BAB II KAJIAN TEORI
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal menjelaskan hubungan antara pemberian informasi perusahaan dan persepsi investor dimana teori sinyalmenurut Prasiwi (2015), menjelaskan bagaimana pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak luar.Teori sinyal menurut Wolk (dalam Thiono, 2006), menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal, yang dimotivasi karena asimetris informasi (asymmetri information) antara perusahaan (agent) dan pihak luar (principal), dimana informasi yang diberikan dapat di respon sebagai sinyal positif atau negatif oleh investor. Asimetris informasi dapat berakibat buruk bagi persepsi investor mengenai perusahaan tersebut karena asimetris dapat menimbulkan 2 masalah yaitu moral hazard yaitu permasalahan jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang disepakati dalam kontrak kerja,
dan adverse selectionkeadaan dimana principal tidak
mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen-agen benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi kelalaian dalam tugas (Jecksen et al., 1976 dalam Simarmata, 2012). Menimalisir asimetris informasi dilakukan dengan cara pemberian informasi yang baikdalam teori sinyal pemberian informasidapat memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan
11
sinyal tersebut dapat berupa informasi mengenai apa yang telah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik, dan sinyal yang diberikan juga dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebihbaik dari perusahaan lainnya (Jama’an, 2008). Teori Sinyal seperti yang dijelaskan diatas membahas hubungan antara informasi yang diberikan oleh perusahaan dapat memberikan sinyal positif (good news) atau sinyal negatif (bad news) kepada investor (Prasiwi, 2015).Sinyal tersebut menjadi dasar investor dapat mengetahui prospek masa depan perusahaan sehingga dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi,investor dapat membedakan perusahaan mana yang memiliki nilai perusahaan yang baik, sehingga di masa mendatang dapat memberikan keuntungan bagi investor (Alivia,2013). Pihak manajer berpandangan praktik penghindaran pajak yang telah dilakukan yang menghasilkan informasi laba setelah pajak yang tinggi diharapkan dapat memberikan sinyal positif yang dapat meningkatkan nilai perusahaan yang ditunjukkan oleh peningkatan harga saham perusahaan dari waktu ke waktu (Simarmata,2012).Pratik penghindaran pajak dapat dinilai sebagai sinyal positif maupun negatif (Hanlon et al., 2009).Penelitian Hanlon et al., (2009) membuktikan penghindaran pajak dipandang positif jika dipandang sebagai upaya dalam melakukan perencanan pajak dan efisiensi pajak dan resiko deteksinya kecil, dan penghindaran pajak dipandang negatif jika dipandang ketidakpatuhan karena tindakan tersebut berisiko deteksi besar menjadikan akan menimbulkan biaya yang tinggi nantinya sehingga nilai perusahaan menurun.
12
2.1.2 Teori Keagenan (Agency Theory) Hubungan agensi terjadi ketika salah satu pihak (principal) menyewa pihak lain(agen) untuk melaksanakan suatu jasa dan mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut (Prasiwi,2015).Elemen dari teori agensi adalah bahwa prinsipal dan agen memiliki preferensi atau tujuan berbeda (Jensen et al., 1990). Menurut Brigham dan Houston (2006:50), manajer diberi kekuasaan oleh pemilik perusahaan yaitu pemegang saham untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan antara manajer
dan
principal yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory). Hubungan keagenan manajer dan principal dapat memicu adanya asimetris informasi sebagai dimana manajemen sebagai pihak yang memiliki akses langsung terhadap informasi perusahaan, tidak mengungkapkan beberapa informasi oleh manajemen kepada pihak eksternal perusahaan termasuk investor sebagai prinsipal (Jansen et al., 1990).Hubungan manajer dan principal secara teori keagenan juga menimbulkan konflik kepentingan (agency conflict) antar manajer dan prinsipal dimana masing-masing mementingkan dirinya sendiri (Armstrong et al., 2010).Persoalan tersebut menimbulkan biaya agensi (agency cost)antara manajer dan prinsipal,yang menurut teori ini harus dikeluarkan sehingga biaya untuk mengurangi kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan peningkatan biaya enforcement-nya (Chen et al., 2014). Agency cost ini mencakup biaya untuk pengawasan oleh pemegang saham, biaya yang dikeluarkan oleh manajemen untuk menghasilkan laporan yang transparan, termasuk biaya audit yang independen dan pengendalian internal, serta biaya yang
13
ditimbulkan karena menurunnya nilai kepemilikan pemegang saham yang diberikan kepada manajemen dalam bentuk opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham (Armstrong et al., 2010). Meminimalisir asimetri informasi, dan konflik kepentingan maka pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh tanggung jawab terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku(Armstrong et al., 2013). Hubungan teori agensi dengan penelitian ini adalah praktik penghindaran pajak jika tidak dalam pengelolaan yang baik akan konflik kepentingan yang diawali dengan adanya asimetri informasi (Prasiwi, 2015). Menimimalisir konflik tersebut maka diperlukan tata kelola perusahaan yang baik salah satu bentuk tata kelola perusahaan yang baik adalah dengan adanya Transparansi informasi (Armstrong et al.,2013).Transparansi infromasi dapat berkontribusi secara langsung terhadap kinerja ekonomi dengan mendislipinkan karyawan dalam perusahaan dalam pemilihan investasi yang lebih baik, manajemen asset yang lebih efisien, dan mengurangi pengambil alihan kekayaan pemegang saham minoritas (Bushmanet al., 2013), sehingga dapat menimimalisir dampak konflik kepentingan(agency conflict) dan memberikan nilai yang baik untuk perusahaan.
2.1.3 Pajak 2.1.3.1 Definisi Pajak Pengertian pajak menurut Soemitro (dalam Mardiasmo, 2014:1) adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang undang (yang dapat
14
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Kesimpulan dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa pajak memiliki unsurunsur sebagai berikut : 1)
Iuran dari rakyat kepada negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).
2)
Berdasarkan undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
3)
Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.
4)
Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaranpengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Definisi pajak menurut S.I. Djajadininggrat (dalam Siti Resmi,2013:1)
adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan masyarakat secara umum.
15
2.1.3.2 Manajemen Pajak Manajemen perpajakan menurut Pohan (2013:2) manajemen perpajakan adalah usaha menyeluruh yang dilakukan tax manager dalam suatu perusahaan atau organisasi tersebut dapat dikelola dengan baik, efisien, dan ekonomis sehingga memberi kontribusi maksimum bagi perusahaan.Pajak jika dilihat dari dua sisi yaitu sisi negara dan sisi perusahaan berbanding terbalik satu sama lainnya dimana jika dilihat dari sisi negara pajak merupakan bagian
dari
penerimaan negara, namun akan berbanding terbalik jika dilihat dari sisi perusahaan, dimana pajak bagi perusahaan merupakan biaya yang mengurangi laba (Prasiwi, 2015). Perusahaan yang bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara memaksimalkan laba bersih dengan meminimalkan biaya dari aktivitas operasi perusahaan, dengan salah satu upayanya adalah dengan meminimalkan beban pajak dengan tidak melanggar aturan, karena beban pajak merupakan salah satu faktorpengurang laba bersih perusahaan (Pohan, 2013:3). Asumsi Leon Yudkin (dalam Zain, 2006:56) menyebutkan bahwa. 1)
Wajib pajak selalu berusaha untuk membayar pajak yang terhutang sekecil mungkin, sepanjang hal itu di mungkinkan oleh ketentuan perundangundangan perpajakan yang berlaku.
2)
Wajib pajak cenderung untuk menyelundupkan pajak (tax evasion) yaitu berusaha menghindari pajak terhutang secara illegal. Upaya penghindaran ini dilakukan sepanjang wajib pajak tersebut mempunyai alasan yang meyakinkan bahwa akibat dari perbuatannya kemungkinan besar mereka
16
tidak akan dihukum serta keyakinan bahwa rekan rekannya melakukan hal yang sama. Asumsi diatas mempertegas tidak seorang pun wajib pajak orang pribadi maupun badan senang memenuhi kewajiban pajaknya secara baik dan benar jika ada celah yang bisa dimanfaatkan dari peraturan.Asumsi tersebut bahwa manajemen perpajakan sebenarnya berangkat dari hal yang sangat mendasar dari sifat manusia (manusiawi). Fungsi fungsi manajemen pajak menurut Zain (2006:60) adalah: 1)
perencanaan pajak ( tax planning),
2)
pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation),
3)
pengendalian pajak (tax control).
2.1.3.3Perencanaan Pajak (Tax Planning) Perencanaan pajak (tax planning) menurut Simarmata (2012) merupakan bagian dari manajemen perpajakan secara luas serta tahap awal untuk melakukan analisis secara sistimatis berbagai alternative perlakuan perpajakan dengan tujuan untuk mencapai pemenuhan kewajiban perpajakan minimum.Perencanaan perpajakan umumnya di mulai dengan analisis suatu transaksi atau fenomena akan dikenai pajak atau tidak, jika dikenai pajak maka akan diusahakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran pajak tersebut dapat ditunda pembayarannya, dan lain-lain (Suandy,2008:7). Tujuan melakukan perencanaan pajak (tax planning) menurut Simarmata (2012) : 1)
meminimalisasi beban pajak yang terutang,
2)
memaksimalkan laba setelah pajak,
17
3)
meminimalkan terjadinya kejutan pajak (tax surprise) jika terjadi pemeriksaan pajak oleh fiskus,
4)
menunda pengakuan penghasilan,
5)
mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain,
6)
menghindari pengenaan pajak berganda,
7)
memperluas bisnis atau melakukan ekspansi usaha dengan membentuk badan usaha baru,
8)
menghindari bentuk penghasilan yang membentuk, memperbanyak, atau mempercepat pengurangan pajak. Manfaat yang bisa diperoleh atas perencanaan pajakmenurutSimarmata
(2012) adalah : 1)
penghematan kas keluar, karena beban pajak merupakan unsur biaya dapat dikurangi,
2)
mengatur aliran kas masuk dan keluar (cash flow), karena dengan perencanaan pajak yang matang dapat diperkirakan kebutuhan kas untuk pajak, dan menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat. Strategi perencanaan menurut Harnanto (2013:50) pajak yang dapat
dilakukan oleh perusahaan yaitu : 1)
penghematan pajak (tax saving),
2)
penghindaran pajak (tax aviodance),
3)
penundaan pembayaran pajak,
4)
mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan,
18
5)
menghindari pemeriksaan pajak dengan cara menghindari lebih bayar,
6)
menghindari pelanggaran pajak terhadap peraturan yang berlaku.
2.1.3.4 Penghindaran Pajak (Tax Aviodance) Penghindaran pajak adalah salah satu strategi dari manajemen pajak dimana menurut Dyreg et al., (2008) penghindaran pajak adalah merupakan segala bentuk kegiatan yang memberikan efek terhadap kewajiban pajak, baik kegiatan diperbolehkan oleh pajak atau kegiatan khusus untuk mengurangi pajak.Definisi yang lebih luas tentang penghindaran pajak menurut Prasiwi (2015) adalah merupakan rangkaian strategi perencanaan pajak, yang secara ekonomis berusaha memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return) untuk dibagikan kepadainvestormaupun untuk diinvestasikan kembali oleh perusahaan. Meminimalisir beban pajak dapat dilakukan dengan berbagi cara, baik yang masih sesuai peraturan perpajakan (lawful) yang sering disebut penghindaran pajak maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful) yang disebut penggelapan pajak (Dyreg et al., 2008). Slemrod dan Yitzhaki (2002) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa perbedaaan antara penghindaran pajak (tax avoidance) dan penggelapan pajak tax (tax evasion) adalah aspek legalitasnya. Komite fiscal OECD (dalam Simarmata 2012) menyatakan ada tiga karakter dari tax avoidance yaitu: 1)
adanya unsur artificial arrangement, dimana berbagai pengaturan seolah olah terdapat didalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan faktor pajak,
19
2)
seringkali memanfaatkan loopholes (celah) dari undang-undang atau menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan yang berlawanan dengan isi Undang-undang,
3)
terdapat unsur kerahasiaan biasanya konsultan yang ditunjuk perusahaan untuk mengurus pajak perusahaan tersebut menunjukkan cara penghindaran pajak yang dilakukan dengan syarat wajib pajak harus menjaga kerahasiaan sedalam mungkin. Penelitian Hoque et al., (2011) menyebutkan beberapa cara penghindaran
pajak yang dilakukan oleh perusahaan seperti. 1)
Menampakkan laba dari aktifitas operasional sebagai laba dari modal sehingga mengurangi laba bersih dan utang pajak perusahaan tersebut.
2)
Mengakui pembelanjaan modal sebagai pembelanjaan operasional, dan membebankan yang sama terhadap laba bersih sehingga mengurangi pajak utang pajak perusahaan.
3)
Membebankan biaya personal sebagai biaya bisnis sehingga mengurangi laba bersih.
4)
Mencatat pembuangan yang berlebihan dari bahan bakudalam industri manufaktur sehingga mengurangi laba kena pajak. Pengukuran penghindaran pajak (tax avoidance) menurut Hanlon et
al.,(2010) dalam penelitiannya menyatakan ada dua belas cara pengukuran penghindaran pajak seperti yang disajikan dalam tabel dibawah ini:
20
Tabel 2.1Tabel Pengukuran Penghindaran Pajak Pengukuran
Cara perhitungan
GAAP ETR
−
−
−
−
Current ETR CASH ETR
Keterangan
Total tax expense per dollar of pre-tax income
Current tax expense per dollar of pre tax book income
Cash taxes paid per dollar of pre-tax book income
Long-run Cash ETR
ETR differential
Statutory ETR-GAAP ETR
The difference of between the statuory ETR and Firm’s GAAP ETR
DTAX
Error term form the following regression : ETR differential x Pre-tax book income = a+bxControl+e
The unexplained portion of the ETR differential
Total BTD
Deffered tax expense/U.S STR
The total difference between book and taxable income
Abnormal total BTD
Residual from BTD/TAit=βTAit +βTAit +βmi
A measure of unexplained total book-tax differences
Unrecognized tax benfefits
Disclosed amount post-FIN 48
Tax liability accrued for taxes not yet paid on uncertain positions
Tax shelter acitivity
Indicator variable for firms accused of engaging in a tax shelter
Firm identified via firm disclosure, the press or IRS confidential data
Marginal tax rate
Simulated marginal tax rate
Present value of taxes on an additional dollar of income
Sumber: Hanlon dan Heitzman (2010)
21
Sum of cash taxes paid over n years divided by the sum of pre-tax earning over n years
Penelitian ini menggunakan perhitungan Long Run Cash ETR adalah model perhitungan untuk penghindaran pajak jangka panjang dimana model ini dikembangkan dari model Cash ETR yang di kembangkan oleh Dyreg et al., (2008). Manfaat pengukuran penghindaran pajak jangka panjang menggunakan ukuran Long Run Cash ETR adalah mengetahui perilaku dari penghindaran pajak, dan terhindar dari permamen differences atau perbedaan peraturan perpajakan dengan peraturan akuntansi (Dyreg et al., 2008). Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan jangka waktu yang lebih panjang sebagi contoh 10 tahun, cara menghitungnya dilakukan dengan cara menjumlahkan beban pajak yang harus dibayar (total tax paid) dalam waktu 10 tahun, kemudian dibagi dengan total laba sebelum pajak (pre tax income) dalam jangka waktu yang sama (Martianiet al.,2012).Pengukuran tersebut dapat menggambarkan kondisi ETR yang lebih mendekati biaya pajak perusahaan dalam jangka panjang (Martiani et al.,2012). Pengukuran Long Run Cash ETR yang dikembangkan oleh Dyreg et al.,(2008) baik digunakan karena menggambarkan kegiatan penghindaran pajak oleh perusahaan karena Cash ETR tidak terpengaruh dengan adanya perubahan estimasi seperti penyisihan penilaian atau perlindungan pajak, juga menjadi jawaban atas keterbatasan GAAP ETR dalam menghitung penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan (Martianiet al.,2012), dimana hambatan hambatan tersebut adalah. 1)
GAAP ETR hanya berdasarkan pada data 1 periode, dimana ada kemungkinan terjadi variasi dalam ETR tahunan, hal tersebut dapat
22
menyebabkan kebiasaan dalam perhitungan dan perilaku penghindaran pajak jangka panjang. 2)
Tax expense merupakan jumlah dari beban pajak tangguhan yang menggambarkan jumlah pajak yang akan datang sebagi konsekuensi atas adanya perbedaan pengakuan (temporary different), maka dari itu GAAP ETR tidak dapat mencerminkan tax avoidance perusahaan.
2.1.4 Nilai Perusahaan Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan jangka panjang adalah mengoptimalkan nilai perusahaan (Wayudiet al.,2006).Pengoptimalan nilai perusahaan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik perusahaan, karena semakin meningkat nilai perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan pemilik perusahaan, maka dari itu pemilik perusahaan berupaya bekerja keras untuk menggunakan berbagi intensif untuk memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara mendorong manajer (Prasiwi,2015).Peningkatan nilai perusahaan ditunjukkan dengan peningkatan nilai saham di pasar modal, dimana semakin meningkat nilai perusahaan akan semakin meningkat pula harga saham perusahaan tersebut (Sari, 2010). Meningkatnya harga saham maka akan meningkat pula kesejahteraan pemegang saham. Perusahaan yang go public maka nilai pasar wajar perusahaan ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran di bursa efek,yang tercermin dalam listing price(Annisa, 2011). Penilaian perusahaan di tentukan oleh beberapa konsep dasar yaitu nilai ditentukan untuk suatu waktu ada periode tertentu, nilai harus ditentukan pada harga yang wajar, penilaian tidak dipengaruhi oleh kelompok pembeli
23
tertentu.Kusmadilaga,(2010) penelitiannya menyebutkan metode dan teknik dalam penilaian perusahaan yang mana sudah banyak dikembangkan oleh peneliti lainnya, yaitu : 1)
pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price earning ratio, metode kapitalisasi proyek laba,
2)
pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas,
3)
pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen,
4)
pendekatan aktiva antara lain metode penilaian aktiva,
5)
pendekatan harga saham, dan
6)
pendekataneconomic added value. Dalam penelitian ini metode dan teknik yang digunakan untuk menilai nilai
perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh James Tobin (dalam Simarmata, 2012). Rasio ini dinilai memberikan informasi yang paling baik karena dapat menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi dalam kegiatan perusahaan seperti terjadi perbedaan crossectional dalam pengambilan keputusan investasi dan diversifikasi, hubungan antar kepemilikan saham manajemen dan nilai perusahaan (Sukamulja,2004). Rasio ini juga dapat menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian setiap dana yang diinvestasikan (Herawaty,2008). Perusahaan yang memiliki nilai Q yang tinggi biasanya memiliki brand image perusahaan yang kuat, serta menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai pasar asset perusahaan dibandingkan dengan buku asset perusahaan maka semakin besar kerelaan investor untuk
24
mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut (Sukamulja, 2004). Kesimpulan dari
pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa rasio-Q diatas satu (1) menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaraan investasi sehingga menarik investor baru, sedangkan jika rasio-Q dibawah satu (1) menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva tidak menarik investor,dan pada umumnya berada pada industriyang sangat kompetitif. 2.1.5 Transparansi Informasi Tranparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan (Amaliaet al.,2012). Peraturan dipasar modal Indonesia, mendefinisikan informasi yang material dan relevan adalah informasi yang dapat mempengaruhi naik turunnya harga saham perusahaan tersebut, atau yang mempengaruhi secara signifikan risiko serta prospek usaha perusahaan yang bersangkutan.Prinsip transparansimengharuskan adanya keterbukaan dan dalam melaksanakan
proses
pengambilan
keputusan
dan
keterbukaan
dalam
pengungkapan disclosure informasi perusahaan dan dapat diakses dengan mudah. Pratik penghindaran pajak dapat menimbulkan berpotensi menimbulkan konflik kepentingan (agency conflict)(Armstrong et al.,2010). Persepsi investor sebagai principal yang telah menempatkan dananya kepada perusahaan akan melakukan penilaian yang rendah kepada perusahaan jika diketahui melakukan penghindaran pajak dengan cara menarik dana yang sudah ditempatkan pada perusahaan tersebut karena dipandang sebagai tindakan yang beresiko dan akan
25
menimbulkan biaya yang lebih besar dikemudian hari (Simarmata, 2012).Persepsi manajemen aktivitas penghindaran pajak diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan, hal tersebut di lakukan dengan cara memanfaatkan celah-celah dari peraturan perundang-undangan dan peraturan perpajakan untuk meminimalisir beban pajak yang nantinya akan meningkatkan laba yang berpengaruh langsung pada nilai perusahaan dan harga saham perusahaan di pasar modal (Simirmata, 2012). Perusahaan dapat meminimalisir konflik agensi yang terjadi antar pemangku kepentingan(principal) dengan manajer (agent)dengan transparansi informasi (Armstrong et al.,2010). Transparansi informasi digunakan untuk nilai pasar dengan menggeser arus kas saat ini dan arus kas masa depan melalui perubahan pengambilan keputusan manajemen (Lambert et al.,2007). Transparansi infromasi dapat berkontribusi secara langsung terhadap kinerja ekonomi dengan mendislipinkan karyawan dalam perusahaan dalam pemilihan investasi yang lebih baik, manajemen asset yang lebih efisien, dan mengurangi pengambil alihan kekayaan pemegang saham minoritasdan perilaku oppurtunistik manajer (Bushmanet al., 2013). 2.1.5.1 Pengungkapan Informasi Pengungkapan merupakan bagian pertanggungjawaban dari pelaporan keuangan dan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam
bentuk
seperangkat
penuh
statement
keuangan
(Nurayam,
2005).Pengungkapan meliputi laporan keuangan itu sendiri ditambah berbagai suplemennya dalam berbagai bentuk agar dapat memberikan gambaran keuangan
26
dan operasi perusahaan secara memadai untuk kepentingan pemakai laporan keuanganyang ada di dalam perusahaan maupun luar perusahaan (Choi, 1999). Dalam SFAC No.5 (dalam Nurayam, 2005) dijelaskan bahwa financial reporting mencakup: 1)
basic financial statement,
2)
supplementary information,
3)
other means of financial reporting.
Basic Financial Statement meliputi: 1)
statement of financial position,
2)
statement of earnings and comprehensive income,
3)
statement of cash flow,
4)
statement o f invesment by and distributions to owners,
5)
notes to Financial Statement. Pengungkapan laporan keuangan sendiri menjadi pengambaran kinerja
terhadap publik, karena dalam laporan keuangan yang lengkap menurut Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK no.1 par 7) terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas serta catatan atas laporan keuangan yang disertai materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.Perusahaan selain mengungkapkan laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan, perusahaanjuga dianjurkan untuk memberikan informasi tambahan. Informasi tambahan yangdianjurkan menurut PSAK 1 (dalam Nurayam, 2005) meliputi:
27
1)
telaah keuangan yang menjelaskan karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja perusahaan,
2)
posisi keuangan perusahaan,
3)
kondisi ketidakpastian,
4)
laporan mengenai lingkungan hidup,
5)
laporan nilai tambah Informasi tambahan yang relevan dan diperlukan dapat disajikan pada laporan tahunan perusahaan.
Dari sumber PSAK tersebut dapat disimpulkan bahwa: 1)
catatan atas laporan keuangan merupakan pengungkapan yang diharuskan oleh standar akuntansi,
2)
informasi lain (informasi tambahan) merupakan pengungkapan yang dianjurkan (tidak diharuskan) dan diperlukan dalam rangka memberikan penyajian yang wajar dan relevan dengan kebutuhan pemakai. Informasi tambahan ini dapat disajikan pada laporan tahunan. Perusahaan diharuskan menerbitkan laporan keuangan, perusahaan juga
diminta untuk menyampaikan laporan tahunan.Badan regulasi (Bapepam dan LK) telah menerbitkan acuan tentang informasi yang harus ada (mandatory) pada penyampaian
laporan
tahunan,
yaitu
Peraturan
Bapepam
nomor
Kep-
431/BL/2012.Dengan demikian, informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu. 1)
Pengungkapan wajib
(mandatory disclosure)
adalah pengungkapan
informasi yang diharuskan menurut ketentuan yang berlaku, dalam hal ini adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam dan LK.
28
2)
Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) adalah pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan. Di luar yang diharuskan oleh peraturan adalah merupakan pengungkapan sukarela manajemen. Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) menurut Choi (1999) adalah
praktik pengungkapan yang tidak diharuskan oleh standar akuntansi dan regulasi.Praktik pengungkapan sukarela dari studi komparatif beberapa negara dapat meliputi (Choi 1994, 1999). 1)
Disclosure o f forward-looking information, a)
forecasts o f revenue, income, eps, capital, expenditure and other financial item,
b)
prospective information about future economic performance or position that is less definite than forecast in terms in projected item, fiscal periode, and projected amount,
c)
statement o f management s plans and objective for future operations.
2)
Social responsibility disclosure.
3)
Special disclosure for non domestic financial statement users.
4)
Employee disclosure.
5)
Value added disclosure.
6)
Enviromental concern. Penelitian Peter et al., (2005) menunjuk pada tingkat kelengkapan
(completeness) sebagai karakteristik kualitas pengungkapan. Indikator empirisnya berupa indeks pengungkapan (disclosure index) yang merupakan rasio antara jumlah elemen (item) informasi yang dipenuhi dengan jumlah elemen informasi yang mungkin dipenuhi (Peter et al., 2005).Makin tinggi indeks pengungkapan, makin tinggi kualitas pengungkapan (Peteret al., 2005).Perusahaan harus cermat 29
dalam memberikan informasi terhadap pihak luar karena tidak semua informasi menguntungkan bagi perusahaan itu
sendiri (Nuryamam,
2005).Tingkat
pengungkapan perlu ditekankan sejauh mana informasi tersebut harus disajikan. Informasi yang disajikan terlalu sedikit maka akan menimbulkan asimetri informasi dan jika informasi yang diberikan terlalu banyak juga tidak akan efektif kepada pengguna laporan keuanganmemahami isi laporan keuangan tersebut (Suwardjono dalam Prasiwi,2015). Pengungkapan sukarela perusahaan terhadap investor diharapkan menjadi sinyal positif bagi perusahaan karena semakin banyak informasi yang diterima oleh investor dapat meningkatkan persepsi investor akanpotensi perusahaan sebagai tempat untuk berinvestasi.
2.2
Hipotesis Penelitian
2.2.1 Hubungan antara Penghindaran jangka panjang dengan nilai perusahaan Teori sinyal menekankanpentingnya pemberian informasi dari pihak internal perusahaan kepada pihak eksternal atau investor yang digunakan sebagai alat pertimbangan investasi Wolk (dalam Thiono,2006).Informasi yang diberikan oleh perusahaan dapat memberikan sinyal positif maupun negatif, salah satu informasi yang memberikan sinyal positif adalah nilai laba bersih yang tinggi (Prasiwi, 2015).Sinyal positif yang diberikan oleh informasi nilai laba bersih yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan.Pemilik perusahaan atau dalam hal ini pemegang saham menginginkan perusahaan memiliki nilai perusahaan yang tinggi.Investor akan menanamkan modalnya di perusahaan dengan melihat tingkat laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut dimana laba bersih tersebut dapat menggambarkan nilai dari perusahaan tersebut, jadi secara tidak langsung 30
manajer diharuskan untuk meningkatkan laba bersih salah satunya dengan melakukan penghindaran pajak (Simarmata, 2012).Usaha penghindaran pajak akan meningkatkannilai perusahaan jika dilihat dari perspektif manajer, namun hal tersebut berbeda jika dilihat dari sudut pandang pemegang saham dimana dalam perspektif pemegang saham penghindaran pajak akan menimbulkan biaya tambahan dimasa mendatang seperti biaya yang dikeluarkan untuk perencanaan pajak dan biaya yang lain yang mungkin timbul akibatperilaku penghindaran pajak seperti biaya pemeriksaan dan biaya dendaWang (2010). Penelitian tentang penghindaran pajak jangka panjang pernah dilakukan oleh Dyreg et al., (2008) yang mendapatkan hasil penghindaran pajak jangka panjang berpengaruh positif dengan nilai perusahaan.Hasil yang sama juga di dapatkan penelitian oleh Martiani et al., (2012) yang menyatakan penghindaran pajak jangka panjang berpengaruh positif dengan nilai perusahaan. Penelitian Hanlon et al.,(2009) menyatakan penghindaran pajak dapat berpengaruh positif atau negatif, dimana akan dipandang positif apabila penghindaran pajak dilakukan sebagai upaya untuk melakukan tax planning dan efisiensi pajak, dan dipandang negatif apabila penghindaran pajak dipandang sebagai tindakan noncompliance, hal tersebut akan meningkatkan risiko sehingga mengurangi nilai perusahaan. Penegakan hukum dan kedisiplinan penerapan peraturan perpajakan di Indonesia di nilai masih rendah, sehingga risiko deteksi untuk praktik penghindaran pajak (tax avoidance) akan lebih rendah (Simarmata,2012).Risiko deteksi yang lebih rendahterhadap pratik penghindaran pajak akanlebih dipandang sebagai benefit bukan risiko, serta penghindaran pajak merupakan strategi manajemen pajak yang baik untuk memaksimalkan nilai perusahaan(Martiani et
31
al., 2012). Penelitian ini ingin melihat pengaruh penghindaran pajak (taxavoidance)jangka panjang (yang diukur kumulatif selama 10 tahun) terhadap nilai perusahaan di tahun kesepuluh.Hal ini dilakukan untuk melihat apakah praktik penghindaran pajak tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan penjelasan di atas maka hipotesis yang dapat dikembangkan sebagaiberikut : H1 : Penghindaran pajak jangka panjang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
2.2.2 Hubungan antara Penghindaran pajak jangka panjang dengan nilai perusahaan serta transparansi informasi sebagai pemoderasi Perspektif teori agensi mengenai penghindaran pajak, tata kelola perusahaan merupakan faktor penentu penting dalam penilaian dari pengakuan penghindaran pajak perusahaan (Prasiwi,2015).Pengaruhlangsung dari penghindaran pajak adalah peningkatan nilai setelah pajak dari perusahaan (Martiani et al., 2012).Perusahaan yang melakukan praktik penghindaran pajak dengan tata kelola yang kurang akan lebih berisiko terjadinya konflik kepentingan (agency conflict), karena akan meningkatkan kesempatan bagi manajer untuk mengalihkanbiaya untuk kepentingan pribadinya (Armstrong et al., 2010). Meminimalisir
konflik
kepentingan
(agency
conflict)
diperlukan
transparansi informasi (Armstrong et al.,2010).Transparansi informasi membuat operasi bisnis lebih transparan bagi pemerintah, sehingga kemampuan untuk menghindari pajak semakin melemah.Transparansi informasi dapat berkontribusi secara langsung terhadap kinerja ekonomi dengan mendislipinkan karyawan
32
dalam perusahaan dalam pemilihan investasi yang lebih baik, manajemen asset yang lebih efisien, dan mengurangi pengambil alihan kekayaan pemegang saham minoritas dan mengurangi perilaku oppurtunistik manajer (Bushmanet al., 2013) Penelitian Wang (2009) menyatakan perusahaan yang transparan lebih agresif untuk menghindari pajak dibandingkan perusahaan yang tidak transparan. Wang juga menemukan bahwa investor bereaksi positif terhadap praktik penghindaran pajak tetapi nilai perusahaan akan menurun saat transparansi informasi perusahaan menurun, pernyataan tersebut membuktikan adanya interaksi antara nilai perusahaan, dan penghindaran pajak. Penelitian Zhang et al., (2009) menyatakan bahwa transparansi informasi berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Penelitian Chen et al., (2012) menyatakan bahwa penghindaran pajak akan berpengaruh positif pada nilai perusahaan yang memiliki tingkat transparansi yang baik, dan berpengaruh negative pada perusahaan yang memiliki tingkat transparansi yang rendah Perbedaan hasil penelitian tersebut mengenai pengaruh transparansi informasi terhadap hubungan nilai perusahaan dan penghindaran pajak menyebabkan transparansi informasi menjadi variabel moderasi dalam hubungan antara penghindaran pajak dengan nilai perusahaan, sehingga diajukan hipotesis. H2 : Transparansi informasi dapat memoderasi pengaruh penghindaran pajak terhadap nilai perusahaan.
33