BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Teori-teori Dasar Umum Pada Teori-teori dasar atau umum ini, peneliti akan membahas mengenai teoriteori yang berkaitan dengan topik skripsi yang peneliti pilih yaitu komunikasi massa mampu membuat seseorang mempunyai daya tarik komunikasi yang di siarkan melalui media massa. 2.1.1 Teori Komunikasi Massa 2.1.1 Definisi Teori Komunikasi Massa Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi yang memlalui proses dengan media massa (media cetak dan elektronik). Dalam perkembangannya, komunikasi massa berasal dari kata media of massa communication yang artinya media komunikasi massa. Jadi disini jelas diartikan bahwa media massa menunjukan bahwa hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi. a) Jay Back dan Frederick C. Whitney mengatakan dalam bukunya yang berjudul Intruduction to Mass Communication disini dikatakan bahwa Mass Communication lebih menunjukan pada media mekanis yang digunakan dalam komunikasi massa yakni media massa. Sementara itu, Mass Communication lebih menunjukan pada teori atau proses teoretik. Atau bisa dikatakan mass communication lebih menunjukan pada proses dalam komunikasi massa. (Rahmat, 2003:188) b) Definisi menurut John R Bitter , untuk mengetahui komunikasi dengan sudut pandang yang berbeda yaitu interpersonal dan intrapersonal communication menjelaskan bahwa, dalam sebuah komunikasi massa kita memerlukan 9
10 gatekeeper. Artian ini berarti beberapa individu atau kelompok yang bertugas menyampaikan atau mengirimkan informasi dari individu ke individu yang lain melalui media massa (surat kabar, majalah, televisi, radio, video tape, compact disk atau buku).Definisi yang dikemukakan oleh Bitter ini untuk menekankan arti dari gatekeeper dalam proses komunikasi massa. Inti dari pendapat ini adalah dalam proses komunikasi massa di samping melibatkan unsur – unsur komunikasi pada umumnya, membutuhkan peran media massa sebagai alat untuk menyampaikan atau menyebarkan informasi. Media massa tidak bekerja sendiri, didalamnya terdapat orang – orang yang bekerja untuk pengolahan informasi sebelum informasi tersebut disebar luaskan ke audience-nya. mereka yang bertugas dalam bidang tersebut biasa dikenal dengan sebutan gatekeeper. Jadi informasi yang diterima audience dalam komunikasi massa sebenarnya sudah di control oleh gatekeeper dan disesuaikan dengan vis, misi media yang bersangkutan, khalayak sasaran dan orientasi bisnis atau ideal yang menyertainya. c) Definisi komunikasi massa menurut Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) akan semakin memperjelas khalayak tentang apa arti dari komunikasi massa. Adapun hal – hal yang mencakup kmunikasi massa sebagai berikut : 1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan yang
modern
dan
berkembang untuk
menyebarkan
atau
memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. 2. Komunikator dalam komunikasi massa menyebarkan pesan – pesannya untuk memberikan informasi dan pengertian kepada
11 jutaan orang yang tidak saling terikat dan mengetahui satu sama lainnya. 3. Pesan adalah milik publik. Artinya pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang 4. Sebagai sumber biasanya komunikator adalah organisai formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Bisa dikatakan, komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. 5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penepis informasi). Artinya, pesan – pesan yang khalayak terima disebarkan atau dikontrol oleh sejumlah individu yang bekerja di dalam sebuah media massa lalu disiarkan melalui media massa. 6. Umpan balik dalam media massa sifatnya tertunda. (Rahmat, 2003:190) d) Menurut Herbert Blumer
menggunakan konsep ini (yang berasal dari
mass society) untuk menyebutnya mass audience (penerima pesan dalam komunikasi massa). Yang disebut penerima dalam komunikasi massa itu setidaknya memiliki hal – hal ini : 1. Heterogenitas yang memiliki susunan anggotanya berasal dari berbagai kelompok lapisan masyarakat. 2. Berisi individu yang tidak saling kenal satu sama lain. 3. Tidak memiliki pemimpin atau organisasi formal.
2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa Dalam komunikasi massa memiliki fungsi – fungsi didalamnya. Adapun beberapa fungsi – fungsi komunikasi massa yaitu:
12 a) Informasi Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita – berita yang disajikan. Iklan pun dalam beberapa hal memiliki fungsi memberikan informasi disamping fungsi – fungsi yang lain. Fakta – fakta yang dicari wartawan di lapangan kemudian dituangkannya dalam tulisan juga merupakan informasi. Fakta yang dimaksud adalah adanya kejadian yang benar – benar terjadi di masyarakat. Dalam istilah jurnalistik, fakta – fakta tersebut biasa diringkas dalam istilah 5 W + 1 H (What, Where, Who, When, Why, + How) atau Apa, Di mana, Siapa, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana.Dalam perkembangan jurnalistik saat ini, media massa yang hanya menulis atau menyajikan berita dengan mengemukakan fakta-fakta tidak mencukupi lagi.Menurut C.P. scott dari The Manchester Guardian (jakobus,2003:29) pernah mengatakan bahwa reportase yang berkembang saat ini adalah reportase faktual, yakni laporan yang memisahkan fakta dan opini berkembang sebagai reportase interpretasi, reportase, yang mendalam, yang investigative, dan reportase yang komprehensif.Bukan sekedar fakta menurut urutan kejadiannya, bukan fakta secara linier, melainkan fakta yang mencangkup, disertai latar belakang, proses, dan riwayatnya.Dengan demikian, jurnalisme makna sudah seharusnya di jalankan pers untuk menjelaskan lebih lanjut fungsi informasi.Artinya, fungsi pers adalah melaporkan peristiwa di dalam masyarakat yang lebih kompleks dan memberikan makna terhadap peristiwa-peristiwa tersebut. (Nurudin, 2007).
13 b) Hiburan Fungsi hiburan adalah untuk media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang laen. Masalahnya, masyarakat kita masih menjadikan televisi sebagai media hiburan.Media televisi sebagai media hiburan sekaligus sarana untuk berkumpul sarana keluarga. Hal ini mendudukkan televisi hiburan (untuk melepaskan lelah).Jangan heran jika jam-jam prime time (pukul 19.00 sampai 21.00) akan di sajikan acara-acara hiburan, entah sinetron, kuis atau acara jenakan lainnya.Hal ini sangat berbeda dengan media cetak. Media cetak biasanya tidak menempatkan hiburan pada posisi paling atas, tetapi informasi. Namun demikian, media cetak pun tetap harus mengfungsikan hiburan. Gambar-gambar berwarna yang muncul di setiap halaman, adanya teka-teki, dan cerita yang beergambar (cergam) menjadi beberapa ciri bahwa media cetak memberikan layanan hiburan, c) Persuasi Fungsi persuasif komunikasi massa tidak kalh pentingnya dengan fungsi informasi dan hiburan. Banyak bentuk tulisan yang kalo di perhatikan sekilas hanya berupa informasi, tetapi jika di perhatikan lebih jeli ternyata terdapat fungsi persuasi. Tulisan pada Tajuk Rencana, artikel, dan surat pembaca merupakan contoh tulisan persuasif. Aktivitas public relations (PR) dan promosi khusus dalam komunikasi tatap muka juga menjadi bentuk dari fungsi persuasi.Bagi Josep A. Devito (1997) fungsi persuasi di anggap sebagai fungsi yang paling penting dari komunikasi massa. Persuasi bisa datang dari berbagai macam bentuk.
14 1. mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang; 2. mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang; 3. menggerakan seseorang untuk menggerakan sesuatu; 4. memperkenalkan etika, atau menawarkan sistem nilai tertentu. Media massa dalam beberapa kasus dapat menunjukkan sebauh etika. Media massa mampu menunjukkan mana etika yang baik dan mana yang tidak baik.
d) Transmisi Budaya Transmisi budaya merupakan salah satu fungsi komunikasi massa yang paling luas, meskipun paling sedikit dibicarakan. Transmisi budaya tidak dapat dielakan selalu hadir dalam berbagai bentuk komunikasi yang mempunyai dampak pada penerimaan individu.Transmisi budaya mengambil tempat dalam dua tingkatan, kontemporer dan histori. Dua tingkatan tersebut tidak dipisahkan, tetapi terjalin secara konstan. Apalagi, media massa merupakan alat utama di dalam transmisi budaya pada
kedua
kemampuan
tingkat
tersebut.Alfred
“peningkatan
waktu
Korzybski
(time-binding)”
menamakannya manusia
yang
didasarkan pada ingatan. Manusia sebagai makhluk di bumi telah dapat menyimpan secara sadar dan melupakannya dari generasi ke generasi selanjutnya. Sementara itu, secara historis umat manusia telah dapat melewati
atau
menambahkan
membimbingnya ke masa depan.
pengalaman
baru
sekarang
untuk
15 Tabel 3.1 Tabel dari Charles R.Wright tentang Aktifitas Komunikasi Massa : Transmisi Budaya
Masyarakat
Fungsi
Individu
Pelepasan lelah Pelepasan lelah bagi kelompok – kelompok massa
Disfungsi Mengalihkan public menghindarkan aksi sosial
Meningkatkan kepastian, memperendah cita rasa, memungkinkan pelarian atau pengasingan diri
Sekelompok Kebudayaan Tertentu (mis: kel. Politik) Memperluas kekuasaan, mengendalikan bidang kehidupan Memperlem ah estetik “budaya pop”
(Nurudin, 2007:41) d) Mendorong Kohesi Sosial Kohesi adalah penyatuan yang artinya, media massa mendorong masyarakat untuk bersatu. Dengan kata lain media massa masyarakat untuk memikirkan dirinya bahwa bercerai –berai bukan keadaan yang baik bagi kehidupan mereka. Media massa yang memberitakan arti pentingnya kerukunan hidup umat beeragama, sama saja media massa mendorong kohesi sosial. Media juga harus memiliki beberapa teknik Cover both sides (meliputu dua sisi yang berbeda secara seimbang) atau bahkan all sides (melihat dari banyak segi suatu kejadian).Akan tetapi,
16 media massa mempunyai fungsi untuk menciptakan integrasi sosial, pada dasarnya disisi lain media juga memiliki peluang untuk menciptakan disintegrasi sosial. Jadi, sebenarnya peluang untuk menciptakan integrasi dan disintegrasi sama besarnya. e) Pengawasan. Bagi Laswell, komunikasi massa memiliki fungsi pengawasan. Artinya, menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian – kejadian yang ada disekitar kita. Fungsi pengawasan sendiri dapat dibagi menjadi dua yaitu, warning or bewaresurveillance atau pengawasan peringatan dan instrumental surveillance atau pengawasan instrumental. f) Korelasi Fungsi dari korelasi yang dimaskud adalah fungsi yang menghubungkan bagian – bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Hal ini sangat erat kaitannya dengan fungsi tersebut, karena peran media massa sebagai penghubung antara berbagai komponen masyarakat. Dalam korelasi ini masyarakat dapat saling berkomunikasi satu dengan yang lainnya melalui media massa. g) Pewarisan Sosial Media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal maupun informal yang mencoba menuruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma, pranata, dan etika dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Ada juga yang mengatakan bahwa fungsi pewaris sosial ini dengan transmisi budaya.pada dasarnya transmisi budaya sama saja dengan pewaris sosial. Sebab kebudayaan meliputi tiga
17 hal yaitu, idea tau gagasan, aktivitas, dan benda – benda hasil kegiatan.Menurut Jay Black dan Frederick Whitney (1988) transmisi budaya media massa bisa memperkuat kesepakatan nilai – nilai sosial yang ada dalam masyarakat. h) Melawan Kekuasaan dan Kekuatan Represif Komunikasi massa berperan memberikan informasi, tetapi informasi yang diungkapkannya ternyata mempunyai motif – motif tertentu untuk melawan kemapanan. Memang diakui bahwa komunikasi massa juga dapat berperan untuk memperkuat kekuasaan, tetapi juga sebaliknya. (Nurudin, 2007).
2.1.3 Elemen – Elemen Komunikasi Massa 2.1.3.1 Deifinisi Elemen – elemen Komunikasi Massa Elemen komunikasi massa secara umum juga berlaku bagi komunikasi massa. Secara sederhana komunikasi meliputi komunikator mengirimkan pesan melalui saluran kepada komunikan (penerima).(Nurudin, 2007:45). a) Komunikator Dalam hal ini komunikator dalam komunikasi massa sangat berbeda dengan komunikator dalam bentuk komunikasi yang berbeda. Komunikator dalam hal ini meliputi jaringan, stasiun local, direktur dan staf teknis yang berkaitan dengan sebuah acara televisi. Jadi pada intinya komunikator merupakan gabungan dari berbagai individu dalam sebuah lembaga media massa. Dengan kata lain, komunikator dalam komunikasi massa bukanlah individu, tetapi kumpulan orang yang bekerjasama satu sama lain.
18 b) Isi Setiap media massa memiliki kebijakannya masing – masing, karena tidak semua media massa memiliki visi misi yang sama terlebih dalam kebijakan. Media massa memiliki caranya masing – masing dalam hal melayani masyarakat, termasuk dalam hal menyebarkan informasi. Isi bagi media massa adalah bagian yang paling penting, sebab tidak hanya menyebarkan informasi dan berita kepada masyarakat saja tetapi juga menyangkut individu atau sekolompok sosial. Ray Eldon Hiebert isi media memiliki 6 (enam) kategori yaitu: 1. Berita dan Informasi 2. Analisis dan Interpretasi 3. Pendidikan dan Sosialisasi 4. Hubungan masyarakat dan persuasi 5. Iklan dan bentuk penjualan lain 6. Hiburan Isi berita sangatlah penting bagi media massa yang merupakan hal pokok bagi sebuah lembaga media. Setiap hari media memberikan informasi kepada audience, bahkan media massa juga harus lebih cepat mengetahui apa yang sedang terjadi baik luar negeri maupun dalam negeri sebelum audience mengetahui terlebih dahulu. Bagi media massa up date sebuah informasi itu salah satu hal yang pokok dilakukan. Disamping mengetahui dan memberitakan segala hal, media massa juga harus mengevaluasi dan menganalisis setiap kejadian tersebut. Melalui fakta – fakta yang terdapat di lapangan.
19 c) Audience Audience sangatlah beragam, mereka mendapatkan informasi dari mana saja tidak hanya dari media elektronik seperti, televisi, radio, juga dari media cetak dan internet. Masing – masing audience berbeda satu sama lain diantaranya dalam hal berfikir, berpakaian, pesan ditemanya, dan juga pengalaman yang terjadi dalam hidupnya. Meski demikian setiap audience dapat meneriam reaksi pesan yang diterimanya.
2.2 Media Massa 2.2.1 Definisi Media Massa Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan – pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan meggunakan alat – alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, tv. (Cangara, 2002:54).Berikut beberapa Jenis – jenis Media Massa : 1. Media cetak : Surat kabar dan majalah. 2. Media elektronik : televisi, radio, film 3. Media online : internet
2.2.2 Karakteristik Media Massa Menurut Cangara (2003:56), karekteristik media meliputi : a) Bersifat melembaga, yang artinya karakter tersebut bersifat melembaga, karena dalam proses pengelolaan media terdiri dari beberapa personal. b) Memilki sifat satu arah, yang artinya komunikasi dengan menggunakan media massa kurang memungkinkan adanya timbale balik atau pun feedback antara komunikator dengan komunikan.
20 c) Meluas dan serempak, dalam artian dapat mengatasi halangan antara derta rintangan jarak dan waktu serta pesan yang diterima oleh komunikator secara bersamaan. d) Memakai peralatan teknis atau mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya. e) Bersifat terbuka, yang memilki arti pesan oleh komunikator dapat diterima siapa saja yang menerima pesan tersebut dan dimana saja. Media massa adalah alat – alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hamper serempak pada waktu yang tidak terbatas. 2.3 Teori – Teori Dasar / Umum Pada teori –teori dasar atau umum ini, peneliti akan membahas mengenai teori – teori yang berkaitan dengan topic skripsi yang peneliti pilih yaitu pengaruh bahasa jawa kromo yang dibawakan dalam program berita.
2.3.1 Definisi Teori Bahasa Jawa Kromo Dalam bahsa jawa ada beberapa tingkatan bahasa yang merupakan etika berbahasa jawa yaitu bahasa jawa kromo dan ngoko. Dalam sehari-hari ngoko digunakan untuk berbicara kepada teman yang seumur atau kepada yang lebih muda namun bukan berati yang lebih tua selalu menggunakan bahasa jawa ngoko kepada yang muda. Karena ada beberapa orang selalu menggunakan bahsa jawa kromo kepada siapapun baik kepada yang muda maupun kepada yang lebih tua.
21 2.3.2 Bahasa Jawa Ngoko Bahasa jawa ngoko sendiri mempunyai dua tingkatan yaitu ngoko lugu dan ngoko halus. Poedjasoedarma berpendapat bahwa tingkat tutur ngoko mencerminkan rasa tak berjarak antara ngoko lugu dan ngoko halus. Ngoko biasanya dipakai jika seseorang ingin menyatakan keakrabannya terhadap lawan bicaranya. Tingkat tutur madya diartikan sebagai tingkat tutur menengah antara karma dan ngoko, tetapi tetap menunjukan perasaan sopan meskipun kadar kesopanannya hanya sedang-sedang saja. Sedangkan tingkat ututur kromo diartikan sebagai tingkat tutur yang memancarakan arti penuh sopan santun dan tingkat tutur ini menandakan adanya perasaan segan (Sasangka 2004:14) Tingkat tutur ngoko yaitu ungguh bahasa jawa yang berintikan leksikon ngoko. Cirri-ciri terdapat afiks di-,-e dan –ake. Ragam ngoko dapat digunakan oleh mereka yang sudah akrab dan oleh mereka yang dirinya lebih tinggi status sosialnya daripada lawan bicara. Ragam ngoko mempunyai dua bentuk varian yaitu ngoko lugu dan ngoko halus. a. Ngoko lugu Yang dimaksud dengan ngoko lugu adalah untuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang semua kosakatanya berbentuk ngoko dan netral tanpa terselip leksikon kromo, karma inggil atau karma andhap, baik untuk ngoko lugu dan ngoko halus. Contoh: 1. yen mung kaya ngono wae, aku mesthi ya isho! “jika Cuma seperti itu saja, saya pasti juga bisa. 2. Yen mung kaya ngono wae, koe mesthi ya iso! “jika Cuma seperti itu saja, kamu pasti juga bisa.
22 3. Yen mung kaya mengono wae dheweke ya iso! “jika Cuma seperti itu saja ,dia juga bisa. b. Ngoko Halus Yang dimaksud dengan ngoko halus adalah bentuk unggah-ungguh yang didalamnya bukan hanya terdiri atas leksikon ngoko dan netral saja, melainkan juga terdiri atas leksikon karma inggil, karma andhap atau leksikon karma yang muncul didalam raga mini sebenarnya hanya digunakan lawan bicara. (Sasangka 2004:100) Contoh: wingenane simbah tindak mrene (Sasangka 2004:100). “kemarin dulu nenek kesini. 2.3.3 Bahasa Jawa Kromo Yang dimaksud dengan ragam karma adalah bentuk unggah-ungguh bahasa jawa yang berintikan leksikon karma, atau yang menjadi unsure inti didalam ragam karma adalah leksikon karma bukan leksikon yang lain. Afiks yang miuncul dalam ragam inipun semuanya berbentuk karma. Karma ini digunakan oleh mereka yang belum akrab dan oleh mereka yang merasaa dirinya lebih rendah status sosialnya daripada lawan bicaranya. Karma mempunya tiga bentuk varian yaitu karma lugu, karma andhap dan karma halus (Sasangka 2004:104).
a. Karma Lugu / Krama Madya Secara semantic ragam karma lugu dapat di definisikan sebagai suatu bentuk ragam karma yang kadar kehalusannya rendah. Meskipun begitu, jika dibandingkan
dengan ngoko alus. Ragam karma lugu tetap
menunjukan kadar kehalusan (Sasangka 2004:105)
23 Contoh: niki bathike sing pundi sing ajeng diijoiake? “ batik ini yang man yang akan ditukarkan?” Mbak, njenengan wau dipadosi bapa. “ mbak anda tadi dicari bapak.” Tampak afiks di- pada diijolake “ditukarkan” dan dipadosi “dicari” merupakan afiks ngoko yang sering muncul dalam unggah-ungguh ini daripada afiks dipun-, ipun, dan –aken. Contoh kalimat diatas bertujuan untuk menurunkan derajat kehalusan (Sasanka 2004: 108-109) b. Krama andhap krama andhap ialah bentuk krama yang digunakan untuk menghormati lawan bicara dengan cara merendahkan diri sendiri. Contoh: bapak kajenge sowan mareng griyaninjenengan. “bapak ingin berkunjung kerumah anda.” c. Krama Alus/ Krama Inggil Yang dimaksud krama alus adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang semua kosakatanya terdiri atas leksikon krama dan dapat ditambah dengan leksikon krama inggil atau krama andhap. Meskipun begitu. Yang menjadi leksikon inti raga mini hanyalah leksikon yang berbentuk krama. Leksikon madya dan leksikon ngoko tidak pernah muncul didalam tingkat tutur ini. Selain itu leksikon krama inggil atau krama andhap- secara konsisten-selalu digunakan untuk penghormatan terhadap lawan bicara. Secara sistematis ragam krama alus dapat didefinisikan sebagai bentuk ragam krama yang kadar kehalusannya tinggi (Sasangka 2004:111) Contoh: artha punika kedah dipunlintokaken wonten bank ingkakng dumunung ing kitha.” Uang ini harus ditukarkan di bank yang ada di kota.”
24 Tampak
pada
afiks
dipun-
“di”
seperti
pada
dipunlintokaken
“ditukarkan”merupakan afiks penanda leksikon krama (Sasangka 2004: 113) http://extremeprogamer.blogspot.com/2013/06/pengertian-ngoko-dan-kramadalam-bahasa.html. diunduh pada tanggaln 10 oktober 2014 pada pukul 12.00 WIB
2.4 Televisi 2.4.1 Karakter Televisi Karakteristik televisi (Elvinaro dan Erdinaya, 2004: 127) antara lain: 1. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan dibandingkan media penyiaran lainnya yaitu dapat didengar sekaligus dilihat, disebut juga audiovisual. 2. Berpikir dalam gambar Kita dapat menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. dan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga mengandung makna tertentu. 3. Pengoperasian lebih kompleks Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi jauh lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Frank Jefkins juga memaparkan beberapa karakteristik televisi, yaitu: (Frank,1992: 92-93) 1.
Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan warna.
25 2.
Fungsi televisi adalah sebagai media hiburan, namun di beberapa negara berkembang televisi merupakan simbol status sosial sesorang.
3.
Pembuatan program televisi lebih lama dan mahal, apabila dibandingkan dengan program radio.
4.
Karena mengandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang nampak harus dibuat semenarik mungkin.
5.
Dibandingkan dengan media lainnya, televisi memang jauh lebih mahal.
6.
Mengutamakan unsur-unsur isi daripada hubungan.
7.
Komunikasinya bersifat satu arah.
8.
Umpan baliknya tertunda (delayed).
2.4.2 Fungsi Televisi sebagai Media Komunikasi Massa Komunikasi massa ialah komunikasi melalui media massa modern (surat kabar, film, radio, dan televisi). Komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah besar (McQuail, 2000: 31). Jadi, yang diartikan dengan komunikasi massa ialah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan (Effendy, 2002:50). Setiap media massa memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Adapun televisi, sesuai namanya, tele berarti jauh, vision berarti pandangan – televisi berarti bisa dipandang dari tempat yang jauh dari studio TV – maka kekuatan televisi terletak pada paduan gambar dan suara dalam satu waktu penayangan. Publik pemirsa yang sekaligus juga publik pendengar, bisa menikmati kombinasi antara gambar hidup (bergerak) dan suara seperti berhadapan langsung dengan obyek yang
26 ditayangkan. Dengan demikian, karakter televisi yang paling utama ialah bahwa medium komunikasi massa ini mengutamakan bahasa gambar. Komunikasi
massa
media televisi
ialah proses
komunikasi antara
komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Dalam komunikasi massa media televisi, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks serta pembiayaan yang besar. Dikaitkan dengan paradigma Lasswell, secara tegas komunikasi massa media televisi memperlihatkan bahwa setiap pesan yang disampaikan televisi mempunyai tujuan khalayak serta akan mengakibatkan efek dan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan akhir dari penyampaian pesan media televisi, bisa menghibur, mendidik, kontrol sosial, menghubungkan atau sebagai bahan informasi (Kuswadi, 2006:17). Keberhasilan komunikasi massa akan bergantung dengan kemampuan media massa tersebut dalam mengemas pesannya untuk disampaikan pada khalayak sasaran. Setiap pesan yang disampaikan oleh stasiun televisi akan selalu menghasilkan umpan balik, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Dimana umpan balik yang didapat, stasiun televisi tersebut dapat mengukur keberhasilannya dalam penyampaian pesan.
2.4.3 Jenis Program Acara Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja dapat dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selam program itu menarik dan disukai oleh audience, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum, dan peraturan berlaku.
27 Dari berbagai macam program yang disajikan stasiun penyiaran jenis-jenis program terbagi menjadi dua bagian yaitu : 1.
Program informasi, adalah segala jenis siaran yang bertujuan untuk memberitahuakan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audience. a. Berita keras (Hard News), adalah segala bentuk informasi yang penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui oleh khalayak audience secepatnya. 1. Straight News, suatu berita singkat (tidak detail) yang hanya menyajikan informasi terpenting saja terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. 2. Infotaiment,
adalah
berita
yang
menyajiakan
informasi
mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat (celebrity). b. Berita lunak (Soft News), adalah informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. 1. Feature, adalah berita yang menampilkan berita-berita ringan namun menarik. 2. Current Affair, adalah program yang menyajikan informasi yang terkait dengan suatu berita penting yang muncul sebelumnya namun dibuat secara lengkap dan mendalam.
28 3. Magazine, adalah program yang menampilkan informasi ringan dan mendalam. Magazine menekankan pada aspek menarik suatu informasi ketimbang aspek pentingnya. 4. Dokumenter, adalah program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan namun disajikan dengan menarik. 5. Talk Show, adalah yang menampilkan satu beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara. 2.
Program Hiburan, adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audience dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang temasuk dalam ketegori hiburan adalah drama, musik, dan permainan (game). a. Drama , adalah pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa tokoh yang diperankan oleh pemain yang melibatkan konflik dan emosi. b. Permainan atau game show, adalah suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu atau kelompok yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu. c. Musik, Program ini merupakan pertunjukan yang menampilkan kemampuan seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio ataupun di luar studio. Program musik di televisi sangat ditentukan artis menarik audience. Tidak saja dari kualitas suara namun juga berdasarkan bagaimana mengemas penampilannya agar menjadi lebih menarik.
29 d. Pertunjukan, merupakan program yang menampilkan kemampuan seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio ataupun di luar studio . (Soenarto, 2007: 62-63) juga membagi program menjadi dua jenis, yaitu Drama dan non-drama, yang pembagiannya sebagai berikut : a. Program Drama Program siaran drama berisi cerita fiksi. Istilah ini juga disebut sinetron cerita. Untuk membedakannya dengan sinetron noncerita adalah: format sinetron yang terdiri dari beberapa jenis, yaitu: sinetron drama modern, sinetron drama legenda, sinetron drama komedi,
sinetron
drama
saduran
dan
sinetron
yang
yang
dikembangkan dari cerita atau buku novel, cerita pendek dan sejarah (Soenarto, 2007: 62-63). b. Program non Drama Program non-drama merupakan bentuk acara yang tidak disertai bumbu cerita. Acara non-drama diolah seperti apa adanya. Program jenis dokumenter termasuk program nondramatik ini bisa didapatkan dari keadaan senyatanya, bisa mengenai alam, budaya manusia, ilmu pengetahuan dan kesenian (Soenarto, 2007: 62-63). Program non-drama di televisi menurut Sony Set adalah acara terbanyak yang kita tonton selama hidup kita. Dari tayangan reality show, talkshow, kuis, games, features, star talentsearch, audisi para bintang, kombinasi program televisi dan sebagainya menghiasi hari-hari kita dengan wacana (Soenarto, 2008: 20). Kombinasi berbagai macam program televisi seperti berita, talkshow, live band performance, live cooking dan
30 sebagainya, yang digabung dalam sebuah program, biasa disebut sebagai Variety Show.
2.5 Program Berita a) Sejarah Berita Pada dasarnya “Berita” ditemukan oleh siapakah orangnya masih belum dapat diketahui. Sejak awal manusia pertama dapat berkomunikasi satu sama lain, dan makna “Berita” itu sendiri sudah dapat dikenal oleh kalangan luas. Jadi setiap kali berkomunikasi, setiap kali pula ada isi atau pesan atau berita atau yang disampaikan atau yang hendak dikomunikasikan. Tanpa adanya sebuah berita, maka sebuah komunikasi menjadi hanya komunikasi yang biasa, tanpa adanya mengandung nilai berita. Pada zaman dulu kala, pada zaman kerajaan, pembawa kabar sering dilakukan oleh hulu balang. Salah satu pekerjaan hulu balang adalah mewartakan kepada raja, peristiwa yang terjadi di seputar kerajaan. Berita memang menjadi bagian dari hidup umat manusia dalam interaksi sosialnya. Akan tetapi, berita sebagai komoditas dan sebagai sebuah peristiwa / fakta yang secara khusus disistematisasikan (dicari, dikumpulkan, dan disiarkan untuk mendapatkan umpan balik). Pakar sejarah Suetonius mencatat, ketika Julius Caesar dinobatkan menjadi konsul (59M), ia menceritakan supaya pasar Roma dipasang papan pengumuman yang disebut dengan Acta Diurna yang artinya adalah catatan harian. Juga dari sinilah istilah jurnal, atau terbitan berkala. Pada zaman dulu, papan pengumuman Romawi kuno merupakan médium cetak yang berfungsi sebagai alat komunikasai massa. Namun, komunikasi yang masih searah (one way traffic
31 communication), tidak adanya hubungan timbal balik. (R. Masri Sareb Putra, 2006) b) Berita Dalam pengertian sederhana program news berarti suatu sajian laporan berupa fakta dan kejadian yang memiliki nilai berarti (unusual, factual, esensial) dan disiarkan melalui media secara periodik. Pengertian penyajian fakta dan kejadian di dalam berita bersifat objektif. Liputan gambar dari kejadian biasanya diambil dengan memperlihatkan hal – hal yang sekitarnya yang tidak terlalu membuat shock. Namun, objektivitas semacam ini masih tergantung subjektivitas dari peliput. Dari sudut mana kejadian itu diambil, hasilnya sebenarnya telah menunjukan subjektivitas dari peliput. Hal lain yang membuat program news sebagai program yang tidak murni objektif disebabkan broadcasting station policy atau kebijakan stasiun pemancar yang dilaksanakan oleh bagian siaran pemberitaan dengan editorial policy atau news policy-nya (kebijakan pemberitaan). Dalam negara yang menganut sistem demokrasi, kebijakan di dalam pemberitaan cukup menjamin kebebasan jurnalistik, terlebih di dalam negara yang menganut paham liberal. Namun, bagi negara yang menganut paham otoriter atau yang kebijakannya lebih bersifat otoriter, kebebasan di dalam pemberitaan sasngatlah dikontrol. Pengontrolan dilakukan lewat sensor dengan sanksi pelarangan siaran pemberitaan. Variasi susunan materi berita yang lain berkaitan dengan berita – berita actual diselang – seling dengan berita – berita penting. Tidak hanya berita politik dan pertikaian kekerasan yang diletakan pada awal program, melainkan juga berita – berita politik dan pertikaian kekerasan dapa diselang
32 selingi dengan berita ekonomi, perdagangan, dan bencana alama tau kecelakaan besar, sedangkan berita humanitas dan seni budaya dapat ditampilkan sebagai sajian kejadian yang terakhir. Di dalam program berita terdapat bermacam – macam cara penyajian berita. Batasan yang umum untuk jenis atau macam program siaran berita terletak pada batasan yang disasari atas keterikatan pada waktu aktual singkat (memiliki waktu actual yang panjang). Berita yang terkait waktu (time concern) disebut berita harian, sedangkan berita yang tidak terkait dengan waktu (time less) disebut berita berkala.(Fred Wibowo, 2009:22) Berita harian atau berita hangat (the hot news) adalah berita yang perlu segera disampaikan kepada masyarakat. Berita hangat hangat biasanya bersifat linier dan langsung (straight news). Berdasarkan sifat dan kekuatan materi berita straight news dapat berupa soft news (berita lunak). Artinya berita – berita yang bersangkutan dengan kejadian – kejadian umum yang penting di masyarakat. Berita – berita yang diperlukan, namun tidak mengandung kemungkinan gejolak dan tidak melibatkan tokoh masyarakat atau orang termasyur. Contohnya : berita mengenai seminar, kegiatan pengembangan daerah dan human interest. Hard news (berita keras) adalah berita yang mengandung konflik dan memberi sentuhan – sentuhan emocional serta melibatkan tokoh – tokoh terkenal atau masyarakat. Berita – berita ini biasanya masuk dalam kategori yang memiliki high political tensión, very unusual, dan controfersial. Spot news adalah berita singkat dan penting yang memberikan informasi mengenai suatu kejadian atau peristiwa, ketika redaktur atau editor
33 merasa perlu untuk segera menyajikan berita menyelesaikan editing..( Wibowo, 2009:23) Berita berkala merupakan berita yang bersifat time less (tidak terikat waktu), memiliki kemungkinan – kemungkinan penyajian yang lebih lengkap dan mendalam. Pengemasan juga dapat diolah secara artistik. Oleh karena itu, model berita berkala biasanya merupakan karya jurnalistik yang artistik.( Wibowo, 2009:23)
2.6 Teori Khusus 2.6.1 Teori Minat Teori minat utami dan fauza (Darmawan, 2007:11) memandang minat sebagai kecenderungan yang relative menetap sebagai bagian diri seseorang, untuk tertarik dan menekuni bidang – bidang tertentu. Menurut sutjipto (2001) menjelaskan bahwa minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai suatu yang sadar, karenanya minat merupakan aspek psikologi seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersankutan
untuk
melaksanakan
kegiatan
tersebut.Sumber
(www.depdiknas.go.id/jurnal/45/sutjipto.htm). Adapun dampak dari media massa yaitu, kognitif, afektif, dan konatif. Adapun penjelasan dari ketiganya, adalah. 1. Kognitif: Dari dampak kognitif ini dapat menimbulkan diri komunikasi yang sidatnya informative bagi dirinya. Dalam dampak kognitif ini Akan membahas tentang
34 bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang didapat dari media massa dan mampu mengembangkan keterampilan kognitifnya.Dampak dari kognitif adalah bagaimana media massa memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Apabila televisi menyebabkan kita lebih mengerti tentang bahas Idonesia yang baik dan benar, maka televisi telah menimbulkan efek prososial kognitif. (Vera, 2008:34) 2. Afektif : Dampak Kognitif sampai pada tahap pengetahuan maka dampak afektif sudah melibatkan perasaan atau emosi. Dampak ini kadarnya lebih tinggi daripada dampak kognitif. Tujuan dari komunikasi massa adalah khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, dan marah.( Vera, 2008:34) 3. Konatif : Dampak pesan media massa yang berupa pola – pola tindakan, kegiatan, atau perilaku yang dapat diamati, adalah dampak pesan media massa yang telah sampai pada tahap konatif.dampak ini timbul dari diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiiatan.Secara teoritis dampak pesan media massa biasanya hanya sampai pada tahap kognatif dan afektif. Tetapi ada beberapa kondisi yang menyebabkan dampak pesan media massa sampai pada tahap konatif antara lain:
35 a) Exposure (Jangkuan pengenaan): Jika sebagian besar khalayak telah terexpose oleh media massa. b) Kredibilitas: Jika pesan media massa mempunyai kredibilitas yang tinggi dimata khalayaknya dalam arti kebenarannya dapat dipercaya. c) Konsonasi: Jika isi informasi yang disampaikan oleh beberapa media massa, baik materi, arah serta orientasinya maupun dalam hal waktu, frekuensi dan cara penyampaiannya sama atau serupa. d) Signifikansi: Apabila materi pesan media massa signifikan dalam arti berkaitan secara langsung dengan kepentingan dan kebutuhan khalayak. e). Sesitif: Apabila materi dan penyajian pesan pesan media massa menyentuh hal – hal yang sensitive. f). Situasi kritis: Jika terjadi ketidakstabilan structural yang menyebabkan masyarakat berada dalam situasi kritis. g). Dukungan komunikasi antar pribadi: Jika informasi melalui media massa menjadi topic pembicaraan, karena didukung oleh komunikasi antar pribadi. (Vera, 2008:23)
36 2.6.2 S-O-R Theory Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak mendapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan dari StimulusOrganism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau SR theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif; misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan ( R) yang kuat pula. Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
stimulus
khusus
sehingga
seseorang
dapat
mengharapkan
dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah: Pesan (stimulus, S), Komunikan (organism, O), Efek (Response, R).
37 Hosland, et al mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
a) Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. b) Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. c) Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap). d) Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku). Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu: Perhatian, pengertian, dan penerimaan.
38 Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat. Iklan televisi merupakan sarana memperkenalkan produk kepada konsumen. Keberadaanya sangat membantu pihak perusahaan dalam mempengaruhi afeksi pemirsa. Ia menjadi kekuatan dalam menstimulus pemirsa agar mau melakukan tindakan yang diinginkan. Secara substansi iklan televisi memiliki kontribusi dalam memformulasikan pesan-pesan kepada pemirsa. Akibatnya secara tidak langsung pemirsa telah melakukan proses belajar dalam mencerna serta mengingat pesan yang telah diterimanya. Kondisi ini tentunya tanpa disadari sebagai upaya mengubah sikap pemirsa. Senada dengan yang diungkapkan oleh Hovland, Janis dan Kelley diatas (pada uraian teori S-O-R) yang menyatakan ada tiga variabel penting dalam menelaah sikap yang dirumuskan dalam teori S-O-R, secara interpretatif iklan televisi merupakan stimulus yang akan ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses
39 berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Dalam hal ini, perubahan sikap terjadi ketika komunikan memiliki keinginan untuk membeli atau memakai produk yang iklannya telah disaksikan di televisi. Pendekatan teori S-O-R lebih mengutamakan cara-cara pemberian imbalan yang efektif agar komponen konasi dapat diarahkan pada sasaran yang dikehendaki. Sedangkan pemberian informasi penting untuk dapat berubahnya komponen kognisi. Komponen kognisi itu merupakan dasar untuk memahami dan mengambil keputusan agar dalam keputusan itu terjadi keseimbangan. Keseimbangan inilah yang merupakan system dalam menentukan arah dan tingkah laku seseorang. Dalam penentuan arah itu terbentuk pula motif yang mendorong terjadinya tingkah laku tersebut. Dinamika tingkah laku disebabkan pengaruh internal dan eksternal.
Dalam teori S-O-R, pengaruh eksternal ini yang dapat menjadi stimulus dan memberikan rangsangan sehingga berubahnya sikap dan tingkah laku seseorang. Untuk keberhasilan dalam mengubah sikap maka komunikator perlu memberikan tambahan stimulus (penguatan) agar penerima berita mau mengubah sikap. Hal ini dapat dilakukan dalam barbagai cara seperti dengan pemberian imbalan atau hukuman. Dengan cara demikian ini penerima informasi akan mempersepsikannya sebagai suatu arti yang bermanfaat bagi dirinya dan adanya sanksi jika hak ini dilakukan atau tidak. Dengan sendirinya penguatan ini harus dapat dimengerti, dan diterima sebagai hal yang mempunyai efek langsung terhadap sikap. Untuk tercapainya ini perlu cara penyampaian yang efektif dan efisien. Jika diamati dari sisi keterpengaruhan, maka secara pragmatis iklan televisi mudah mempengaruhi kelompok remaja dibandingkan kelompok dewasa. Artinya, jika teori S-O-R kita hubungkan dengan keberadaan remaja, maka kekuatan
40 rangsangan iklan televisi begitu kental dalam memantulkan respon yang sebanding. Sistem seleksi yang semestinya melalui proses penyaringan yang ketat terkalahkan oleh sifat mudah dipengaruhi. Akibatnya terjadi pergeseran implementasi toritikal dari teori S-O-R menjadi teori S-R. Artinya, respon yang ditimbulkan sebagai konsekuensi adanya stimulus iklan televisi yang diterima remaja tanpa melalui filter organisme yang ketat. Kontribusi Teori S-O-R begitu terlihat dalam iklan televisi. Dilihat dari sudut pandang target sasaran, secara kondisional yang gampang dipersuasi adalah remaja. Remaja. Remaja yang masih berada pada masa transisi memiliki tingkat selekivitas yang lebih rendah di bandingkan dengan dengan orang dewasa. Konsekuensinya, wajar jika remaja menjadi kelompok sasaran utama iklan televisi. Akibatnya, tanpa disadari remaja telah memposisikan diri sebagai kelompok hedonis dengan rating tinggi. Keinginan yang selalu menggebu-gebu dalam memenuhi kebutuhan hidup adalah indikasi yang pas sekaligus menggambarkan betapa remaja begitu sukar untuk menunda desakan kebutuhan emosinya. Membeli dan mencoba seakan menjadi bagian hidup remaja yang sejalan dengan mengkristalnya kognisi tentang aneka ragam kebutuhan yang ditawarkan televisi melalui iklannya yang akomodatif dan fantastis. Diambil dari (Rahmat, 2000:124)
2.7 Definisi Daya Tarik a. Daya Tarik Semakin kita tertarik kepada seseorang. Maka semakin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan orang tersebut. Pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa haruslah mempunyai nilai yang membuat khalayak
41 tertarik untuk menontonnya, sehingga khalayak tertarik (diharapkan) bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan dan lebih efektif dalam mempengaruhi perubahan pendapat dan dukungan emosional. Kesukan, sikap positf dan daya tarik, kita sebut sebagai atraksi berasal dari bahasa latin yaitu ‘attrahere-ad’ yang artinya menuju dan trahere berarti menarik. (Rahmat, 2000:111) Daya tarik adalah persamaan persepsi dari komunikator terhadap komunikasi dengan jalan menarik perhatian, mengubah perilaku, sikap dan opini dari komunikan. ( ononguchjana, 2003: 38) Daya tarik juga sebagai proses mental ketika stimuni atau rangkaian stimuni menjadi menonjol dalam kesadaran stimuni lainnya melemah. ( Kenneth, 2001:52) Teori sensasi daya tarik adalah hasil dari proses penginderaan, karena melalui alat indera manusia dapat merasakan pengalaman elementer yang tidak memerlukan uraian variabel, simbolis atau konseptual. ( Rahmat, 2001:49) Daya tarik terjadi penyusunan pesan itu sendiri, dan dibagi menjadi dua: Penyusun pesan satu sisi: yaitu memberikan penekanan hanya pada posisi kepentingan pihak pengiriman pesan, biasanya yang ditonjolkan hanya halhal yang menyangkut kekuatan atau aspek positif dari suatu ide produk yang akan dikomunikasikan. Penyusunan pesan dua sisi: disamping kekuatan dan segi positif, hal hal yang merupakan kelemahan atau kekurangan dari suatu ide atau produk yang merupakan kelemahan atau kekurangan dari suatu ide atau produk yang akan dikomunikasikan juga disampaikan. Sedangkan ada pendapat mengatakan seseorang akan merasa tertarik mendengar isu-isu yang layak didengar,
42 dilihat dan dibaca oleh mereka (M. Lubis, 1958:25) penullis memahami bahwa daya trik adalah sesuatu yang membuat perhatian kita tertuju kepada suatu hal dan akan membuat kita mencari informasi lebih banyak dan mencari keuntungan yang lebih banyak dan mencari keuntungan yang bisa lebih dimanfaatkan lebih dari padanya. b. Daya tarik siaran televisi pesan yang akan disampaikan melauli televisi, memerlkan pertimbanganpertimbangan lain agar pesan tersebut bisa diterima oleh khalayak sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: Pemirsa: komunikator harus memahami kebiasaan dan minat pemirsa baik yang termasuk kategori anak-anak, remaja, dewasa maupun orang-orang. Waktu: setelah komunikator mengetahui minat dan kebiasaan setiap kategori pemirsa, langkah selanjutnya adalah menyelesaikan waktu penayangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa. Durasi: durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan acara. Durasi masing-masing acara disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan skrip atau naskah, yang paling penting bahwa dengan durasi tertentu, tujuan acara tercapai. Metode penyajian: telah diketahui bahwa fungsi mendidik dan membujuk dapat diabaikan. Fungsi non hiburan dan non informasi harus tetap ada karena sama pentingnya bagi kedua belah pihak, komunikator dengan komunikan. Agar fungsi mendidik dan membujuk tetap ada, namun tetap diminati pemirsa maka pihak komunikator harus mengemas pesan sedemikian rupa, yakni menggunakan penyajian metode tertentu dimana pesan non hiburan dapat mengandung unsur informasi.
43 2.8 Kerangka Berfikir HUBUNGAN DAYA TARIK PENGGUNAAN BAHASA JAWA KROMO DALAM PROGRAM TA SADYAKALA DI TATV DENGAN MINAT BERBAHASA JAWA KROMO PADA WARGA DESA TESEH. Kerangka berfikir dalam udul diatas adalah :
Variabel X
Variabel Y
DAYA TARIK
Minat Berbahasa Jawa Kromo
Dalam kerangka berfikir ini apakah variabel X mempunyai pengaruh terhadap variabel Y. dimana variabel x (DAYA TARIK) mempunyai pengaruh terhadap variabel y (Minat Berbahasa Jawa Kromo)
2.9
Hipotesis Adapun hipotesis yang digunakan dalam penilitian ini sebagai berikut : 1. Hipotesis Teori: Penelitian ini menggunakan teoru S.O.R, karena penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh penonton berita TA SANDYAKALA terhadap minat berbahasa kromo. Dalam teori S.0.R ini stimulus adalah rangsangan atau terdapat respon dari penonton yang memberikan responnya baik negative maupun positif. 2. Hipotesis Penelitian:
44 Ho :
Tidak terdapat pengaruh daya tarik terhadap minat berbahasa jawa kromo (studi kasus terhadap warga desa teseh)
Ha :
Terdapat Pengaruh daya tarik terhadap minat berbahasa jawa kromo (studi kasusu terhadap warga desa teseh)
3. Hipotesis Statistik: R2xy> 0