BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Atletik Atletik merupakan istilah dalam olahraga yang berasal dari bahasa yunani yaitu “ Athlon” yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha M.Saputra, 2004 : 1). Istilah Athlon hingga saat ini masih sering digunakan seperti yang kita dengar kata “Pentathlon” atau “Decathlon”. Pentathlon memiliki makna panca lomba, yang meliputi lima jenis lomba, sedangkan Decathlon adalah dasa lomba atau sepuluh jenis lomba. Olahraga atletik merupakan suatu kebutuhan, menurut (khosim,2005 : 3) Atletik adalah aktifitas jasmani atau latihan fisik, berisikan gerak-gerak alamiah seprti jalan, lari, lompat dan lempar. Dengan berbagai cara atletik telah dilakukan sejak awal sejarah manusia. (Kurniawan,2012 : 32) mengatakan atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis besar dikelompokan menjadi empat nomor lomba. Berdasarkan sejarah kita kembali kezaman klasik purba, dimana atletik dilakukan orang dalam bentuk olahraga yang rapi dan teratur. Atletik biasa juga disebut dengan mother of sports atau induk dari semua cabang olahraga, penjelasan (Pramono,2010 : 51) yaitu atletik merupakan salah satu olahraga dengan berbagai cabang antara lain nomor lempar, lompat, lari dan jalan. pendapat (Muhajir,2006 : 3) istilah athletic dalam bahasa inggris mempunyai pengertian yang luas meliputi berbagai cabang olahraga yang tumbuh dan berkembang bersama dengan kegiatan alami manusia seperti berjalan, berlari,
6
7
melompat, melempar adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah panjang kehidupan manusia. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan atletik adalah olahraga yang sangat menarik untuk dilakukan karena didalamnya terdapat berbagai macam olahraga yang dapat bermamfaat bagi kesehatan. 2.1.2 Hakikat Lompat Tinggi Gaya Guling Perut Pertama kali melihat tiga nomor lompat dalam atletik mungkin nampak sangat berbeda satu dengan yang lain. Dari sudut pandang teknik mulai dari lompat jauh yang relatif sederhana, sampai lompat jangkit dan lompat tinggi dengan nomor yang rumit. Namun ada sejumlah hal umum yang sangat penting diantara nomor lompat, menarik untuk dipahami yang akan menjadi suatu prestasi yang mengagumkan. Lompat tinggi merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik. Pada dasarnya lompat sebagai kemampuan bagi seorang atlit siswa untuk memindahkan tubuhnya dari suatu tempat ketempat lain. Sebagaimana yang dikatakan (Widya,2006 : 4 ) Lompat tinggi adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari satu titik ketitik lain. Pada dasarnya ingin mencapai ketinggian yang lebih tinggi meraih prestasi yang memuaskan. Akselerasi antara satu gerakan dengan gerakan lain merupakan rangkaian utuh, tidak boleh terputus-putus. Diambil dari awalan, tumpuan, melayang dan mendarat merupakan langkahlangkah yang paling menentukan. (Saputra,2005 : 57) menjelaskan bahwa lompat tinggi memiliki tujuan untuk berusaha melewati halangan dengan gaya terlungkap melewati mistar langsung mendarat. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut.
8
Gambar 1. Teknik Lompat Tinggi Gaya Guling perut ( Yusup Hidayat, 2010 ) pada lompat tinggi dibutuhkan suatu kemampuan untuk mengangakat tubuh,sementara (Aip Syarifudin,2002:51) Mengatakan yang dimaksud dengan lompat tinggi adalah suatu bentuk lompatan dalam usaha untuk dapat melewati rintangan atau mistar yang dipasang pada kedua tiang dan pelompat menggunakan tumpuan satu kaki, dengan gaya guling perut, lalu kaki yang lain langsung kearah mendarat dan diikuti oleh bagian badan yang lain. Lompat tinggi adalah jenis lomba yang membutuhkan kemampuan untuk melewati mistar diantara dua tiang. Hal ini menghendaki kemampuan fisik siswa atau atlit dalam melakukan suatu lompatan semaksimal sesuai dengan ketinggian yang diinginkan. Ada pula hal-hal yang perlu dikuasai dalam lompat tinggi, penjelasan (Roji,2007 : 97) Bahwa dalam melakukan kegiatan lompat tinggi, hendaknya atlit menguasai empat teknik dasar yaitu teknik awalan, teknik tumpuan, teknik melayang, teknik mendarat. Keempat teknik ini dilakukan secara koordinasi yang
9
memerlukan
kecepatan,
kekuatan
dan
fleksibilitas
yang
baik
dengan
mengoptimalkan semua kemampuan yang dimiliki. Pada lompat tinggi, yang sangat dibutuhkan adalah akselerasi antara satu gerakan yang baik dimulai dengan pengambilan ancang-ancang atau awalan, tumpuan, melayang dan mendarat, unsur tersebut merupakan suatu kesatuan urutan gerakan lompat yang tidak terputus-putus. Untuk mendapatkan keempat unsur ini dengan baik sudah barang tentu seorang pelompat tinggi harus melakukan latihan secara kontinyu, dengan latihan-latihan secara kontinyu maka akan menghasilkan prestasi yang baik. Gaya guling perut merupakan salah satu gaya dalam lompat tinggi dalam posisi badan
terlungkap untuk melewati mistar (Didik Zafar,2010 : 59).
Karakteristik pelaksanaan gaya guling perut diawali dengan gerakan awalan, tumpuan, sikap badan diatas mistar atau melayang dan pendaratan. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat diambil kesimpulan kinerja dalam lompat tinggi hanya dapat dicapai jika latihan yang memadai sejak usia dini maka materi lompat tinggi wajib diikuti oleh seluruh siswa. Untuk memperoleh hasil lompat tinggi yang baik pelompat harus menguasai teknik yang sempurna, artinya ia harus dapat melakukan gerakan yang dapat menghasilkan prestasi yang maksimal. Teknik lompat tinggi gaya guling perut menurut (Muhajir, 2007 : 68) adalah : a. Langkah lari Awalan Awalan lompat tinggi gaya guling perut dilakukan dalam garis lurus yang menyerong dari permukaan depan matras pendaratan, sudut yang disarankan 20 –
10
30 derajat dari garis lurus matras, tetapi dapat juga awalan tersebut berbentuk lengkungan dengan sudut 45 derajat terhadap letak matras. Kecepatan
dalam
melakukan
awalan
diperlukan
untuk
memberi
momentum terhadap badan untuk melewati mistar. Oleh sebab itu, awalan dilakukan dengan kecepatan yang cukup tinggi. Panjang langkah di atur agar selalu bertumpu pada titik tumpu yang tepat di anjurkan menggunakan tandatanda, kalau tumpuan dilakukan dengan kaki kiri, maka awalan dimulai dari sebelah kiri bak lompat. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2. Cara melakukan awalan ( Yusup Hidayat, 2010 ) b. Teknik tumpuan kaki Kaki tumpu harus kuat agar menghasilkan gerakan naik yang maksimal. Untuk mencapai hal ini, langkah terakhir agak lebih lebar dengan sikap badan menengadah disertai gerakan ayunan keatas untuk membantu mengangkat titik berat badan lebih tinggi. Sikap badan yang agak menengadah menyebabkan sudut tumpuan yang besar, sehingga akan mempermudah gerakan keatas. Gerakan kaki ayun dalam
11
keadaan lurus tetapi tidak kaku. Setelah kaki kanan di ayunkan keatas dan badan terangkat dengan kaki tumpu lepas dari tanah, kaki ayun tersebut tidak lurus lagi, ayunkan kaki lebih tinggi dari kepala dan melewati mistar lebih dahulu dari bagian badan yang lain dan usahakan lengan kiri tidak sampai menyentuh mistar. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3. Cara melakukan tolakan ( Yusup Hidayat, 2010 ) c. Bentuk gerakan saat melayang di atas mistar Setelah mencapai titik tinggi maksimum, badan di putar kekiri penuh dengan kepala mendahului melewati mistar. Perut dan dada menghadap kebawah, kaki tumpuan yang semula bergantung ditarik dalam sikap kangkang. Pada saat ini, kaki kanan sudah turun dan tangan sudah siap-siap membantu mendarat. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut.
12
Gambar 4. Cara melayang diatas mistar ( Yusup Hidayat, 2010 ) d. Teknik mendarat Setelah melewati mistar, pelompat dapat langsung jatuh bertumpu pada punggung yang tidak membahayakan. Tetapi, kalau tempat pendaratan merupakan bak pasir karena bak lompat yang empuk dan yang aman tidak ada, maka pendaratan dilakukan dengan kaki kanan ( kaki ayun ) dan di bantu oleh kedua tangan. Kalau badan terpaksa dijatuhkan, yang jatuh terlebih dahulu adalah pundak bagian kanan kemudian terus berguling. Hal ini dapat dilihat pada gambar beriikut.
13
Gambar 5. Cara pendaratan ( Yusup Hidayat, 2010 ) 2.1.3 Hakikat Metode Bagian Secara umum metode merupakan suatu cara untuk melangsungkan proses belajar mengajar sehingga tujuan dapat dicapai. Metode dapat dirumuskan sebagai cara untuk menyampaikan apa yang diharapkan sehingga proses pembelajaran akan berlangsung baik sehingga mencapai hasil yang baik pula. Menurut (Suryosubroto, 2002 : 26) mengatakan bahwa metode adalah cara dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam proses belajar mengajar keberadaan metode belajar juga sangat diharapkan. Dalam prakteknya metode mengajar dapat diartikan sebagai suatu cara yang spesifik untuk menyuguhkan tugas-tugas belajar. Secara sistematis yang terdiri dari seperangkat tindakan guru, penyediaan kondisi belajar yang efektif dan bimbingan yang difokuskan pada penguasaan isi dari pengalaman belajar yang diarahkan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
14
Seperti
halnya
dalam
suatu
penjelasan
Umi
Khasanah
(Andi
Suhendra,1999 : 56) metode pembelajaran bagian adalah suatu cara latihan yang bertitik tolak dari pandangan bahwa suatu latihan dapat diberikan menurut bagianbagianya. Selanjutnya (Adisuyanto, 2009 : 22) mengemukakan bahwa metode bagian merupakan bentuk pembelajaran pemecahan suatu bagian menjadi beberapa bagian yang lebih kecil agar mengurangi kesalahan gerak. Dari pandangan ini disusun suatu panduan bentuk pola latihan tertentu, latihan ini merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dalam bentuk urutan gerak yang sederhana dan mudah sampai ketitik yang lebih sulit dan kompleks. Setiap gerakan harus dikuasai terlebih dahulu sebelum dilanjutkan pada gerakan berikutnya. Yang terpenting untuk dipertimbangkan dalam penerapan metode bagian adalah sifat gerakan yang dipelajari. Menurut Umi Khasanah (Sugiyanto, 1996 : 67) menyatakan, Metode bagian merupakan cara pendekatan dimana mula-mula siswa diarahkan untuk mempraktekkan sebagian demi sebagian dari keseluruhan rangkaian
gerakan,
dan
setelah
bagian-bagian
gerakan
dikuasai
baru
mempraktekkannya secara keseluruhan. Sedangkan pendapat dari (Dumadi, 2002 : 29) bahwa metode bagian adalah metode yang mengajarkan suatu keterampilan gerak dengan cara memecah-mecah gerak sebelum dijalin menjadi satu rangkaian gerak secara keseluruhan. Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran bagian adalah suatu cara penerapan materi pelajaran yang didalam pelaksanaanya lebih mengutamakan hal-hal sebagai berikut : (1) siswa di
15
kondisikan untuk menguasai materi pelajaran bagian perbagian, (2) materi pelajaran yang disajikan dalam bentuk yang terpisah-pisah, dengan tujuan mengurangi beban kerja, (3) penyajian materi di sesuaikan dari mulai yang mudah dan berakhir dengan yang sukar. Berdasarkan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode bagian akan lebih memudahkan siswa dalam memahami setiap materi yang akan di ajarkan. Karena pada metode ini siswa di ajarkan bagian perbagian, seperti bagian cara melakukan awalan, bagian cara melakukan tumpuan, bagian cara melakukan sikap melayang diatas mistar atau gaya guling perut dan bagian cara melakukan pendaratan. 2.2 Pembelajaran Lompat Tinggi Menggunakan Metode Bagian Dalam suasana bermain dan kompetisi, lompat tinggi bukan lagi menjadi masalah teknis. Tujuan utamanya adalah untuk membuat banyak pengalaman dengan banyak menekankan pada keterampilan gerak dominan dan menuju pengembangan pembelajaran lompat tinggi. Aktifitas yang terkait dengan latihan lompat tinggi menurut (Saputra, 2005 : 83) diantaranya adalah : 1.
Awalan
a. Berlari Dengan Lutut Di Angkat Tinggi -
Guru dapat membagi siswa menjadi beberapa kelompok
-
Masing-masing siswa dalam kelompoknya berlari secara perlahan sambil mengangkat lutut setinggi panggul
-
Gerakan ini dilakukan secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan.
-
Gerakan ini dilakukan secara berulang-ulang.
16
b.
Sprint Menikung Keterampilan ini diperlukan pada saat siswa akan melakukan tolakan atau tumpuan. Biasanya, setelah langkah lurus, maka dilanjutkan dengan langkah menikung.
-
Membuat lingkaran bebentuk angka delapan dengan diameter kira-kira 6 meter sampai 7 meter.
-
Siswa yang biasa menolak dengan kaki kanan maka berlari searah jarum jam. Sedangkan siswa yang biasa menolak dengan kaki kiri maka berlari berlawanan arah jarum jam.
-
Kecepatan lari di atur sesuai dengan kemampuan siswa
-
Miringkan tubuh pada saat melewati tengah lingkaran dengan gaya sentrifugal.
c.
Berlari pelan kemudian berlari cepat
-
Mengukur jarak titik awalan dengan titik tumpuan kurang lebih berjarak 15 meter
-
Berlari secara perlahan dari titik awalan dengan menaruh tanda sampai pada jarak 8 meter.
-
Kemudian dilanjutkan dengan berlari cepat sampai pada titik tolakan dengan langkah yang panjang.
2.
Tolakan/tumpuan
a.
Melompat pada tali yang diputar Bila kekuatan lompat pada siswa masih lemah, guru bisa memulainya
dengan memberikan permainan loncat tali atau karet. Para siswa bebas melakukan
17
tumpuan salah satu kaki atau keduanya. Tali atau karet yang di pegang oleh temanya harus dilewati, ketinggian tali atau karet itu dapat bisa disesuaikan dengan kemampuan siswa. Pada lompat tinggi fokusnya ada pada tugas gerak yang koordinatif pada waktu melayang diudara dan mendarat, latihan ini dapat diatur secara bergilir. b.
Menyundul Bola Yang Di Gantung
-
Gantungkan bola kira-kira setinggi 40 cm sampai 60 cm diatas kepala siswa
-
Setiap siswa diharuskan menyundul bola dengan kepalanya
-
Lakukan gerakan ini dengan menolakan satu kaki secara bergantian
-
Untuk pertama gerakan ini dilakukan tanpa awalan
-
Selanjutnya dapat dilakukan dengan awalan satu samapai lima langkah
d. Menandai Garis Tolakan Bentuk ini dimaksud agar siswa terbiasa melakukan tolakan atau tumpuan ditempat yang benar, caranya : -
Atur palang atau mistar sesuai tinggi yang diinginkan atau sesuai kemampuan diatas matras.
-
Beri tanda garis tolakan kira-kira sepanjang lengan siswa dari depan matras
-
Para siswa tidak boleh melompat dibelakang garis
-
Lakukan gerak pembentukan ini beberapa kali.
e. Melangkah Sambil Mengayun Tangan Cara yang bisa digunakan untuk membiasakan siswa melakukan rotasi tangan dari depan kebelakang. -
Gunakan salah satu kaki tumpu.
18
-
Ayunkan kedua tangan kebelakang
-
Saat posisi melayang gerakan kedua tangan dari belakang kedepan.
f.
Melompati Box
-
Menaruh box sebanyak 5 buah dengan arah sejajar, jarak pada tiap box yang ditaruh kurang lebih berjarak 1 meter.
-
Siswa dianjurkan untuk melompat melewati box dengan menggunakan kaki tumpu secara bergantian.
-
Hal ini dilakukan secara berulang-ulang untuk melatih kaki tumpu siswa.
3.
Melayang/gaya
a.
Melompat pada karet yang dipasang pada dua buah tiang
-
Sikap badan diatas karet dibentuk, mulai dari saat lepas kaki tolak atau tumpuan, sampai melayang diatas mistar.
-
Khusus untuk gaya guling perut, tugas gerak dapat dilakukan dengan membalikan badan secepatnya dengan dada perut menghadap mistar.
-
Kaki tolakan dilipat pada lututnya kesamping.
-
Kepala ditundukan kebawah mistar
-
Dan diikuti tangan berada dibawah mistar.
4.
Pendaratan Sikap mendarat adalah sikap jatuh setelah badan melewati mistar. Untuk
menghindari terjadinya kecelakaan, siswa harus mendarat sebaik mungkin. a.
Mendarat di bak pasir
-
Jika tempat pendaratanya dari bak pasir, maka yang mendarat terlebih dahulu adalah kaki ayun kemudian berguling.
19
b.
Mendarat di matras
-
Jika tempat pendaratanya dari matras, maka posisi jatuh terlebih dahulu adalah sisi bahu atau punggung. Secara keseluruhan dari bentuk latihan ini yang dilakukan secara terpisah-
pisah atau bagian perbagian sehingga dapat menghasilkan aspek-aspek dalam lompat tinggi gaya guling perut yaitu awalan, tumpuan/tolakan, melayang (gaya diatas mistar) dan mendarat. Sebab dalam rangkaian gerakan ini saling berkesinambungan atau tidak boleh terputus-putus. 2.3 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu jika penggunaan metode bagian dilakukan pada pembelajaran ini, maka kemampuan lompat tinggi gaya guling perut pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Gorontalo dapat ditingkatkan. 2.4 Indikator Kinerja Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah : apabila kemampuan lompat tinggi gaya guling perut pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Gorontalo dengan menggunakan metode bagian dapat ditingkatkan minimal 75%, maka penelitian dinyatakan selesai