BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Kajian Teori Kajian teori berisi mengenai semua teori yang bersangkutan dengan
penelitian tindakan kelas yang dibuat oleh peneliti. Berikut uraian mengenai hasil belajar IPS dan Model Pembelajaran Quantum Learning. 2.1.1 Karateristik Mata Pelajaran IPS Ruang lingkup kajian IPS tidak lain adalah kehidupan sosial manusia di masyarakat.Aspek kehidupan sosial apapun yang kita pelajari, apakah itu hubungan sosial, ekonomi, budaya, kejiwaan, sejarah, geografi ataukah itu politik, bersumber dari masyarakat. Sebagai contoh, secara langsung kita mengamati, mempelajari, bahkan mengalami aspek kehidupan sosial yang kita sebut ekonomi, tidak terlepas dari masyarakat. Ataukah dengan kata lain, aspek ekonomi ini bersumber dari masyarakat. Pemenuhan kebutuhan pokok, hubungan kegiatan ekonomi, seperti pedagang, proses produksi, semuanya terjadi di masyarakat. Dengan demikian masyarakat ini menjadi sumber materi IPS.Sebagai program pendidikan IPS yang layak harus mampu memberikan berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan,, serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan agar peserta didik menjadi warga masyarakat yang berguna, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.Ketiga aspek yang dikaji dalam proses pendidikan IPS (memberikan berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan, serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan) merupakan karakteristik IPS sendiri. Nu‟man Somantri, yang dikutip oleh Daldjoeni (1981:41) menyatakan bahwa pembaharuan pengajaran IPS sebenarnya masih dalam proses yang penuh berisi berbagai eksperimen. Adapun ciri-ciri yang kedapatan di dalamnya memuat rincian sebagai berikut. a) Bahwa pelajarannya akan lebih banyak memperhatikan minat para siswa, masalah-masalah sosial dekat, keterampilan berpikir (khususnya tentang menyelidiki sesuatu), serta pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam.
7
8
b) Program studi IPS akan mencerminkan berbagai kegiatan dasar dari manusia. c) Organisasi kurikulum IPS akan bervariasi dari susunan yang integreted (terpadu), correlated (berhubungan) sampai yang separated (terpisah). d) Susunan
bahan
pembelajaran
akan
bervariasi
dari
pendekatan
kewarganegaraan, fungsional, humanitis sampai yang struktural. e) Kelas pengajaran IPS akan dijadikan laboratorium demokrasi. f) Evaluasinya tak hanya akan mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomor saja, tetapi juga mencobakan mengembangkan apa yang disebut democratic quotient dan citizenship quotient. g) Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya akan melengkapi program pembelajaran IPS, demikian pula unsur-unsur science, teknologi, matematika, dan agama akan ikut memperkaya bahan pembelajarannya. Karakteristik lain yang juga merupakan ciri mandiri pengajaran IPS, yakni digunakannya pendekatan pengembangan bahan pembelajaran IPS dalam rangka menjawab permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam proses pembelajaran, baik di Sekolah Dasar maupun Lanjutan. Pemilihan atau seleksi konsep-konsep ilmu-ilmu sosial guna pengembangan materi pembelajaran IPS sesuai dengan kebutuhan pembelajaran pada tingkat yang berbeda tidaklah mudah, namun harus didasarkan pada beberapa prinsip, seperti yang dikemukakan oleh Buchori Alma dan Harlasgunawan (1987) yang menyatakan prinsip-prinsip tersebut, antara lain berikut ini. a. Keperluan Konsep yang akan diajarkan harus konsep yang diperlukan oleh peserta didik dalam memahami “dunia” sekitarnya. Oleh sebab itu, lingkungan hidup yang berbeda memerlukan konsep yang berlainan pula. b. Ketepatan Perumusan yang akan diajarkan harus tepat sehingga tidak memberi peluang bagi penafsiran yang salah (salah konsep).
9
c. Mudah Dipelajari Konsep yang diperoleh harus dapat disajikan dengan mudah. Fakta dan contohnya harus terdapat di lingkungan hidup peserta didik serta sudah dikenal oleh para peserta didik tersebut. d. Kegunaan Konsep yang akan diajarkan hendaknya benar-benar berguna bagi kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara Indonesia pada umumnya serta masyarakat lingkungan dimana ia hidup bersama dalam keluarga serta masyarakat terdekat pada khususnya. Evaluasi pembelajaran IPS yang berkesinambungan, sebaiknya dilakukan
terus-menerus
sesuai
dengan
keterlaksanaan
proses
pembelajarannya. Evaluasi semacam ini merupakan barometer atau pengecekan apakah proses yang berlangsung itu dapt diikuti dan dipahami oleh peserta didik. Apakah target yang telah ditetapkan atau kompetensi yang telah ditetapkan sudah dapat dicapai. Evaluasi semacam ini bisa kita sebut sebagai evaluasi formatif, sedangkan evaluasi yang merupakan kulminasi tadi, merupakan penilaian keberhasilan dari seluruh rangkaian proses kegiatan pembelajaran atau biasa kita sebut dengan evaluasi sumatif. Untuk membahas lebih jelas tentang karakteristik IPS, dapat dilihat dari berbagai pandangan. Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya. Materi IPS Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain: a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya. b. Kegiatan
manusia
misalnya:
mata
pencaharian,
pendidikan,
keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi. c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
10
d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar. e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga. Strategi Penyampaian Pembelajaran IPS Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding Enviroment Curriculum” (Mukminan, 1996:5). Sebutan Masa Sekolah Dasar, merupakan periode keserasian bersekolah, artinya anak sudah matang untuk besekolah. Adapun kriteria keserasian bersekolah adalah sebagai berikut. a. Anak harus dapat bekerjasama dalam kelompok dengan teman-teman sebaya, tidak boleh tergantung pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain yang dikenalnya. b. Anak memiliki kemampuan sineik-analitik, artinya dapat mengenal bagian-bagian dari keseluruhannya, dan dapat menyatukan kembali bagian-bagian tersebut. c. Secara jasmaniah anak sudah mencapai bentuk anak sekolah. Menurut Preston (dalam Oemar Hamalik. 1992 : 42-44), anak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Anak merespon (menaruh perhatian) terhadap bermacam-macam aspek dari dunia sekitarnya.Anak secara spontan menaruh perhatian terhadap kejadian-kejadian-peristiwa,
benda-benda
yang
ada
disekitarnya.
Mereka memiliki minat yang laus dan tersebar di sekitar lingkungnnya. b. Anak adalah seorang penyelidik, anak memiliki dorongan untuk menyelidiki dan menemukan sendiri hal-hal yang ingin mereka ketahui. c. Anak ingin berbuat, ciri khas anak adalah selalu ingin berbuat sesuatu, mereka ingin aktif, belajar, dan berbuat
11
d. Anak mempunyai minat yang kuat terhadap hal-hal yang kecil atau terperinci yang seringkali kurang penting/bermakna e. Anak kaya akan imaginasi, dorongan ini dapat dikembangkan dalam pengalaman-pengalaman seni yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS sehingga dapat memahami orang-orang di sekitarnya. Misalnya pula dapat dikembangkan dengan merumuskan hipotesis dan memecahkan masalah. Berkaitan dengan atmosfir di sekolah, ada sejumlah karakteristik yang dapat diidentifikasi pada siswa SD berdasarkan kelas-kelas yang terdapat di SD. 1. Karakteristik pada Masa Kelas Rendah SD (Kelas 1,2, dan 3) a) Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah b) Suka memuji diri sendiri c) Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya tidak penting d) Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang menguntungkan dirinya e) Suka meremehkan orang lain 2. Karakteristik pada Masa Kelas Tinggi SD (Kelas 4,5, dan 6). a) Perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari b) Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis c) Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus d) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah. Menurut Jean Piagiet, usia siswa SD(7-12 tahun) ada pada stadium operasional konkrit. Oleh karena itu guru harus mampu merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat menarik bagi siswa. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang
menggambarkan
penguasaan
sikap,
pengetahuan,
dan
12
keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester, standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional (Permendiknas, No.22 Tahun
2006).
Di
dalam
standar
kompetensi
menjelaskan
dasar
pengembangan program pembelajaran yang terstruktur. Standar kompetensi juga merupakan fokus dari penilaian. Sedangkan kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi (Permendiknas No.22 Tahun 2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menjadi arah dan patokan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Secara rinci, standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS untuk SD/MI kelas 5 Semester 2 disajikan melalui tabel 2.1 sebagai berikut : Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas 5 Semester 2 Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
2. Menghargai peranan 2.1 tokoh
pejuang
masyarakat mempersiapkan
dan dalam
Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang
dan 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh
mempertahankaan
perjuangan
dalam
mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia
kemerdekaan Indonesia 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam
memproklamasikan
kemerdekaan 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Sumber : Permendiknas No. 22 Tahun 2006
13
2.1.2 Hasil Belajar Winkel (2004 : 34 ) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan sikap atau tingkah laku anak melalui proses belajar. Suprijono (2009 : 5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap apresiasi dan ketrampilan. Hasil belajar siswa menurutSudjana (2011:3) pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku, tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang koognitif, afektif, dan psikomotoris. Horward Kingsley dalam Sudjana (2011:22) membagi tiga macam hasil belajar yakniketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono (2009:5) hasil belajar dapat berupa : a.
Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon scara spesifik terhadap rangsangan spesifik.
b.
Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan memprsentasikan konsep dan lambang.Ketrampilan
intelektual
terdiri
dari
kemampuan
mengkatagorisasi, kemampuan analitis–analitis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Kemampuan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif yang bersifat khas. c.
Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d.
Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi , sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e.
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penelitian terhadap objek tersebut . Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai . Sikap merupakan kemampuan menjadikan niali-nilai sebagai standar prilaku.
14
Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksi pengetahuan itu dalam kehidupan seharihari. Morgan (Purwanto, 2002: 84) juga mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut: a)
Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
b) Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. c)
Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah
yang nyata dan baru. Misalnya,
menggunakan prinsip. d) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil. e)
Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.
f)
Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan. Menurut
Lindgren
dalam
Agus
suprijono
(2011:7)
hasil
pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Gagne dalam Jamil Suprihatiningrum (2014:37) bahwa hasil belajar berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan
15
motorik, dan sikap. Terdapat tiga macam hasil belajar mengajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengarahan, dan (c) sikap dan cita-cita (Sudjana, 2011). Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi. Interaksi guru dan siswa sebagai makna utama proses pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Kedudukan siswa dalam proses belajar dan mengajar adalah sebagai subjek dan sekaligus sebagi objek dalam, sehingga proses dan belajar siswa dalam mencapai suatu pembelajaran. Hasil dalam konstektual memekankan pada proses yaitu segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan definisi hasil belajar dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa sebagai bukti keberhasilan dalam pembelajaran yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. 2.1.3 Proses Pembelajaran yang Ideal Pembelajaran scientificmenurut Daryanto (2014:51) adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan mengamati merumuskan
(untuk
mengidentifikasi
masalah,
mengajukan
atau
menemukan
masalah),
atau
merumuskan
hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsipyang “ditemukan”. Pendekatan Scientific memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal dan memahami materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pendekatan scientificadalah salah satu proses belajardimana siswa di ajak untuk berpikir kritis, sistematik, dan ilmiah dalam menemukan konsep melalui tahapan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring.
16
Langkah-langkah
pembelajaran
scientific
menurutDaryanto
(2014:59-80) mencakup lima langkah, yaitu: 1.
Mengamati Aktivitas
mengamati
mengutamakan
kebermaknaan
proses
pembelajaran (meaningfull learning). Menyajikan media obyek secara nyata,
peserta
didik
senang
dan
tertantang,
dan
mudah
pelaksanaannya. 2.
Menanya Pertanyaan yang diajukan pesrta didik adalah pertanyaan yang berdasarkan benda yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak dengan bimbingan guru.
3.
Menalar Menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasuskasus yang bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum. Menalar secara deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus.
4.
Mencoba Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.
5.
Membentuk jejaring Membentuk jejaring akan mempertajam daya nalar peserta didik. Di sinilah esensi bahwa guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan antarfenonena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat.
2.1.4 Model Pembelajaran yang sesuai 1. Model Inkuiri a) Makna Pembelajaran Inkuiri
17
Model inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang memfokuskan kepada pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir reflektif kritis, dan kreatif. Inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang dipandang modern yang dapat dipergunakan pada berbagai jenjang pendidikan, mulai tingkat pendidikan dasar hingga menengah. Pelaksanaan inkuiri di dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial dirasionalisasi pada pandangan dasar bahwa dalam model pembelajaran tersebut, siswa didorong untuk mencari dan mendapatkan informasi melalui kegiatan belajar mandiri. Model inkuiri pada hakekatnya merupakan penerapan metode ilmiah khususnya di lapangan Sains, namun dapat dilakukan terhadap berbagai pemecahan problem sosial. Savage Amstrong mengemukakan bahwa model tersebut secara luas dapat digunakan dalam proses pembelajaran Social Studies (Savage and Amstrong, 1996). Pengembangan strategi pembelajaran dengan model inkuiri dipandang sanagt sesuai dengan karakteristik materil pendidikan
Pengetahuan
Sosial
yang
bertujuan
mengembangkan
tanggungjawab individu dan kemampuan berpartisipasi aktif baik sebagai anggota masyarakat dan warganegara. b) Langkah-langkah Inkuiri Langkah-langkah yang harus ditempuh di dalam model inkuiri pada hakekatnya tidak berbeda jauh dengan langkah-langkah pemecahan masalah yang dikembangkan oleh John Dewey dalam bukunya “How We Think”. Langkah-langkah tersebut antara lain: a. Langkah pertama, adalah orientation, siswa mengidentifikasi masalah, dengan pengarahan dari guru terutama yang berkaitan dengan situasi kehidupan sehari-hari. b. Langkah kedua hypothesis, yakni kegiatan menyusun sebuah hipotesis yang dirumuskan sejelas mungkin sebagai antiseden dan konsekuensi dari penjelasan yang telah diajukan. c. Langkah ketiga definition, yaitu mengklarifikasi hipotesis yang telah diajukan dalam forum diskusi kelas untuk mendapat tanggapan.
18
d. Langkah keempat exploration, pada tahap ini hipotesis dipeluas kajiannya dalam pengertian implikasinya dengan asumsi yang dikembangkan dari hipotesis tersebut. e. Langkah kelima evidencing, fakta dan bukti dikumpulkan untuk mencari dukungan atau pengujian bagi hipotesa tersebut. f. Langkah keenam generalization, pada tahap ini kegiatan inkuiri sudah sampai pada tahap mengambil kesimpulan pemecahan masalah (Joyce dan Weil, 1980). 2.1.5 Model Pembelajaran Quantum Learning Pengertian Pembelajaran kuantum merupakan terjemahan dari bahasa asing yaitu quantum learning. “Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang telah terbukti efektif di sekolah.(Bobbi DePorter & Mike Hernacki, 2011:16 ). Dengan demikian, pembelajaran kuantum dapat dikatakan sebagai model pembelajaran yang menekankan untuk memberikan manfaat yang bermakna dan juga menekankan pada tingkat kesenangan dalam kegiatan pembelajaran dari peserta didik atau siswa. Selanjutnya,Bobbi
DePorter
&
Mike
Hernacki
(2011:30)
mengungkapkan mengenai karakterisitik dari pembelajaran kuantum (quantum learning) yaitu sebagai berikut. a) Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai. b) Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistisempiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis. c) Pembelajaran
kuantum
lebih
bersifat
konstruktivis(tis),
bukan
positivistis-empiris, behavioristis, dan atau maturasionistis. d) Pembelajaran kuantum berupaya memadukan (mengintegrasikan), menyinergikan, dan mengkolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
19
e) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna. f) Pembelajaran
kuantum
sangat
menekankan
pada
pemercepatan
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. g) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuatbuat. h) Pembelajaran
kuantum
sangat
menekankan
kebermaknaan
dan
kebermutuan proses pembelajaran. i) Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. j) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau material. k) Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. l) Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. m) Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Tujuan Menurut Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:12) adapun tujuan dari pembelajaran kuantum (quantum learning) adalah sebagai berikut. a) Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif. b) Untuk menciptakan proses belajar yang menyenangkan. c) Untuk menyesuaikan kemampuan otak dengan apa yang dibutuhkan oleh otak. d) Untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karir. e) Untuk membantu mempercepat dalam pembelajaran
20
Tujuan
diatas,
mengindikasikan
bahwa
pembelajaran
kuantum
mengharapkan perubahan dari berbagai bidang mulai dari lingkungan belajar
yaitu
menyeimbangkan
kelas,
materi
kemampuan
pembelajaran otak
kiri
dan
yang
menyenangkan,
otak
kanan,
serta
mengefisienkan waktu pembelajaran. Menurut Kompasiana (2010) Lingkungan belajar dalam pembelajaran kuantum terdiri dari lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro adalah tempat siswa melakukan proses belajar, bekerja, dan berkreasi. Lebih khusus lagi perhatian pada penataan meja, kursi, dan belajar yang teratur. Lingkungan makro yaitu dunia luas, artinya siswa diminta untuk menciptakan kondisi ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya, sehingga kelak dapat berhubungan secara aktif dengan masyarakat. Selain itu, Bobbi DePorter,et al., (2004:14) menyatakan mengenai lingkungan dalam konteks panggung belajar. “Lingkungan yaitu cara guru dalam menata ruang kelas, pencahayaan warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, musik, dan semua hal yang mendukung proses belajar”. Jadi,
dapat
dikatakan
bahwa
pembelajaran
kuantum
sangat
memperhatikan pengkondisian suatu kelas sebagai lingkungan belajar dari peserta didik mengingat model pembelajaran kuantum merupakan adaptasi dari model pembelajaran yang diterapkan di luar negeri. Keunggulan dan Kelemahan Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:18-19) dalam bukunya yang berjudul ”Quantum Learning” juga menjelaskan mengenai keunggulan dan kelemahan dari pembelajaran kauntum (quantum learning) yaitu sebagai berikut. Keunggulan a. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. b. Pembelajaran kuantum sangat menentukan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.
21
c. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. d. Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. e. Pembelajaran
kuantum
memusatkan
perhatian
pada
pembentukan keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau material. f. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. g. Pembelajaran
kuantum
mengutamakan
keberagaman
dan
kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. h. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Kelemahan a. Membutuhkan pengalaman yang nyata b. Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar c. Kesulitan mengidentifikasi keterampilan siswa Berdasarkan pemaparan keunggulan dan kelemahan pembelajaran kuantum, pembelajaran kauntum sangat memperhatikan keaktifan serta kreatifitas yang dapat dicapai oleh peserta didik. Pembelajaran kuantum mengarahkan seorang guru menjadi guru yang “baik”. baik dalam arti bahwa
guru
memiliki
ide-ide
kreatif
dalam
memberikan
proses
pembelajaran, mengetahui dengan baik tingkat kemampuan siswa. Prinsip Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning) Adapun prinsip-prinsip pembelajaran kuantum (quantum learning ) adalah sebagai berikut. 1. Prinsip utama pembelajaran kuantum berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar). 2. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan permainan orchestra simfoni.
22
3. Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini : a. Ketahuilah bahwa segalanya berbicara Dalam
pembelajaran
kuantum,
segala
sesuatu
mulai
lingkungan
pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran. b. Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energy menjadi cahaya mempunyai tujuan. c. Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan Poses pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh makna untuk apa yang mereka pelajari. d. Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran Pembelajaran atau belajar selalu mengandung risiko besar. e. Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan Segala sesuatu dipelajari sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya. f. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran lurus berdampak bagi terbentuknya keunggulan (Bobbi DePorter, et al., 2004:6-7). Dengan kata lain pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai jantung fondasi pembelajaran kuantum. Selain membahas mengenai prinsip model pembelajaran kuantum (quantum learning), Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:76) juga berpendapat mengenai 7 (tujuh) kunci keunggulan yang diyakini dalam pembelajaran kuantum yaitu sebagai berikut. 1. Teraplah Hidup dalam Integritas Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan perilaku kita menyatu. 2. Akuilah Kegagalan Dapat Membawa Kesuksesan
23
Dalam pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau kegagalan dapat memberikan informasi kepada kita yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut sehingga kita dapat berhasil. 3. Berbicaralah dengan Niat Baik Dalam pembelajan, perlu dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. 4. Tegaskanlah Komitmen Dalam pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar harus mengikuti visi-misi tanpa ragu-ragu, tetap pada rel yang telah ditetapkan. 5. Jadilah Pemilik Dalam pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu. 6. Tetaplah Lentur Dalam pembelajaran, pertahanan kemampuan untuk mengubah yang sedang dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pembelajar lebih-lebih , harus pandai-pandai membaca lingkungan dan suasana, dan harus pandaipandai mengubah lingkungan dan suasana bilamana diperlukan. 7. Pertahankanlah Keseimbangan Dalam pembelajaran, pertahanan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran kuantum (quantum learning) menurut Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:13) diantaranya: 1. Sikap positif 2. Motivasi 3. Keterampilan belajar seumur hidup 4. Kepercayaan diri 5. Sukses 2.1.6 Rancangan model / Sintaks
24
Sintaks atau langkah model pembelajaran kuantum (quantum learning) yang dikenal dengan sebutan TANDUR Bobbi DePorter,et al.,(2004:10) adalah sebagai berikut. 1.Tumbuhkan Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya BagiKu” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan siswa. Dengan demikian, seorang guru tidak hanya memposisikan diri sebagai pentrasfer ilmu pengetahuan saja, tetapi juga fasilitator, mediator dan motivator. Dalam mata pelajaran IPS, misalnya guru harus bisa menjelaskan kepada siswa akan pentingnya belajar IPS. Di samping itu guru harus memotivasi siswa bahwa belajar PKN dapat menunjang perbaikan pribadi pada masa sekarang dan masa yang akan datang. 2.Alami Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua siswa. Artinya, bagaimana guru bisa menghadirkan suasana alamiah yang tidak membedakan antara yang satu dengan yang lain. Memang, tidak bisa dipungkiri bahwa kemampuan masing-masing siswa berbeda, namun hal itu tidak boleh menjadi alasan bagi guru untuk mendahulukan yang lebih pandai dari yang kurang pandai. Semua siswa harus dapat perlakuan yang sama. 3.Namai Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi terlebih dahulu terhadap sesuatu yang diberikan kepada siswa. Guru sedapat mungkin memberikan pengantar terhadap materi yang hendak disampaikan. Hal ini dimaksudkan agar ada informasi pendahuluan yang bisa diterima oleh siswa. Selain itu, guru diharapkan juga bisa membuat kata kunci terhadap hal-hal yang dianggap sulit. Dengan kata lain, guru harus bisa membuat sesuatu yang sulit menjadi sesuatu yang mudah. 4.Demonstrasikan Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”. Sering kali dijumpai ada siswa yang mempunyai beragam kemampuan, akan tetapi mereka tidak mempunyai keberanian untuk
25
menunjukkannya. Dalam kondisi ini, para guru harus tanggap dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk unjuk rasa dan memberikan motivasi agar berani menunjukkan karya-karya mereka kepada orang lain. 5. Ulangi Tunjukkan kepada siswa bagaimana cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini” secara efektif. Pengulangan materi dalam suatu pelajaran akan sangant membantu siswa mengingat materi yang disampaikan oleh guru dengan mudah. 6.Rayakan Keberhasilan dan prestasi yang diraih siswa, sekecil apapun, harus diberi apresiasi oleh guru. Bagi siswa perayaan akan mendorong mereka memperkuat rasa tanggung jawab. Perayaan akan mengajarkan kepada mereka mengenai motivasi hakik tanpa „‟insentif‟‟. Siswa akan menanti kegiatan belajar, sehingga pendidikan mereka lebih dari sekedar mencapai nilai tertentu. Hal ini untuk menumbuhkan rasa senang pada diri siswa yang pada gilirannya akan melahirkan kepercayaan diri untuk berprestasi lebih baik lagi. Perayaan dalam pembelajaran kuantum sangat diutamakan atau sangat penting. Perayaan dapat membangun keinginan untuk sukses dalam pembelajaran. Menurut Bobbi DePorter,et al., (2004:31-34), terdapat beberapa bentuk perayaan menyenangkan yang biasa digunakan yaitu: a.Tepuk Tangan Teknik ini terbukti tidak pernahh gagal memberikan inspirasi. b.Hore! Hore! Hore! Cara ini sangat mengasyikkan jika dilakukan “bergelombang” ke seluruh ruangan. Caranya adalah guru memberikan aba-aba, semua orang atau siswa melompat berdiri dan berteriak senyaring mungkin, “Hore, Hore, Hore!” sambil mengayunkan tangan ke depan dank e atas. c.Wussss Jika diberi aba-aba, semua orang bertepuk tangan tiga kali secara serentak, lalu mengirimkan segenap energi positif mereka kepada orang
26
yang dituju. Cara melakukannya adalah setelah bertepuk, tangan mendorong kea rah orang tersebut sambil berteriak “Wusssss”. d.Jentikan Jari Jika guru atau pengajar memerlukan pengakuan yang tenang, daripada tepuk tangan, gunakan jentikan jari berkesiinambungan. e.Poster Umum Mengakui individu atau seluruh kelas, misalnya “Kelas LimaThe Best!. f.Catatan Pribadi Sampaikan kepada siswa secara perseorangan untuk mengakui usaha keras, sumbangan pada kelas, perilaku atau tindakan yang baik hati. g.Persekongkolan Mengakui seseorang secara tak terduga. Misalnya seluruh kelas dapat bersekongkol untuk mengakui kelas lain dengan cara memasang poster positif (atau surat) misterius yang bertuliskan hal-hal seperti “Kelas VI hebat lho!” atau “Selsangat Menempuh Ujian hari Ini!”. h.Kejutan Kejutan harus terjadi secara acak. Kejutan bukan merupakan hadiah yang diharapkan oleh siswa. Jadikan kejutan tetap sebagai kejutan!. i.Pengakuan Kekuatan Lakukan jika menginginkan orang mendapatkan pengakuan, setelah mereka saling mengenal dengan baik. Cara melakukan adalah atur siswa untuk duduk membentuk tapak kuda, dengan satu kursi (kursi jempol) di bagian terbuka tapal. Setiap orang bergiliran menduduki kursi jempol. Siswa pada kursi
jempol
tersebut
duduk
diam
sambil
mendengarkan
dan
memperhatikan. Setiap siswa dalam tapal mengakui kekuatan istimewa atau sifat-sifat baik dari siswa yang duduk di kursi jempol. Guru dapat memberikan contoh hingga murid-murid tahu cara melanjutkannya.
27
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa metode Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan Hermawan widyastanto (2013), berjudul “Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Quantum LearningSiswa Kelas 5 SD Negeri kebonsari 01 Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013”. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus, tiap siklus terdiri dari tiga pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah digunakannya metode Quantum Learnig ketuntasan hasil belajar pada pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 mengalami peningkatan. Ketuntasan hasil belajar siswa pada pra siklus menunjukkan siswa yang tuntas
dengan mendapat nilai ≥ 63 sebesar 64,86% atau
sebanyak 24 siswa, pada siklus 1 siswa yang masuk pada kategori tuntas meningkat menjadi 31 siswa atau sebesar 83,78% dan pada siklus 2 persentase ketuntasan hasil belajar siswa menjadi 100% atau dari 37 siswa masuk dalam kategori tuntas. Kelebihan dari penelitian ini adalah terjadi kenaikan yang signifikan pada setiap siklus, dari pra siklus ke siklus 1 ketuntasan belajar mengalami kenaikan sebesar 18,92%, dari siklus 1 ke siklus 2 ketuntasan hasil belajar meningkat 16,22%, sehingga siswa yang tuntas mencapai 100%. Kekurangan pada penelitian ini adalah penilaian hasil belajar hanya dilakukan dengan teknik tes, yaitu tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda yang berjumlah 24 soal pada siklus 1, dan 23 soal pilihan ganda pada siklus 2. Penelitian yang dilakukan Uswatun Huriyah(2013), berjudul “Penerapan Strategi Pembelajaran Quantum Learning untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar”. Penelitian ini terdiri dari 3 siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. HasilPenelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada siklus I nilai rata-rata (60,19) dengan siswa yang tuntas 12 orang siswa (46,15%), pada siklus II nilai rata-rata (73,08) dengan siswa yang tuntas 15 orang siswa (57,69%), pada siklus III nilai rata-rata (80,19) siswa yang tuntas 21 orang siswa (80,77%). Kelebihan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan
28
ketuntasan hasil belajar setiap siklus meskipun peningkatannya tidak signifikan, pada siklus I ke siklus II peningkatannya sebesar 11,54%, pada siklus II ke siklus III peningkatannya mencapai 23,08%. Kekurangan dalam penelitian ini adalah pengukuran hasil belajar yang menggunakan soal uraian nampak mempunyai peran yang sedikit dalam meningkatkan hasil belajar. Solusi yang diberikan adalah akan diupayakan pemberian soal evaluasi dengan bentuk selain uraian. Penelitian yang dilakukan Indah Rakhmandona (2013), berjudul “Upaya
Peningkatan
Hasil
Belajar
IPS
Melalui
Pendekatan
PembelajaranQuantum Learning Siswa Kelas 4 SDN Pasucen 02 Trangkil Pati Semester 1 Tahun 2013/2014”. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Hasil belajar persentase ketuntasan dari pra siklus adalah 37,04%, hasil post test siklus I terjadi peningkatan sehingga persentasenya menjadi 70,37%, dan hasil post test siklus II mengalami peningkatan persentasenya menjadi 92,59%. Kelebihan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar pada setiap siklus, pada pra siklus ke siklus I peningkatannya sebesar 33,33%, pada siklus I ke siklus II peningkatannya mencapai 22,22%. Adapun kelebihan yang lain yaitu pengukuran hasil belajar dengan menggunakan teknik tes dan non tes. Kekurangan dalam penelitian ini adalah penilaian yang dilakukan hanya terfokus pada penilaian ranah kognitifnya saja. Penilaian non tes hanya sekedar kegiatan observasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. 2.3
Kerangka Berpikir Keberhasilan pencapaian prestasi belajar dalam kelas salah satunnya
tergantung dari proses penyelenggaran pembelajaran yang dilakukan . penyelenggaran pembelajaran salah satu faktor penentunya yaitu: guru. Guru memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan peserta didik. Oleh seaba itu kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih , menyampaikan , menggunakan berbagai sarana, serta fasilitas ataupun strategi, pendekatan, metodedan model pembelajaran yang digunakan. Penerapan model yang tepat akan mempengaruhi hasil belajar siswa, dengan
29
menciptakan proses belajar-mengajar yang kondusif yaitu siswa terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini akan digunakan model pembelajran quantum learning dengan peta pikiran di SDN Ngraji 05 tahun pelajaran 2015/2016. Dari hasil penelitian akan dibahas tentang proses dan hasil siswa yang menggunakan model pembelajaran quantum learning. Quantum learning merupakan
model
pembelajaran
kooperatif
yang
mengedepankan
pembelajaran yang imajinatif dan teknik-teknik yang efektif dalam belajar. Quantum learning memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal dan dibarengi dengan kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur hiburan, permainan, waran, cara berpikir positif, kebugaran fisik, dan kesehatan emosional untuk menghasilkan belajar yang efektif. Berdasarkan penjelasan diatas dalam bentuk bagan sebagi berikut : Quantum Learning
Menimbulkan minat siswa Membantu siswa mendapatkan konsep/gambaran yang jelas dan tepat Bersifat konkrit Menguatkan ingatan siswa
Suasana pembelajaran menyenangkan
Minat siswa meningkat dalam belajar
Hasil belajar siswa naik
30
2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangaka berpikir yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan hipotesis proses dan hasil belajar tindakan sebagai berikut: a) Penerapan model pembelajaran Quantum Learning dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan proses pembelajaran meliputi aktivitas guru dan aktivitas siswa pada siswa kelas 5 semester II SDN Ngraji 05 tahun pelajaran 2015/2016. b) Proses
pembelajaran
model
Quantum
Learning
(QI)
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas 5 semester II SDN Ngraji 05 tahun pelajaran 2015/2016 secara signifikan mengalami ketuntasan belajar individual dengan nilai belajar IPS ≥ 70 dan mengalami kentusan belajar secara klasikal dengan nilai rata-rata hasil belajar IPS meningkat minimal 8 nilai dari KKM ≥ 70 yang ditentukan oleh sekolah atau ketuntasan belajar secara klasikal sebesar ≥ 90% dari 30 siswa (kriteria baik).