5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN
A. Kajian Pustaka A.1. Teori A.1.1 Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Haming (2011:24) Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pengkoordinasian, penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa yang berhubungan dengan proses pengolahan masukan menjadi keluaran dengan nilai tambah yang lebih besar. Pada pemahaman lain Fahmi (2012:3) mengungkapkan bahwa Manajemen produksi merupakan suatu ilmu yang membahas secara komprehensif bagaimana pihak manajemen produksi perusahaan mempergunakan ilmu dan seni yang dimiliki dengan mengarahkan dan mengatur orang-orang untuk mencapai suatu hasil produksi yang diinginkan. A.1.2. Pengendalian dan Persediaan Menurut Widiasanti (2013:21) pengendalian manajemen merupakan usaha yang tersistematis dari perusahaan untuk mencapai tujuannya dengan cara membandingkan prestasi kerja dengan rencana dan membuat tindakan yang tepat untuk mengoreksi perbedaan yang penting.
5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6 Mockler pada tahun 1972 dalam Widiasanti (2013:7) mengemukakan bahwa pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan standar, kemudian mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran. Widiasanti (2013:22) juga mengemukakan bahwa Manfaat dari fungsi pengendalian adalah memperkecil kemungkinan kesalahan yang terjadi dari segi kualitas, kuantitas, biaya, maupun waktu. Widiasanti (2013:22) juga mengatakan dalam proyek konstruksi pengendalian diperlukan untuk menjaga agar pelaksanaan tidak menyimpang dari perencanaan tiap pekerjaan yang dilaksanakan harus benarbenar diinspeksi dan dicek oleh pengawas lapangan, apakah sudah sesuai atau belum. Menurut Haming (2012:4) sediaan merupakan sumber daya ekonomi yang perlu diadakan dan disimpan untuk menunjang penyelesaian pengerjaan suatu produk. Sumber daya ekonomi tersebut dapat berupa kapasitas produksi, tenaga kerja, tenaga ahli, modal kerja, waktu yang tersedia, dan bahan baku serta bahan penolong. Namun demikian dalam kajian yang dilakukan sekarang, sediaan dibatasi pada material, produk sedang dalam proses pengerjaan, dan barang jadi. Menurut Fahmi (2012:109) manajemen persediaan adalah kemampuan suatu perusahaan dalam mengatur dan mengelola setiap kebutuhan barang baik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7 barang mentah, barang setengah jadi, dan barang jadi agar selalu tersedia baik dalam kondisi pasar yang stabil dan berfluktuasi. Murdifin (2012:4) menyimpulkan bahwa persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw material), produk jadi (finish product), komponen rakitan (componen), bahan pembantu (substance material), dan barang sdng dalam proses pengerjaan (working in process inventory) Menurut Handoko dalam Supriyatin (2013:101) istilah persediaan (inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumber daya mungkin internal ataupun eksternal. Ini meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan-bahan pembantu atau pelengkap, dan komponenkomponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan. A.1.3. Fungsi Persediaan Menurut Heizer dalam Supriyatin (2013:102) persediaan dapat memiliki berbagai fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan. Ada 6 penggunaan persediaan, yaitu: 1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memiliki permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen 2. untuk memasangkan produksi dengan distribusi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8 3. untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian dalam jumlah besar dapat secara substansial menurunkan biaya produk. 4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga. 5. Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat. 6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan menggunakan barang dalam proses dalam persediaannya. Menurut Ishak (2010:162) Fungsi utama persediaan yaitu sebagai penyangga, penghubung antar proses produksi dan distribusi untuk memperoleh efisiensi. Fungsi lain dari persediaan yaitu sebagai stabilisator harga terhadap fluktuasi permintaan. A.1.4. Tujuan Pengendalian Persediaan Tujuan pengendalian persediaan, Menurut Prof. H. Murdifin Haming (2012:56) pengadaan sediaan umumnya ditujukan untuk memenuhi hal-hal berikut: 1. Untuk memelihara independensi operasi 2. Untuk memenuhi tingkat permintaan yang bervariasi 3. Untuk menerima manfaat ekonomi atas pemesanan bahan dalam jumlah tertentu 4. Untuk menyediakan suatu perlindungan terhadap variasi dalam waktu penyerahan 5. Untuk menunjang fleksibilitas penjadwalan produksi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9 Ada dua macam pendekatan utama dalam pengendalian persediaan menurut haming (2012:13) yaitu; sistem pemesanan dengan jumlah yang tetap (Fixed Order Quantity System), dan sistem pemesanan dengan periode waktu yang tetap (Fixed Time Period reordering System). Menurut Heizer dalam Supriyatin (2013/107) berbagai model persediaan dan biaya yang terkait dengan berbagai model persediaan yaitu: 1. Permintaan dependen Vs permintaan dependen Model pengendalian persediaan mengasumsikan bahwa permintaan untuk suatu barang bersifat independen atau dependen terhadap permintaan barang lainnya. Permintaan dependen mengasumsikan bahwa permintaan untuk satu produk tidak berkaitan dengan permintaan untuk produk lainnya. Sedangkan permintaan independen berarti permintaan satu produk berkaitan dengan permintaan untuk produk lainnya 2. Biaya penyimpanan, pemesanan dan pemasangan Biaya penyimpanan (holding cost) adalah biaya-biaya yang berkiaitan dengan penyimpanan atau penahan (carrying) persediaan sepanjang waktu tertentu. Oleh karena itu, biaya penyimpanan juga mencakup biaya yang berkaitan dengan gudang seperti biaya asuransi, staffing tambahan dan pembayaran bunga. Biaya pemesanan (ordering cost) mencakup biaya-biaya pasokan, formulir, pemrosesan pesanan, tenaga para pekerja dan sebagainya. Biaya pemasangan adalah biaya-biaya untuk mempersiapkan mesin atau proses untuk memproduksi pesanan. Biaya pemasangan biasanya menutut adanya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10 sejumlah kerja tertentu sebelum suatu operasi betul-betul dijalankan di pusat kerja. Kebanyakan persiapan yang diperlukan oleh pemasangan dapat dilakukan sebelum penghentian mesin atau proses yang ada. Menurut Ishak (2010:159) Persediaan (inventory) dalam konteks produksi dapat diartikan sebagai sumber daya menganggur (idle resource). Sumber daya menganggur ini belum digunakan karena menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lebih lanjut disini dapat berupa kegiatan produksi seperti dijumpai pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi seperti pada sistem rumah tangga. Menurut Ishak (2010:159) keberadaan persediaan atau sumber daya menganggur ini dalam suatu sistem mempunyai tujuan tertentu. Alasan utamanya adalah karena sumber daya tertentu tidak bisa didatangkan ketika sumber daya tersebut dibutuhkan. Sehingga untuk menjamin tersedianya sumber daya tersebut perlu adanya persediaan yang siap digunakan ketika dibutuhkan. A.1.5. Material Requirements Planning Menurut Haming (2012:32), MRP adalah suatu metode yang dimulai dengan kegiatan peramalan terhadap permintaan produk jadi yang independen, menentukan kebutuhan permintaan terikat untuk: a. kebutuhan terhadap tiap jenis komponen b. Jumlah Pasti yang benar-benar diperlukan c. Waktu peramalan secara bertahap yang diperlukan untuk memenuhi pesanan Menurut Handoko dalam Supriyatin (2013:117) bila perusahaan merakit produk-produk yang relatif kompleks, pengendalian persediaan komponen-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11 komponen itu harus melalui penggunaan sistem yang disebut perencanaan kebutuhan bahan atau MRP. Menurut Daryanto (2012:27) Perencanaan kebutuhan material atau yang sering dikenal dengan MRP adalah suatu sistem informasi yang terkomputerisasi untuk mengatur persediaan permintaan yang dependent dan mengatur jadwal produksi. Sistem ini bertujuan untuk mengurangi tingkat persediaan dan meningkatkan produktifitas. Terdapat dua hal penting dalam MRP yaitu lead time dan berapa banyaknya jumlah material yang sebaiknya dipesan. Render (2004) juga mengemukakan pendapat tentang MRP dalam Haming (2012:32) bahwa MRP adalah model permintaan terkait yang menggunakan daftar kebutuhan bahan, status persediaan, penerimaan yang diperkirakan, jadwal produksi induk, yang dipakai untuk menentukan kebutuhan material yang akan digunakan. Render dalam Supriyatin (2013:17) juga menyatakan bahwa MRP adalah suatu cara untuk menentukan/memenuhi keperluan akan material dengan dibantu/menggunakan daftar informasi inventory, tagihan, pendapatan yang diharapkan dan jadwal produksi. Johny dalam Supriyatin (2013:117) menyatakan bahwa perencanaan kebutuhan material atau yang sering dikenal dengan MRP adalah suatu sistem informasi yang terkomputerisasi untuk mengatur persediaan permintaan yang dependent dan mengatur jadwal produksi. Sistem ini bertujuan untuk mengurangi tingkat persediaan dan meningkatkan produktifitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12 Menurut Chase (2001) dalam Haming (2012:32) bahwa MRP adalah logika untuk menentukan banyaknya part, komponen, dan material yang diperlukan untuk memproduksi suatu produk. MRP juga menyediakan jadwal yang menetapkan kapan material, komponen dan part yang diperlukan harus diorder atau diproduksi Haming (2012:32) mengartikan MRP sebagai sebuah metode perencanaan dan pengendalian material (bahan baku, parts, komponen, subkomponen) yang terikat pada unit produksi yang akan dihasilkan disertai penentuan jadwal dan unit yang harus dipesan, dan penentuan kapan pesanan itu harus diterima. Perencanaan kebutuhan bahan atau Material Requirement Planning menurut Tampubolon dalam Supriyatin (2013:117), merupakan komputerisasi sistem persediaan seluruh bahan yang dibutuhkan dalam proses konversi suatu perusahaan, baik usaha manufaktur maupun usaha jasa. Yang dimaksud dengan bahan disini adalah semua jenis bahan, termasuk komponen (parts) didalam membuat suatu produk. Jensen dalam Daryanto dalam Supriyatin (2013:118) menyatakan bahwa MRP adalah prosedur penjadwalan untuk proses produksi yang terdiri atas beberapa level. Informasi yang diberikan menggambarkan kebutuhan produksi barang jadi dalam sistem, struktur sistem produksi, inventory, dan prosedur lot sizing untuk masing-masing operasi. MRP menentukan jadwal operasi dan pembelian bahan baku. Menurut Haming (2012:33) langkah yang perlu ditempuh dalam penerapan MRP adalah sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13 1.
Perusahaan harus lebih dahulu menetapkan jumlah produk aktif (finish product) yang akan diproduksi, dalam usaha menjawab permintaan yang ada. Penentuan ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan angka pesanan pelanggan dengan angket pesanan yang disampaikan, atau dengan melakukan estimasi statistik atas jumlah permintaan terhadap produk akhir.
2.
Perusahaan harus melakukan pemantauan atas status persediaan untuk setiap jenis material secara berkala melalui stock opname. Sediaan yang ada menjadi pengurang terhadap kebutuhan total yang diturunkan dari target produksi. Informasi atas penerimaan sediaan, sediaan yang sedang dalam pesanan, sediaan yang telah dipakai, dan sisa yang masih ada di gudang harus dicatat dalam buku persediaan.
3.
Perusahaan menetapkan jumlah unit yang dibutuhkan dari setiap material yang akan diproses guna memenuhi target produksi yang sudah didefinisikan. Untuk menentukan jumlah unit dari setiap jenis material yang diperlukan, perusahaan harus menyusun struktur bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan satu unit produk. Struktur bahan setiap unit produk ini disebut Bill Of Material (BOM) Haming (2012:36) mengemukakan bahwa ada tiga macam
metode
penetapan jumlah unit yang harus dipesan, ketiga metode itu adalah; Fixed Order Quantity, Periodic Order Quantity, dan Lot for Lot. Haming (2012:37) berpendapat tentang Metode Lot for Lot bahwa, Pada metode ini unit yang diorder disesuaikan dengan jumlah kebutuhan bersih dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14 periode yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu, unit yang diorder dapat saja berbeda pada setiap waktu melakukan pemesanan. Pada setiap akhir periode terkait, sediaan yang ada sama dengan nol (tanpa sediaan). Haming (2012:37) juga menerangkan bahwa, Model LFL ini memiliki kesamaan dengan model kedua (POQ), yaitu jumlah unit yang diorder dapat bervariasi dari periode ke periode dan sediaan pada akhir periode sama dengan nol. Perbedaannya adalah, metode POQ waktu pemesanan terikan dengan waktu pemesanan yang sudah dijadwalkan. Sedangkan LFL tergantung pada lead time. Heizer dan Render (2016:654) menjelaskan bahwa teknik LFL akan memenuhi kebutuhan permintaan hanya sesuai kebutuhan, tidak ada penyimpanan keamanan dan tidak mengantisipasi adanya pesanan lebih lanjut. Menurut Heizer dan Render (2016:655) POQ merupakan teknik ukuran lot yang melakukan pesanan atas kuantitas yang dibutuhkan selama periode yang telah ditetapkan sebelumnya antara pemesanan. Buffa dan sari dalam Supriyatin (2013:118) juga mengemukakan bahwa metode perencanaan kebutuhan bahan atau MRP, memanfaatkan informasi tentang kebergantungan
pada
permintaan
untuk
memanajemeni
persediaan
dan
pengendalian ukuran lot produksi dari berbagai komponen yang diperlukan untuk membuat suatu produk akhir. Menurut Tampubolon dalam Supriyatin (2013:118) Sistem MRP sangat efektif digunakan apabila dalam proses konversi di suatu perusahaan menggunakan banyak ragam bahan atau komponen. MRP dirancang dan dikembangkan sekaligus
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15 sebagai sistem pengendalian bahan dan komponen yang mempunyai sifat ketergantungan (dependent) kepada permintaan. Yamit dalam Supriyatin (2013:118) menyatakan bahwa tujuan dari perencanaan kebutuhan bahan baku atau MRP adalah: 1. Menjamin tersedianya material, item atau komponen pada saat dibutuhkan untuk memenuhi jadwal induk produksi dan menjamin tersedianya produk jadi bagi konsumen. 2. Menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum 3. Merencanakan aktivitas pengiriman dan aktivitas pembelian Menurut Handoko dalam Supriyatin (2013:119) Sistem MRP memainkan peranan penting dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang bahan-bahan dan komponen-komponen apa yang harus dibuat atau dibeli, berapa jumlah yang dibutuhkan dan kapan dibutuhkan. Ini bukan merupakan tugas kecil, tetapi memerlukan tenaga manusia dan atau tenaga komputer dalam jumlah yang cukup besar untuk melakukannya secara efektif. Menurut Heizer beberapa keuntungan dari MRP adalah sebagai berikut: 1. peningkatan pelayanan dan kepuasan konsumen 2. peningkatan pemanfaatan fasilitas dan tenaga kerja 3. perencanaan dan penjadwalan persediaan yang lebih baik 4. Tanggapan yang lebih cepat terhadap perubahan dan pergeseran pasar. 5. Tingkat persediaan menurun tanpa mengurangi pelayanan kepada konsumen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16 Menurut Daryanto (2012:30) Arus informasi yang diperlukan untuk mengerjakan perencanaan kebutuhan bahan merupakan suatu rantai yang tidak bisa dipisahkan, artinya apabila salah satu informasi yang diperlukan tidak terpenuhi maka akan membuat perencanaan yang dikerjakan menjadi tidak sempurna. Manfaat dari MRP menurut Assauri (2016:238) adalah: 1. Terdapatnya tanggapan yang lebih baik atas pesanan pelanggan, sebagai hasil perbaikan dalam menanti schedule. 2. Terdapatnya tanggapan yang lebih cepat atas terjadinya perubahan pasar. 3. Dapat meningkatkan utilisasi fasilitas dan tenaga kerja 4. Dapat diperolehnya pengurangan tingkat inventory Menurut Yamit dalam Daryanto (2012:30) Informasi yang diperlukan dalam perencanaan bahan tersebut diatas merupakan masukan-masukan dalam mengerjakan perencanaan kebutuhan bahan ini. Adapun masukan-masukan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule) 2. Struktur Produk (Bill of Material) 3. Status Persediaan (Inventory Master File) Jadwal Induk Produksi menurut Heizer dan Render (2016:642) menetapkan apa yang harus dihasilkan dan kapan. Jadwal harus disesuaikan dengan keseluruhan rencana. Rencana keseluruhan menetapkan tingkat output dalam cakupan yang lebih luas secara menyeluruh.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17 Menurut Heizer dalam Supriyatin (2013:121) Bill of Material adalah sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Bill of material tidak hanya menspesifikasi kebutuhan produksi tapi juga berguna untuk pembebanan biaya, dan dapat dipakai sebagai daftar bahan yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau perakitan. Bill of material ini, biasanya dinamakan daftar pilih. Menurut Yamit dalam Daryanto (2012:37) Struktur produk atau lebih dikenal dengan istilah Bill of Material (BOM) merupakan struktur dari semua komponen yang menyusun suatu produk. Secara spesifik struktur BOM tidak saja berisi tentang komponen tapi juga memuat langkah-langkah penyelesaian produk jadi. BOM ini juga merupakan sumber informasi yang digunakan untuk menyelesaikan MRP. Buffa dan Sarin dalam Supriyatin (2013:121) menyatakan bahwa bill of material atau catatan bahan bukan sekedar catatan bahan (material list) melainkan sedemikian rupa untuk mencerminkan proses manufaktur. Heizer dan Render (2016:644) menyatakan bahwa daftar bahan (BOM) merupakan daftar kuantitas komponen, bahan-bahan, dan bahan material yang diperlukan untuk menciptakan suatu produk.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18 A.2. Kajian Terdahulu Penelitian yang telah ada sebelumnya yang juga dipelajari oleh penulis diantaranya adalah sebagai berikut; Tabel 2. 1 Kajian Terdahulu Nama Penulis (Tahun) Ummiroh (2013)
Pancawati (2014)
Lokasi
Jember
Surabaya
Topik Meneliti bagaimana pengendalian persediaan furniture Meneliti Perencanaan Persediaan material pada proyek pembangunan kantor dan perumahan di Surabaya Menganalisa persediaan material pada proyek pembangunan Jembatan sungai
Metode
Variabel
MRP
Perencanaan Persediaan Bahan Baku
Dapat dilakukan pengendalian persediaan untuk produksi furniture
MRP
Perencanaan Persediaan Bahan Baku
MRP teknik lot sizing menghasilkan jumlah pemesaan paling optimal dengan biaya persediaan paling minimal
MRP
Perencanaan Persediaan Bahan Baku
Pratiwi, dkk (2014)
Mojokerto
Utama, dkk (2013)
Palu
Perencanaan dan Pengendalian Material pada proyek kontruksi mall
MRP
Perencanaan Persediaan Bahan Baku
Astana (2007)
Denpasar
Perencanaan Persediaan Bahan Baku
MRP
Perencanaan Persediaan Bahan Baku
Limbong, dkk (2013)
Sulawesi Utara
Pengadaan material dengan MRP pada revitalisasi gedung kantor
MRP
Perencanaan Persediaan Bahan Baku
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil
MRP teknik lot sizing menghasilkan jumlah pemesaan paling optimal dengan biaya persediaan paling minimal Proyek harus dimulai dengan perencanaan material, pengendalia persediaan teoritis yang memberikan biaya total persediaan paling optimal adalah metode gabungan EOQ dan L4L Membandingkan L4L, FPR, dan EOQ, diketahui L4L yang menghasilkan biaya total persediaan paling rendah Dengan MRP lot sizing ketersediaan bahan pada saat dibutuhkan dapat dijamin. Lot sizing merupakan teknik yang paling optimal
19 B. Rerangka Pemikiran Berdasarkan kajian teori dan hasil riset terdahulu, maka dalam penelitian ini penulis membuat rerangka penelitian dengan alur dan proses seperti di bawah ini;
Gambar 2.1 Desain Penelitian Melihat gambar di atas, permasalahan awal dari penelitian ini adalah tentang persediaan material. Karena persediaan material tidak sesuai dengan kebutuhan, maka perlu disusun perencanaan material dengan menggunakan metode MRP. Penulis membuat MRP menggunakan teknik LFL, EOQ, dan POQ. Masukan dari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20 metode MRP diantaranya adalah MPS, Inventory Record, dan BOM. Keluaran dari MRP ini adalah unit pemesanan, jadwal pemesanan, jadwal penerimaan, dan laporan pengendalian. Setelah hasil keluaran tersebut diketahui, maka dipilih teknik dengan biaya terendah untuk digunakan, sehingga persediaan material dapat sesuai dengan kebutuhan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/