengan menggunakan metode pembelajaran melalui kegiatan menghubungkan simbol dan huruf sederhana diharapkan kemampuan berbahasa lisan anak di PAUD LESTARI akan meningkat dari 25% atau 5 anak menjadi minimal 80% atau 16 anak.