BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR 2.1 Media Pembelajaran Media pembelajaran adalah satu hal yang sangat dibutuhkan dalam sebuah aktifitas dalam pembelajaran. Menurut Ahmad Sudrajat (www.ahmadsudrajat.200 8wordpress.com dalam www.geoogle.co.id). Kata media berasal dari bahasa latin”medius” yang secara harfia bearti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Sedangkan media pembelajaran dapat diartikan segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Dari definisi tersebut bahwa peran media sangat membantu samapainya materi kepada peserta didik sehingga media mutlak diperlukan dalam setiap proses pembelajaran yang sederhana sampai pengguna media yang kompleks. Menurut Sugihartono dalam Laely Armiyati (2011: 11) media merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar”, menyatakan bahwa media merupakan segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien dan dengan hasil yang optimal. Pengertian-pengertian
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan sebagai perantara antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien serta mendapat hasil yang optimal.
5
6
Peran media dalam pembelajaran sangatlah penting terutama bagi siswa. Minat dan motivasi belajar siswa dapat ditumbuhkan dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik. Proses belajar yang membosankan di dalam kelas juga dapat dihilangkan dengan menggunakan media yang menyenangkan bagi siswa. Menurut Sadiman dalam Laely Armiyati (2011:12), memaparkan manfaat dari media pembelajaran, yaitu (1) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, (2) sikap pasif anak didik dapat diatasi dengan penggunaan media yang tepat dan bervariasi, (3) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis, dan (4) dapat memberikan rangsangan, pengalaman, dan persepsi yang sama dalam diri anak. Tidak semua media dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Menurut Sudirman dalam Laely Armiyati (2011:14), mengemukakan beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media, yakni : Pertama. Objektivitas. Sebuah media pembelajaran tidak boleh dipilih atas dasar kesenangan pribadi dari guru maupun siswa yang menggunakan. Kedua. Program pengajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Ketiga .Sasaran program. Media pembelajaran harus ditujukan pada siswa. Keempat. Situasi dan kondisi. Media pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi sekolah dan siswa. Kelima. Kualitas teknik. Sebelum media pembelajaran digunakan sebaiknya dilakukan penilaian terlebih dahulu untuk mengetahui kelayakan media tersebut. Keenam. Keefektifan dan efisiensi penggunaan Keefektifan berkenaan dengan hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi berkenaan dengan proses pencapaian hasil.
7
Media pembelajaran dibedakan menjadi beberapa jenis. Sudirman dalam Laely Armiyati (2011:15): Membagi media berdasarkan jenisnya, daya liputnya, dan berdasarkan bahan dan pembuatannya. Dari segi jenisnya media dibedakan menjadi media auditif, visual, dan audiovisual. Berdasarkan daya liputnya media dibedakan menjadi tiga, yaitu media dengan daya liput luas dan serentak, media daya liput terbatas oleh ruang dan tempat, serta media untuk pengajaran individual. Media dari segi bahan dan pembuatannya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu media sederhana dan media kompleks. Lebih jelas lagi Sudirman dalam Laely Armiyati (2011:16) mengatakan bahwa media pembelajaran menurut taksonomi Leshin dan kawan-kawan, meliputi media berbasis manusia yang meliputi guru, tutor, main peran, kegiatan kelompok, dan sebagainya; media berbasis cetakan, meliputi buku penuntun, buku kerja atau latihan, dan lembaran lepas; media berbasis visual, meliputi charts, grafik, peta, figure atau gambar, transparansi, peta konsep, dan film bingkai atau slide; media berbasis audio visual, meliputi video, film, slide bersama tape, dan televisi; dan media berbasis komputer yang meliputi pembelajaran dengan bantuan komputer dan video interaktif. Secara umum setidaknya terdapat dua alasan penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, yakni alasan manfaat dan keadaan psikologi siswa. Alasan pertama Media pembelajaran dapat mempertinggi belajar siswa dalam pengajaran sehingga diharapkan hasil belajar siswa yang dicapai juga lebih baik. Alasan kedua pemelihan media pembelajaran adalah menyangkut kondisi psikologi siswa. Seorang anak usia balita sampai remaja akan lebih muda menerima sesuatu yang kongkrit daripada yang abstrak. Materi pelajaran yang disampaikan oleh guru tanpa menggunakan media pembelajaran adalah sesuatu yang abstrak diterima oleh siswa sehingga dengan penggunaan media pembelajaran maka materi yang abstrak tersebut dapat lebih
8
dikongritkan sehingga siswa dapat memahami dan menerima pesan yang terdapat dalam materi khusnya mata pelajaran sejarah. Menurut Sumaatmadja dalam Laely Armiyati (2011:17) media berasal dari bahasa Latin merupakan bentuk jamak dari medium, yang berarti perantara yang dipakai untuk menunjukkan alat komunikasi. Secara harfiah media diartikan sebagai pelantara atau pengantar pesan dari pengirim penerima pesan., mengemukakan media pengajaran secara keseluruhan adalah segala benda, dan alat yang digunakan untuk membantu pelaksanaan pembelajaran. Seperti : slide, epidiaskup, proyektor, peta, globe, grafik, diagram, potret, gambar, maket, diorama, film, tape recorder, vide tape recorder, radio dll, termasuk media pengajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar sejarah. Untuk memperjelas pemahaman siswa terhadap materi sejarah yang sedang dipelajari, sebaiknya alat-alat tersebut dapat digunakan guru dan siswa. Media sebagai sumber pembelajaran erat kaitannya dengan peran guru. Guru tidak cukup memiliki pengetahuan tentang media tetapi dituntut untul terampil memilih, menggunakan serta mengusahakan memilih media yang tepat, kalau memungkinkan guru memiliki kemampuan untuk merancang dan membuat media sendiri. Memilih dan menggunakan media, perlu memperhatikan aspek tujuan, materi, metode dan evaluasi. Pengguanaan media bukan semata-mata melaksanakan salah satu komponen pengajaran, tetapi dengan media benar-benar berguna untuk memudahkan penguasaan siswa dalam belajar. Upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran
sejarah,
sangat
terkait
dengan
kemampuan
guru
dalam
memanfaatkan media yang tersedia untuk kebutuhan siswanya, siswa dilatih menjadi terampil dan penuh pengalaman dalam menggunakan media. Proses pembelajaran yang didukung oleh media secara lengkap dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar.
9
1. 2.
3. 4.
1. 2. 3. 4. 5.
Menurut Sumantri, Permana (1999 : 21) mengenai tujuan belajar dapat diwujudkan dalam bentuk: Menjadikan anak-anak senang, bergembira dan riang dalam belajar. Memperbaiki berpiki kreatif anak-anak, sifat. keingintahuan, kerjasama, harga diri dan rasa percaya pada diri sendiri, khususnya dalam menghadapi kehidupan akademik. Mengembangkan sikap positif anak-anak dalam belajar. Mengembangkan afeksi dan kepekaan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungannya, khususnya perubahan yang terjadi dalam lingkungan sosial dan teknologi. Selanjutnya, Sumantri & Permana (1999 : 181) mengemukakan prinsifprinsif dalam memilih media yaitu: Memilih media harus berdasarkan tujuan pengajaran dan bahan pengajaran yang akan disampaikan. Memilih media harus disesuaikan dengan kemampuan guru, baik dalam penggunaannya dan pengadaannya. Memilih media harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Memilih media harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau pada waktu, tempat dan situasinya yang tepat. Memilih media harus memahami karakteristik ari media itu sendiri. Manfaat media bagi siswa memungkinkan dapat mencapai peristiwa yang
langka dan sukar dicapai. Misalnya peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945 akan sulit disaksikan. Tetapi dengan adanya foto-foto peristiwa berlangsung dapat merasa lebih dekat, seolah-olah menyaksikan sendiri. Dengan lebih mudah melakukan pengamatan. Contohnya pengamatan suatu wilayah sukar memberikan gambaran yang menyeluruh. Karena wilayah tersebut terlalu luas untuk diamati secara langsung. Dengan menggunakan media peta dapat memperoleh gambaran keseluruhan tentang wilayah yang diteliti.
10
2.2 Peta Peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi yang digambar pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi simbol sebagai penjelas. Dengan menggunakan peta, kita dapat mengetahui segala hal yang berada di permukaan bumi, seperti letak suatu wilayah, jarak antarkota, lokasi pegunungan, sungai, danau, lahan persawahan, jalan raya, bandara, dan sebagainya. Ketampakan yang digambar pada peta dapat dibagi menjadi dua yaitu ketampakan alami dan ketampakan buatan manusia (budaya). Untuk mendapatkan ikhtisar suatu daerah tidak mungkin tanpa menggunakan peta, suatu peta menempatkan suatu data geospasial, misalnya, data fenomena atau objek berikut lokasinya di permukaan bumi, dan saling hubungan antara satu fenomena atau objek dengan lainnya secara benar. Suatu peta dapat di anggap suatu sistem informasi geospasial yang memberi jawaban atas banyak pertanyaan mengenai daerah yang di gamarkan: jarak antara titik – titik, posisi titik – titik yang menyangkut satu sama lain, ukuran suatu daerah dan proses persebarannya. Jawaban dapat di peroleh secara langsung dari peta setiap saat pada waktu kapanpun, tanpa membutuhkan keyboard atau membuka beberapa file. Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan. Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal 2005), dengan menggunakan peta, kita dapat mengetahui segala hal yang berada di permukaan bumi, seperti letak suatu wilayah, jarak antarkota, lokasi pegunungan, sungai, danau, lahan persawahan, jalan raya, bandara, dan sebagainya. Ketampakan yang digambar pada peta dapat dibagi
11
menjadi dua yaitu ketampakan alami dan ketampakan buatan manusia (budaya). Dewasa ini sudah dikenal adanya peta digital (digital map), yaitu peta yang berupa gambaran permukaan bumi yang diolah dengan bantuan media komputer. Data yang diperoleh berupa data digital dan hasil dari gambaran tersebut dapat disimpan dalam suatu media seperti disket, CD, maupun media penyimpanan lainnya, serta dapat ditampilkan kembali pada layar monitor komputer. Biasanya peta digital ini dibuat dengan menggunakan software GIS (Geography Information system). Ilmu yang mempelajari tentang peta dan pemetaan disebut dengan kartografi dan orang yang ahli dalam bidang peta dan pemetaan disebut kartograf. Setelah memahami benar-benar hakekat dari peta, tidaklah sulit untuk kemudian menelaah apa yang sebenarnya diperlukan sebagai syarat dari peta yang baik. Idealnya syarat peta yang baik mestinya : 1. Peta tidak boleh membingungkan 2. Peta harus dengan mudah dapat dimengerti atau ditangkap maknanya oleh si pemakai peta. 3. Peta harus memberikan gambaran yang sebenarnya. Ini berarti peta itu harus cukup teliti sesuai dengan tujuannya. 4. Karena peta itu dinilai melalui penglihatan (oleh mata), maka tampilan peta hendaknya sedap dipandang (menarik, rapih dan bersih).
12
“Menurut Bakosurtanal (2005) adapun usaha memenuhi persyaratan peta. Supaya peta tidak membingungkan, peta dilengkapi dengan : (1). Keterangan atau legenda. (2) Skala peta. (3). Judul peta (apa isinya).(4) Bagian dunia mana”. Sebuah peta harus teliti. Sehubungan dengan itu, perlu diingatkan bahwa tingkat ketelitian harus disesuaikan dengan tujuan peta dan jenis peta, serta kesanggupan sekala peta itu dalam menyatakan ketelitian. Sebagai contoh : 1. Jenis peta : Peta Penggunaan Tanah 2. Tujuan
peta
:
Memperlihatkan
bentuk-bentuk
pemanfaatan
atau
pengusahaan tanah oleh manusia. 3. Skala peta : 1:50.000 4. Yang harus teliti : Jenis-jenis penggunaan tanah apa yang dapat digambarkan dengan sekala peta tersebut. Jenis penggunaan tanah sekala 1:50.000 tentunya harus lebih teliti atau rinci dari jenis penggunaan tanah sekala 1:250.000 misalnya. Menurut Bakosurtanal (2005) setelah kita memahami konsep dasar dari penyusunan peta tersebut di atas, menjadi semakin mudah untuk menyimak apa saja komponen peta yang baik. Adapun komponen peta terdiri dari : 1. Isi Peta. Isi peta menunjukan isi dari makna ide penyusun peta yang akan disampaikan kepada pengguna peta. Kalau ide yang disampaikan tentang perbedaan curah hujan , isi peta tentunya berupa isohyet. 2. Judul Mencerminkan isi sekaligus tipe peta. Penulisan judul biasanya di bagian atas tengah, atas kanan, atau bawah. Walaupun demikian, sedapat mungkin di letakkan di kanan atas. 3. Legenda. Legenda adalah keterangan dari simbol-simbol yang merupakan kunci untuk memahami peta. 4. Orientasi/tanda arah. Pada umumnya, arah utara ditunjukkan oleh tanda panah ke arah atas peta. Letaknya di tempat yang sesuai jika ada garis lintang dan bujur, koordinat dapat sebagai petunjuk arah.
13
5. Nomor Peta. Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan seluruh lembar peta terangkai dalam satu bagian muka bumi. 6. Skala. Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya di lapangan. Skala ditulis di bawah judul peta, di luar garis tepi, atau di bawah legenda. 7. Simbol Peta. Simbol peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang ada permukaan bumi yang terdapat pada peta kenampakannya, jenis-jenis simbol peta antara lain: a. Simbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional. b. Simbol garis, digunakan untuk menyajikan data yang berhubungan dengan jarak. c. Simbol area, digunakan untuk mewakili suatu area tertentu dengan simbol yang mencakup area tertentu. Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah utara lazimnya mengarah pada bagian atas peta. Kemudian berbagai tata letak tulisan mengikuti arah tadi, sehingga peta nyaman dibaca dengan tidak membolak-balik peta. Lebih dari itu, arah juga penting sehingga si pemakai dapat dengan mudah mencocokan objek di peta dengan objek sebenarnya di lapangan. Apabila kita diperhatikan, pada sebuah peta banyak terdapat simbolsimbol. Menurut (www.geografibumi.blogspot.com/2009/09/pengertian peta.html. di akses pada tanggal 16 februari 2013), berikut ini adalah mengenai simbolsimbol berdasarkan bentuknya a) Simbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional, seperti simbol kota, titik trianggulasi (titik ketinggian) tempat dari permukaan laut. Contoh: simbol titik. b) Simbol garis, digunakan untuk menyajikan data geografis seperti simbol sungai, batas wilayah, jalan, dsb. Contoh: simbol garis. c) Simbol luasan (area), digunakan untuk menunjukkan kenampakan area seperti: padang pasir, rawa, hutan. Contoh: simbol luasan (area). d) Simbol aliran, digunakan untuk menyatakan alur atau gerak. Contoh: simbol aliran.
14
e) Simbol batang, digunakan untuk menyatakan suatu harga/dibandingkan dengan harga/nilai lainnya. Contoh: simbol batang. f) Simbol lingkaran, digunakan untuk menyatakan kuantitas (jumlah) dalam bentuk prosentase. Contoh: simbol lingkaran. g) Simbol bola, digunakan untuk menyatakan isi (volume), makin besar simbol bola menunjukkan isi (volume) makin besar dan sebaliknya makin kecil simbol bola berarti isi (volume) makin kecil. Contoh: simbol bola h) Warna Peta. Warna peta digunakan untuk membedakan kenampakan atau objek di permukaan bumi, memberi kualitas atau kuantitas simbol di peta, dan untuk keperluan estetika peta. Warna simbol ada 5 yaitu hijau, kuning, coklat, biru muda dan biru tua. Menurut (www.geografibumi.blogspot.com/2009/09/pengertian peta.html. Di akses pada tanggal 16 februari 2013) peta berdasarkan isi data yang disajikan, yakni peta yang menggambarkan kenampakan bumi, baik fenomena alam atau budaya. Menurut (www.geografibumi.blogspot.com/2009/09/pengertian peta.html. Di akses pada tanggal 16 februari 2013) peta umum dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: Pertama .Peta topografi yaitu peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya. Pengg ambaran relief permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama. Kedua .Peta chorografi yaitu peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang. Contoh peta chorografi adalah atlas. Ketiga . Peta dunia yaitu peta umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah yang sangat luas. Keempat . Peta Turunan (Derived Map) yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan. Kelima . Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan. Keenam .Peta Berdasarkan Skala.
15
Peta merupakan media penyajian informasi bereferensi geografis dari suatu wilayah, dan peta dibuat untuk kepentingan orang lain, yaitu pengguna peta atau pembaca peta (map reader). Oleh karena itu, fungsi peta adalah memberikan informasi tentang suatu obyek kepada pengguna peta agar informasi tersebut dapat dimanfaatkan. Dalam melakukan desain kartografi perlu difahami arti suatu informasi dan manfaatnya bagi pengguna peta. Tanpa memahaminya, sukar bagi seorang kartographer untuk membuat peta yang mempunyai nilai informasi (informatif). Banyak peta yang menyajikan informasi sesuai dengan tema petanya; tetapi apakah peta tersebut mempunyai nilai informasi, masih perlu dipertanyakan. Contoh: Pembuatan peta vegetasi wilayah tertentu. Pengguna peta atau pembaca peta (map reader) akan bertanya: dimana lokasi hutan tersebut (keadaan fisik: dirawa, tanah kering datar atau berbukit/gunung; fungsi hutan: apakah terletak di hutan lindung, hutan produksi atau diluar kawasan) dan bagaimana kondisinya (hutan perawan, bekas tebangan, atau terdapat areal bukan hutan). Kejelasan informasi tersebut penting untuk pengguna peta, khususnya dalam memberikan perlakuan terhadap wilayah tersebut. Namun, karena berbagai keterbatasan (skala peta, tersedianya data.) tidak semua keinginan dan harapan pengguna peta terpenuhi. Sehubungan dengan informasi yang akan disajikan kedalam peta, perlu kejelasan, mana informasi utama dan mana informasi tambahan agar peta mudah dipahami isinya.
16
Informasi dasar, yaitu unsur-unsur pada peta dasar yang perlu atau tidak perlu disajikan sebagai latar peta tematik (berhubungan dengan generalisasi). Pertama. Informasi pokok, yaitu informasi yang berkaitan dengan tema peta. Apakah hutan perlu diklasifikasi atau distratifikasi. Apakah batas fungsi hutan atau batas administrasi perlu dicantumkan. Kedua. Informasi penunjang, yaitu informasi yang diharapkan dapat melengkapi informasi pokok dan ada relevansinya untuk dicantumkan dalam peta. Informasi apa saja yang perlu dicantumkan pada peta tematik sulit dirinci. Hal ini sangat tergantung kepada tema peta, tersedianya data dan karakteristik serta relevansinya. Apabila unsur-unsur dan informasinya terlalu banyak, maka petanya akan menjadi ruwet dan sukar dibaca; sedangkan kalau informasinya terlalu sedikit, peta menjadi kurang informatif. Menurut Bakosurtanal (2005) fungsi peta adalah menyajikan suatu informasi tentang suatu obyek kepada pembaca peta. Agar informasinya mudah diterima dan cepat dipahami, maka cara penyampaiannya harus jelas, dengan bahasa sederhana. Bahasa peta adalah simbol-simbol (titik, garis dan luasan/areal, kualitatif/kuantitatif, warna, notasi, arsir) yang merupakan sistim komunikasi antara pembuat peta dengan pembaca peta. Pokok permasalahannya adalah bagaimana membuat simbol-simbol dan menempatkan kedalam ruang peta sehingga pembaca peta dapat membacanya dengan mudah dan menafsirkan artinya dengan benar. Peta adalah untuk dilihat pada jarak pandang tertentu, yang kemudian dipelajari dan dikaji isinya. Apabila pembaca peta tidak memahaminya maka peta akan kehilangan arti dan fungsinya. Oleh karena itu, simbol harus dibuat dengan jelas dan tegas, dan antara satu dengan simbol yang lain harus dapat dibedakan dengan mudah. Perbedaan simbol-simbol dapat berupa: bentuk, ukuran (besar, lebar), ketebalan, kerapatan, warna dan gradasinya.
17
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media peta sangat di butuhkan oleh manusia jika dalam kesulitan untuk mencari dan menemukan tempat atau wilayah yang ingin dituju. 2.3 Hakekat Pembelajaran 1) Pengertian Pembelajaran Pembicaraan tentang pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari istilah kurikulum dan pengertiannya. Secara singkat hubungan keduanya dapat dipahami sebagai berikut: pembelajaran merupakan wujud pelaksanaan (implementasi) kurikulum.,
atau
pembelajaran
ialah
kurikulum
dalam
kenyataan
implementasinya. Pembelajaran ialah hal membelajarkan, yang artinya mengacu ke segala daya upaya bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana menghasilkan peristiwa belajar di dalam diri orang tersebut. Berdasarkan hal tersebut, terkandung pengertian bahwa pembelajaran bisa berlangsung tanpa kehadiran guru. Kalaupun guru hadir, ia bukan seorang “penyampai bahan”, atau “penyaji materi”, melainkan sekedar media, guru adalah media, dan ia salah satu saja dari media pembelajaran. Pembelajaran tanpa seorang guru mengasumsikan kemandirian dan otoaktivitas siswa selaku pebelajar. Depdiknas (2002:9) memberikan definisi pembelajaran sebagai berikut: “Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subyek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan demikian, jika pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, maka berarti pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas,
18
evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran. Sebaliknya jika pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangkaian upaya atau kegitan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Berdasarkan analisis teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu sistem atau proses yang dilakukan oleh seorang guru dalam rangka menghasilkan terjadinya peristiwa belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. 2)
Perencanaan Pembelajaran Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, langkah awal yang
dilakukan guru adalah menyusun perencanaan pembelajaran secara tertulis yang dituangkan dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus pada hakekatnya adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran yang merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam buku Panduan Penyusunan KTSP BNSP (2006:14), sebagai berikut: Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Berdasarkan uraian di atas komponen silabus harus memuat standar kompetensi,
kompetensi
dasar,
materi
pokok/pembelajaran,
kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.
19
Menyusun silabus guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan silabus. BNSP (2006:10-11) telah menetapkan penyusunan silabus, yakni: a) Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. b) Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik. c) Sistematis Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. d) Konsisten Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian. e) Memadai Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. f) Aktual dan Kontekstual Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. g) Fleksibel Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. h) Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor). Adapun langkah-langkah pengembangan atau penyusunan silabus BNSP (2006:10-11), adalah: 1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
20
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI; b.
keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
c. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran. 2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan: a.
potensi peserta didik;
b. relevansi dengan karakteristik daerah, c.
tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
d. kebermanfaatan bagi peserta didik; e.
struktur keilmuan;
f.
aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
g. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan h. alokasi waktu.
21
3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut. a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran. d. Rumusan
pernyataan
dalam
kegiatan
pembelajaran
minimal
mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
22
4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. 5. Penentuan Jenis Penilaian Penilaian
pencapaian
kompetensi
dasar
peserta
didik
dilakukan
berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian. a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi. b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya. c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya
23
dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa. d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan. e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan. 6. Menentukan Alokasi Waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. 7. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik,
24
narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran,
kegiatan
pembelajaran,
dan
indikator
pencapaian
kompetensi. 2.4 Pembelajaran Sejarah Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan zaman teori dan praktik pendidikan. Beberapa ahli berpendapat sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Kurikulum pola baru yang memberikan penjelasan bahwa kurikulum tidak terbatas hanya pada mata pelajaran saja, tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti bangunan sekolah, alat-alat pembelajaran, perlengkapan, perpustakaan, karyawan tata usaha, halaman sekolah dan lainlain. Kurikulum mencakup maksud, tujuan, isi proses, sumber daya, dan sarana-sarana evaluasi bagi semua pengalaman belajar yang direncanakan bagi para pembelajar baik di dalam maupun di luar sekolah dan masyarakat melalui pengajaran di kelas dan program-program terkait. Menurut S.K.Kochar, (2008: 69) Pendidikan merupakan suatu proses pemanusiaan manusia muda atau membantu proses humanisasi. Artinya, pendidikan harus membantu seseorang secara tekun dan mau bertindak sebagai manusia dan tidak sekedar instingtif untuk mempengaruhi sikap dan segala perbuatan seseorang sungguh sungguh bersifat manusiawi, berbudaya dan bernilai tinggi. Nilai merupakan hakekat suatu hal yang menyebabkan hal tersebut dikejar oleh manusia.
25
Pendidikan nilai sebagai proses penanaman dan pengembangan diri seseorang yang memiliki tugas dan kewajiban mengimplikasikan nilai etika dalam tiap proses perubahan serta membantu berkembangnya nilai-nilai tersebut. Proses ini bertujuan untuk membantu peserta didik dapat mengambil sikap dan keputusan dalam merencanakan kehidupan secara berarti. Belajar pada umumnya dilakukan dalam sebuah institusi pendidikan, namun anggapan tersebut sebuah kekeliruan. Manusia dari lahir sudah belajar yaitu belajar berbicara, belajar berjalan, dan lain sebagainya. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilaksanakan seseorang untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan proses dari dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk memperoleh perubahan dalam perilakunya. Para ahli pendidikan tersebut memaparkan bahwa belajar memerlukan proses atau tahapan yang bertujuan untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya sendiri. Lingkungan dalam belajar bisa berupa lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Belajar mempunyai beberapa aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuaan yang tidak terpisahkan. Kognitif adalah kemampuan siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah.
26
Terdapat emam tujuan kognitif yang diungkapkan Bloom, enam tujuan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan mengenal dan mengingat materi pelajaran. 2. Pemahaman (comprehension) yaitu kemampuan memahami makna materi pelajaran. 3. Penerapan (application) yaitu kemampuan untuk menerapkan materi pelajaran didalam lingkungan kerja. 4. Analisis (analysis) yaitu kemampun menguraikan materi ke dalam komponenkomponen terkecil serta faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. 5. Sintesa (synthesis) yaitu kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. 6. Evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Pengajaran nilai sejarah mengacu pada tujuan pendidikan yang lebih luas. Sasaran umum pembelajaran sejarah menurut S.K. Kochhar (2008: 27) adalah : 1. Mengembangkan pemahaman tentang diri sendiri melalui perspektif sejarah sebagai wujud hasil interaksi di masa lampau dengan lingkungan tertentu. Tanpa pendalaman terhadap faktor dan nilai sejarah orang akan gagal memahami identitasnya sendiri. 2. Memberikan gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang dan masyarakat, dimana konsep-konsep ini dapat menunjukkan kaitan antara masa sekarang dan masa lampau sebagai bagian dari sejarah perjuangan suatu bangsa. Tanpa kronologis dan konsep diatas kausalitas sejarah perjuangan dan pemahaman nilai suatu bangsa sulit terwujud. 3. Membuat masyarakat mampu mengevaluasi nilai-nilai dan hasil yang telah dicapai oleh generasinya. 4. Mengajarkan toleransi untuk menerima perbedaan nilai antar individu.
27
5. Menanamkan sikap intelektual untuk memahami sejarah sebagai suatu sistem kerja mental untuk menumbuhkan kesadaran dan pemahaman nilai sejarah. 6. Memperluas cakrawala intelektualitas peserta didik dalam mengambil keputusan penting secara bijaksana, rasional dan objektif dengan mempertimbangkan kausalitas dan kronologis masa lampau-masa kinimasa akan datang. 7. Mengajarkan prinsip-prinsip moral sebagai suatu bentuk pengetahuan praktis dengan memahami pengalaman masa lampau dan nilai-nilai historis yang menyertainya. Sejarah diakui sebagai metode yang strategis untuk menanamkan nilainilai luhur kebangsaan. Sejarah diajarkan dalam dunia pendidikan formal karena sejarah merupakan alat penting untuk membentuk warga yang baik dan untuk mengembangkan rasa cinta serta setia terhadap negara. Posisi cukup penting ini menempatkan pendidikan dan pemahaman sejarah perjuangan bangsa dalam suatu proses refleksi antropologis terhadap perubahan tingkah laku dan tindakan yang lebih bijaksana di masa yang akan datang (history makes man wise. Pengembangan kurikulum untuk setiap satuan pendidikan adalah: (1)Menganalisis Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yaitu kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 23 tahun 2006 dan Standar Isi (SI) mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI adalah: kerangka dasar dan
28
struktur kurikulum, standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006. 2.5 Pemanfaatan Peta Dalam Pembelajaran Sejarah Dewasa ini siswa dan bahkan guru sangat banyak yang tidak memahami dan mnguasai teknik pemanfaatan peta dalam pembelajaran sejarah. Ketika seorang siswa disuruh kedepan kelas mnunjukkan letak suatu kota atau daerah pada peta mereka sangat kesulitan dan bahkan tidak tahu sama sekali. Hal ini terjadi karena minimnya minimnya pengetahuan mereka tentang peta. Bahkan guru sejarah pernah penulis uji dalam diklat untuk menunjukkan letak sebuah kota dalam peta,mereka tidak mampu. Apakah penyebabnya ?, tak lain adalah karena mereka jarang menggunakan media peta dalam pembelajaran sejarah,padahal pembelajaran sejarah tanpa mnggunakan Peta, Atlas atau Globe hasilnya tidak akan maksimal. Informasi
yang
merupakan
hasil
suatu
pengolahan
data
dapat
dipresentasikan dalam bentuk lisan, tulis, dan visual. Peta yang banyak dikenal oleh masyarakat merupakan salah satu bentuk perjanjian visual dari suatu informasi kebumian. Budaya peta pada masyarakat Indonesia relatif ketinggalan dibandingkan Negara lain, walaupun peta sudah dikenal di Indonesia sejak periode abad ke empat belas dan lima belas. Atlas yang merupakan sekumpulan peta tersusun menjadi satu kesatuan dan memberikan infomasi kebumian, keberadaannya di Indonesia sudah cukup lama.
29
Digunakanya peta, atlas dan globe dalam proses belajar mengajar sejarah dapat menimbulkan peningkatan dan pemahaman siswa dalam domain kognitif terutama berkenaan dengan pengetahuan, pengertian, dan penerapan Menurut Taksonomi Bloom (2001:123) peta, atlas dan globe dalam proses belajar mengajar sejarah antara lain : 1) Peta memudahkan indentifikasi tentang letak lokasi, penyebaran, dan orientasi. 2) Peta memudahkan pemahaman konsep-konsep yang bertalian dengan unsur-unsur lingkungan, dan dapat memperbaiki, mengubah, dan memperkaya persepsi individual tentang lingkungan keruangan. Berdasarkan pengamatan selama ini terhadap peserta didik tenyata motivasi peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah untuk mempelajari peta, atlas, dan globe serta memanfaatkan informasi kebumian yang bernilai tinggi dirasakan belum optimal. Kenyataan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : 1) Masih kurangnya perhatian peserta didik pada ilmu kebumian.2) Penyajian peta pada Atlas yang kurang informative, interaktif dan komunikatif.3) Desain dan isi Atlas yang ada relatif sama dengan produk 10- 20 tahun yang lalu.4) Masih dianggap sebagai suatu buku yang perlu dihafal dan belum dianggap sebagai salah satu media komunikasi. Kurangnya minat peserta didik untuk mendalami dan memahami atlas mempunyai akibat secara tidak langsung dengan minat
masyarakat untuk
mengerti dan mempelajari peta ,atlas dan globe sebagai sumber imformasi kebumian. Berkaitan dengan hal diatas guru sebagai fasilitator pembelajaran guru di tuntut untuk meningkatkan konpetensinya serta memiliki wawasan yang luas dan senantiasa memperbaharui pengetahuan untuk memanfaatkan alternatif pilihan sumber-sumber belajar yang berguna bagi proses pembelajaran siswa
30
dengan tujuan agar guru dapat : 1) Memberikan dan meningkatkan kemampuan ketrampilan/pemahaman dalam menggunakan media serta alat peraga peta, atlas dan globe.2) Merangsang dan meningkatkan minat untuk menggunakan alat peraga peta, atlas dan globe dalam kegiatan belajar mengajar 3) Meningkatkan kualitas hasil proses belajar mata pelajaran sejarah di tingkat sekolah. 2.6 Kerangka Berpikir Penggunaan media peta dalam pembelajaran sejarah sangat membantu dalam proses pemberian materi pelajaran sekolah, hal ini tidak lagi menjadi sebuah hal yang tidak tabuh bagi kalangan dunia pendidikan terutama guru dan siswa sebagai pelaksana dimasing-masing satuan pendidikan. Penggunaan media peta di SMA Negeri 1 Bone khususnya pada mata pelajaran sejarah sangat membantu dalam proses pemberian materi dan membentuk wawasan serta pemahaman siswa untuk lebih mengetahui lebih mendalam terhadap materi-meteri yang berhubungan dengan konsep kewilayahan dalam sejarah. Dari deskripsi singkat di atas maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dijabarkan pada alur pikir sebagai berikut :
31
Media Peta
Pemanfaatan Media Peta
Guru
Siswa
Wawasan dan Pemahaman siswa dalam pembelajaran sejarah