BAB II KAJIAN TEORI
Pada bab kajian teori ini, penulis membahas teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan digunakan sebagai referensi dalam menganalisis data pada bab selanjutnya. 2.1 Sintaksis Sintaksis atau syntax ialah salah satu cabang dari empat cabang ilmu linguistik yang diketahui, ketiga cabang lainnya ialah morphology, semantics, dan phonology. Kata „Sintaksis‟ berasal dari Yunani Sun „dengan‟ dan tattein „menempatkan‟. Istilah tersebut secara etimologi berarti menempatkan bersamasama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok kata menjadi kalimat (Verhaar, 1985:70). Sementara itu Trask (1998: 268) menyebutkan bahwa ―Syntax is the branch of linguistics which studies sentence structure‖. Ia mengemukakan bahwa sintaktis merupakan cabang dari linguistic yang mempelajari struktur kalimat. Menurut O‟Grady (1996:181), ―Syntax is considered as the system of rules and categories that underlies sentence formation in human language‖, atau dengan kata lain sintaksis dianggap sebagai suatu sistem dari aturan-aturan dan kategori-kategori yang menggarisbawahi formasi kalimat dalam bahasa manusia. Jadi sintaksis ialah suatu sistem yang disusun oleh aturan dan kategori yang
mempengaruhi bentuk kalimat yang terdapat pada bahasa yang digunakan oleh manusia. Menurut Carnie (2007:26) ―Syntax is the level of linguistic organization that mediates between sounds and meaning, where words are organized into phrases and sentences.‖ Dari paparan di atas kita bisa melihat bahwa sintaksis ini berhubungan erat dengan kata, frasa, klausa dan kalimat atau biasa disebut dengan satuan sintaksis; yakni bagaimana kata membentuk frasa, frasa membentuk klausa, dan klausa membentuk kalimat, serta untaian kalimat yang disusun bersama sehingga membentuk suatu wacana menurut kaidah yang berlaku. Berbicara tentang sintaksis maka kita akan membahas pula tentang fungsi, kategori, dan peran sintaksis. Menurut Verhaar (2001:162) dalam buku Asas-asas Linguistik Umum secara sistematis sintaksis terbagi menjadi tiga tataran, yaitu tataran fungsi, peran, dan kategori. Dalam penelitian ini, penulis hanya membahas satuan dan fungsi sintaksis secara mendalam. 2.1.1 Unit Sintaktis Unit sintaksis mencakup kata, frase, klausa dan kalimat. Sebagaimana yang dijelaskan oleh N. Chomsky dalam bukunya Aspects of The theory of Syntax (1965), ―In syntax, units are larger than morphemes, such as phrases and sentences…‖. Berikut penjelasan dari unit-unit sintaksis tersebut:
2.1.1.1 Kata Satuan gramatikal terkecil dalam kajian sintaksis ialah kata. Sebenarnya ada satuan yang lebih kecil dibandingkan dengan kata, yaitu morfem, namun morfem ini termasuk ke dalam kajian morfologi sehingga tidak perlu untuk dibahas lebih lanjut. Menurut O‟Grady (1996:131) ―The most reliable defining property of words is that they are smallest free forms found in language‖. Dalam pengertiannya dia menunjukkan bahwa ciri utama dari sebuah kata ialah kata merupakan bentuk bebas terkecil yang terdapat di dalam bahasa, jadi satu susunan huruf dapat disebut sebagai sebuah kata apabila ia dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Sementara itu Trask (1999:342) berpendapat bahwa kata ialah ―a linguistic unit typically larger than a morpheme but smaller than a phrase.‖ Kata merupakan sebuah satuan linguistik yang lebih besar tingkatannya dari morfem tetapi lebih kecil daripada frasa. Adapun jenis-jenis kata yang biasa disebut parts of speech sesuai dengan yang dijelaskan oleh Richard et al (1985:136) sebagai berikut: 1.
Noun (nomina) atau kata benda, dapat berupa subjek (S) atau objek (O)
dalam sebuah kalimat. Contoh: Jack threw the ball into the basket
2.
Pronoun (pronomina) atau kata ganti berfungsi untuk menggantikan
nomina atau frasa nomina dalam sebuah kalimat. Contoh: He threw the ball into the basket 3.
Verb (verba) atau kata kerja berfungsi untuk menyatakan suatu tindakan
ataupun pernyataan yang dilakukan subjek suatu kalimat. Verba ini pun termasuk ke dalam kata yang dapat dilesapkan pada proses pelesapan verbal. Kata kerja atau verb berfungsi sebagai predikat di dalam suatu kalimat. Miller (2002: 285) mengemukakan bahwa ―Verb is one of the major classes. Verb usually denotes an activity of some sort (shout, work, travel, etc) but also can denote states (sleep, sit).‖ Dijelaskan bahwa verba merupakan salah satu kelas kata utama yang menyatakan suatu aktifitas maupun keadaan. Contoh: Marie goes to school at 6 o‘clock in the morning Jack threw the ball into the basket Kemudian menurut Richard et al (1985:305) verba ialah ―A word which 1. occurs as part of the predicate of sentence, 2. carries grammatical categories such as tense, aspect, person, number and mood, and 3. refers to an action or state.‖ Richard et al menjelaskan bahwa verba merupakan kata yang muncul sebagai predikat dalam kalimat, mengandung kategori gramatikal, serta mengacu pada aksi atau pernyataan.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa verba selain dapat menggambarkan suatu perbuatan, keadaan, atau proses, juga merupakan kelas kata terpenting yang berfungsi sebagai penjelas tentang apa yang dilakukan oleh subjeknya dalam sebuah kalimat. 4.
Adjective (ajektiva) atau kata sifat berfungsi untuk menerangkan atau
menambahkan terhadap suatu nomina. Contoh: The handsome boy threw the big ball into the basket 5.
Adverb (adverbia) atau kata keterangan atau kata tambahan yang berfungsi
untuk menerangkan atau menambahkan makna suatu verba, adjektiva, atau adverbia lain dalam suatu kalimat. Contoh: Jack threw the ball quickly 6.
Preposition (preposisi) atau kata depan berfungsi untuk menghubungkan
nomina, pronomina, dan gerund dengan kata lainnya yang terdapat pada kalimat. Contoh: Jack threw the ball into the basket 7.
Conjunction
(konjungsi)
atau
kata
sambung
berfungsi
untuk
menggabungkan atau menghubungkan antar kata, antar frasa maupun antar klausa. Contoh: Jack run and threw the ball into the basket
8.
Interjection (interjeksi) atau kata seru berfungsi untuk menyatakan
perasaan si penutur yang umumnya diucapkan secara spontan. Contoh: Wow! Jack is great 2.1.1.2 Frasa Berbeda dengan kata, frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif. Richard, et al (1985:39) menyatakan bahwa ―A phrase is a group of words which forms a grammatical unit. A phrase does not contain a finite verb and does not have a subject-predicate structure.‖ Dikemukakan bahwa frasa merupakan suatu kelompok kata yang membentuk suatu unit gramatikal dan tidak memuat kata kerja finite serta tidak mempunyai struktur subjek dan predikat. Menurut Trask dalam bukunya Key Concepts in Language and Linguistics (1999:237), ―Phrase is a grammatical unit which is smaller than a clause. The term phrase is an ancient one and it has long been used to denote a grammatical unit which typically (thought not invariably) consist of two or more words, but which does not contain all of the things found in a clause.‖ Frasa ialah unit gramatikal yang lebih kecil dari klausa, terdiri dari dua kata atau lebih tetapi berbeda halnya dengan klausa. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa frasa merupakan kumpulan kata yang mempunyai kesatuan arti, meskipun frasa tersebut tidak terdiri atas bagian yang disebut subjek maupun predikat. Jenis-jenis frasa seperti:
a. Verb phrase, e.g. The movie is interesting. b. Noun phrase, e.g. Elizabeth‘s husband. c. Adverbial phrase, e.g. sing loudly. d. Prepositional phrase, e.g. The cupboard is in the corner. 2.1.1.3 Klausa Klausa (clause) merupakan salah satu bentuk susunan atau gabungan kata yang membentuk unit gramatikal, dimana komponennya sudah memiliki subjek dan predikat (verb). Sesuai dengan pernyataan Richard et al (1985:39) yang memberi batasan klausa sebagai ―a group of words which form a grammatical unit and which contain a subject and a finite verb‖. Chaer (1994:231) mendefinisikan klausa sebagai satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Dari batasan-batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa klausa ialah kelompok kata-kata yang berkonstruksi predikatif yakni minimal terdiri dari subjek dan predikat, serta berpotensi menjadi sebuah kalimat. Jenis-jenis klausa ialah: a. Klausa bebas (independent clause) Independent clause ialah klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna dan mempunyai subjek dan predikat (verba), serta mempunyai makna yang mandiri. Contoh:
1. Babies cry. 2. Rowling wrote some novels. 3. The sky is blue. b. Klausa terikat (dependent clause) Dependent clause ialah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal mandiri, menjadi bagian dari klausa lain atau bagian dari kalimat majemuk bertingkat. Klausa ini juga dikenal sebagai klausa subordinatif karena diawali dengan konjungsi subordinatif. Contoh: He‘ll go straight home after he finish his task. Uraian diatas menunjukkan bahwa dasar dari sebuah klausa itu ialah subjek dan predikat. Apabila ada kata-kata lain yang berfungsi bukan sebagai subjek atau predikat, maka dapat dipastikan susunan kata itu bukan klausa melainkan kalimat. 2.1.1.4 Kalimat Kalimat ialah satuan gramatikal yang lebih besar dari kata, frasa, dan klausa. Richard (1985:255) berpendapat bahwa ―A sentence is the largest unit of grammatical organization within which parts of speech (e.g. nouns, verbs, adverbias) and grammatical clauses (word, phrases, clauses) are said to function‖. Kalimat ialah suatu kumpulan kata-kata, dinyatakan dan disusun sesuai dengan tata bahasa yang berlaku.
Quirk (1992:73) mengklasifikasikan kalimat sebagai berikut: 1. Kalimat pernyataan (declarative sentence/statement) Pada kalimat pernyataan atau declarative ini kedudukan subjek dan predikat dalam keadaan normal. Dalam teks atau tulisan, kalimat ini diakhiri dengan tanda baca titik. Contoh: Frank drove the car. 2. Kalimat Pertanyaan (interrogative sentence/question) Dalam kalimat pertanyaan (interrogative sentence), verba bantu (auxiliary) berada di awal kalimat atau lebih dikenal dengan yes/no interrogative. Adapun bentuk lain dari kalimat tanya ini yaitu Whinterrogative sentence, yang dimulai dengan Wh-word (who, what, where, when, why dan how). Jika dalam yes/no interrogative jawaban yang diberikan berupa yes/no, lain halnya dengan wh-interrogative. Jawaban dari kalimat pertanyaan tersebut dapat berupa respon sederhana maupun penjelasan lengkap dan kompleks. Terkadang interrogative sentence disampaikan dengan menggunakan declarative sentence pada percakapan. Hal ini biasanya ditandai dengan pengucapan/intonasi yang meninggi pada syllable terakhir dalam kalimat tersebut. Penulisan kalimat Tanya ini diakhiri dengan tanda tanya (question mark). Contoh: Did Frank drive the car? What is the meaning of this?
It‘s snowing in Florida? 3. Kalimat perintah (Imperative sentence) Pada kalimat perintah (imperative sentence), kata kerja yang digunakan merupakan bentuk yang sederhana dan hanya predikat yang dimunculkan. Contoh: Drive the car! 4. Kalimat seru (exclamatory sentence/exclamation) Pada exclamatory sentence, kalimatnya diawali dengan kata what atau how diikuti subjek, predikat. Penulisan exclamatory sentence diakhiri dengan sebuah tanda seru (exclamatory mark). Kalimat ini biasanya digunakan untuk menyatakan kekaguman. Contoh: How amazing you are! 2.2.1 Fungsi Sintaktis Fungsi sintaksis meliputi subjek, predikat, objek, dan keterangan. Menurut Verhaar (1993:173) fungsi-fungsi sintaksis merupakan “tempat-tempat kosong” yang akan diisi oleh sesuatu yang berupa kategori dan memiliki peranan tertentu. Berikut ini akan dijelaskan mengenai fungsi-fungsi sintaksis tersebut:
2.1.2.1 Subjek Subjek ialah unsur kalimat yang menunjukkan pelaku. Subjek sebuah kalimat merupakan sesuatu yang dibicarakan dan berada pada awal kalimat. Subjek juga biasanya berupa kata atau kelompok kata yang dibendakan. Sejalan dengan itu, Quirk & Greenbaum (1973:11) menjelaskan, ―The subject of the sentences has a close general relation to what is being discussed the ―theme‖ of the sentences with the normal implication that something new (the predicate) is being said about ―a subject‖ that has already been introduced in earlier sentences‖. Contoh: That old person eats fried rice everyday. S
V
O
Adv
2.1.2.2 Predikat Predikat merupakan salah satu unsur pokok selain subjek pada suatu kalimat. Predikat ini muncul setelah subjek. Hal ini sejalan dengan pendapat Hornby. ―Predicate is part of statement which says something about the subject, for example: is sort ‗in life is sort‖, (Oxford advanced Learner‘s Dictionary of Current English (Hornby, 1867:656). Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa predikat adalah bagian dari kalimat yang menjelaskan suatu tindakan yang dilakukan oleh subjek.
Contoh: Mary has been studying English for three years. S
V
O
Adv
(has been studying sebagai predikat)
2.1.2.3 Objek Objek tidak selamanya harus muncul dalam kalimat. Objek ini merupakan bagian kalimat yang muncul setelah kata kerja transitif. Jika yang muncul dalam suatu kalimat yaitu kata kerja intransitif, fungsi sintaksis objek ini diganti dengan keterangan (adverb). Richards, et al (1985:6) mengungkapkan bahwa ―Object is the noun phrase or pronoun in sentences with transitive verb, which is traditionally described as being affected by action of the verb. The object of a verb can be affected by the verb either directly or indirectly‖. Dari paparan di atas, objek dapat berupa kata benda, frase nomina, klausa nomina yang kehadirannya ditentukan oleh verba yang berupa verba transitif. Contoh: I usually go to the market in the morning. S
V
O
Adv
( to the market sebagai objek)
2.1.2.4 Keterangan Unsur lain yaitu keterangan. Keterangan merupakan kata yang menjelaskan atau menambahkan arti dari kata kerja, kata sifat, atau kata keterangan lainnya pada suatu kalimat. Penjelasan tersebut sejalan dengan pendapat Richards, et al. (1985:6) yang mendefinisikan, ―Adverb is a word that describes or adds to the meaning of a verb, an adjective, another adverb or a sentence and which answers such question as how?, where?, or when?‖. Contoh: My little brother played basketball in the backyard. S
V
O
Adv
(in the backyard sebagai adverb of place atau keterangan tempat)
2.2 Elipsis Pelesapan atau ellipsis merupakan penghilangan suatu unsur yang ada dalam suatu teks, namun tidak menyebabkan makna teks tersebut hilang atau tidak dapat dipahami karena sesungguhnya unsur yang hilang tersebut tafsirannya tetap berada dalam teks tersebut. Tujuan dari elipsis ini biasanya untuk menghemat ruang dan menghindari terjadinya repetisi atau pengulangan yang tidak perlu dan cenderung mengganggu. Teori pelesapan ini dipertegas oleh Trask (1999:88) yaitu
―Ellipsis is the omission from a sentence or an utterance of material which is logically necessary but which is recoverable from the context‖. Sebuah kata atau susunan kata dapat ditiadakan atau dihapus bila pembaca atau pendengar masih tetap dapat mengerti dan memahami suatu kalimat tanpa kata atau susunan kata tersebut. Ini selaras dengan yang disinggung oleh Halliday dan Hasan dalam buku mereka Cohesion In English (1989:142) yang mengatakan, ―The starting point of the discussion of ellipsis can be the familiar notion that it is ‗something left unsaid‘. There is no implification here that what is unsaid is not understood; on the contrary, ‗unsaid‘ implies ‗but understood nevertheless‘‖. Mereka menyatakan bahwa pengertian elipsis itu adalah sesuatu yang tidak diucapkan, tetapi apa yang tidak diucapkan disini bukan berarti tidak dimengerti tetapi malah sebaliknya, yang tidak diucapkan itu sangat dipahami. Mudahnya sesuatu kata atau susunan kata dilesapkan bukan karena tidak dapat dipahami tetapi karena semua pihak sudah mengerti dan mengetahui makna serta fungsi kata tersebut sehingga kata tersebut bias dilesapkan tanpa merubah struktur dan makna suatu wacana. Masih menurut Halliday (1989:88), ―Ellipsis as the omission of an item, ellipsis can be interpreted as that form of substitution in which the item is replaced by nothing. An item is elliptical if its structure does not express all the features that have gone into its make-up-all the meaningful choices that are embodied in it.‖ Elipsis atau pelesapan merupakan penghilangan suatu unsur, pelesapan dapat diinterpretasikan sebagai bentuk dari substitusi yang unsurnya tidak digantikan dengan unsur lain. Hal ini sejalan dengan definisi Siahaan (2008:130),
―Ellipsis refers to the deletion of the linguistic unit, which is traceable or recoverable from its contexts‖. Suatu unsur yang sifatnya eliptikal apabila strukturnya tidak mengungkapkan semua ciri dari semua susunan makna pilihan yang ditambahkan didalamnya. Berdasarkan jenisnya pelesapan dibagi menjadi tiga, sebagai berikut: 1.
Nominal ellipsis
2.
Verbal ellipsis
3.
Clausal ellipsis
2.2.1 Elipsis Nomina Pelesapan ini merupakan pelesapan dalam kelompok nomina. Halliday & Ruqaiya (1989:147); ―By NOMINAL ELLIPSIS; we mean ellipsis within the nominal group…‖. Bagian yang dilesapkan disini ialah nomina atau kata benda. Contoh: How did you think about the movies? – All were exciting, especially the second one Kata all merupakan pelesapan nominal karena seharusnya kata yang digunakan ialah all of the movies. Namun terlihat dalam kasus ini, walauoun kata of the movies dihilangkan atau dilesapkan, makna yang ada dalam kalimat tidaklah hilang dan pembaca masih dapat memahami kalimat yang mengalami pelesapan tersebut. Itulah karakteristik elipsis.
2.2.2 Elipsis Verba Elipsis verba ialah elipsis yang terjadi pada kelompok verba. Bagian yang dihilangkan menentukan tipe elipsis verbanya. Halliday & Ruqaiya (1989:147); ―By VERBAL ELLIPSIS; we mean ellipsis within the verbal group…‖ Adapun penjelasan lebih rinci menurut Halliday&Ruqaiya (1989:169) yaitu, ―In general, we cannot say just by looking at a verbal group whether it is elliptical or not, as we usually can with a nominal group; it is often necessary to consult the ‗co-text‘ in order to find out‖. Elipsis verba ini tidak dapat dianalisis dengan hanya melihat kelompok verbanya saja, namun keseluruhan kalimat atau teksnya. Penjelasan lebih lanjut dituangkan dalam contoh berikut ini, ―For example each of the forms taking, and may have might be elliptical, or they might not. (1) non-elliptical and (2) elliptical, (with non-elliptical equivalents in square brackets): (1) (2) a. Taking photographs is a waste of a. What is he doing? Taking time. photographs. [He is taking photographs] b. Has he a car? He may have. b. Has he seen it? He may have. [He may have seen] Contoh diatas menunjukkan perbedaan kalimat yang dielipsiskan dengan yang tidak terjadi elipsis (tidak dilesapkan). Agar proses elipsis tersebut dapat lebih jelas dan mudah dimengerti, maka penulis menggunakan analisis tree diagram sebagai berikut,
a. (He is) taking photographs
TP
NP
VP aux
V
PRN
(He
NP N
is)
taking
photographs
b. He may have (seen).
TP
NP
modal
VP
PRN He
may
have (seen)
Pada analisis tree diagram di atas terlihat jelas bahwa unsur verba is dan seen mengalami proses pelesapan. Kemudian Halliday&Ruqaiya (1989:170) juga menambahkan, ―Nevertheless it may be helpful to approach the discussion of verbal ellipsis through a consideration of those instances where we CAN
recognize that a particular verbal group is elliptical simply by inspecting its form‖. Dari berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik elipsis verba ini dapat dipahami dengan mengenali dan menganalisis kelompok verba (verbal group) utama yang dilesapkan melalui bentuk kalimatnya itu sendiri. Elipsis verba ini kemudian terbagi menjadi dua tipe, menurut kata yang dihilangkan, yaitu operator ellipsis dan lexical ellipsis.
2.2.2.1 Elipsis Leksikal Elipsis leksikal ialah pelesapan yang terjadi di sebelah kanan, yaitu penghilangan elemen terakhir pada kelompok verba yang merupakan verba leksikalnya itu sendiri, termasuk elemen yang mendahuluinya. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Halliday dan Ruqaiya (1989:173), ―Lexical ellipsis is ellipsis ‗from the right‘: it always involves omission of the last word, which is the lexical verb, and may extend ‗leftward‘, to leave only the first word intact. ―If we hear only the following sentence in a conversation ‗it may or it may not‘, we know that the verbal items ‗may‘ and ‗may not‘ must be elliptical. At least one word must be added following either of them in order to ‗fill out‘ the verbal group. The word ‗may‘ is a verbal operator expressing ‗finite indicative: modal. It has no other functions, and cannot be a lexical verb. Hence ‗may‘ and ‗may not‘ have no lexical verb in them, and this is sufficient evidence to show that they are elliptical.‖ Halliday&Ruqaiya (1989:170)
Halliday menambahkan jika dalam sebuah percakapan kita menemukan kalimat ‗it may‘ atau ‗it may not‘, kita dapat mengenali bahwa unsur verba ‗may‘
dan ‗may not‘ tersebut mengalami pelesapan. Setidaknya harus ada satu kata yang mengisi kelompok verba tersebut. Kata ‗may‘ merupakan operator verba yang berfungsi sebagai modal. Maka sudah jelas jika kata ‗may‘ dan ‗may not‘ tersebut mengalami pelesapan karena tidak memiliki fungsi lain dan tidak terdapat kata kerja leksikal di dalamnya. Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ―It is the type of ellipsis in which the lexical verb is missing from the verbal group.‖ Halliday&Ruqaiya (1989:170). Elipsis leksikal ini merupakan pelesapan kata kerja leksikal dari kelompok verba dalam suatu kalimat. Contohnya: Is John going to come? a. He might. b. He should, if he wants his name to be considered. Pada contoh kalimat percakapan di atas might, dan should merupakan elipsis leksikal yaitu pelesapan kelompok verba yang hanya terdiri dari modal operator. Masing-masing modal operator itu seharusnya diisi dengan kata kerja leksikal come. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat melalui tree diagram berikut, a. He might (come). TP NP
modal
PRN He
VP V
might
(come)
b. He should (come), if he wants his name to be considered.
TP¹
NP¹
VP¹
modal
V¹ PRN
CP C
TP² NP² PRN
VP² V²
NP PRN
PP
NP
Prep
VP³
N
He
should
(come) if
he wants
his name to be considered.
Contoh lain seperti I‘d better see him. I don‘t really want to Ø. TP
NP
VP V
PRN
AdvP Adv
VP V Prep
I
don‘t
really
want
to
PP VP (see him)
Pada kalimat di atas yang dihilangkan adalah elemen terakhir yang asal kalimatnya ialah I don‘t really want to (see him). Leksikal verba yang dielipsiskan pada kalimat di atas adalah see, sedangkan elemen lainnya yaitu him (personal pronoun) yang juga dilesapkan karena penggunaan pada kalimat yang dilesapkan tersebut sudah terpenuhi maknanya. 2.2.2.2 Elipsis Operator Elipsis operator merupakan kebalikan dari elipsis leksikal. Jika pada elipsis leksikal pelesapan terjadi di sebelah kanan, maka pada elipsis operator pelesapan terjadi di sebelah kiri. Secara singkat, elipsis ini ialah pelesapan yang terjadi pada verba operator dalam suatu kalimat. ―There is another type of verbal ellipsis, which is ellipsis ‗from the left‘. We shall refer to this as ‗operator ellipsis‘ since it involves only the omission of operators; the lexical verb always remain intact‖. Halliday&Ruqaiya (1989:174)
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa elipsis operator ialah pelesapan yang terjadi di sebelah kiri, yaitu penghilangan elemen pertama dalam kelompok verba, termasuk elemen yang mengikutinya, sementara verba leksikalnya tetap. Halliday&Ruqaiya (1989:174) juga menambahkan, ―In operator ellipsis the Subject also is always omitted from the clause; it must therefore be presupposed‖. Pada elipsis operator subjeknya selalu dihilangkan, hal tersebut juga merupakan syarat dari tipe elipsis operator ini.
―Operator ellipsis, when it occurs across sentences, is found mainly in very closely bonded sequences such as question and answer, in which the lexical verb either supplies the answer to ‗do what?‘ or repudiates the verb in the question‖. Elipsis operator sering ditemukan dalam jawaban suatu pertanyaan yang membutuhkan identitas atau konfirmasi verba leksikal itu sendiri. Contoh: a.
Has she been crying? – No, laughing.
b.
What do you want to do? – Go out to the pictures.
Penjelasan lebih rinci dapat terlihat dari analisis tree diagram berikut ini, a.
No, (she has been) laughing. TP
AdvP
NP
Adv
PRN
VP
V
VP V
VP
V
No,
(she
has
been)
laughing
b.
(I want to) go out to the pictures. TP
NP
PRN
VP
V
PP
Prep
VP
V
AdvP
Adv
PP Prep
(I
want
to) go
out
to
NP
the pictures
Pada kalimat dua kalimat tersebut, jawaban No, laughing asalnya adalah No, she has been laughing. Operator yang dilesapkan ialah She has been. Kemudian kalimat Go out to the pictures asalnya I want to go out to the pictures. Operator yang dilesapkannya ialah I want to. Hal tersebut termasuk ke dalam operator ellipsis karena pelesapan yang terjadi merupakan penghilangan elemen pertama dalam kelompok verba, termasuk elemen yang mengikutinya. Sesuai dengan penjelasan Halliday&Ruqaiya, pada pelesapan verba operator ini, verba leksikalnya tetap dan pelesapan terjadi di sebelah kiri,
termasuk subjek kalimat selalu dihilangkan (1989:174). Perubahan struktur secara lebih jelas dituangkan dalam tree diagram di atas.
2.2.3 Elipsis Klausa Pelesapan klausa ialah penghilangan yang melibatkan unsur klausal baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian. Pelesapan ini berhubungan dengan mood, khususnya dengan proses tanya jawab dalam percakapan. Berdasarkan jenisnya pelesapan ini dibagi dua bagian, yakni pelesapan yes/no dan pelesapan WH (who, when, where, dll). Contoh: Is there a blue wallet? – No. I think you should tell me who you are? – Why? Kalimat pertama merupakan contoh pelesapan yes/no dimana seharusnya kata no menjadi sebuah klausa no, there is not a blue wallet. Kemudian kalimat yang kedua merupakan contoh dari pelesapan wh dimana pelesapan yang terjadi setelah kata why seharusnya why I should tell you who I am.