BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Atletik Dalam dunia olahraga, dikenal banyak sekali cabang olahraga, antara lain adalah atletik, permainan, senam dan beladiri. Dari keempat cabang olahraga tersebut, atletik mempunyai peranan penting, karena gerakan-gerakannya merupakan gerakan dasar bagi cabang olahraga lainnya. Oleh karena itu fokus penelitian ini lebih pada cabang atletik. Hafid dan Rithaudin (2011:189). Menjelaskan bahwa atletik merupakan olahraga perseorangan yang terdiri atas olahraga lari, lompat, lempar atau tolak. Pada zaman sekarang, mengikuti olahraga atletik dilakukan untuk mencapai prestasi bukan hanya untuk hobi, kesenangan, atau hanya meningkatkan kesegaran jasmani. Menurut Chandra dan Sanoesi (2010:63), atletik merupakan olahraga yang tertua. Sejak zaman dahulu manusia sudah mengenal olahraga, yaitu berlari, berburu, lempar lembing, dan lain-lain. Olahraga atletik berkembang menjadi cabang olahraga lainnya sehingga atletik disebut mother of sport, yaitu ibu dari segala cabang olahraga lainnya. Pada zaman Yunani Kuno, juga diadakan dengan tujuan mencari orang yang terkuat, tercepat, dan tertinggi (portius, atletis, sitius). Atletik diperlombakan di Olimpiade modern tahun 1896 di kota Athena Yunani. Di Indonesia, atletik dipertandingkan pertama kali pada PON ke-1 di Solo tahun 1948. Atletik meliputi jalan, lari, lompat, dan lempar. Dari beberapa cabang olahraga lari, lompat, dan lempat ini masih dipecahkan lagi dalam beberapa kategori nomor. Misalnya, dalam cabang olahraga lari dibagai menjadi 3 nomor, yaitu nomor lari jarang pendek, lari jarak menengah, dan lari jarak
jauh dan sebagainya. Biasanya, cabang atletik ini dilakukan di sebuah lapangan yang disebut track and fields atau lintasan dan lapangan. Menurut Hidayat dkk (2010:152), Istilah lain yang menggunakan kata atletik adalah athletis (baha Inggris), athletiak (bahasa Belanda), athletique (bahasa prancis) dan athletic (bahasa Jerman). Menurut Sutrisno dan Khafadi (2009:29), bahwa perlombaan atletik meliputi nomor perlombaan jalan cepat, lari lompat dan lempar yang disebut dalam bahasa Inggris dengan istilah track and field yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah perlombaan yang dilakukan dilintasan (track) dan lapangan (field). Istilah atletik dalam bahasa Inggris mempunyai pengertian yang luas meliputi berbagai cabang olahraga yang bersifat perlombaan atau pertandingan. Atletik adalah cabang olahraga yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan kegiatan manusia. Terkait dengan nomor-nomor dalam Atletik, ada beberapa nomor yang diperlomabakan dalam atletik. Ada beberapa jenis cabang olahraga dalam atletik yang sering diperlombakan antara lain : Ivent Lintasan-ivent lari di lintasan 400m. Sprint: ivent yang termasuk 400m. Ivent yang umum adalah 60m (hanya di dalam ruangan), 100m, 200m dan 400m. Jarak Menengah: ivent dari 800m sampai 3000m, 800m, 1500m, satu mil dan 3000 m. a. Lari berintang – lomba (biasanya 300m) dimana pelarinya harus melewati rintangan seperti penghalang dan rintangan air. o jarak Jauh: berlari diatas 5000 m. Biasanya 5000 m dan 10000 m. yang kurang lazim ialah 1, 6, 12, 24 jam perlombaan. o Halang Rintang: 110 m halang rintang tinggi (100 m untuk wanita) dan 400 m haling rintang menengah (300 m di beberapa SMA). o Estafet: 4 x 100m estafet, 4 x 400 m estafet , 4 x 200 m
estafet , 4 x 800 m estafet, dll. Beberapa event, seperti estafet medley, jarang dilangsungkan kecuali estafet karnaval besar. b. Lari jalanan: dilangsungkan di jalanan terbuka, tapi biasanya diakhiri di lintasan. Ivent biasa adalah 5km, 10km, setengah marathon dan marathon. c. Lomba jalan cepat ivent biasa adalah 10km, 20 km dan 50 km. d. Ivent lapangan : Event melempar , tolak peluru, lempar peluru, lempar lembing, lempar cakram, e. Ivent lompat lompat tinggi, lompat galah, lompat jauh, lompat jungkit lompat ganda, yang sangat tidak biasa lompat tinggi berdiri, lompat jauh berdiri, lompat ganda berdiri. Dari beberapa nomor yang diperlombakan dalam cabang atletik, peneliti membatasi atau memfokuskan penelitian ini lebih pada lari cepat atau Sprint, dan Lompat jauh. Untuk mencapai hasil lompatan yang baik tentunya harus didukung oleh kekuatan otot. Oleh karena itu kekuatan otot tungkai atau daya ledak otot tungkai merupakan salah satu objek atau variabel yang akan diteliti. Lari cepat atau Sprint yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lari 30 meter. 2.1.2 Hakikat Lari Jarak Pendek (Lari 30 meter) Sutrisno dan Khafadi (2010:30), menjelaskan bahwa lari jarak pendek (sprint) adalah suatu perlombaan lari di mana semua peserta berlari dengan kecepatan penuh untuk menempuh jarak tertentu. Nomor lari jarak pendek, meliputi 100 m, 200 m, 400 m , 4 × 100 m , 4 × 400 m, 100 m gawang, 200 m gawang, dan 400 m gawang. Dalam perlombaan lari jarak pendek, yang menentukan keberhasilan lari adalah teknik start, teknik lari, dan teknik finish. Menurut Margono dan Aryanto (2010:10), Lari cepat disebut juga sprint. Lari cepat merupakan salah satu
nomor atletik yang sering dilombakan. Nomor yang termasuk lari cepat adalah lari sampai dengan jarak 400 meter. Perlombaan nomor lari cepat diadakan dilintasan yang umumnya berada di dalam stadion. Pelari yang lebih dahulu melewati garis akhir adalah pemenangnya. Wahyuni dkk (2010: 38), Lari jarak pendek adalah lari yang menempuh jarak antara 50 m sampai dengan jarak 400 m. Oleh karena itu, faktor utama yang menentukan lari jarak pendek adalah kecepatan. Kecepatan dalam lari jarak pendek adalah hasil kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang diubah menjadi gerakan yang sangat dibutuhkan bagi pelari untuk mendapatkan kecepatan yang tinggi. Nomor-nomor lari jarak pendek yang dilombakan meliputi 100 meter, 200 meter, dan 400 meter. Lari jarak pendek biasanya disebut lari sprint. Pelari jarak pendek dikenal dengan sebutan sprinter. Menurut Lasinem dan Sabarini (2010:11), Pelari cepat juga disebut sprinter. Lari cepat mengutamakan kekuatan dan kecepatan. Lari ini dapat dilakukan oleh perorangan maupun dilombakan. Teknik berlari cepat adalah langkah kaki panjang panjang, posisi badan condong ke depan, siku ditekuk, dan menggunakan ujung kaki. Suwandi dkk (2010:13-14), menjelaskan bahwa lari jarak pendek disebut juga sprint. Jarak tempuh lari jarak pendek adalah 100 m, 200 m, dan 400 m. Gerakan-gerakan lari jarak pendek adalah sebagai berikut. 1) Mengambil sikap start jongkok di belakang garis start. Pandangan lurus ke depan. 2) Mendengarkan aba-aba, ”Siap” kemudian ”Ya”. 3) Berlari secepatnya. Pandangan lurus ke depan. 4) Lengan berayun seirama gerak kaki, dari depan ke belakang.
Hal ini dilakukan karena menyesuaikan dengan variabel penelitian yang lain, dalam hal ini lompat jauh sebagai variabel Y. Panjang lintasan yang dilalui dalam melakukan lompat jauh pada siswa SMP berkisar pada 30-45 meter. a. Teknik Lari Jarak Pendek 1. Teknik gerakan tungkai Cara melakukannya adalah sebagai berikut. a) Berdiri tegak, kedua lengan bebas di samping badan, angkat tumit kaki kanan dengan ujung jari kakinya tetap di tanah. b) Turunkan tumit kaki kanan ke bawah dan angkat tumit kaki kiri ke atas dengan ujung jari tetap di tanah. c) Tangan dibengkokkan sehingga bersudut 90 derajat dan digerakkan mengikuti irama gerakan tungkai. 2. Teknik gerakan lutut Cara melakukannya adalah: a) Berdiri tegak, kedua lengan bebas di samping badan. b) Lari di tempat dengan mengangkat lutut tinggi, tumit kaki belakang tidak mengenai tanah. c) Lakukan gerakan tersebut di atas dari pelan-pelan dan makin cepat. 3. Teknik gerakan tangan Cara melakukannya adalah: a) Berdiri tegak, kedua lengan dibengkokkan sehingga membentuk sudut 90 derajat.
b) Ayunkan lengan kanan ke depan setinggi pundak dan kepalan tangan sejengkal di depan dada. c) Ayunkan lengan kiri ke belakang sampai pinggul. d) Lakukan gerakan tersebut di atas berganti-ganti mulai dari pelan-pelan kemudian makin lama makin cepat. e)
Badan tetap tegak, leher rileks, dan tidak tegang.
4. Teknik gabungan gerakan tungkai dan gerakan lengan Cara melakukannya adalah sebagai berikut. a) Berdiri tegak, kedua lengan dibengkokkan sehingga membentuk sudut 90 derajat. b) Lari di tempat dengan gerakan angkat lutut tinggi disertai dengan gerakan lengan seperti teknik gerakan lengan. c) Bila tungkai kanan diangkat dengan lutut tinggi, lengan kiri diayunkan ke depan dengan kuat sehingga bahu dan kepalan tangan sejengkal di depan dada. e) Sebaliknya, bila tungkai kiri diangkat dengan lutut tinggi, maka lengan kanan diayun ke depan dengan kuat setinggi pundak, kepalan tangan sejengkal di depan dada. f)
Lakukan gerakan ini di tempat berulang-ulang, kemudian mulai melangkah maju sehingga menjadi lari penuh.
5. Teknik Finish Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pada waktu pelari mencapai finish. Caracara tersebut adalah:
a. Lari terus tanpa perubahan apapun, dan berusaha berhenti kira kira 5 meter setelah melewati garis finish. b. Dada dicondongkan ke depan, tangan kedua-duanya diayunkan ke bawah belakang atau sering disebut “the lunge“. b. Dada diputar dengan ayunan tangan ke depan atas sehingga bahu sebelah maju ke depan disebut “the shrug“. Selain itu menurut S. Jaya dan Marjuki (2010:75-76), teknik-teknik lari jarak pendek itu melipiti: I.
Teknik Dasar Star Start merupakan tahapan pertama sebelum lari. Lari jarak pendek menggunakan start jongkok. Aba-aba dalam start jongkok, yaitu bersedia, siap, dan ya/bunyi pistol. Cara-cara melakukan start jongkok adalah sebagai berikut: 1) Tahap aba-aba bersedia a) Pelari menempatkan diri di belakang garis start. b) Pelari berjongkok menurunkan kedua lengan. c) Ibu jari dan keempat jari diletakkan pada tanah tepat di belakang garis start. d) Pandangan ke arah depan. 2) Tahap aba-aba siap a) Angkat pinggul ke atas sedikit ke depan.
b) Kedua lutut diangkat ke atas tetapi kaki belakang jangan sampai lurus. c) Pandangan ke arah depan.
Gambar 2 sikap saat aba-aba siap 3) Tahap aba-aba Ya/bunyi pistol a) Kaki kanan ditolakkan dengan kuat.
b) Lari secepat-cepatnya.
Gambar 3 sikap saat aba-aba Ya/bunyi pistol
II. Teknik dasar lari 1) Gerakan kaki a)
Kaki melangkah selebar dan secepat mungkin.
b) Saat menolak tanah, kaki belakang lurus dengan cepat serta lutut ditekuk secara wajar agar paha mudah terayun ke depan. c)
Pendaratan telapak kaki menggunakan ujung telapak kaki dengan lutut agak tertekuk.
2) Gerakan kedua lengan a) Diayunkan ke depan dan ke belakang. b) Ayunan sebatas hidung. c) Saat lengan terayun, sikut tertekuk membentuk sudut kira-kira 90°. 3) Sikap badan a) Sikap badan rileks dan kepala segaris dengan punggung. b) Pandangan dan berat badan condong ke depan. c)
III. Teknik dasar memasuki garis finish Ada tiga cara dalam memasuki garis finish saat berlari jarak pendek, yaitu 1) Lari terus tanpa mengubah arah, 2) Memutar salah satu bahu ke depan, dan 3) Merebahkan badan ke depan. 2.1.3 Hakikat Daya Ledak Otot Tungkai Dalam melakukan aktivitas tentunya dapat didukung oleh daya ledak otot tungkai yang sifatnya membutuhkan gabungan kekuatan dan kecepatan. Menurut Huda (2012:28), unsur kecepatan dan kekuatan merupakan unsur-unsur fisik yang membentuk daya ledak, yaitu sebagai salah satu komponen yang sangat diperlukan dalam lompatan. Komponen daya ledak merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang sangat penting dan diperlukan bagi semua cabang olahraga. Hal ini dapat dimengerti karena komponen daya ledak merupakan salah satu komponen penting bagi keberhasilan melakukan lompatan. Daya ledak yang dimaksud disini adalah daya ledak otot tungkai. Daya ledak otot tungkai sangat dibutuhkan pada saat melakukan tolakan pada papan tumpuan dan pada saat mendarat pada bak lompatan. Hal ini sejalan dengan pendapat Wendry dkk (2012:53), “Daya Ledak otot tungkai memiliki peranan yang penting dalam keberhasilan melakukan tolakkan untuk memberikan dorongan tenaga dari bawah. Selain memberikan dorongan tenaga dari bawah saat melakukan tolakan, tungkai juga memberikan keseimbangan pada tubuh saat melakukan”. Menurut Amin dkk, (2012:9), daya ledak (Power) otot adalah kekuatan explosive. Power dari otot tergantung pada dua faktor yang saling berkaitan, yaitu antara kekuatan otot berkontraksi dan kecepatan. Syarifudin (dalam Budhiarta, 2010:18) menjelaskan bahwa “kebanyakan cabang olahraga membutuhkan kekuatan dan kecepatan. Daya ledak (explosive
pawer) merupakan unsur penting bagi seseorang agar dapat memiliki kemampuan fisik, yang prima sebab daya ledak sangat dibutuhkan untuk kegiatan fisik sehari-hari yang memerlukan tenaga explosive sepefti lompat, loncat, lari cepat, memukul, menendang, mengangkat, melempar, dan lain-lain. Daya ledak banyak di butuhkan dalam cabang-cabang olahraga yang predominan kontraksi otot cepat dan kuat, kedua unsur ini saling mempengaruhi. Otot yang kuat mempunyai daya ledak besar, begitu juga sebaliknya otot yang memiliki daya ledak yang besar hampir dapat dipastikan mempunyai kekuatan yang besar pula”. Dari penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkam bahwa dalam melakukan lompat jauh salah satu hal yang harus diperhatikan adalah kondisi fisik. Oleh karena itu salah satu faktor yang harus dimiliki oleh pelompat jauh adalah daya fisik. Hal ini senada dengan penjelasan Muhamad M (2011:2), bahwa “untuk dapat mencapai dan meningkatkan prestasi lompat jauh harus dikembangkan unsur fisik, terutama kecepatan dan power untuk melakukan tolakan”. Huda dkk (2012:), daya ledak otot merupakan gabungan unsur kondisi fisik, yaitu kekuatan dan kecepatan. Semakin kuat dan cepat otot bekerja maka semakain bagus daya ledak otot sesorang/atlet, dengan bagusnya daya ledak otot, maka apapun gerakan/kegiatan yang berhubungan dengan daya ladak otot dapat dilakukan dengan maksimal, tentunya hasilnya menjadi lebih baik. Hal ini sejalan dengan apa yang dijelaskan dalam buku bahan ajar Hartono (2010:35) bahwa “ daya ledak otot tungkai yang baik dapat membuat kerja otot atau sekelompok otot untuk melakukan kerja secara maksimal dan efisian seperti halnya pada otot tungkai yang memiliki kemampuan daya ledak akan membuat kerja otot tungkai dapat maksimal dan efisien dalam melakukan berbagai aktivitas”. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa untuk mengahsilkan lompatan yang baik maka perlu memperhatikan kemampuan daya ledak otot tungkai.
2.1.4 Hakikat Lompat Jauh Menurut Kurniadi dan Prapanca (2010:19), lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik. Pada lompat jauh awalan dan tolakan adalah kemampuan yang sangat menentukan untuk mencapai jarak lompatan yang jauh. Sutrisno dan Khafadi (2010:35), mejelaskan bahwa, lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat selain lompat jangkit, lompat tinggi, dan lompat galah. Tujuan lompat jauh adalah melompat sejauh-jauhnya dengan memindahkan seluruh tubuh dari titik tertentu ke titik lainnya. Caranya dengan berlari secepat-cepatnya, kemudian menolak, melayang di udara dan mendarat. Hal ini senada dengan apa yang dijelaskan oleh Chandra dan Sanoesi (2010:69), tantang lompat jauh. Ia menjelaskan bahwa lompat jauh merupakan gerakan melompat kedepan dengan bertolak pada satu kaki untuk mencapai satu kejuahan yang dapat dijangkau. Sarjana dan Sunarto (2010:56), menegaskan bahwa lompat jauh merupakan salah satu cabang atletik yang sering dilombakan. Agar dapat memperolah hasil lompatan yang jauh maka ada beberapa teknik dasar yang dikuasai, misalnya: teknik dasar awalan, tolakan/tumpuan, sikap badan di udara, dan sikap mendarat. Hal ini senada dengan pendapat Nuryono dkk (2010:72-73), bahwa teknik yang harus dikuasai dalam lompat jauh adalah teknik awalan, tolakan, melayang dan mendarat. 1. Teknik Awalan Awalan merupakan gerakan penting yang turut menentukan jaunya lompatan.Latihan awalan bertujuan untuk mengatur dan memperhitungkan langkah. Kedua hal tersebut merupakan gerak dasar dalam latihan lompat jauh. 2. Teknik Menolak (Tumpuan)
Tolakan dalam lompat jauh dilakukan dengan salah satu kaki yang terkuat. Hal ini dilakukan agar tercapai tinggi lompatan yang cukup, tanpa kehilangan kecepatan awalan. 3. Teknik Melayang (Gaya) Pada saat melayang, usahakan mempertahankan keseimbangan badan. Hal ini dilakukan agar dapat melayang lebih lama. Gerakan selanjutnya adalah membungkuk kedua lutut dan bersiap untuk melakuka pendaratan. 4. Mendarat (Jatuh) Gerakan mendarat/jatuh yang baik adalah gerakan pendaratan yang tidak mengurangi hasil lompatan. Untuk itu, perlu adanya koordinasi gerakan kaki, kepala, tangan, badan, dan tumit pada saat akan menyentu pasir. Pada saat tumit menyentu pasir, badan digerakan ke depan untuk menghindari pendaratan pinggul. Selain itu menurut Huda dkk (Jurnal of Sport Sciences and Fitness, 2012:28 ) Lompat jauh membutuhkan kelengkapan kondisi fisik agar mampu mendapatkan prestasi lebih tinggi, di samping penguasaan teknik, taktik, serta strategi. Dipengaruhi kemampuan biomotorik yang kompleks meliputi unsur-unsur kekuatan, kecepatan, kelincahan, daya tahan, kelenturan, daya ledak, ketepatan dan koordinasi. Unsur-unsur tersebut harus selalu dibina dan dilatih agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai pola kekhususan cabang olahraga yang diperlombakan, sehingga cabang olahraga lompat jauh masih perlu dibina dan diarahkan untuk diberikan latihan-latihan kondisi fisik, antara lain adalah kecepatan lari, berat badan, dan daya ledak otot tungkai. Unsur utama adalah kecepatan dan kekuatan yang dikaji dalam lompat jauh. Javer (2010:25), membagi empat tahap dalam lompat jauh secara terpisah, yaitu tahap lari, take off, tahap melayang di udara, dan tahap mendarat (landing). 1. Tahap Lari
Tahap lari merupakan tahap pertama dari serangkaian gerakan dalam cabang lompat jauh. Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam latihan lari sebelum melompat, pada lompat jauh, antara lain: a. Jarak lari harus cukup panjang, sehingga memungkinkan peningkatan kecepatan sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan pada saat take off. b. Dalam keadaan lari, atlit harus tetap mampu mengontrol posisi tubuhnya sehingga dapat melakukan take off yang efektif. c. Gerakan lari harus dilakukan secara konsisten dan uniform (seragam), sehingga atlit dapat mencapai titik take off dengan tepat. d. Untuk seorang pemula sebaiknya jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang suda berpengalaman maka jarak lari tersebut dapat ditingkatkan hingga sejauh 30-45 meter tergantung pada kemampuan yang bersangkutan dalam menambah kecepatannya. Selain itu, ada beberapa saran perbaikan atas beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam tahap ini. Saran yang dimaksud antara lain sebagai berikut: a. Hindarkan ketegangan yang berlebihan, dengan menekankan akumulasi kecepatan secara bertahap. b. Hindarkan penurunan kecepatan pada saat menginjak papan lompat. c. Hindarkan langkah berlebihan denganmenekan pada kecepatan kaki sejauh kurang lebih 10 terakhir. d. Hindarkan memotong langkah, dengan memanjangkan jarak kaki. e. Hindarkan tecapainya kecepatan maksimum yang terlalu dini, dengan mengurangi jarak lari.
2. Tahap Take Off Tahap Take Off merupakan tahap kedua dari serangkaian gerakan dalam cabang lompat jauh. Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam latihan Teke Off pada lompat jauh, antara lain: a. Perubahan gerakan maju ke muka menjadi gerakan bersudut didapat dengan cara memberikan tenaga maksimum pada kaki yang akan take off. b. Pusat gaya besar si pelompat harus langsung jatu di atas papan lompat begitu kaki yang akan take off menyentu papan, dan sekali lagi, pada saat kaki terlepas dari papan lompat tadi. c. Kaki yang akan take off, diletakkan di atas papan lompat dengan lutu yang sedikit ditekuk untuk mendapatkan kekuatan. d. Gerakan ke dapan dank e atas dilakukan dengan sekuat tenaga, dibantu oleh lutut dari kaki yang memimpin, dan tangan yang berlawanan dengan kaki yang digunakan untuk take off. Tujuannya adalah untuk memperkuat daya lompat. e. Paling baik kalau sudut take off
berkisar di bawah 300, tergantung pada
kemampuan si pelompat mengkombinasikan kecepatan horizontal dan gerakan membuat sudut tadi. f. Lompatan yang jauh dapat diperoleh bila pelompat menurunkan pinggunlnya sejak dua langkah sebelum take off dan pada saat take off. Selain itu, ada beberapa saran perbaikan atas beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam tahap ini. Saran yang dimaksud antara lain sebagai berikut: a. Supaya lompatan cukup jauh, usahakan untuk menekankan gerak pada lutut yang memimpin dan sesuaikan panjang langkah kedua
terakhir sebelum melompat. b. Hindarkan dorongan dengan cara memper pendek langkah take off. c. Keterbatasan gerak kaki yang melakukan take off dapat dihindarkan dengan cara memperpanjang langkah sewaltu take off. 3. Tahap Melayang di Udara Tahap melayang di uadara merupakan tahap ketiga dari serangkaian gerakan dalam cabang lompat jauh. Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam latihan melayang di udara pada lompat jauh, antara lain: a. Sekali pelompat melepaskan kakinya dari tana, pusat gaya gerak tubuhnya akan bergerak ke dalam lintasan parabola. b. Tidak ada suatu apapun yang dapat mempengaruhi atau mengubah kecepatan atau arah gerakan dari pusat gaya berat tubuh pelompat tadi. Tetapi ia dapat mengatur tungkainya sedemikian rupa, sehingga dapat menghindarakan terjadinya rotasi. c. Gerakan dari tungkai ini terutama ditujukan untuk mendapatkan posisi mendarat yang lebih efisien. 4. Tahap Mendarat Tahap mendarat merupakan tahap ke empat atau tahap terakhir dari serangkaian gerakan dalam lompat jauh. Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam mealukukan pendaratan pada lompat jauh, antara lain: a. Posisi landing yang terbaik hendaknya merupakan lanjutan dari pola melayangkan pusat gaya berat tubuh, tentunya harus terletak sejuah mungkin, yaitu pada jarak horizontal terbesar antara tumit dan pusat gaya berat tubuh.
b. Tubuh bagian atas hurus setegak mungkin dengan tungkai terjulurjur lurus kedepan. c. Tangan yang terletek di belakang tubuh sebelum landing, harus segara di lempar kemuka begitu kaki menyentuh pasir. d. Gerakan segera dari tangan akan membantu tubuh untuk bertumpu di atas kaki e. Posisi landing yang efisien tergantung pada teknik yang digunakan Pada waktu yang melayang. Jika si pelompat dapat menggabungkan kecepatan awal dengan kekuatan tolakan kaki, ia akan membawa seluruh tubuh ke atas ke arah depan melayang di udara. Jadi si pelompat dapat membawa titik berat badan ke atas, melayang di udara kearah depan dengan waktu lama. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan tolakan,. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa melakukan tolakan berarti jarak merubah kecepatan horizontal menjadi kecepatan vertical.
Gambar 4. Cara melakukan lompat jauh Isnaini dan Sabarini (2010:29) menjelaskan bahwa dalam perlombaan yang sebenarnya nomor lompat jauh dilakukan pada sebuah lapangan khusus dengan ukuran sebagai berikut : 1) Panjang awalan 30-45 m. 2) Lebar awalan 1,22 m.
3) Panjang bak lompat 9 m. 4) Lebar bak lompat 2,75 m. 5) Jarak bak lompat dengan balok tolakan 1 m. 6) Balok tolakan panjang 2,75 m, lebar 20 cm, dan tebal 10 cm.
Gambar 5. Lapangan lompat Jauh Sumber : (http: www.geogle.com/2011/10/gambar lompat juah.html Internet. diunduh 2 Desember 2012). Faktor non teknis juga dapat berpengaruh dalam hal hasil lompat jauh ini, faktor yang mempengaruhi tersebut antara lain : 1. Motivasi dari orang tua 2. Guru dan pelatih yang propesional 3. Adanya dana yang cukup untuk melakukan latihan 4. Lingkungan yang baik untuk latihan 5. Organisasi yang baik
6. Dukungan masyarakat
2.2 Kerangka Berpikir Upaya meningkatkan prestasi olahraga atletik khususnya nomor lompat jauh dalam hal ini hasil lompat jauh, di mana praktek olahraga atau latihan pada umumnya melibatkan berbagai metode latihan. Kemampuan
melompat seseorang seorang tergantung dari beberapa faktor
seperti : disiplin, kemampuan penguasaan teknik, taktik, persiapan mental, dan kemampuan fisik. Diantara faktor-faktor tersebut, faktor yang paling utama untuk mendukung peningkatan prestasi lompat jauh adalah kemampuan teknik melakukan lompat jauh baik dari ancangancang/awalan, melayang dan mendarat. Khususnya teknik melakukan awalan lari cepat atau sprint. Agar lari cepat atau sprint dapat maksimal maka yang perlu diperhatikan adalah komponen daya ledak otot tungkai, yang sifatnya memebtuhkan gabungan kekuatan dan kecepatan. Kebanyakan cabang olahraga membutuhkan kekuatan dan kecepatan termasuk lari dan lompat. Awalan atau berupa lari sprint sebelum bertumpu merupakan salah satu teknik dasar dalam lompat jauh yang banyak manfaatnya, karena hasil akhir lompat jauh akan dilihat katika dia melakukan ancang-ancang dan berlari. Untuk itu salah satu yang turut memberikan kontribusi dalam usaha memperoleh hasil lompat jauh yang maksimal adalah anacang-ancang berupa lari sprint, sehingga dengan adanya lari yang cepat 30 meter ini yang maksimal, akan mampu melakukan lompatan yang jauh dan menghasilkan prestasi yang memuaskan. Dari uraian-uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa dengan lari sprint 30 meter yang baik akan mendukung kemampuan melakukan lompatan yang baik dan menghasilkan jarak lompatan
yang jauh. Dengan demikian penulis berasumsi, lari sprint 30 meter mempunyai hubungan yang signifikan dengan hasil lompat jauh.
2.3 Hipotesis Berdasarkan uraian teori dan kerangka berfikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini dirimuskan sebagai berikut: Ada Hubungan Antara lari 30 Meter dan Daya Ledak Otot Tungkai dengan Hasil Lompat Jauh Pada Siswa Putra Kelas VII SMP Negeri 11 Kota Gorontalo.