13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori 1.
Penelitian dan Pengembangan Sugiyono (2009: 297) mengemukakan bahwa metode penelitian dan
pengembangan atau Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Menurut Borg dan Gall (2008: 772) menjelaskan “educational research and development (R&D) is a process used to develop and validate educational production” yang berarti penelitian dan pengembangan merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan menvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Nana Syaodih (2010: 164) mengemukakan penelitian pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada sebelumnya. Produk tersebut dapat berupa perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), dan lain-lain. Dari berbagai pendapat tentang penelitian dan pengembangan tersebut di atas, dapat disimpulkan pengertian penelitian dan pengembangan merupakan suatu usaha untuk menghasilkan produk tertentu yang nantinya akan dimanfaatkan dalam bidang tertentu dan dapat pula digunakan demi efektifitas suatu kegiatan yang membutuhkan proses. Salah satu contoh permasalahannya commit to user adalah dalam bidang pendidikan dan tentunya proses pembelajaran yang 13
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyertainya. Di mana pendidikan dan pembelajaran merupakan sebuah korelasi yang tidak mungkin terpisahkan karena selanjutnya akan selalu dikembangkan, dikaji, sehingga akan memunculkan keterkaitannya (relevan) dengan bidang lain di sekitarnya. 2.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Menurut Aziz Wahab (Depdiknas, 2005: 11) mengemukakan ilmu pengetahuan sosial adalah sejumlah konsep mata pelajaran sosial dan ilmu lainnya yang dipadukan berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan yang bertujuan membahas masalah sosial atau bermasyarakat dan kemasyarakatan untuk mencapai tujuan khusus pendidikan melalui pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada tingkat pra-sekolah. Sedangkan menurut kurikulum Pendidikan Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan sejarah. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu perwujudan dari suatu pendekataninterdisiplin darai dari ilmu-ilu social dengan mengintegrasikan bahan atau materi atau konsep-konsep ilmu sosial tersebut untuk memahami masalah-masalah sosial
yang
diberikan di
sekolah
sebagai
suatu
program pengajaran (Depdiknas, 2005). Kosasih Djahiri (Depdiknas, 2005: 3) menyatakan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang merupakan suatu fusi atau paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial atau merupakan suatu pelajaran yang menggunakan bagian-bagian tertentu dari ilmu-ilmu sosial. commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu mata pelajaran yang diberikan di sekolah mempunyai tujuan untuk mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dengan menitik beratkan pada pengembangan individu yang dapat memahami masalah-masalah yang berada dalam lingkungan, baik yang berasal dari lingkungan alam yang membahas interaksi antar manusia dengan lingkungan, baik sebagai individu atau sebagai anggota dan masyarakat, selain itu dapat berfikir kritis dan kreatif dan dapat melanjutkan serta mengembangkan nilai-nilai budaya bangsa (Depdiknas, 2005: 7). Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diberikan untuk membina generasi penerus agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata
kehidupannya,
menghayati
tuntutan
keharusan
dan
pentingnya
bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan serta mahir berperan erat di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik (BSNP, 2007:18). b. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Berdasarkan permendiknas RI No. 22 tahun 2006 yang berisi tentang standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar Mata pelajaran IPS untuk tingkat SMP bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan nasyarakat dan lingkungannya 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social commit to user 3) Memiliki komitmen terhadap nilai-nilai social dan kemanusiaan
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional dan global Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid Sumaatmadja, 2006: 76) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara”. Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu: (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemar Hamalik, 1992: 40-41). Tujuan utama ilmu pengetahuan sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya maupun yang terjadi pada masyarakat. Tujuan tersebut dapat tercapai manakala program-program pembelajaran IPS di sekolah diorganisasi dengan baik (Awan Mutakin, 1998: 51). c. Ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial Ruang lingkup IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Manusia, tempat dan lingkungan 2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 3) Sistem sosial dan budaya 4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan 3.
Media Pembelajaran Audio Visual commit to user a. Pengertian Media Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
Uno (2010: 122) mengungkapkan media dalam pembelajaran adalah segala bentuk komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber ke peserta didik. Tujuannya adalah merangsang mereka untuk mengikuti kegitan pembelajaran media. Selain digunakan untuk mengantarkan pembelajaran secara utuh, dapat juga dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran, memberikan penguatan maupun motivasi. Sri Anitah (2011: 2) mengatakan bahwa media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dengan pengertian itu, guru atau dosen, buku ajar, lingkungan adalah media pembelajaran. Setiap media merupakan sarana untuk menuju ke suatu tujuan. Di dalamnya terkandung informasi yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Informasi ini mungkin didapatkan dari buku-buku, rekaman, internet, film, mikrofilm, dsb. Semua itu adalah media pembelajaran karena memuat informasi yang dapat dikomunikasikan kepada pebelajar. Asyhar (2012: 8) mengemukakan bahwa media pembelajaran dapat dipahami sebagai “segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Dari berbagai pengertian media pembelajaran oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa definisi media pembelajaran adalah suatu alat atau perantara yang mempermudah proses pembelajaran dalam hal ini adalah commit to user mempermudah penyampaian pesan atau informasi (materi pelajaran) oleh
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
guru kepada peserta didik, di mana dalam media pembelajaran tersebut termuat stimulus berupa unsur motivasi yang mendatangkan keingintahuan peserta didik sehingga peserta didik menjadi lebih kritis. b. Media Audio Visual 1) Media Audio Asyhar (2012: 73) mengemukakan, media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya dapat diterima oleh indera pendengaran. Pesan atau informasi yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif berupa kata-kata, musik, dan efek suara (sound effect). Media audio memiliki jenis dan bentuk yang bervariasi, diantaranya adalah radio, piringan hitam, pita kaset suara, compact disc (CD). Menurut Sri Anitah (2011: 40), media audio merupakan suatu media untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima pesan melalui indera pendengaran. Agar media tersebut benar-benar dapat membawakan pesan yang mudah diterima oleh pendengar, harus digunakan bahasa audio. Secara sederhana bahasa audio adalah bahasa yang memadukan elemen-elemen suara, bunyi dan musik, yang mengandung nilai abstrak. Misalnya: bahasa puitis, musik yang agung, suara yang merdu, dan lain-lain. Terdapat beberapa kelebihan media audio menurut Sri Anitah (2011: 40), antara lain: tidak begitu mahal untuk kegiatan pembelajaran; audio-tape cukup hemat, sebab suatu rekaman dapat dihapus dan diganti dengan materi yang baru; dapat digunakan untuk pembelajaran kelompok commit to user maupun individual; pebelajar yang tuna netra maupun tna aksara dapat
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belajar melalui media audio; untuk anak yang masih kecil atau untuk anak pebelajar yang belum dapat membaca, media audio dapat membentuk pengalaman belajar bahasa permulaan; media audio dapat membawakan pesan verbal yang lebih dramatis daripada media cetak; dengan sedikit imajinasi guru, program audio dapat bervariasi; audio cassette tape-recorder dapat dibawa kemana-mana dan dapat digunakan di lapangan dengan batery; cassette tape-recorder sangat ideal untuk belajar mandiri di rumah, karena bahan pembelajaran pada pita kaset mudah diperbanyak bila diperlukan; serta media audio yang berformat digital sangat menarik pehatian. Di samping memiliki kelebihan, media audio juga memiliki kelemahan (Sri Anitah, 2011: 41), antara lain: melalui media audio kaset, dapat mendengarkan urutan penyajian yang tetap, bahkan bila diputar kembali, akan terdengar hal-hal yang sama. Hal ini kadang-kadang membosankan; tanpa ada penyaji yang bertatap muka langsung dengan pebelajar, beberapa diantara pebelajar kurang memperhatikan penyajian itu; pengembangan program audio yang baik, akan banyak menyita waktu; penentuan cara penyampaian informasi dapat menimbulkan kesulitan bila pendengar memiliki latar belakang serta kemampuan mendengar yang berbeda; serta tidak dapat diperoleh balikan secara langsung karena hanya ada satu jalur penyampaian informasi. 2) Media Visual Media visual yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan semata-mata dari peserta didik. commit to user Dengan media ini, pengalaman belajar yang dialami peserta didik sangat
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tergantuung pada kemampuan penglihatannya. Beberapa media visual antara lain: (a) media cetak seperti buku, modul, jurnal, peta, gambar, dan poster, (b) model dan prototipe seperti globe bumi, dan (c) media realitas alam sekitar dan sebagainya (Asyhar, 2012: 45). Kelebihan dari media visual adalah sebagai berikut: berbagai materi pelajaran dapat ditunjukkan secara langsung diambil dari buku, koran,
majalah,
peta,
dan
sebagainya;
perangkat
lunak
tidak
membutuhkan biaya banyak; dapat dipakai berulang-ulang; dan berbagai objek tiga dimensi seperti serangga, mata uang, daun, dapat diproyeksikan (Anitah, 2011: 34-35). Kelemahan dari media visual adalah: tidak dapat menunjukkan gambar yang terang karena materi yang dipertunjukkan tidak tembus cahaya, kecuali diperketat dan ruangan gelap; materi yang diproyeksikan dapat rusak bila terlalu lama diproyeksikan (melengkung atau hangus) karena pemantulan cermin dengan lampu yang cukup besar; pesawat kurang aman bila tersentuh karena panas; dan membutuhkan ruang yang betul-betul gelap, maka kurang cocok untuk pembelajaran (siswa tak dapat mencatat) (Anitah, 2011: 35). 3) Media Audio Visual Media audio visual merupakan media yang dapat dilihat dan dapat didengar. Menurut Hujair (2009: 102), media audio visual ialah seperangkat
alat
yang
mempunyai
fungsi
untuk
atau
dapat
memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Media pembelajaran berbasis audio visual ini akan menghasilkan media pembelajaran yang commit to user memadukan antara gambar dan suara. Kemudian ditambahkan Hujair
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2009: 103) dalam media audio visual paduan antara gambar dan suara membentuk karakter yang sama dengan objek aslinya. Menurut Sri Anitah (2011: 49), media audio visual adalah media yang dapat dilihat dan didengar. Melalui media ini, seseorang tidak hanya dapat melihat atau mendengar saja, tetapi dapat melihat sekaligus mendengarkan sesuatu yang divisualisasikan. Azhar Arsyad (2011: 30) mengemukakan bahwa pembelajaran melalui audio visual adalah produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa. Dari berbagai pengertian mengenai media audio visual tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa media audio visual merupakan media yang memanfaatkan indera penglihatan dan pendengaran dalam penerimaan pesan atau materi yang disampaikan sehingga dibuat media yang memiliki rangsangan untuk membangkitkan kinerja indera tersebut. Media audio visual dibuat semenarik mungkin. Karena pada masa sekarang peserta didik lebih suka mengamati sesuatu atau melihat tampilan yang akan memunculkan imajinasi yang konkret mengenai sebagai contohnya seperti peristiwa sejarah lokal yang pernah terjadi di Madiun yaitu pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948 atau lebih dikenal dengan sebutan Madiun Affair. Menurut Ronald Anderson (1994:103-105) bahwa dalam media video terdapat kelebihan, antara lain: dapat digunakan untuk klasikal atau commit to user individual; dapat digunakaan seketika; digunakan secara berulang; dapat
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
menyajikan materi secara fisik tidak dapat bicara kedalam kelas; dapat menyajikan objek yang bersifat bahaya; dapat menyajikan obyek secara detail; tidak memerlukan ruang gelap; dapat diperlambat dan dipercepat; menyajikan gambar dan suara. Sementara itu kekurangan media video antara lain: sukar untuk dapat direvisi; relatif mahal; serta memerlukan keahlian khusus. 4.
Peristiwa Sejarah Lokal a. Pengertian Sejarah Lokal Karena istilah sejarah daerah dan sejarah regional cenderung bias, maka perlu diciptakan istilah yang bersifat netral dan tunggal (Abdullah, 1985: 14). Pengertian lokal tidak berbelit-belit seperti daerah atau regional. Istilah lokal mempunyai arti suatu tempat, atau ruang sehingga sejarah lokal menyangkut lokalitas tertentu yang disepakati oleh para penulis sejarah, atau sejarawan dengan alasan-alasan ilmiah (Priyadi, 2012: 6). Ketika kita berbicara sejarah lokal disini bukan sejarah lokal tradisi, semisal babad, hikayat, lontara, tambo, ataupun lainnya. Melainkan sejarah yang menceritakan regionalitas, kedaerahan secara batasan-batasan tertentu. Misalkan melalui batasan-batasan geografis atau keberadaan suku yang mendiami tempat tersebut . Atau istilah lainnya ialah sejarah daerah (Moh. Ali, 2005: 155). Secara prinsipil, semua peristiwa yang tertulis dalam SNI (Sejarah Nasional Indonesia) adalah peristiwa lokal. Realitas itu, tidak dapat terbantahkan karena setiap lokalitas menjadi ajang peristiwa sejarah. Kemudian, ada proses klasifikasi terhadap peristiwa-peristiwa sehingga ada commit to user yang menganggap bahawa peristiwa tertentu hanyalah peristiwa lokal saja,
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sedangkan yang lain dinilai mempunyai kadar sebagai peristiwa nasional. Namun, sesungguhny, semua peristiwa bisa dipandang sebagai peristiwa yang bertaraf masional. Hal itu tergantung dari sudut pandang orang yang melakukan penilaian. Penilaian tersebut jelas subjektif karena didasarkan kepada pendapat-pendapat individual. Setiap individu mempunyai dasar sendiri-sendiri. Namun, pertemuan diantara pendapat-pendapat individu akan melalui proses intersubjektif sehingga akan mengarah ke objektivitas (Priyadi, 2012: 16-17). Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah lokal adalah peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau di suatu daerah atau tempat. Peristiwa tersebut nantinya juga akan mempengaruhi sejarah nasional.
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Peristiwa PKI Madiun 1948 Pada tanggal 11 Agustus 1948, Musso seorang pemimpin PKI pada tahun 1920-an yang menganut pemikiran Stalinis tiba di Yogyakarta dari Uni Soviet. Pada awal bulan September partai-partai penting yang beraliran kiri dalam Front Demokrasi Rakyat telah membubarkan diri dan bergabung dengan PKI. PKI mendorong dilakukannya demonstrasi-demonstrasi dan pemogokan-pemogokan oleh kaum buruh dan para petani. Kaum tani dodorong mengambil alih ladang para tuan tanah di Surakarta dan daerah lainnya. Para tuan tanah (banyak dari mereka adalah kaum santri), para kepala desa, kaum birokrat, pimpinan pusat Republik, dan kekuatan-kekuatan militer yang pro-pemerintah menyadari bahwa mereka menghadapi suatu yang serius (Ricklefs, 1991: 343-344). Pada pertengahan bulan September 1948 pertempuran terbuka antara kekuatan-kekuatan bersenjata yang pro-PKI dan pro-pemerintah telah meletus di Surakarta. Pada tanggal 17 September Divisi Siliwangi berhasil memukul mundur para pendukung PKI dari kota Surakarta ke Madiun. Pada tanggal 18 September para pendukung PKI tersebut merebut tempat-tempat strategis di Madiun, membunuh tokoh-tokoh yang pro-pemerintah, dan mengumumkan melalui radio bahwa suatu pemerintahan Front Nasional telah terbentuk. Musso, Amir, dan para pemimpin PKI lainnya bergegas pergi ke Madiun untuk menangani usaha kudeta pradini ini. Soedirman terjepit dalam posisi yang sulit. Dia bersimpati pada satuan-satuan yang pro-PKI yang tidak setuju dengan demobilisasi dan kurang mendukung tindakan-tindakan Republik, tetapi dia juga menentang setiap usaha yang dilakukan Musso dn PKI untuk commit to user memperoleh
pengaruh
terhadap
pemerintah
Republik
yang
akan
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyebabkan timbulnya usaha-usaha untuk memaksakan kekuasaan PKI atas pihak tentara (Ricklefs, 1991: 344-345). Ketika diproklamirkan Republik Soviet Indonesia pada tanggal 18 September 1948 di Madiun, beribu-ribu manusia dengan membawa senapan, kelewang, sabit, pentungan, dan senjata lainnya bergerak dari berbagai arah ke segala arah. Pesantren-pesantren yang berisi para kiai dan santri militan yang menjadi musuh mereka diterjang. Mereka juga menyerbu Polres, Polsek, Depo Militer, Kantor Distrik Militer, kabupaten, kejaksaan, kecamatan, bahkan kelurahan. Magetan, sebagai kawasan paling dekat dengan ibu kota Karesidenan Madiun dalam tempo beberapa hari telah jatuh ke tangan FDR/PKI. Di desa Soco, Magetan, terdapat sumur-sumur yang sengaja dibuat untuk mengubur korban pembantaian. Begitu pula di desa Kresek, Madiun (Suratmin, 2012: 40-41). Pada tanggal 19 September sekitar 200 anggota PKI di Yogyakarta ditangkap. Malam itu Soekarno mengecam para pemberontak Madiun melalui radio dan menghimbau bangsa Indonesia agar bersatu dengan dirinya dan Hatta daripada dengan Musso dan rencana-rencananya membentuk suatu pemerintahan dengan gaya Soviet (Ricklefs, 1991: 345). Pada tanggal 30 September kaum pemberontak meninggalkan Madiun dan terus dikejar oleh pasukan-pasukan yang pro-pemerintah ke wilayah-wilayah pedesaan. Musso tewas pada 31 Oktober. Amir ditembak mati bersama-sama dengan pemimpin-pemimpin terkemuka PKI lainnya (Ricklefs, 1991: 345). B. Penelitian yang Relevan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
Dalam bagian ini akan dikemukakan beberapa hasil penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini : Andi Kristanto (2010), dalam tesis yang berjudul “Pengembangan Media Komputer Pembelajaran Multimedia Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Sistem Tata Surya Bagi Siswa Kelas 2 Semester I Di SMAN 22 Surabaya” menunjukkan hasil uji coba terhadap siswa diperoleh prosentase > 90% sehingga hal ini menunjukkan bahwa media pembelajaran efektif untuk dimanfaatkan. Muhamad Choiri (2011), dalam tesis yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Multimedia Interatif Kompetensi Mengoperasikan Software Desain Grafis Vektor Bagi SMK Program Multimedia” menunjukkan analisis hasil post test diketahui dari 36 peserta didik dalam uji coba lapangan dinyatakan berhasil mencapai ketuntasan belajar sejumlah 36 orang peserta didik (100%) dengan KKM 70. Keefektifan produk diuji dengan uji t yang menunjukkan Fhit = 2.80 > 1.96 = Ftabel, hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara prestasi yang diperoleh peserta didik yang menggunakan bahan ajar multimedia interaktif dengan peserta didik kelompok lain yang belajar dengan mengikuti presentasi (demonstrasi) guru tanpa disertai bahan ajar. Muhamad Ali (2009), dalam tesis yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Interaksi Mata Kuliah Medan Elektromagnetik” menunjukkan penilaian ahli media pembelajaran yang diukur berdasarkan dimensi kualitas yang meliputi aspek operasional, tampilan dan interaksi dengan rata-rata 3,74 skala likert sehingga layak digunakan untuk belajar mandiri. Respon mahasiswa terhadap media pembelajaran yang dikembangkan sangat baik untuk mendukung belajar mandiri yang ditunjukkan dengan skor rata-rata penilaian 3,23 pada skala commit to user likert.
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Oda
Judithia
Widianing
(2009),
dalam
tesis
yang
berjudul
“Pengembangan Multimedia Pembelajaran Berbasis Komputer Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kalijambe, Sragen, Jawa Tengah” menunjukkan bahwa multimedia pembelajaran yang dikembangkan memperoleh rerata skor dari ahli materi 3,94 (baik) dan dua ahli media 3,97 (baik). Pada uji kelayakan subyek data diperoleh rerata skor dari uji coba satu-satu 4,09 (baik), uji coba kelompok kecil 4,11 (baik), dan uji coba lapangan 4,25 (baik sekali). Untuk melihat keefektifan multimedia digunakan uji t. Dari hasil uji t diperolehFhit = 5,11 > 1,96 = Ftabel, karena Fhit > Ftabel maka H0 ditolak. Dengan ditolaknya H0, berarti kedua kelompok memiliki prestasi belajar yang tidak sama. Karena rerata prestasi belajar kelompok yang menggunakan produk multimedia pembelajaran yang sedang dikembangkan = 76,67 > rerata prestasi belajar kelompok yang menggunakan bahan ajar buku (non multimedia) = 60,63 sehingga dapat disimpulkan dari hasil nilai rerata tersebut bahwa kelompok yang menggunakan produk multimedia pembelajaran memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada kelompok yang menggunakan bahan ajar buku (non multimedia). Herdi Ryan Santoso (2012), dalam tesis yang berjudul “Pengembangan Multimedia Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMK Ma’arif Kebumen” menunjukkan skor rata – rata pre tes adalah 46, sedangkan skor rata – rata post tes adalah 89 menunjukkan ada kenaikan sebesar 43 %. Hasil uji t diperoleh nilai t hitung = 7.083 > t tabel = 2.021, nilai t hitung > t table (8,34 > 2,04). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, berarti menggunakan CD pembelajaran dapat meningkatkan nilai belajar siswa. ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan commit to user antara nilai yang diperoleh sebelum dan sesudah menggunakan CD pembelajaran.
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil tersebut menunjukkan bahwa multimedia pembelajaran bahasa Inggris yang dikembangkan peneliti layak digunakan sebagai media pembelajaran maupun sumber belajar. C. Kerangka Berpikir Dalam proses belajar mengajar tentunya dibutuhkan suatu alat bantu untuk menyampaikan materi pembelajaran, agar lebih mudah diterima oleh siswa. Alat bantu pembelajaran itulah yang banyak disebut sebagai media pembelajaran. Media pembajaran yang digunakan sekarang ini tidak terbatas hanya papan tulis, alat praktikum dan buku-buku pelajaran, tetapi telah berkembang menggunakan sarana yang lebih mudah dengan mengikuti teknologi yang semakin hari semakin berkembang. Kejadian-kejadian yang dilihat siswa sehari-hari, film, ataupun permainan-permainan
komputer
sebenarnya
banyak
mengandung
aspek
pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Komputer sebagai salah satu media pembelajaran telah banyak dikembangkan oleh para pendidik untuk menjadi media pembelajaran yang efektif. Dengan memanfaatkan komputer dapat ditampilkan materi pelajaran dalam bentuk tulisan; gambar; suara; gambar bergerak/film, yang dapat membantu memberi stimulan pada peserta didik untuk lebih memahami materi pembelajaran tersebut. Akan tetapi banyak dijumpai para pendidik yang menguasai materi pembelajaran,
tetapi
tidak
dapat
menghadirkan
banyak
bentuk
materi
pembelajaran tersebut dengan menggunakan media. Perlunya suatu program atau bentuk media pembelajaran dengan komputer yang mudah digunakan dan dipakai sebagai media pembelajaran yang efektif oleh pendidik dan siswa, agar dapat commit to user dihadirkan materi pembelajaran dalam bentuk-bentuk tersebut di atas.
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Media pembelajaran tersebut harus mampu menghadirkan beberapa bentuk materi pembelajaran seperti media pembelajaran audio visual berbasis peristiwa lokal berupa sound slide yang didalamnya mengandung foto, teks, dan suara dalam satu bentuk atau satu wadah program, agar lebih mudah digunakan dan membuat materi pembelajaran tersebut mudah dipahami. Media pembelajaran ini diharapkan dapat membantu peserta didik berfikir historis terhadap materi pembelajaran, menarik dan dapat membuat siswa merasakan kejadian nyata melalui simulasi. Pengembangan media pembelajaran audio visual berupa sound slide yang berbasis peristiwa sejarah lokal dapat dibuat menggunakan banyak perangkat lunak (software) yang dapat mengolah teks dari program komputer, seperti salah satu contohnya adalah Windows Movie Maker. Windows Movie Maker dipilih dalam pembuatan media pembelajaran audio visual berupa sound slide atau pemutaran hasil potret dari sebuah kamera yang nantinya akan ditampilkan dalam bentuk video pembelajaran. Di bawah ini disajikan bagan kerangka berpikir dalam penelitian dan pengembangan media pembelajaran audio visual berbasis peristiwa lokal:
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kondisi ideal yang diharapkan
Masalah
Media pembelajaran Sejarah menggunakan audio visual kelas IX SMP
Kajian teori
Validasi/ Evaluasi
Instrumen
Kenyataan
Tidak Valid/ Tidak Layak
Valid/Layak
Produk Media Pembelajaran Sejarah Menggunakan Audio Visual Berbasis Peristiwa Sejarah Lokal di Madiun
Gambar 1 Kerangka Berpikir
commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Model Hipotetik Berdasarkan kajian teori dan pengamatan di lapangan, diajukan model hipotetik media pembelajaran audio visual berupa sound slide untuk menumbuhkan kesadaran sejarah siswa. Model hipotetik ini mengadopsi dari model ADDIE (Molenda, 2008: 107-109). Dimana model ADDIE menggunakan lima tahap pengembangan, antara lain: 1.
Analysis (analisa) Analisis merupakan tahap pertama yang harus dilakukan oleh seorang
pengembang pembelajaran. Kaye Shelton dan George Saltsman menyatakan ada tiga segmen yang harus dianalisis yaitu siswa, pembelajaran, serta media untuk menyampaikan bahan ajarnya. Langkah-langkah dalam tahapan analisis ini setidaknya adalah: menganalisis siswa; menentukan materi ajar; menentukan standar kompetensi (goal) yang akan dicapai; dan menentukan media yang akan digunakan. 2.
Design (desain / perancangan) Pendesainan dilakukan berdasarkan apa yang telah dirumuskan dalam
tahapan analisis. Tahapan desain adalah analog dengan pembuatan silabus. Dalam silabus tersebut harus memuat informasi kontak, tujuan-tujuan pembelajaran, persyaratan kehadiran, kebijakan keterlambatan pekerjaan, jadwal pembelajaran, pengarahan, alat bantu komunikasi, kebijakan teknologi, serta desain antar muka untuk pembelajaran. Langkah-langkah dalam tahapan ini adalah membuat silabus yang di dalamnya termasuk: memilih standar kompetensi (goal) yang telah dibuat dalam tahapan analisis; menentukan kompetensi dasar (objektive); menentukan indikator keberhasilan; memilih bentuk penilaian; menentukan sumber atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
bahan-bahan belajar; menerapkan strategi pembelajaran; membuat storyboard; mendesain antar muka. 3.
Development (pengembangan) Tahapan ini merupakan tahapan produksi dimana segala sesuatu yang
telah dibuat dalam tahapan desain menjadi nyata. Langkah-langah dalam tahapan ini diantaranya adalah: membuat objek-objek belajar (learning objects) seperti dokumen teks, animasi, gambar, video dan sebagainya; membuat dokumendokumen tambahan yang mendukung. 4.
Implementation (implementasi / eksekusi) Pada tahapan ini sistem pembelajaran sudah siap untuk digunakan oleh
user. Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah mempersiapkan dan memasarkannya ke target user. 5.
Evaluation (evaluasi / umpan balik) Evaluasi dapat dilakukan dalam dua bentuk evaluasi yaitu formatif dan
sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama dan di antara tahapan-tahapan tersebut. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang dibuat sebelum versi terakhir diterapkan. Evaluasi sumatif dilakukan setelah versi terakhir diterapkan dan bertujuan untuk menilai keefektifan pembelajaran secara keseluruhan. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan dalam tahapan evaluasi adalah: Apakah tujuan belajar tercapai oleh siswa?; Bagaimana perasaan siswa selama proses belajar? suka, atau tidak suka; Adakah elemen belajar yang bekerja dengan baik atau tidak baik?; Apa yang harus ditingkatkan?; Apakah informasi dan atau pesan yang disampaikan cukup jelas dan mudah untuk dimengerti?; Apakah pembelajaran menarik, penting, dan memotivasi? commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Model pengembangan media yang digunakan dalam pengembangan media audio visual adalah mengadopsi dari model pembelajaran ADDIE dari Molenda digambarkan dengan bagan sebagai berikut:
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ANALYSIS (pengamatan lapangan, kajian pustaka, persiapan laporan tentang pokok persoalan: 1. Media pembelajaran yang digunakan guru 2. Pengembangan media yang pernah dilakukan guru 3. Media yang dibutuhkan guru dalam proses pembelajaran 4. Hambatan yang dihadapi guru dalam mengembangkan media pembelajaran)
DESIGN
Menyiapkan materi yang akan disampaikan sesuai dengan SK-KD pada silabus
Menghimpun foto-foto tentang monumenmonumen peristiwa PKI 1948 sesuai kebutuhan
DEVELOPMENT (PENGEMBANGAN PRODUK MEDIA AUDIO VISUAL) Merangkai materi sesuai dalam silabus dalam sajian media yang dikembangkan (sound slide) dengan menampilkan foto monumen peninggalan PKI Madiun 1948.
Pengujian produk secara internal Validasi ahli media, dan pembelajaran
materi, desain
Revisi
- Uji coba satu-satu - Uji coba kelompok kecil - Uji coba lapangan
Revisi
commit to user
Produk Akhir
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id IMPLEMENTATION Materi: Mendeskripsikan strategi nasional peristiwa Madiun / PKI, DI / TII, G 30 S/PKI dan konflik-konflik internal lainnya Mulai
Mampu diadaptasi oleh: guru dan peserta didik
Evaluasi
Media pembelajaran sejarah audio visual berbasis peristiwa sejarah lokal berupa Sound Slide
EVALUATION Kelas Eksperimen
UJI EFEKTIFITAS Kelas Kontrol
Media Pembelajaran Sejarah menggunakan Audio Visual Berbasis Peristiwa Sejarah Lokal di Madiun
Gambar 2 Model Hipotetik dengan desain ADDIE
commit to user