BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian teori 1. Olahraga Lompat Jauh a. Pengertian Lompat Jauh Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu satu kaki dan mendarat dengan kaki atau anggota tubuh lainnya dengan keseimbangan yang baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). Sedangkan lompat jauh menurut Aip Syarifudin (1992: 90) adalah suatu gerakan melompat ke depan atas dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. b. Macam Gaya dalam Lompat Jauh Ada beberapa gaya yang ada di dalam lompat jauh. Adapun gaya dalam lompat jauh adalah sebagai berikut: 1) Menurut Eddy Purnomo (2007: 85) macam gaya lompat jauh adalah Gaya Jongkok (ortodoks style), Gaya Menggantung (hang style), Gaya Berjalan di Udara (hitch kick style). 2) Menurut Yoyo Basuki, dkk (2000: 17) dalam lompat jauh ada tiga gaya yang dilakukan untuk mempertahankan sikap badan di udara, yaitu gaya jongkok, gaya lenting, dan gaya hitch-kick atau walking in the air.” 3) Sedangkan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (1997: 60), “pada saat melayang ada 3 teknik yang berbeda yang dapat digunakan; A = Teknik Menggantung, B = Teknik Mengambang, C = Teknik Berjalan di Udara”. Gambar teknik saat melayang adalah sebagai berikut:
9
10
Gambar 2.1. Macam Gaya Lompat Jauh (Eddy Purnomo, 2007: 91) c. Lompat Jauh Gaya Jongkok Menurut Aip Syarifudin (1992: 93) lompat jauh gaya jongkok sebagai berikut: “Pada waktu lepas dari tanah (papan tumpuan), keadaan sikap badan di udara jongkok, dengan jalan membulatkan badan dengan kedua lutut ditekuk, kedua lengan ke depan. Pada waktu akan mendarat, kedua kaki dijulurkan ke depan” Menurut www.kawandnews.com (2015/03) lompat jauh gaya jongkok adalah sebuah cabang pertandingan atletik yang mengkombinasikan kecepatan, kekuatan, dan ketangkasan atletik dalam usaha untuk melompat sejauh mungkin dari papan tolakan. Kemudian menurut Djumidar A. Widya (2004: 47) lompat jauh merupakan keterampilan gerak pindah dari satu tempat ketempat lainnya dengan satu kaki tolakan ke depan sejauh mungkin.
Gambar 2.2 Serangkaian Gerakan Lompat Jauh Gaya Jongkok (Eddy Purnomo, 2007: 91)
11
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa lompat jauh gaya jongkok adalah suatu gerakan melompat pada waktu kaki tolak lepas dari tanah (papan tolakan) keadaan sikap badan di udara jongkok seperti duduk, dengan jalan mencondongkan badan ke depan kedua lutut ditekuk, kedua lengan diayunkan ke depan. Pada waktu akan mendarat, kedua kaki diluruskan jauh ke depan, badan membungkuk ke depan, perhatian tertuju pada tempat mendarat. d. Unsur Gerak Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Menurut Eddy Purnomo (2011: 96) menjelaskan teknik lompat jauh gaya jongkok sebagai berikut: “Lompat jauh gaya jongkok, bila dilihat dari teknik lompatan saat berada di udara (melayang), kaki ayun atau bebas diayunkan jauh kedepan dan pelompat mengambil suatu posisi langkah yang harus dipertahankan selama mungkin. Dalam tahap pertama saat melayang, tubuh bagian atas dipertimbangkan agar tetap tegak dan gerakan lengan akan menggambarkan suatu semi sirkel dari depan atas terus ke bawah dan ke belakang. Dalam persiapan untuk mendarat, kaki tumpu di bawah ke depan, sendi lutut kaki ayun diluruskan dan badan dibungkukkan ke depan, bersamaan dengan kedua lengan diayunkan cepat ke depan pada saat mendarat”. Lompat jauh terdiri dari beberapa unsur, diantaranya ; awalan, tumpuan, melayang, dan mendarat. Keempat unsur merupakan suatu kesatuan yaitu unsur gerakan lompat yang tidak putus (Djumidar A. Widya, 2004). Seorang pelompat jauh yang
baik dapat
melakukan unsur-unsur gerakan dasar dalam lompat jauh gaya jongkok dengan baik dan benar. Unsur-unsur gerakan dasar dalam lompat jauh gaya jongkok terdiri atas beberapa rangkaian gerakan yang saling berkaitan dan saling mendukung antara gerakan satu dengan gerakan yang lainnya, seperti awalan lari, tolakan tumpuan, melayang dan mendarat. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa unsur gerakan dalam lompat jauh gaya jongkok sebagai berikut: 1) Awalan Awalan dalam lompat jauh gaya jongkok adalah suatu gerakan yang dilakukan dengan cara berlari secepat-cepatnya agar dapat menghasilkan kecepatan yang setinggitingginya sebagai awalan sebelum melakukan tolakan. Menurut Djumidar A. Widya (2004) bahwa tujuan awalan dalam lompat jauh adalah untuk mendapatkan posisi optimal atlet untuk melakukan tolakan kaki (take off) dengan
12
kecepatan lari dan menolak secara terkontrol. Selanjutnya menurut Dadan Heriyana (2010: 20) bahwa kecepatan dan ketepatan dalam lari awalan, sangat mempengaruhi pada hasil lompatan. Hal ini berarti bahwa kecepatan lari awalan adalah suatu keharusan untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Lebih lanjut menurut U. Jonath, yang dikutip http//www.kawandnews.com (2015/03 ) ancang-ancang merupakan lari dengan kecepatan dari start berdiri. Pada pelompat yang baik dari kelas senior, ancang-ancang itu sejauh 30 sampai 45 meter. Atas dasar beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecepatan dalam melakukan awalan akan sangat mempengaruhi kekuatan pada saat melakukan tolakan. Seorang pelompat jauh yang dapat melakukan awalan lari secepat-cepatnya akan dapat melakukan tolakan yang baik pula.
Gambar 2.3. Tahap Awal Lompat Jauh Gaya Jongkok (Eddy Purnomo, 2007: 28) 2) Tumpuan (tolakan) Tumpuan adalah salah satu unsur teknik yang penting didalam lompat jauh gaya jongkok, kebanyakan yang salah adalah hasil dari sikap yang tidak tepat saat melakukan tumpuan. Titik tumpu yang tepat sangat menentukan jarak lompatan, sebab dengan demikian penggunaan tenaga akan lebih efisien. Tumpuan dalam lompat jauh adalah suatu gerakan tolakan kaki dengan menggunakan kaki terkuat untuk menjadikan tumpuan pada saat melakukan tolakan dalam lompat jauh gaya jongkok. Menurut Djumidar A. Widya (2004: 12,42) bahwa tujuan tolakan kaki (take of) adalah untuk memperoleh kecepatan vertikal (mengangkat titik berat badan) dengan cara memanfaatkan kecepatan horisontal sedemikian rupa dengan kaki tolakan mengarahkan gaya yang sangat besar. Lanjut menurut Sri Wahyuni dkk, (2009: 40) bahwa tumpuan adalah perpindahan yang sangat cepat antara lari awalan dan melayang. Agar dapat
13
melayang lebih jauh, selain dari kecepatan lari awalan, dibutuhkan tambahan tenaga dari kekuatan kaki tumpu, yaitu daya lompat dari tungkai dan kaki yang disertai dengan ayunan lengan dan tungkai ayun. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kekuatan yang dihasilkan dari tolakan kaki dipengaruhi oleh kecepatan awalan dan kekuatan kaki tumpu serta koordinasi yang baik antara lengan dan kaki. Untuk menghasilkan tolakan yang maksimal harus menggunakan kaki terkuat sebagai tumpuan. Unsur-unsur tersebut akan sangat menentukan bentuk gerakan dan posisi badan pada saat melayang di udara.
Gambar 2.4. Tahap Tolakan Lompat Jauh Gaya Jongkok (U. Jonath, dkk, 1987: 199) 3) Sikap badan di udara ( melayang ) Sikap badan di udara dalam lompat jauh gaya jongkok adalah posisi badan pada saat melayang di udara dengan kedua lutut ditekuk, kedua tangan di depan di samping kepala dan pada saat akan mendarat kedua kaki lurus ke depan merapat, kedua tangan lurus ke depan dengan berat badan di bawah ke depan. Gaya jongkok dalam lompat jauh merupakan gaya yang paling sederhana dibandingkan dengan gaya lenting dan gaya berjalan di udara. Menurut Djumidar A. Widya (2004: 12,42) bahwa tahap melayang di udara, yaitu badan berada di udara. Oleh karena itu, usaha yang harus dilakukan adalah mempertahankan selama mungkin di udara dengan melakukan gerakan-gerakan tungkai atau lengan agar memperoleh sikap pendaratan yang paling efektif. Lanjut menurut Sri Wahyuni dkk, (2009: 41) bahwa gerakan tubuh di udara (waktu melayang) inilah yang biasa disebut gaya lompat dalam lompat jauh.
14
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang pelompat jauh dapat melakukan lompatan dengan maksimal apabila dia bisa mempertahankan posisi badan selama mungkin pada saat melayang di udara, semakin lama dapat mempertahankan posisi badan di udara akan semakin baik lompatan yang dihasilkan pula.
Gambar 2.5. Tahap Melayang Lompat Jauh Gaya Jongkok (Eddy Purnomo, 2007: 86) 4) Mendarat Mendarat dalam lompat jauh gaya jongkok adalah jatuhnya kedua kaki secara bersamaan saat menyentuh pasir di bak pendaratan. Fase mendarat merupakan gerakan terakhir dari rangkaian lompat jauh gaya jongkok. Pada saat melakukan pendaratan diusahakan badan jatuh kedepan, karena hasil lompatan diukur dari bekas lepas tapak sampai bekas posisi badan pada saat mendarat. Menurut Roji (2004: 74) sikap mendarat dalam lompat jauh adalah sebagai berikut: a) Mendarat dengan kedua kaki agak merapat b) Berat badan di bawah ke depan c) Lutut ditekuk dengan posisi jongkok d) Tangan ke depan menyentuh bak lompat e) Pandangan ke depan
15
Gambar 2.6. Tahap Mendarat Lompat Jauh Gaya Jongkok (Eddy Purnomo, 2007: 91) Setiap unsur-unsur gerak dasar dalam lompat jauh gaya jongkok, yaitu awalan, tolakan, gerakan melayang, dan mendarat harus dilakukan dengan penuh perhitungan dan konsentrasi. Menurut Djumidar A. Widya (2006: 12,43) bahwa hal-hal yang harus dilakukan dalam lompat jauh adalah: a.
Hal-hal yang harus dihindari :
1) Memperpendek atau memperpanjang langkah terakhir sebelum melakukan tumpuan. 2) Bertumpu dengan tumit dan dengan kecepatan yang tidak memadai. 3) Badan condong jauh ke depan atau ke belakang. 4) Fase melayang yang tidak seimbang. 5) Tak cukup mengangkat kaki pada waktu pendaratan. 6) Pada pendaratan, kaki yang satu mendahului yang lain. b.
Hal-hal yang harus dilakukan:
1) Pelihara kecepatan sampai saat bertumpu. 2) Lakukan tolakan yang cepat dan dinamis dari balok tumpuan. 3) Rubahlah sedikit lari untuk mencapai posisi lebih baik. 4) Gunakan gerakan tangan untuk keseimbangan yang baik. 5) Lakukan arah gerakan yang baik. 6) Gunakan tenaga dan kekuatan pada saat tolakan. 7) Latihlah sikap pendaratan. 8) Kuasai gerakan meluruskan dan membengkokkan tangan dan kaki.
16
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk bisa mencapai prestasi dalam lompat jauh, seorang pelompat jauh harus bisa melakukan unsur-unsur gerakan dasar dalam lompat jauh seperti, awalan, tolakan, melayang kemudian mendarat dengan baik dan benar. Untuk bisa melakukan keempat rangkaian gerakan dasar tersebut harus didukung dengan kecepatan, power tungkai, koordinasi, dan postur tubuh yang baik. Selain itu, menurut Bernhart (1993:45), unsur-unsur dasar untuk prestasi lompat jauh dan pembangunannya adalah : a. Faktor-faktor jasmani (fisik) :terutama kecepatan, tenaga lompat dan tujuan yang diarahkan pada ketrampilan. b. Faktor-faktor teknik : ancang-ancang persiapan lompat dan perpindahan fase melayang dan pendaratan. Gerakan lompat jauh ini merupakan gabungan gerak berputar dan gerak linier. Dikatakan gerak linier karena dia berpindah dari satu titik ke titik yang lain yaitu dari titik start sampai pada titik ketika mendarat dibak pasir serta pelompat bergerak lurus berubah beraturan dengan percepatan, maksudnya atlet tersebut berlari lurus kedepan dengan kecepatan berubah secara beraturan yaitu semakin lama semakin cepat. Dikatakan gerak berputar yaitu ketika atlet tersebut berlari merupakan gerak berputar dimana putaran tersebut ada pada Articulacio humeri merupakan sumbu putaran ketika mengayunkan tangan, Articulation coxae merupakan sumbu putaran saat mengayunkan tungkai dan Articulation genus merupakan sumbu putaran ketika melakukan lompatan. Dalam lompat jauh juga terdapat gerak Parabola yaitu ketika bertolak dari balok tumpuan hingga mendarat di bak pasir dan sudut yang bagus adalah 45°. Dalam lompat jauh ada beberapa hukum fisika (gaya) yang bekerja didalamnya, diantaranya : a. Hukum kelebaman (law of inertia) “Suatu benda akan tetap dalam keadaan diam atau dalam keadaan bergerak kecuali pengaruh gaya yang mempengaruhi keadaannya” Ketika kita menolak, tubuh akan melayang dan kemudian akan jatuh kembali ke tanah, dilanjutkan sedikit gerakan ke depan setelah tubuh menyentuh tanah, kemudian berhenti. Hal ini disebabkan karena:
17
1) Adanya gaya gravitasi bumi. Setiap benda yang ada dibumi akan dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi meski seringan apapun benda tersebut. Inilah yang menjadi penyebab mengapa setiap benda yang bergerak dia akan berhenti karena adanya gaya gravitasi tersebut. 2) Adanya gaya gesek Gaya gesek adalah suatu gaya yang timbul karena persinggungan antara dua permukaan yang merupakan hambatan terhadap gerak. Terjadi ketika berlari, menumpu, dan mendarat. Bahkan, saat melayang di udara pun terjadi gaya gesek antara tubuh dengan udara. Hal ini relatif kecil pengaruhnya terhadap hasil lompatan. Namun demikian, angin yang berhembus berlawanan arah lompatan, sedikit banyak mempengaruhi jauhnya hasil lompatan. Gaya gesek yang terjadi ketika berlari, menumpu, dan mendarat memberi keuntungan kepada pelompat. Beberapa pelompat menggunakan sepatu khusus (spes) yang memiliki pull untuk memperbesar gaya gesek, yaitu agar pelompat tidak jatuh ketika melakukan awalan. Gaya gesek ini terjadi antara tubuh dengan pasir, yang terjadi ketika tubuh tepat setelah mendarat. Gaya gesek yang terjadi cukup besar, sehingga gerakan tubuh ke depan setelah menyentuh tanah hampir tidak terlihat. b. Hukum percepatan (law of reaktion) “percepatan suatu benda karena suatu gaya berbanding lurus dengan gaya penyebabnya”. Semakin besar power kita dalam dalam melakukan awalan maka akan semakin besar pula kecepatan lari kita. Awalan yang maksimal akan menghasilkan lompatan yang maksimal. c. Hukum III: Hukum reaksi (law of reaktion) “setiap aksi selalu ada reaksi yang sama dan berlawanan” Terjadi ketika melakukan tolakan. Tolakan sebaiknya dilakukan sekuat-kuatnya untuk mendapat hasil tolakan yang maksimal. Selain beberapa macam gaya diatas, ada hal yang harus diperhatikan dalam melakukan lompatan, yaitu system pengungkit pada tubuh atlet. Ketika seseorang melakukan lompat jauh, terlihat adsanya penggunaan pengungkit jenis kesatu oleh anggota tubuh yaitu pada lutut. Ekstensi sendi lutut (articulacio genus).Terjadi pada articulacio
18
genus yaitu antara tulang femur dan tulang tibia dan fibula. Otot yang digunakan insersio vastus medialis dan insersio vastus lateralis. Penggunaan pengungkit jenis kesatu ini terjadi ketika melakukan pendaratan. Ketika itu, kaki menumpu pada landasan (bak pasir), tungkai bawah bertindak sebagai pengungkit, dimana lutut sebagai sumbu pusat, dan badan seolaholah sebagai beban yang akan diungkit ke depan. Gerakan ini dilakukan untuk mendapatkan jarak lompatan terjauh. Dengan cara menjatuhkan badan ke depan, agar tumit adalah titik terjauh yang dapat diraih dari tumpuan, bukan pantat atau tangan yang terjadi karena tubuh jatuh ke belakang saat mendarat. Dengan demikian, untuk mencapai prestasi dalam lompat jauh gaya jongkok banyak hal yang harus diperhatikan, baik hal-hal yang harus dilakukan ataupun harus dihindari oleh seorang pelompat jauh agar teknik gerakan dasar dalam lompat jauh gaya jongkok dapat dilakukan dengan baik dan benar. 2. Kondisi Fisik dan Komponen Fisik a. Kondisi Fisik Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatanya maupun pemeliharannya. Atau salah satu syarat yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat ditentukan dasar landasan titik tolak suatu awalan olahraga prestasi. Artinya bahwa setiap usaha peningkatan kondisi fisik maka harus dengan sistem prioritas Dalam usaha untuk mencapai suatu keberhasilan di dalam prestasi yang optimal ada beberapa faktor yang menentukan antara lain: 1. Kondisi fisik atau tingkat kebugaran jasmani. 2. Kemampuan teknik dan keterampilan yang dimilikinya. 3. Masalah-masalah lingkungan. 4. Pengembangan mental 5. Kematangan juara Kondisi fisik atlet memegang peran yang sangat penting dalam melaksanakan program latihan secara teratur dan kontinyu. Oleh karena itu program latihan kondisi fisik harus direncanakan secara baik dan sistematis yang ditunjukan untuk meningkatkan kesegeran jasmani serta kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan
19
demikian atlet untuk mencapai prestasi. Peningkatan kondisi fisik bertujuan agar kemampuan fisik atlet meningkat kekondisi puncak dan berguna untuk melakukan aktifitas olahraga dalam mencapai prestasi maksimal. Pembinaan fisik, taktik, mental dan kematangan bertanding merupakan sasaran latihan secara keseluruhan, di mana yang berkembang sepanjang tahun. Menurut M. Sajoto (1988:57) komponen-komponen kondidi fisik dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu: 1). Kekuatan atau strenght adalah komponen kondisi fisik, yang menyangkut masalah kemampuan seseorang atlet pada saat mempergunakan otot-ototnya, menerima beban dalam waktu kerja tertentu. 2). Daya tahan atau endurance dibedakan menjadi dua golongan yaitu daya tahan otot setempat atau local endurance dan daya tahan umum atau cardiorespiratory endurance. 3). Daya ledak otot atau muscular power adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan usahanya yang dikerahkan dalam waktu sependekpendeknya. 4). Kecepatan atau speed adalah kemampuan seseorang dalam melakukan gerak berkesinambungan, dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya. 5). Kelentukan atau flexibility adalah keefektivan seseorang dalam penyesuaian dirinya. Untuk melakukan segala aktivitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya, terutama otot-otot, ligimen-ligimen disekitar persendian. 6). Keseimbangan atau balance adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf ototnya selama melakukan gerak-gerak yang cepat dengan perubahan letak titiktitik berat badan yang cepat pula, baik dalam keadaan statis maupun lebih-lebih dalam gerak dinamis. 7). Koordinasi atau coordination adalah kemampuan seseorang, dalam mengintegrasikan gerakan yang berbeda ke dalam suatu pola gerakan tunggal secara efektif. 8). Kelincahan atau agility adalah kemampuan seseorang dalam merubah, dalam posisiposisi di arena tertentu. 9). Ketepatan atau accuracy adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan gerakgerak bebas, terhadap suatu sasaran.
20
10). Reaksi atau reaction adalah kemampuan seseorang segera bertindak secepatnya, dalam menanggapi rangsangan-rangsangan datang lewat indera syaraf atau feeling lainnya. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun disana-sini dilakukan dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa status yang dibutuhkan tersebut. Fisik dan struktur tubuh secara umum ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja fisik (Gabbett & Georgieff, 2007). Hal ini akan semakin jelas bila kita sampai pada masalah status kondisi fisik (Sajoto. 1990). Kondisi fisik dalam penelitian ini antara lain : 1) Kekuatan Otot Tungkai Dalam keterangan yang dikeluarkan KONI (2000:12), menyebutkan bahwa kekuatan adalah kekuatan otot yang membangkitkan tenaga/kekuatan/force terhadap suatu tahanan. (M. Sajoto, 1995:58) mengatakan bahwa kekuatan atau strenght adalah komponen kondisi fisik, yang menyangkut masalah kemampuan seseorang atlet pada saat mempergunakan otot-ototnya menerima beban dalam waktu kerja tertentu. Kekuatan otot tungkai yang dimaksud di sini adalah kemampuan otot untuk menerima beban dalam waktu bekerja di mana kemampuan itu dihasilkan oleh adanya kontraksi otot yang terdapat pada tungkai, kontraksi ini timbul untuk melakukan gerakan yang mendukung. (A. Hamidsyah Noer, 1995:135) mengatakan salah satu unsur kondisi fisik yang perlu dilatih terlebih dahulu adalah unsur kondisi fisik kekuatan, karena kekuatan memiliki peranan yang penting dalam melindungi atlet dari cedera serta membantu stabilitas sendi-sendi. Harsono (1988:179) kontraksi otot dapat digolongkan dalam tiga kategori yaitu: (1) kontraksi isometris, dalam kontraksi isometris otot-otot tidak memanjang atau memendek sehingga tidak nampak suatu gerakan yang nyata, atau dengan perkataan lain tidak ada jarak yang ditempuh. Kontraksi ini disebut juga kontraksi statis. (2) kontraksi isotenis,dalam kontraksi akan nampak bahwa terjadi suatu gerakan dari anggota-anggota tubuh yang disebabkan memanjang dan memendeknya otot-otot sehingga terdapat perubahan dalam panjang otot. Kontraksi ini disebut juga kontraksi dinamis. (3) kontraksi isokinetis yaitu kontraksi dari kedua kontraksi tersebut. Dari pengertian kekuatan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian kekuatan adalah
21
kemampuan otot-otot atau sekelompok otot untuk mengatasi suatu beban atau tahanan dalam menjalankan aktivitas latihan. Kekuatan harus mutlak diperlukan pada setiap atlet untuk semua cabang olahraga. Kekuatan otot merupakan komponen penting dari kesegaran jasmani, karena tingkat penyesuaian kemampuan terjadi sesuai dengan proporsi dari kualitas dan jumlah serabut otot. Kekuatan dapat diartikan sebagai kualitas tenaga otot atau sekelompok otot dalam membangun kontraksi secara maksimal untuk mengatasi beban yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Disamping itu peningkatan kekuatan berhubungan dengan peningkatan total massa otot (Ostojic, Mazic, & Dikic, 2006). Jadi gerakan yang dilakukan oleh otot-otot tungkai akan menghasilkan gerakan aktivitas seperti menendang, berjalan, melompat dan lain sebagainya. Dimana garakan tersebut dibutuhkan dalam melakukan gerakan olahraga, terutama cabang olahraga yang dominan menggunakan kaki separti: atletik, sepakbola, pencaksilat, bersepada dan masih banyak lainnya. Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak. Sebagian otot tubuh ini melekat pada kerangka otot yang dapat bergerak secara aktif sehingga dapat menggerakan bagian-bagian kerangka dalam suatu letak tertentu. Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila ia mendapatkan rangsangan dari luar berupa rangsangan arus listrik, rangsangan mekanis, dingin dan lain-lain. (Syaifuddin, 1997:41) mengatakan bahwa dalam keadaan sehari-hari otot ini bekerja atau berkontraksi menurut pengaruh atau perintah yang datang dari susunan saraf motoris. Berikut adalah gambar otot tungkai
22
Gambar 2.7 Otot Tungkai Bagian Depan Atas (www.kaskus.co.id)
23
Gambar 2.8 Otot Tungkai Atas Bagian Belakang. (www.kaskus.co.id)
24
Gambar 2.9 Otot Tungkai Bagian Samping Bawah. (www.kaskus.co.id)
Kekuatan otot tungkai merupakan salah suatu komponen kondisi fisik yang mempunyai peran penting terhadap pencapaian prestasi lompat jauh. Jauh dan tidaknya lompatan yang dilakukan sangat bergantung pada kemampuan menumpu untuk menolak dengan kuat dan cepat. Kemampuan menolak dihasilkan dari awalan lari yang cepat dilanjutkan menumpu dengan kuat yang dirangkaikan dalam satu pola gerakan yang utuh. Ditinjau dari gerakan lompat jauh gaya jongkok pada teknik menolak yaitu, menolak merupakan fase perubahan gerak horisontal menjadi gerak vertikal. Pada fase ini kemampuan melakukan awalan dengan cepat dan menumpu dengan kuat sangat ditentukan oleh kemampuan dari otot-otot tungkai. Dalam hal ini Aip Syarifuddin (1992: 91) menyatakan, “Tolakan adalah perubahan atau perpindahan gerakan dari gerakan horisontal ke gerakan vertikal yang dilakukan dengan cepat. Dimana sebelumnya
25
pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan sekuat-kuatnya pada langkah yang terakhir, sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas melayang di udara”. Pendapat lain dikemukakan Jess Jarver (2005: 36) bahwa, “Perubahan dari kecepatan horisontal menjadi gerakan bersudut didapat dengan cara memberikan tenaga maksimum pada kaki yang akan take off”. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pada gerakan menumpu untuk menolak dibutuhkan kekuatan yang dipadukan dalam satu gerakan yang eksplosif. Dalam hal ini kekuatan otot tungkai berperan penting untuk menghasilkan tolakan yang setinggi dan sejauh mungkin. Kekuatan otot tungkai berperan pada gerakan pada saat menumpu untuk menolak secara maksimal. Kemampuan seorang pelompat memadukan mengerahkan kekuatan otot-otot tungkai secara maksimal pada teknik yang benar saat menolak, maka akan diperoleh lompatan secara maksimal. 2) Kecepatan Lari Upaya pencapaian prestasi atau hasil optimal dalam berolahraga, memerlukan beberapa macam penerapan unsur pendukung keberhasilan seperti kecepatan. Kecepatan adalah waktu yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan suatu kerja fisik tertentu. Kecepatan dalam banyak cabang olahraga merupakan inti dan sangat diperlukan agar dapat dengan segera memindahkan tubuh atau menggerakkan anggota tubuh dari satu posisi ke posisi lainnya. Penerapan lari juga dibtuhkan pada nomor lompat, salah satunya yaitu lompat jauh. Penerapan lari pada lompat jauh dilakukan sebagai awalan dalam melakukan lompatan agar mendapatkan hasil yang maksimal. Lompat jauh sebenarnya adalah lari dengan kecepatan dan menumpu. Jadi, seorang pelompat akan berhasil melompat apabila larinya cepat dan diikuti oleh tumpuan yang tepat dan kuat pada balok tumpuan. Oleh karena itu, seseorang yang ingin mendapatkan hasil yang baik dalam lompatannya, dituntut untuk melakukan lari awalan yang cepat denga langkah-langkah yang tetap. Agar dapat melakukan gerakan atau berlari dengan cepat dalam melakukan lairi awalan, maka dalam latihan juga harus berlatih kecepatan. Pengertian kecepatan menurut Harsono (2001:36), adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu sesingkat-
26
singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang cepat. Abdul Kadir Ateng (1997:67), menyatakan bahwa kecepatan adalah kemampuan individu untuk melakukan gerakan yang sama berulang-ulang dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Selanjutnya menurut Dick (1989) dalam Yunyun Yudiana,dkk (2011:10), kecepatan adalah kapasitas gerak dari anggota tubuh atau bagian dari system pengungkit tubuh atau kecepatan pergerakan dari seluruh tubuh yang dilaksanakan dalam waktu yang singkat. Berdasarkan pada beberapa pengertian tentang kecepatan yang disampaikan oleh para ahli tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan merupakan suatu komponen kondisi fisik yang dibutuhkan untuk melakukan gerakan secara berturut-turut atau memindahkan tubuh dari posisi tertentu ke posisi yang lain pada jarak tertentu pada waktu yang sesingkat-singkatnya. Berorientasi pada pengertian tentang kecepatan dan penerapannya dalam aktivitas olahraga, unsur kecepatan merupakan salah satu unsur yang penting dalam mencapai hasil optimal. Implikasi kecepatan berupa kecepatan reaksi sebagian, sedangkan kecepata gerak adalah kecepatan gerak anggota tubuh secara keseluruhan dalam menempuh jarak tertentu seperti lari. Lari merupakan gerakan memindahkan kaki secara bergantian diikuti dengan gerakan tangan dan ada saat melyang di udara. Pada lompat jauh tahapan awalan berguna untuk mendapatkan kecepatan yang maksimal sebelum mencapai papan tumpuan. Awalan dilakukan dengan berlari yang semakin lama mendekati kecepatan maksimal, namun masih terkendali (terkontrol) untuk melakukan tolakan. Sehingga kecepatan dari awalan akan menghasilkan satu gaya dorong ke depan secara maksimal. Tujuan dari ancang-ancang seperti dijelaskan oleh Djumidar (2001: 12) adalah sebagai berikut: “Tujuan dari ancang-ancang adalah untuk mendapatkan kecepatan horisontal yang setinggi-tingginya agar dorongan masa ke depan lebih besar. Di samping memperhatikan penyaluran kekuatan pada gerak berikutnya”. Dijelaskan pula oleh J.M. Ballesteros (1979: 54) yang menjelaskan bahwa, “Kecepatan lari awalan dan besarnya sudut tolakan merupakan komponen unsur-unsur yang menentukan pencapaian jarak lompatan”. Lari awalan dalam lompat jauh merupakan lari dengan percepatan dari start berdiri. Frekwensi serta panjang langkah makin lama makin meningkat sampai persiapan untuk mengadakan tolakan. Menurut
27
cooper (1970: 321) awalan lari harus mencapai jarak yang cukup dan memungkinkan pelari mencapai persiapan yang tepat untuk tindakan akhir, awalan lari yang jelek/ lambat hanya akan menghasilkan prestasi yang jelek. Selama tiga sampai lima langkah terakhir pelompat mempersiapkan diri untuk mengalihkan awalan/ kecepatan horizontal kepada tolakan/ kecepatan vertical (free whelling). Dalam hal itu penting kiranya bahwa kecepatan tidak akan mengurang satu langkah sebelum yang terakhir, kira-kira 10-15 cm lebih panjang daripada langkah sebelumnya dan yang terakhir. Karena itu titik berat badan agak terbawa ke bawah, dan sodokan tenaga vertikal diperbesar (Jonath, 1986: 197). Berkaitan dengan kecepatan lari awalan pada lompat jauh, maka perlu juga dipahami pada jarak berapa kecepatan maksimal lari itu diperoleh sehingga nantinya dalam menentukan jarak awalan kecepatan maksimal tersebut dapat tercapai. Hal tersebut menurut Eddy Purnomo (2011: 14) menjelaskan bahwa “awal mula berlari jumlah frekwensi langkah sampai jarak 20 m mendapatkan frekwensi langkah yang tinggi, tetapi pada panjang langkah akan nampak meningkat sampai jarak 40 m dan panjang langkah selanjutnya hampir sama panjangnya”. Menurut Imam Hidayat (2000: 99) menjelaskan bahwa “seorang pelari 100 m, pada jarak 15 sampai 50 m yang pertama (setelah start) kecepatannya meningkat (percepatan positif) selanjutnya setelah 50 m kecepatanya tetap/ konstan, dan menjelang garis finish kecepatannya menurun (diperlambat)”. Pada phase ancang-ancang, teknik yang harus dilakukan menurut Harald Muller dan Wolfgang Ritzdorf (2000: 88).adalah sebagai berikut: 1) Panjang lari ancang-ancang bervariasi antara 10 langkah (bagi pemula) dan lebih dari 20 langkah (bagi atlet kelas unggulan). 2) Teknik lari adalah mirip dengan lari sprint 3) Kecepatan meningkat terus menerus sampai balok tumpuan. Lari pada dasarnya adalah gerak seluruh tubuh ke depan secepat mungkin yang dihasilkan oleh gerakan dari langkah-langkah kaki dalam menempuh jarak tertentu, yang unsur pokoknya adalah panjang langkah dan kecepatan frekuensi langkah. Hal ini sesuai
28
dengan pendapat Hay (1993:396) bahwa kecepatan lari atlet tergantung dari kedua faktor yang mempengaruhi, yaitu: 1) Panjang langkah adalah jarak yang ditempuh oleh setiap langkah yang dilakukan. 2) Frekuensi langkah adalah jumlah langkah yang diambil pada suatu waktu tertentu (yang juga disebut sebagai irama langkah atau kecepatan langkah). Kecepatan lari sangat tergantung kepada besarnya panjang langkah dan frekuensi langkah, maka penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang menentukan ukuran tersebut. Disamping itu, ada juga faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan lari, diantaranya : 1) Tenaga otot merupakan salah satu persyararan terpenting bagi kecepatan lari. Terutama pelari sprint yang masih jauh dari puncaknya dapat memperbaiki kecepatannya. 2) Viskositas otot, hambatan gesekan dalam sel (intra seluler) serat-serat otot, dengan pemanasan dapat ditingkatkan luas ruang gerak. Viskositas tinggi pada otot mempengaruhi secara negatif kecepatan maksimal yang dapat dicapai. 3) Kecepatan reaksi atau daya reaksi paada waktu start harus diperhatikan, walaupun tidak banyak yang dilatih. 4) Kecepatan kontraksi, yaitu kecepatan pengaruh otot setelah mendapatkan ransangan saraf. Hal ini tergantung pada struktur ototnya dan ditentukan oleh bakat. 5) Koordinasi atau kerjasama antara sistem syaraf dan otot yang digunakan. 6) Antropometrik, yaitu bentuk tubuh atlet, terutama perbandingan badan dan kakinya merupakan hal yang penting. 1) Panjang Langkah Panjang setiap langkah yang dilakukan oleh seorang pelari dapat dianggap sebagai jumlah dari ketiga jarak yang berbeda.
29
Gambar 2.10. Kontribusi Total Panjang Langkah Pelari (Hay, 1993:398)
(a) Jarak tinggal landas (take off distance) adalah jarak horizontal ketika pusat gravitasi menghadap ke ujung jari kaki yang tinggal landas pada saat kaki tersebut meninggalkan tanah. (b) Jarak terbang (flight distance) adalah jarak horizontal ketika pusat gravitasi berjalan pada saat pelari ada di udara. (c) Jarak pendaratan (landing distance) adalah jarak horizontal ketika ujung kaki yang ada didepan menghadap ke pusat gravitasi pada saat pelari mendarat (Hay, 1993:398) Yang pertama dari ketiga kontribusi tersebut tergantung kepada kedudukan tubuh atlet pada saat tinggal landas (take off). Seberapa jauh pelari menjulurkan kaki penopangnya sebelum kaki meninggalkan tanah, dan sudut yang dibuat oleh kaki dengan horizontal pada saat itu memiliki arti penting dalam kaitannya dengan kedudukan tubuh. Sudut yang dibuat oleh kaki dengan garis horizontal pada saat kaki memutuskan hubungan dengan tanah terkait dengan variasi yang besar.
30
Gambar 2.11. Jarak Pusat Gravitasi Pelari pada Saat Kaki Meninggalkan Landasan dengan Sudut Kemiringan Badan Bervariasi (Hay, 1993:399)
Sudutnya bervariasi antara sekitar 30o ketika pelari meninggalkan tempat awalan sampai mendekati 60o ketika ia mendekati langkah yang penuh. Jarak horizontal dari ujung jari ke pusat gravitasi berkurang dari 90 cm menjadi 40 cm. Pada bagian lari tersebut langkah dimana atlet tidak menyentuh tanah, jarak horizontal yang pelari tempuh ditentukan oleh faktor-faktor yang mengatur terbangnya semua proyektil semacam itu, yaitu kecepatan, sudut, dan tinggi pelepasan dan resistensi udara yang ditemui saat terbang (flight). Terpenting dari hal ini adalah kecepatan pelepasan, sebuah jumlah yang pada dasarnya ditentukan oleh kekuatan reaksi tanah yang dikerahkan pada atlet. Hal ini nantinya merupakan hasil dari kekuatan (gaya), terutama dari juluran pinggul, lutut, sendi pergelangan kaki, yang dikerahkan oleh pelari terhadap tanah. Jarak horizontal dari ujung jari kaki yang didepan sampai garis gravitasi pada saat atlet mendarat adalah yang terkecil diantara kontribusi terhadap panjang langkah keseluruhan. Ukurannya dibatasi oleh kebutuhan untuk menjamin bahwa gaya reaksi tanah yang ditimbulkan ketika kaki mendarat seefisien mungkin. Saat mengayunkan kaki bawah kedepan tepat di depan kaki yang mendarat tampaknya merupakan cara yang tepat bagi pelompat untuk menambah panjang langkah, gerakan kaki kedepan ketika
31
pelari menyentuh tanah menimbulkan reaksi ke belakang (sejenis reaksi baling-baling atau mengerem) yang mengurangi kecepatan pelari kedepan (Hay, 1993:399) 2) Frekuensi Langkah Jumlah langkah yang dilakukan oleh atlet dalam suatu waktu tertentu ditentukan oleh berapa waktu yang perlukan untuk menyelesaikan satu langkah. Semakin lama waktu yang diperlukan, maka semakin sedikit langkah yang dapat dilakukan oleh atlet dalam suatu waktu tertentu, dan sebaliknya. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan satu langkah dapat dianggap sebagai jumlah waktu ketika atlet bersentuhan dengan tanah dan saat ada di udara. Ketika pelari menghabiskan sekitar 67% waktu dari setiap langkah pada sentuhan dengan tanah dalam beberapa langkah pertama, maka angka ini turun menjadi 40-45% ketika kecepatan tertinggi didekati. Waktu saat atlet bersentuhan dengan tanah diatur terutama oleh kecepatan otot tungkai sebagai penopang yang dapat mengarahkan tubuh kedepan dan kemudian kedepan dan keatas ke fase terbang berikutnya. Waktu yang dihabiskan oleh atlet di udara ditentukan oleh kecepatan dan ketinggian pusat gravitasi pada saat tinggal landas dan oleh resistensi udara yang ditemui pada saat terbang (Hay, 1993:400). Faktor-faktor yang memepengaruhi kecepatan seseorang menurut Haag Jonath dan Krempel (1987) dalam Andi Suhendro (2005:4.26) adalah tenaga otot, viscositas otot, kecepatan reaksi, kecepatan kontraksi, koordinasi antara syaraf pusat dan otot, ciri anthropometrik, dan daya tahan kecepatan. Berorientasi pada pengertian tentang kecepatan dan penerapannya dalam aktivitas olahraga, unsur kecepatan merupakan salah satu unsur yang penting dalam mencapai hasil optimal. Implikasi kecepatan berupa kecepatan reaksi sebagian, sedangkan kecepatan gerak adalah kecepatan gerak anggota tubuh secara keseluruhan dalam menempuh jarak tertentu seperti lari. Lari merupakan gerakan memindahkan kaki secara bergantian diikuti dengan gerakan lengan dan ada saat melayang di udara. Hampir seluruh cabang olahraga membutuhkan lari seperti pada atletik, sepakbola, bola basket dan lain-lain. Berkaitan dengan penerapan lari pada cabang olahraga atletik, lompat merupakan salah satu nomor yang sering dipertandingkan. Penerapan lari pada lompat jauh dilakukan sebagai awalan dalam melakukan lompatan agar mendapatkan hasil yang maksimal. Lompat jauh sebenarnya
32
adalah lari dengan kecepatan dan menumpu. Jadi, seorang pelompat akan berhasil melompat apabila larinya cepat dan kemudian diikuti oleh tumpuan yang tepat dan kuat pada balok tumpu. Oleh karena itu seseorang yang ingin mencapai hasil baik dalam lompatannya, dituntut untuk melakukan lari awalan yang cepat dengan langkah-langkah yang tetap. Agar dapat melakukan gerakan atau berlari dengan cepat dalam melakukan lari awalan, maka dalam latihan juga harus berlatih kecepatan. Pada lompat jauh, kecepatan merupakan unsur yang dominan ketika seorang pelompat melakukan awalan. Hal ini sesuai dengan pendapat J.M Ballesteros (1979: 54) mengemukakan bahwa,"Kecepatan lari awalan dan besarnya sudut tolakan merupakan komponen unsur-unsur yang menentukan pencapain jarak lompatan”. Dikemukan pula oleh Djumidar (2001 : 12.40) yang menyatakan bahwa: “lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horisontal yang dibuat dari ancang-ancang dengan gerak vertikal yang dihasilkan dari kaki tumpu, formulasi dari kedua aspek tadi menghasilkan suatu gaya gerak parabola dari titik pusat gravitasi.” Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan merupakan faktor penentu untuk mencapai hasil lompatan yang optimal, dengan kecepatan yang maksimal sewaktu ancang-ancang maka dorongan masa ke depan saat melayang di uadar akan lebih besar yang berarti hasil lompatanya akan lebih jauh. Kecepatan lari merupakan teknik pertama dalam lompat jauh gaya jongkok. Kecepatan lari dilakukan pada saat melakukan awalan. Tujuan awalan yaitu untuk mendapatkan kecepatan maksimal pada saat akan melompat dan membawa pelompat pada posisi yang optimal untuk tolakan. Aip Syarifuddin (1992: 90) berpendapat, “Kecepatan yang diperoleh dari hasil awalan disebut dengan kecepatan horisontal, yang sangat berguna untuk membantu pada waktu melakukan tolakan ke atas ke depan”. Menurut Jess Jarver (2005: 34) bahwa, “Maksud berlari sebelum melompat ini adalah untuk meningkatkan kecepatan horisontal secara maksimum tanpa menimbulkan hambatan sewaktu take off ”. Dalam kajian biomekanika olahraga bisa dikatakan ketika seorang atlet lompat jauh melakukan start hingga dia mendarat pada bak pasir, merupakan gerakan linier. Sebab pelompat berpindah dari satu titik ke titik yang lain yaitu dari titik start sampai
33
pada titik ketika mendarat dibak pasir, serta pelompat bergerak lurus berubah beraturan dengan percepatan maksudnya atlet tersebut berlari lurus kedepan dengan kecepatan berubah
secara
beraturan
yaitu
semakin
lama
semakin
cepat,(https://sitoha.wordpress.com/2010/01/05/analisis-biomekanika-pada-olahragalompat-jauh) Dalam kaitannya dengan kecepatan lari seorang pelompat, maka perlu diketahui bahwasannya ada gaya yang bermain di dalamnya, yaitu Hukum percepatan (law of reaktion) “percepatan suatu benda karena suatu gaya berbanding lurus dengan gaya penyebabnya”. Semakin besar power kita dalam dalam melakukan awalan maka akan semakin besar pula kecepatan lari kita. Awalan yang maksimal akan menghasilkan lompatan yang maksimal Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, awalan lari pada lompat jauh gaya jongokok bertujuan untuk mendapatkan kecepatan horisontal secara maksimal untuk dirubah menjadi kecepatan vertikal pada saat melakukan tolakan. Dengan awalan lari secara maksimal akan mendapatkan momentum secara maksimal pula sebelum melakukan tolakan. Semakin cepat larinya, maka akan diperoleh daya dorong yang maksimal, sehingga memberi peluang yang besar untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya. Seperti dikemukakan Sudarminto (2001) bahwa, “Syarat utama dalam lompat jauh adalah pengembangan daya. Daya ini dikembangkan dari lari awalan yang cepat dan lompatan ke atas yang kuat dari balok tumpuan. Karena itu kecepatan sangat penting dalam lompat jauh, sehingga tidaklah mengherankan kalau kebanyakan pelari cepat menjadi pelompat jauh yang ulung”. 3) Kekuatan Otot Perut Otot perut merupakan otot-otot badan (Raven, 2002:12). Lebih lanjut Raven mengatakan bahwa otot perut merupakan otot-otot penegak badan selain otot punggung. Sebagai otot penegak badan, otot perut dan otot punggung memiliki arti penting dalam sikap dan gerak-gerik tulang belakang. Dinding depan perut dibentuk otot-otot lurus perut yang terletak disebelah kanan dan sebelah kiri garis tengah badan. Di sisinya terdapat otot-otot lebar perut yang dapat pula dibagi atas serong luar perut, otot serong dalam perut dan otot lintang perut. Otot-
34
otot tersebut terentang diantara gelang panggul dan rangka dada, merupakan sebuah penutup yang dapat merubah volume rongga perut (raven 2002:12). Mencermati keberadaan otot perut yang terentang antara gelang panggul dan rongga dada, jika dikaji secara seksama otot memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan gerak anggota bawah seperti tungkai. Hal ini secara logika dapat dimengerti karena anggota gerak bawah dalam melakukan gerakan meloncat memerlukan ayunan tungkai yang didukung oleh persendian pada panggul. Karena gerakan panggul memerlukan dukungan dan kinerja otot perut, maka dimungkinkan dengan memiliki kekuatan otot perut yang baik akan memungkinkan memiliki lecutan yang kuat saat melakukan lompatan. Kekuatan otot perut adalah kemampuan sekelompok otot perut sewaktu melakukan aktivitas. Otot Perut terdiri dari : 1) Muskulus Abdominis Interval (dinding perut) Garis di tengah perut dinamakan linea alba, otot sebelah luar (M. Abdominis eksternal). Otot yang tebal dinamakan aponeurosis membentuk kandung otot yang terdapat di sebelah kiri dan kanan linea tersebut. 2) M. Obligus Eksternus Abdominis (lapisan sebelah luar dibentuk otot miring luar) Berpangkal pada iga ke V sampai iga yang bawah. Serabut ototnya sebelah belakang menuju ke tepi tulang panggul (Krista Iliaka). Serabut depan menuju linea alba. Serabut yang tengah membentuk ikat yang terbentang dari spira illiaka anterior superior ke simfisis. 3) M. Obligus Internus Abdominis Serabut menuju miring ke atas dan ke tengah. Apouneurosis terbagi menjadi dua buah yang ikut membentuk kandung otot perut lurus mulai dari rawan iga yang ketiga di bawah dan menuju ke simfisis. Otot ini mempunyai empat buah urat yang melintang. 4) M. Tranversus abdominis Otot ini merupakan xipoid menuju artikule ke kosta III terus ke simfisis. Otot ini membentuk empat buah urat yang bentuknya melintang di bungkus oleh muskulus rektus abdominis dan otot vagina. Pandangan depan dinding abdomen (otot yang masuk ke dalam formasi bagian bawah dinding abdominis dan otot kemaluan) M. Psoas, terletak
35
dibelakang diafragma bagian bawah mediastinum, berhubungan dengan gadratus lumborum di dalamnya terdapat arteri, vena dan kelenjar linfe. M. ilikus terdapat pada tulang sisi ilium, sebelah belakang berfungsi menompang seikum, dan sebelah depan menyentuh kolon desenders.(Syaifuddin 2006: 92)
Gambar 2.12. Struktur Otot Perut (Sumber: http://ikdu.fk.ui.ac.id/ILMU%20OTOT%20UMUM(rev)) Batang tubuh atau badan merupakan bagian penting dalam melakukan kegiatan olahraga. Bagian batang tubuh yang berperan dalam kegiatan olahraga diantaranya otot perut. Sadoso Sumosardjuno (1994: 48) menyatakan, “Setiap atlet pada cabang olahraga apa pun memerlukan bagian tengah badan yang kuat”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, bagian tengah badan dapat mendukung gerakan lompat jauh gaya jongkok lebih maksimal. Otot-otot perut yang kuat sangat membantu gerakan kaki pada lompat jauh gaya jongkok terutama pada saat menolak pada balok tumpuan dan sikap melayang di udara. Lebih lanjut Sadoso Sumosardjuno (1994: 48) menyatakan, “Bagian tengah badan yang berkembang dengan baik selalu dapat menghasilkan gerakan kaki dan lengan semaksimal mungkin”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dengan otot-otot perut yang baik, maka gerakan kaki pada lompat jauh gaya jongkok terutama menumpu untuk menolak dan melayang di udara dapat digerakkan menurut kebutuhan, sehingga akan mendukung pencapaian jarak lompatan lebih maksimal. Keterlibatan otot perut dapat dilihat dari gerakan saat kedua kaki diangkat dan disertai ayunan kedua lengan. Pada saat gerakan tersebut otot-otot perut ikut berkontraksi membantu gerakan kaki, sehingga gerakan melompat dapat dilakukan lebih maksimal. Keterlibatan kekuatan otot perut harus dikerahkan pada teknik yang
36
benar, sehingga gerakan menumpu untuk menolak dan melayang di udara dapat dilakukan sebaik mungkin dan jarak lompatan dapat dicapai lebih maksimal. 4) Fleksibilitas Togok Fleksibilitas adalah efektivitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas (Sajoto, 1995:9) Fleksibilitas dipengaruhi oleh elastisitas otot-otot serta dinyatakan dalam satuan derajat (°). Harsono (1988:163) menyatakan bahwa lentuk tidaknya seseorang ditentukan luas atau sempitnya ruang gerak sendi-sendinya. Jadi fleksibilitas adalah kemampuan melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali oleh ruang gerak sendi, fleksibilitas juga ditentukan elastisitas tidaknya otot-otot, tendon, dan ligamen. Togok/tulang belakang (Kolumna Vertebralis) terdiri dari empat bagian Vertebra servikalis, vertebra torakalis, vertebra lumbalis dan vertebra sakralis yang berfungsi sebagai penopang badan yang kokoh dan memberi fleksibilitas memungkinkan membengkok tanpa patah (Syaifuddin,1997:22). Fleksibilitas sangat berguna untuk mencegah terjadinya cedera. Dengan dimilikinya fleksibilitas oleh seseorang akan dapat: 1) mengurangi kemungkinan terjadinya cedera otot dan sendi, 2) membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi dan kelincahan, 3) membantu memperkembang prestasi, 4) menghemat pengeluaran tenaga (efisien) pada waktu melakukan gerakan-gerakan, dan 5) membantu memperbaiki sikap tubuh (Harsono,1988:163). Pergerakan di udara atau saat melayang di udara pada gerakan lompat jauh jarang sekali diperhatikan oleh seorang atlet bahkan pelatih. Ketika berada di udara, satusatunya tujuan altet adalah memperhitungkan posisi tubuh yang optimal untuk mendarat. Atlet hampir pasti mendapatkan forward angular momentum selama lari ancang-ancang dan lepas landas. Forward angular momentum ini cenderung menyebabkan kaki berada di bawah center of gravity pada saat altet ingin kaki-kaki itu lurus ke depan. Persoalan utama yang dihadapi altet adalah meminimalkan pengaruh yang tidak diinginkan dari forward angular meomentum ini. Jika atlet dengan sengaja mencondongkan tubuh ke depan selama saat terakhir pada waktu terbang, kaki-kaki diangkat sebagai reaksi dari gerakan ini dan pendaratan sedikit bisa ditunda. Meningkatnya lamanya waktu terbang memungkinkan atlet untuk
37
melakukan penerbangan parabolis yang lebih jauh dibandingkan dengan yang sebaliknya. Pada sisi lain dari buku besar (ledger), pencondongan tubuh ke depan mengurangi jarak pendaratan (anggapannya atlet tidak terjengkang) dengan memindahkan center of gravity menjadi lebih dekat ke kaki dibandingkan yang akan terjadi jika posisi tubuh lebih tegak. Jika atlet mengambil posisi tubuh yang tegak, atau sedikit condong ke belakang, berbagai pengaruh ini akan berubah, waktu terbang menurun sementara jarak pendaratan meningkat. Pada dasarnya fleksibilitas togok ini juga berpengaruh ketika seseorang melakukan gerakan diudara. Semakin lentur maka bisa dipastikan daya lecut badan bisa bagus. Selain itu, fleksibilitas togok dapat membantu atlet supaya tidak terjengkang pada saat landing. Hal tersebut sangat mambantu seorang atlet saat meluncur di bak pasir. Sering kali kita tidak mencermati hal ini, akibatnya seorang atlet prestasinya kurang maksimal padahal masih bisa meraih yang lebih dari apa yang sudah dilakukan. Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan persendian
melalui
jangkauan gerak yang luas (James Tangkudung, 2006:67). Kelentukan adalah efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh pada bidang sendi yang luas. Kelentukan dipengarahi oleh elastisitas sendi dan elastisitas otot-otot serta dinyatakan dalam satuan derajat. Harsono (1988:163) menyatakan bahwa lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendi-sendinya. Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali olah ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot, tendon dan ligamen. William (1990:87) menyatakan bahwa kelentukan sangat berguna sekali dala tindakan preventif mengatasi cidera dan perbaikan postur yang buruk. Harsono (1988:163) menyatakan berdasarkan hasil-hasil penelitian menyatakan bahwa perbaikan dalam kelentukan akan dapat: (1) mengurangi kemungkinan terjadinya cidera-cidera otot dan sendi (2) membantu dalam mengembangkan kecakapan, koordinasi dan kelincahan (3) membantu memperkembang prestasi, (4) menghemat pengeluaran tenaga ( eflsien) pda waktu melakukan gerakan-gerakan dan (5) membantu memperbaiki sikap tubuh.
38
Macam-macam kelentukan menurut Suharno HP (1986:50) antara lain: (1) Kelentukan umum, ialah kemampuan seseorang dalam gerak dengan amplitudo yang luas dimana sangat berguna dalam gerakan olahraga pada umumnya dan menghadapi hidup sehari-hari. Kelentukan sendi-sendi tidak mengganggu atau menghambat gerakan dalam olahraga apa saja dan pekerjaan umum sesuai dengan situasi, (2) Kelentukan khusus, ialah kemampuan seseorang dalam gerak dengan amplitudo yang luas dan berseni dalam satu cabang olahraga. Tuntutan masing-masing cabang olahraga terhadap kelentukan sangat berbeda-beda. Perbedaan tersebut biasanya atas dasar perbedaan teknik masing-masing cabang olahraga dan teknik bertanding yang digunakan. Kelentukan togok dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti elastisitas otot, ligament, tendo, umur, dan jenis kelamin. Menurut Sudjarwo (1993:34), faktor-faktor yang mempengaruhi adalah: 1) Sifat elastisitas otot (ligament,tendo,dan capsula) 2) Temperatur dingin, kelentukan kurang 3) Sesudah melakukan pemanasan, massage temperature panas, kelentukan baik 4) Unsur psikologis: takut, bosan, dan kurang bersemangat, menyebabkan kelentukan kurang Usia muda adalah saat yang tepat untuk pengembangan kelentukan, sebab semakin tua kelentukan semakin menurun. Pengembangan kelentukan dapat dilakukan dengan latihan-latihan secara dinamis statis, atau dengan kombinasi keduanya. Adapun kegunaan kelentukan dalam olahraga menurut Suharno HP (1986:49) adalah untuk : 1) Mempermudah atlet dalam penguasaan-penguasaan teknik-teknik tinggi 2) Mengurangi terjadinya cedera atlet 3) Seni gerak tercermin dalam kelentukan yang tinggi 4) Meningkatkan kecepatan dan kelincahan gerak Masalah-masalah yang perlu diperhatikan dalam kaitanya melatih kelentukan adalah : 1) Pemanasan sebelum inti latihan harus cukup 2) Gerakan- gerakan jangan dipaksakan, sehingga menyebabkan jaringan-jaringan otot robek atau putus
39
3) Latihan harus sistematis, teratur, dan peningkatan latihan sedikit demi sedikit 4) Latihan harus diulang-ulang, jika merasa sakit segera dihentikan 5) Selesai latihan kelentukan perlu diimbangi lalihan kekuatan 5) Jangan memaksa atlet yang sedang muram, takut, susah untuk berlatih kelentukan 6) Latihan kelentukan sebaiknya dimulai dimulai dari anak-anak pada siang hari. Adapun macam-macam latihan yang dapat meningkatkan kelentukan menurut Suharno HP (1986:38) antara lain : 1) Peregangan dinamis dilakukan dengan menggerakkan tubuh secara ritmis dengan gerakan memutar tubuh. 2) Peregangan statis, dalam latihan perlu mengambil sikap sedemikian sehingga meregangkan suatu kelompok otot tertentu dan sikap ini dipertahankan secara statis untuk beberapa detik 3) Peregangan pasif, metode ini perlu melakukan sekelompok otot tertentu kemudian temannya membantu meregangkan otot tersebut secara perlahan-lahan sampai titik fleksibilitas maksimum dan sikap ini dipertahankan selama kurang lebih 10 detik. Cara-cara pengembangan kelentukan menurut Suharno HP (1986:50) kurang lebih antara lain : 1) Pengembangan kelentukan dapat diterapkan bentuk-bentuk latihan dinamis dan statis, serta kombinasi statis dan dinamis. 2) Bentuk-bentuk konkrit latihan kelentukan: peregangan, otot, tendo, ligamen, dan capsula. Penguluran, pelemasan, pengayunan organ yang membentuk persendian. Pada saat pendaratan yang baik pada lompat jauh merupakan lanjutan dari pola melayang pusat gaya berat. Tentunya harus terletak sejauh mungkin, yaitu pada jarak horizontal terbesar antara tumit dan pusat gaya berat tubuh. Jadi pada saat sebelum menyentuh pasir, kedua kaki/tungkai diluluskan/dijulur ke depan dan badan membengkuk ke depan (Jarver, 2005 : 31). Pada saat seperti ini tentu saja diperlukan kelentukan togok ke depan yang baik untuk melakukan pendaratan yang baik pula sehingga akan diperoleh hasil lompat yang jauh. Setelah tumit menyentuh pasir, kedua lutut segera ditekuk dan biarkan badan condong terus ke depan.
40
b. Komponen Fisik Selain kondisi fisik yang sudah diutarakan diatas, dalam segala macam cabang olahraga juga tidak terlepas dari yang namanya komponen fisik. Yang dimaksud disini adalah bahwsannya keadaan tubuh atau fisik seseorang juga sangat berpengaruh terhadap prestasi suatu cabang olahraga tertentu. Ketika komponen fisik atau keadaan fisik seseorang sudah bagus, tinggal bagaimana cara meningkatan kemampuan kondisi fisik tersebut. Dalam hal ini akan mengutarakan dua komponen fisik yang akan diteliti yang berkaitan dengan lompat jauh gaya jongkok, yaitu panjang tungkai dan juga panjang telapak kaki. 1)
Panjang Tungkai Setiap cabang olahraga menuntut syarat-syarat khusus agar mamou meraih
prestasi maksimal. Faktor antrophometri memounyai peran penting pada setiap cabang olahraga, sehingga dapat mendukung pencapaian prestasi olahraga yang maksimal. M. Sajoto (1995:11) menyatakan “Salah satu aspek dalam mencapai prestasi dalam oalhraga adalah aspek biologis yang meliputi struktur dan postur tubuh yaitu : (1) ukuran tinggi dan panjang tungkai, (2) ukuran besar, lebar dan berat badan, (3) samatotype (bentuk tubuh)”. Ukuran tinggi badan dan panjang tungkai merupakan salah satu bagian antrophometri yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi olahraga. M. Furqon H. (2003:14) menyatakan, : Perbandingan tinggi duduk dengan tinggi badan saat berdiri adalah berkaitan dengan penampian dalam berbagai cabang olahraga. Misalnya dalam lompat tinggi perbandingannya adalah tungkai lebih panjang daripada togok”. Demikian halnya bagi seorang atlet lompat harus memiliki tubuh yang tinggi dan atletis disertai dengan otot-otot yang kuat.Postur tubuh yang tinggi biasanya disertai segmen-segmen tubuh yang pnjang baik lengan mauoun tungkainya. Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin (1996:73) menyatakan, “”Orang tinggi umumnya anggota badannya seperti lengan dan dan tungkainya juga panjang. Bentuk tubuh serta anggota badan yang demikian akan memberikan keuntungan bagi cabang olahraga yang spesifikasinya memerlukan tubuh yang demikian”.
41
Tungkai merupakan bagian tubuh yang mempunyai peran pentning untuk aktivitas olahraga seperti lompat jauh. Oleh karena itu, tungkai yang panjang harus dimanfaatkan pada teknik yang benar pada saat melakukan lompatan. Secara anatomis panjang tungkai merupakan ukuran proporsi tungkai dari pangkal paha sampai telapak kaki. Tungkai yang dimaksud adalah anggota gerak bawah yang terdiri dari seluruh kaki, mulai dari pangkal paha sampai dengan jari kaki. Tungkai tersebut dapat dibagi dua macam yaitu tungkai atas dan tngkai bawah. Panjang tungkai atas yaitu panjang tungkai pada paha sedangkan panjang tungkai bawah adalah panjang tungkai pada betis. Berkaitan dengan panjang tungkai, Paket Penelitian Pembibitan Lit Bang KONI Jawa Tengah (1986:1) menyatakan, “Panjang tungkai adalah ukuran panjang yang diukur dari telapak kaki sampai pada spina illioca anterior superior”. Pendapat lain dikemukakan Ismaryati (2006:100) menyatakan, “Pengukuran panjang tungkai dari tulang belakang bawah atau dapat juga dari trochanter sampai ke lantai (telapak kaki)” Berdasarkan
pendapat
tersebut
menunjukan
bahwa,
panjang
tungkai
merupakan jarak dari pinggul sampai dengan mata-kaki. Namun dalam kegiatan olahraga termasuk lompat jauh, panjang tungkai yang dimaksud jarak pinggul sama dengan telapak kaki. Karena dalam gerakan lompat jauh melibatkan seluruh anggota gerak bawah untuk mencapai jarak lompatan sejauh-jauhnya. Karena, tungkai yang panjang memiliki jangkauan yang lebih jauh atau panjang. Jangkauan yang jauh atau panjang ini akan membantu pencapaian jarak lompatan yag maksimal. Meningkatnya struktur tubuh seseorang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada usia balita dan remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat tersebut tidak terlepas dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Makanan yang bergizi yang dikonsumsi setiap hari akan mempengaruhi pertumbuhan seseorang baik rangka tubuh maupun organ lainnya. Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro (1984:47) berpendapat , “Keadaan gizi dan kesehatan pada saat pertumbuhan akan menentukan kesiapan otot rangka dan organ tub lainnya untuk menerima beban olahraga”. Sedangkan Sugiyatno (1998:37) menyatakan, “Pengaruh gizi terhadap pertumbuhan
42
fisik dibedakan menjadi 4 macam pengaruh yaitu, (1) kecepatan pertumbuhan, (2) ukuran tubuh setelah dewasa, (3) bentuk tubuh dan (4) komposisi jaringan tubuh “. Makanan yang dikonsumsi sehari-hari aan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan rangka tubuh dan organ lainnya. Dengan pertumbuhan dan perkembangan sehingga panjangnya segmen-segmen badan berkaitan dengan tinggi badan. Keadaan segmen badan yang panjang sudah tentu terdapat penyesuaian panjang otot dan luas penampang fisiologis. Selain faktor gizi, keturunan merupaka faktor yang sangat menentukan keadaan fisik seseorang. Sugiyanto (1998:37) menyatakan, “Faktor keturunan atau genetik merupaka sifat bawaan sejak lahir yang diperoleh dari orang tuannya. Faktor ini menentukan potensi maksimum dan penampilan fisik. Terhadap sifat dan pertumbuhan fisik, faktor keturunan sangat berpengaruh. Pengaruh nyata adalah terhadap ukuran, bentuk dan kecepatan atau irama pertumbuhan” Berdasakan
dua
pendapat
tersebut
menunjukan
bahwa,
faktor
yang
mempengaruhi proporsi tubuh seseorang (termasuk panjang tungkai) mencakup faktor interal dan eksternal. Faktor internal yang akan mempengaruhi proporsi tubuh seseorang yaitu faktor keturunan. Jika kedua orang tuanya tinggi-tinggi kemungkinan besar memiliki postur tubuh yang tinggi. Postur tubuh yang tinggi umumnya disertai tungkai dan lengan yang panjang. Sedangkan faktor internal mencakup makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Jika seseorang mengkonsumsi makan sehari-hari mengandung gizi yang dibutuhkan tubuh, maka akan membantu perkembangan dan pertumbuhan secara normal baik postur tubuh maupun bagian-bagian tubuh lainnya. Panjang tungkai sebagai salah satu anggota gerak bawah memiliki peran penting dalam unjuk kerja olahraga. Sebagai anggota gerak bawah, panjang tungkai berfungsi sebagai penopang gerak anggota tubuh bagian atas, serta penentu gerakan baik dalam berjalan, berlari, melompat maupun menendang. Panjang tungkai adalah jarak vertikal antara telapak kaki sampai dengan pangkal paha yang diukur dengan cara berdiri tegak. Panjang tungkai sebagai bagian dari postur tubuh memiliki hubungan yang sangat erat dalam kaitannya sebagai pengungkit disaat melompat.
43
Menurut Hidayat (1999: 255) panjang tungkai melibatkan tulang-tulang dan otototot pembentuk tungkai baik tungkai bawah dan tungkai atas. Tulang-tulang pembentuk tungkai meliputi tulang-tulang kaki, tulang tibia dan fibula, serta tulang femur. Anggota gerak bawah dikaitkan pada batang tubuh dengan perantaraan gelang panggul, meliputi: 1) tulang pangkal paha (Coxae), 2) tulang paha (Femur), 3) tulang kering (Tibia), 4) tulang betis(Fibula), 5) tempurung lutut. Otot-otot pembentuk tungkai yang terlibat pada pelaksanaan melompat adalah otot-otot anggota gerak bawah. Otot-otot anggota gerak bawah terdiri dari beberapa kelompok otot, yaitu : 1) otot pangkal paha, 2) otot tungkai atas, 3) otot tungkai bawah dan 4) otot kaki. Menurut Aip Syarifuddin (1992: 56) otot penggerak tungkai atas, mempunyai selaput pembungkus yang sangat kuat dan disebut fasia lata. Otot-otot tungkai atas dibagi menjadi 3 golongan yaitu: 1) otot abduktor, meliputi a) muskulus abduktor maldanus sebelah dalam, b) muskulus abduktor brevis sebelah tengah, dan c) muskulus abduktor longus sebelah luar. Ketiga otot ini menjadi satu yang disebut muskulus abductor femoralis, dengan fungsi menyelenggarakan gerakan abduksi tulang femur; 2) muskulus ekstensor, meliputi: a) muskulus rektus femoris, b) muskulus vastus lateralis eksternal, c) muskulus vastus medialis internal, d) muskulus vastus intermedial; 3) otot fleksor femoris, meliputi: a) biseps femoris berfungsi membengkokkan pada dan meluruskan tungkai bawah, b) muskulus semi membranosis berfungsi membengkokkan tungkai bawah, c) muskulus semi tendinosus berfungsi membengkokkan urat bawah serta memutar ke dalam, d) muskulus sartorius berfungsi untuk eksorotasi femur, memutar keluar pada waktu lutut mengetul, serta membantu gerakan fleksi femur dan membengkokkan Menurut Aip Syarifuddin (1992: 57) otot - otot penunjang gerak tungkai bawah, terdiri dari: 1) muskulus tibialis anterior berfungsi untuk mengangkat pinggul kaki sebelah tengah dan membengkokkan kaki, 2) muskulus ekstensor falangus longus berfungsi meluruskan jari kaki, 3) otot kedang jempol berfungsi untuk meluruskan ibu jari, 4) tendon arkiles berfungsi untuk kaki di sendi tumit dan membengkokkan tungkai bawah lutut, 5) otot ketul empu kaki panjang (musculus falangus longus) berpangkal pada betis, uratnya melewati tulang jari berfungsi membengkokkan pangkal kaki, 6) otot
44
tulang kering belakang melekat pada tulang kaki berfungsi membengkokan kaki di sendi tumit dan telapak kami di sebelah dalam, 7) otot kedang jari bersama terletak di punggung kaki berfungsi untuk meluruskan jari kaki Pengukuran panjang tungkai menurut Hasnan dalam Hidayat (1999: 256) dapat dilakukan dengan cara: “setelah testee berdiri tegak, diukur tinggi badan, tinggi duduk, maka panjang tungkai tidak perlu diukur melainkan hanya mengurangi tinggi badan dengan tinggi duduk.” Seorang olah ragawan yang memiliki proporsi badan tinggi biasanya diikuti dengan ukuran tungkai yang panjang, meskipun hal itu tidak demikian, ukuran tungkai yang panjang tidak selalu memberikan keuntungan dalam jangkauan langkahnya hal ini dikarenakan kelincahan masih dibutuhkan. Komponen yang dibutuhkan membantu jangkauan langkah yang panjang diantaranya adalah kemampuan biomotor, teknik, koordinasi, serta proporsi fisik yang bagus didalamnya. Sehingga semakin panjang tungkai akan dapat diikuti dengan jangkauan langkah yang semakin panjang sehingga waktu yang diperlukan untuk menempuh suatu jarak tertentu lari akan semakin pendek, dengan kata lain waktu tempuhnya menjadi lebih cepat dan energi yang dikeluarkan akan semakin sedikit. Dengan demikian panjang tungkai yang dimaksud peneliti adalah jarak antara pangkal paha sampai dengan pangkal kaki seseorang. Istilah ini selanjutnya akan digunakan dalam penulisan ini, mengingat istilah panjang tungkai sudah merupakan istilah umum yang dipakai dalam kegiatan olahraga. Pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok dipengaruhi oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal dari pelompat sangat menentukan dalam pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok. Faktor internal salah satunya proporsi tubuh atlet. Selain menguasai teknik lompat jauh yang benar, memanfaatkan proporsi tungkai akan dapat membantu pencapaian prestasi lompat jauh. Untuk mencapai prestasi yang maksimal dalam lompat jauh, maka panjang tungkai harus dimanfaatkan pada teknik yang benar. Ditinjau dari biomekanika bahwa, tungkai yang panjang memiliki jangkauan yang jauh atau panjang. Dengan demikian, tungkai yang panjang memiliki ayunan yang lebih panjang atau jauh, sehingga dapat membantu pencapaian jarak
45
lompatan lebih maksimal. Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 73) menyatakan, “Keuntungan kaki yang panjang adalah dimungkinkan bertambahnya panjang langkah”. Pendapat lain dikemukakan Sudarminto (1995: 40) bahwa, “Makin panjang pengungkit makin besar usaha yang digunakan untuk mengayun”. Sedangkan ditinjau teknik melayang di udara dan dilanjutkan mendarat Adang Suherman dkk., (2001: 120) menyatakan, “Salah satu sasaran pokok dari teknik melayang di udara yaitu, menyiapkan letak kaki dalam posisi yang menguntungkan pada waktu mendarat, yaitu dengan cara menjulurkan kaki lemas ke depan”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan, tungkai yang panjang memungkinkan memiliki ayunan kaki yang lebih panjang, sehingga hal ini akan mempangaruhi pencapaian jarak lompatan. Dengan tungkai yang panjang, maka pelompat dapat menjulurkan kedua tungkainya jauh ke depan, sehingga dapat mencapai jarak lompatan yang maksimal. Namun sebaliknya, bagi pelompat yang tungkainya pendek, jangkauan tungkainya pendek pula, sehingga jarak lompatannya tidak maksimal. Untuk keselamatan dan efektifitas pendaratan dibantu dengan menjatuhkan badan ke depan. 2) Panjang Telapak Kaki Telapak kaki mempunyai dua fungsi utama, yaitu: 1) sebagai penyokong berat badan, 2) berfungsi sebagai pengungkit untuk memajukan tubuh sewaktu berjalan atau berlari (Snell, 2006:642). Telapak kaki merupakan komponen pembentuk ekstrimitas inferior, yang tersusun dari sekelompok tulang yaitu: calcaneus, talus, navikular, cuboit, cuneiform, metatarsal, dan palanges. Telapak kaki dapat menyokong berat badan dan berfungsi sebagai pengungkit yang kaku untuk gerakan kedepan. Gerak maju seluruhnya akan tergantung pada aktivitas m.gastrocnemius dan m.soleus. Karena pengungkit ini terdiri atas segmen-segmen dengan banyak sendi. Otot-otot flexor panjang dan otot-otot kecil kaki dapat menggunakan fungsinya pada tulang-tulang kaki bagian depan dan jarijari (sebagai landasan maju kaki) dan sangat membantu gerakan maju kedepan m. Gastrocnemius dan m. Soleus.
46
Gambar 2.13. Telapak Kaki (www.kaskus.co.id)
1) Fungsi Gerak Maju Kaki a) Berdiri diam Berat badan didistribusikan melalui tumit dibelakang dan caput ossis metatarsi didepan (termasuk kedua os sesomoideum dibawah caput ossis metatarsi pertama). b) Berjalan Sewaktu berat badan berpindah kedepan berat tersebut berturut-turut disokong oleh pinggir lateral kaki dan caput ossis metatarsi sewaktu tumit terangkat, jari-jari ekstensi pada articulationes metatarsophalangea dan aponeutosis plantaris tertarik sehingga memendekkan tali penahan (tie beam) dan meninggikan arcus longitudinalis. Tendo otot-otot flexor panjang yang kendur dikencangkan, sehingga meningkatkan efisiensinya. Beban kemudian terdorong kedepan oleh: (1) kerja m. Gastrocnemius dan m. Soleus (dan m. Plantaris) pada sendi pergelangan kaki, menggunakan kaki sebagai pengungkit dan, (2) jari-jari kaki mengalami fleksi kuat oleh otot-otot flexor panjang dan pendek kaki, mengakibatkan akhir dari dorongan kedepan. Mm. Lumbricles dan mm. Interossei berkontraksi dan menjaga jari-jari kaki tetap dalam keadaan ekstensio sehingga tidak tertekuk kebawah karena kuatnya tarikan m. Flexor digitorum longus. Dalam gerakan ini tendo-tendo flexor panjang juga membantu plantar flexsi sendi pergelangan kaki.
47
c) Berlari Bila seorang berlari, berat badan menumpu pada bagian depan kaki, dan tumit tidak menyentuh tanah. Lemparan kedepan tubuh disebabkan oleh mekanisme (1) dan (2) seperti pada berjalan (Snell, 2006:643). Prinsip kerja pengungkit terdiri dari tiga macam pengungkit dilihat dari letak tuas (titik dimana pengungkit berotasi) dengan titik penerapan gaya dan titik penerapan beban. Pada sebuah pengungkit, jarak garis tegak lurus dari suatu gaya terhadap sumbunya dinamakan lengan momen. Lengan momen untuk penerapan gaya disebut dengan lengan gaya (FA), sedangkan lengan momen untuk beban disebut dengan lengan beban (RA). Pengungkit tipe pertama merupakan tipe pengungkit dimana tuas terletak diantara titik penerapan gaya dan titik penerapan beban. Pengungkit tipe pertama mungkin memiliki lengan gaya dan lengan beban yang sama (gaya dan beban di terapkan sama jauhnya dari tuas). Secara mekanik ada dua macam jenis pengungki jenis pertama yang dapat berfungsi untuk melipat-gandakan gaya atau memperbesar kecepatan dan luas gerak. Pertama, jika lengan gaya lebih panjang dari pada lengan beban, hal ini digunakan untuk memperoleh gaya yang lebih besar. Kedua, jika lengan beban lebih panjang daripada gaya akan mendapatkan keuntungan untuk memperoleh kecepatan dan luas gerak.
A
F
R Gambar 2.14 Pengungkit Tipe I (Hidayat, 1997:227)
Keterangan gambar: A
: Tuas
F
: Titik gaya
R
: Titik beban
FA
: Lengan gaya
RA
: Lengan beban
48
Pengungkit tipe kedua merupakan tipe pengungkit yang memiliki lengan gaya lebih panjang dibandingkan dengan lengan beban oleh karena titik tangkap beban selalu berada diantara tuas dan titik penerapan gaya. Pengungkit tipe kedua ini memberikan keuntungan penambahan gaya dengan mengorbankan kecepatan gerak.
F
A
R Gambar 2.15. Pengungkit Tipe II (Hidayat, 1997:227) Pengungkit tipe ketiga merupakan tipe pengungkit yang memiliki lengan beban lebih panjang dibandingkan dengan lengan gaya, karena kerja gaya selalu berada diantara tuas dan titik penerapan beban. Pengungkit tipe ketiga memberikan keuntungan penambahan kecepatan dengan mengorbankan pemakaian gaya. Pada umumnya sebagian besar gerak yang terjadi pada tubuh manusia merupakan penerapan prinsip kerja pengungkit tipe ketiga. F
A
R Gambar 2.16 Pengungkit Tipe III (Hidayat, 1997:228)
Semakin panjang lengan gaya, semakin sedikit energi yang digunakan untuk menggerakkan beban, demikian pula sebaliknya semakin panjang lengan beban maka akan semakin besar energi yang digunakan untuk mengatasinya. Keuntungan secara mekanis suatu alat kerja dikatakan baik jika alat itu efisien, tidak baik jika tidak efisien. Pertanyaanya bagaimana kita mengukur efisien alat tersebut?. Karena alat tersebut digunakan untuk mengefisienkan gaya, maka yang diukur adalah kemampuan untuk memperkecil gaya, yang disebut sebagai keuntungan mekanis.
49
Pada pengungkit, keuntungan mekanis adalah perbandingan antara beban yang harus diatasi dan gaya yang digunakan. Barthles
(1981:54)
mengemukakan
bahwa
pengungkit
digunakan
untuk
memperoleh keuntungan mekanis, sehingga dengan gaya kecil yang diterapkan pada lengan gaya yang panjang dapat diubah untuk mengatasi atau mengangkat beban yang cukup besar atau untuk memperoleh kecepatan yang tinggi. Pada tubuh manusia, lengan momennya adalah tulang, titik tumpu terletak pada tulang sendi dan gaya diberikan oleh otot-otot yang menyisip pada tulang. Bebannya adalah berat bagian tubuh yang bergerak ditambah beban apa saja yang ditambahkan. Jauhnya titik tangkap beban dari persendian tergantung pada berat bagian tubuh ditambah dengan berat badan, dengan demikian semakin berat bebannya maka titik tangkap beban semakin jauh dari sumbunya. Sebenarnya, sistem pengungkit pada tubuh manusia lebih banyak menggunakan sistem pengungkit tipe ketiga. Hal tersebut dapat dilihat pengungkit pada tubuh manusia memiliki lengan gaya lebih pendek dibandingkan dengan lengan bebannya, karena otototot yang bekerja atau yang menggerakkan bagian-bagian tubuh menyisip dekat dengan tulang sendi dan titik tangkap beban jauh dari persendian sebagai tuas, maka sistem pengungkit pada tubuh manusia memberikan keuntungan dalam hal kecepatan, tetapi lain halnya ketika melakukan tolakan. Pada saat melakukan tolakan, sistem pengungkit yang digunakan adalah sistem pengungkit tipe kedua. Ditinjau berdasarkan tipe-tipe pengungkit tersebut sistem pengungkit yang berlaku pada gerakan ekstensi sendi pergelangan kaki termasuk dalam tipe kedua. Pada sistem pengungkit tipe kedua berlaku prinsip bahwa oleh karena jarak antara sumbu dan titik gaya pada batang pengungkit lebih panjang dibandingkan jarak antara sumbu dan titik badan, maka didapat keuntungan dalam efisiensi penggunaan gaya dalam menghasilkan gerakan pengungkit. Sesuai dengan prinsip ini, dalam setiap pengungkit ekstensi sendi pergelangan kaki akan memperoleh keuntungan dalam efisiensi dalam penggunaan gaya apabila telapak kaki yang berperan sebagai batang pengungkit mempunyai ukuran lebih panjang.
50
Gambar 2.17. Sistem Pengungkit pada Telapak Kaki (www.kaskus.co.id) Struktur yang bersegmen seperti pada telapak kaki hanya dapat menyokong berat badan bila dibangun dalam bentuk lengkung. Telapak kaki mempunyai tiga lengkung yang telah ada sejak lahir, yaitu: a)
Arcus Longitudinalis Lateralis
b) Arcus longitudinalis medialis c)
Arcus transversus pedis dextra
Lengkung-lengkung kaki dipertahankan oleh: a)
Bentuk tulang
b) Ligamen-ligamen yang kuat c)
Tonus otot Bajiman dan Stecko memperlihatkan secara elektromiografi bahwa m. Tibialis
anterior, m. Peroneus longus, dan otot-otot kecil kaki tidak berperan penting dalam menyokong arcus dalam keadaan statis. Umumnya otot-otot itu sama sekali tidak aktif, akan tetapi pada waktu berjalan dan berlari semua otot-otot ini menjadi aktif. Berdiri dalam waktu yang lama, terutama pada orang gemuk, akan membebani tulang-tulang dan ligamentum-ligamentum kaki secara berlebihan dan akan menyebabkan turunnya lengkung kaki atau kaki ceper
51
B. Penelitian yang relevan Beberapa penelitian yang memiliki relevansi paling dekat dengan penelitian ini antara lain : 1.
Hadi Purwanto (2013) meneliti sumbangan lari 30 meter dan daya ledak otot tungkai terhadap hasil lompat jauh, yang menyimpulkan terdapat sumbangan yang signifikan lari 30 meter dan daya ledak otot tungkai terhadap hasil lompat jauh.
2.
Kasmono (2009) meneliti perbedaan pengaruh metode latihan Plyometric
dan
fleksibiltitas togok terhadap peningkatan prestasi lompat jauh gaya jongkok. 3.
Khoirul Huda (2011) meneliti hubungan antara kecepatan lari maksimum, berat badan dan daya ledak otot tungkai terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok, yang menyimpulkan adanya sumbangan yang berarti antara kecepatan maksimum lari, berat badan dan daya ledak otot tungkai terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok.
4. I Nyoman Armanda Triaksama (2014), yang meneliti tentang pengaruh metode latihan interval anaerob terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter ditinjau dari rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan (studi eksperimen metode latihan interval anaerob waktu kerja-istirahat 1:5 dan 1:10 pada mahasiswa jurusan penjaskesrek fakultas olahraga dan kesehatan undiksha)
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut : Kondisi fisik dan kemampuan kondisi fisik merupakan unsur yang penting dalam menunjang penampilan seseorang/atlet dalam olahraga, sehingga untuk melakukan gerakan lompat jauh dibutuhkan latihan fisik terutama terfokus pada faktor kondisi fisik dan kemampuan kondisi fisik. Unsur fisik dan kemampuan kondisi fisik yang berpengaruh pada olahraga atletik nomor lompat jauh antara lain kekuatan otot tungkai, kecepatan lari, kekuatan otot perut, fleksibilitas togok, panjang tungkai, dan panjang telapak kaki. 1. Hubungan kekuaatan otot tungkai terhadap lompat jauh gaya jongkok. Salah satu unsur kondisi fisik dalam melakukan lompat jauh dalah kekuatan otot tungkai. Hal ini perlu diperhatikan bagi kita semua, khususnya untuk para atlet dan pelatih.
52
Baik take off dan mendarat pada bak lompatan sangatlah perlu memperhatikan kekuatan otot tungkainya. Salah satu faktor penting tambahan yang dapat mempengaruhi kinerja lompat jauh adalah keterampilan. Ketika melakukan lompatan sangatlah besar kaitannya dengan kekuatan otot tungkai. Semakin kuat otot tungkainya, maka bisa dipastikan hasil lompatannya juga akan meningkat. Kekuatan otot tungkai ini diperlukan ketika waktu awalan, yakni waktu lari. Selain itu juga diperlukan ketika waktu take off. Semakin kuat otot tungkai maka bisa dipastikan hasil tumpuan juga semakin baik dan hal ini bisa mempengaruhi hasil lompatan. Selanjutnya untuk otot tungkai yang kuat juga berpengaruh ketika waktu tumpuan ketika mendarat. Sebagai penopang badan maka sangatlah mungkin ketika otot tungkainya bagus, maka tumpuan waktu jatuh di bak lompatan tidak akan goyah sehingga akan memperoleh hasil yang jauh atau lebih baik. 2. Hubungan kecepatan lari terhadap lompat jauh gaya jongkok. Dalam melakukan ketrampilan lompat jauh kecepatan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai. Semakin cepat seorang atlet melakukan start atau awalan maka bisa dipastikan lompatannya juga bagus. Kecepatan run-up (RUV) dan teknik take off adalah yang paling penting untuk panjang lompat jauh. Semakin cepat dan dengan diikuti kekuatan tungkai yang bagus, maka power akan semakin bagus pula. Dalam melakukan awalan lompat jauh inilah kecepatan lari sangat berperan banyak demi menghasilkan hasil lompatan yang bagus pula. Pada dasarnya kecepatan juga sangat erat hubungannya dengan kekuatan otot tungkai seorang atlet. Atlet tidak akan bisa lari secepat mungkin bilamana kekuatan otot tungkainya kurang baik. Dengan memiliki kecepatan yang bagus, maka bisa dipastikan prestasi dalam lompatan akan semakin bagus. 3. Hubungan kekuatan otot perut terhadap lompat jauh gaya jongkok. Kekuatan otot perut sering kali diabaikan dalam melatih seseorang pada nomor lompat jauh. Hal tersebut sangat wajar karena pengaruhnya hampir tidak terasa ataupun terihat. Ketika kita melakukan loncatan ataupun lompatan maka otot perut kita juga akan kontraksi. Pada nomor lompat jauh, kekuatan otot perut ini juga digunakan sebagai penunjang ketika atlet dalam keadaan menolak pada balok tumpuan dan juga ketika mendarat. Ketika atlet sedang melakukan rangkaian lompatan, maka tidak akan lepas dari fase melayang diudara sebelum akhirnya jatuh di bak lompatan. Pada waktu inilah kekuatan otot perut berperan
53
dalam menentukan hasil lompatan. Ketika waktu menolak di papan tolakan, pasti juga akan menggunakan kekuatan otot perut sebagai salah satu komponen dalam menentukan hasil melayang. Dari situlah mengapa kekuatan otot perut ini menjadi salah satu faktor dimana seseorang bisa meraih pencapaian yang maksimal dalam melakukan lompatan. 4. Hubungan fleksibilitas togok terhadap lompat jauh gaya jongkok. Pergerakan di udara atau saat melayang di udara pada gerakan lompat jauh jarang sekali diperhatikan oeh seorang atlet bahkan pelatih. Pada dasarnya fleksibilitas togok ini juga berpengaruh ketika seseorang melakukan gerakan diudara. Semakin lentur maka bisa dipastikan daya lecut badan bisa bagus. Hal tersebut sangat mambantu seorang atlet saat meluncur di bak pasir. Hal ini berkaitan erat dengan kekuatan otot perut seorang pelompat. Ketika otot perut dan fleksibilitas togok bagus, maka hasilnya juga bisa dipastikan bagus pula. Sering kali kita tidak mencermati hal ini, akibatnya seorang atlet prestasinya kurang maksimal padahal masih bisa meraih yang lebih dari apa yang sudah dilakukan. 5. Hubungan panjang tungkai terhadap lompat jauh gaya jongkok. Ketika kita memilih atlet pada nomor lompat maka seringkali kita melihat seberapa panjang tungkainya. Hal ini memang menjadi patokan para pelatih atau pembina dalam memilih calon atlet yang akan dibina. Faktor ini bisa sangat berpengaruh terhadap hasil lompatan seorang atlet. Dalam hal ini kaitannya adalah ketika seorang atlet mempunyai tungkai yang relatif panjang, maka bisa berpengaruh terhadap langkah ketika lari maupun langkah ketika mendarat pada tempat lompatan. Seseorang yang mempunyai tungkai yang panjang bisa dengan mudah melakukan langkah lari maupun ketika melayang di udara pada waktu akan mendarat di tempat lompatan. 6. Hubungan panjang telapak kaki terhadap lompat jauh gaya jongkok. Salah satu penunjang prestasi dalam cabang olahraga adalah proporsi tubuh (rasio anthropometrik), dalam hal ini yang dimaksudkan adalah panjang telapak kaki. Telapak kaki merupakan salah satu faktor dimana atlet bisa memaksimalkan larinya ketika bentuk telapak kakinya bagus. Disamping digunakan dalam lari, pada nomor lompat ini telapak kaki juga mempunyai peranan penting ketika dgunakan dalam momentum ketika take off . Keuntungan memiliki telapak kaki yang panjang bisa menjadi suatu alat kerja yang bekerja berdasarkan asas-asas momen yaitu sebagai pengungkit anatomi. Pengungkit
54
ialah suatu batang yang kaku yang dapat berputar pada titik yang tetap bila gaya digunakan untuk mengatasi beban. Bila pengungkit bergerak, berarti pengungkit melakukan dua fungsi penting, yaitu: pengungkit digunakan untuk mengatasi beban yang lebih besar dari pada gaya, atau untuk memperbesar jarak bergeraknya beban dengan gaya yang lebih besar dari pada beban. Bila tidak bergerak, berarti pengaruh putaran (momen) dari gaya sama dengan pengaruh putaran (momen) dari beban dan pengungkit dalam keadaan seimbang.
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2006:71). Berdasarkan pada landasan teori yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis yang dianjurkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ada hubungan positif antara variabel kekuatan otot tungkai dengan lompat jauh gaya jongkok. 2. Ada hubungan positif antara variabel kecepatan maksimum lari dengan lompat jauh gaya jongkok. 3. Ada hubungan positif antara variabel kekuatan otot tungkai dengan lompat jauh gaya jongkok. 4. Ada hubungan positif antara variabel fleksibilitas togok dengan lompat jauh gaya jongkok. 5. Ada hubungan positi antara variabel panjang tungkai dengan lompat jauh gaya jongkok. 6. Ada hubungan positif antara variabel panjang telapak kaki dengan lompat jauh gaya jongkok. 7. Ada hubungan positif antara variabel bebas secara bersama-sama dengan lompat jauh gaya jongkok.