BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara di media elektronik. Selain di media massa, para pemuka masyarakat, para ahli, dan para pengamat pendidikan, dan pengamat sosial berbicara mengenai persoalan budaya dan karakter bangsa di berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat di media massa, seminar, dan di berbagai kesempatan. Berbagai
alternatif
penyelesaian diajukan seperti peraturan, undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
1
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Dalam Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas (2010:9-10) menyatakan visi Depdiknas 2014: “Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk Membentuk Insan Indonesia Cerdas Komprehensif.” Pemahaman insan Indonesia cerdas adalah insan yang cerdas komprehensif yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis. (1) Cerdas spiritual: beraktualisasi diri melalui olah hati/ kalbu untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul; berkepribadian unggul dan gandrung akan keunggulan; bersemangat juang tinggi; mandiri; pantang menyerah; pembangun dan pembina jejaring; bersahabat dengan perubahan; inovatif dan menjadi agen perubahan; produktif; sadar mutu; berorientasi global; pembelajaran sepanjang hayat; dan menjadi rahmat bagi semesta alam; (2) Cerdas emosional dan sosial: beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan
2
apresiativitas akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya, serta kompetensi untuk mengekspresikannya; beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang membina dan memupuk hubungan timbal balik; demokratis; empatik dan simpatik; menjunjung tinggi hak asasi manusia; ceria dan percaya diri; menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara; berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara; (3) Cerdas intelektual: beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi; aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif, inovatif dan imajinatif; (4) Cerdas kinestetis : beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan yang sehat, bugar, berdaya tahan, sigap, terampil, dan trengginas; serta aktualisasi insan adiraga.” Polda Metro Jaya dalam Republika.co.id (2011) mencatat jumlah kejahatan selama 2010 mencapai 57.038 kasus. Menurut catatan pada tahun 2010 terjadi pencurian sebanyak 5.735 kasus, pencurian kendaraan bermotor roda empat 1.835 kasus, kebakaran 387 kasus. Selanjutnya, tindak pemerasan atau ancaman 319 kasus, pemerkosaan 55 kasus, narkotika 4.759 kasus dan kenakalan remaja 29 kasus. Sementara itu, kasus tindak pidana yang meningkat, yakni pembunuhan dari 75 kasus pada tahun 2009 menjadi 79 kasus pada tahun 2010, pencurian kendaraan roda dua 8.229 kasus menjadi 8.649 kasus, dan perjudian 934 kasus menjadi 974 kasus. Selain itu didapati 62,7 % siswi SMP pernah melakukan hubungan seks pranikah, 21,2% remaja pernah aborsi, 97% remaja SMP dan SMA
3
pernah menonton film porno. Dan dari 4.000.000 jumlah pengguna narkoba di Indonesia, 20% diantaranya adalah pelajar (Materi Rapat Koordinasi Kepala SMP dan SMA Negeri dan Swasta se-Jawa Timur, 2011). Banyak kasus yang lebih ekstrim lain yang daftarnya tidak akan tertampung dalam tulisan ini. Mulai dari kasus tawuran pelajar dan mahasiswa, penyuapan, makelar kasus dan perkara, perselingkuhan, korupsi dan drama memalukan anggota DPR yang sebenarnya memiliki latar pendidikan tinggi, namun memiliki karakter perilaku yang rendah. Semua itu menggambarkan kegagalan pendidikan kita dalam membangun karakter bangsa. Bahkan bila dicermati, penolakan dan ketakutan yang berlebihan terhadap pelaksanaan ujian nasional juga merupakan cermin kegagalan pendidikan kita. Alternatif yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak mengurangi, masalah budaya dan karakter bangsa yang dibicarakan itu adalah pendidikan karakter. Pendidikan Karakter dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif untuk membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan karakter diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan karakter akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat.
4
Pendidikan karakter mestinya bukan merupakan hal baru, namun merupakan langkah logis dan harus dilakukan dalam pendidikan di Indonesia. Pencanangan pendidikan karakter oleh Menteri Pendidikan Nasional, sebagai penterjemahan keinginan Presiden RI, sebenarnya hanyalah merupakan peringatan bagi seluruh komponen bangsa, terutama yang berkait langsung dengan bidang pendidikan, untuk mengubah pola pikir dan perlakuan yang selama ini dianggap masih menonjolkan pencapain kognitif dengan melupakan pencapaian sikap dan moral. Tantangan globalisasi menjadikan pendidikan berkarakter menjadi bagian penting untuk mewujudkan manusia yang berkualitas. Istilah ini lebih gampang diucapkan, tetapi kenyataannya justru makin sulit untuk dilakukan. Saat ini ada kecenderungan masyarakat maupun sekolah sekadar memacu siswa untuk memiliki kemampuan akademik tinggi tanpa diimbangi pembentukan karakter yang kuat dan cerdas. Upaya sekolah maupun orang tua agar murid atau anaknya mencapai nilai akademis tinggi sangat kuat, tapi mengabaikan hal-hal yang non akademis. Bahkan, saat ini tidak jarang para lulusan sekolah, banyak yang tidak memiliki karakter yang kuat dan cerdas, sedangkan jumlah pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas seperti yang diharapkan juga terbatas jumlahnya. Namun, kita tidak bisa menilai secara kuantitatif, hanya bisa diukur dengan kualitatif. Berdasarkan kajian tersebut, peneliti tertarik untuk menelaah dan mengkaji lebih lanjut mengenai “Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri Kecamatan Sidorejo Kabupaten Magetan”.
5
B. Rumusan Masalah Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana strategi implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri Kecamatan Sidorejo? 2. Apakah faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
pendidikan
karakter di SMP Negeri Kecamatan Sidorejo? 3. Bagaimana dampak dari implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri Kecamatan Sidorejo?
C. Tujuan penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui strategi implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri Kecamatan Sidorejo. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pendidikan karakter di SMP Negeri Kecamatan Sidorejo. 3. Mengetahui dampak dari implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri Kecamatan Sidorejo.
D. Kegunaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
6
1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbang khasanah ilmu pengetahuan dan pengembangan khususnya di SMP Negeri Kecamatan Sidorejo dan di Indonesia pada umumnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan selanjutnya untuk lebih menekankan pada pendidikan berkarakter. b. Bagi penulis Karya ini diharapkan dapat membantu penulis memperoleh wawasan mengenai pentingnya pembentukan karakter suatu bangsa melalui pendidikan karakter terhadap individunya terutama penulis. Selain itu, tulisan ini dapat melatih penulis dalam mengemukakan pikiran dengan cara yang lebih baik. Gagasan ini juga dapat menjadi inspirasi kepada keluarga untuk memberikan pendidikan karakter sejak dini. c. Bagi Dinas Pendidikan Semoga hasil penelitian ini akan dapat memberi sumbangan yang berarti serta dapat menjadi bahan inspirasi kepada para pendidik dan pengajar pada tiap instansi sekolah untuk lebih menerapkan pendidikan karakter.
7
E. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi persepsi yang beragam tentang istilah yang dijadikan fokus dalam penelitian ini, maka diberi batasan dalam bentuk penegasan istilah. Istilah-istilah yang dimaksud adalah Implementasi, Pendidikan Karakter, faktor, dan dampak. Implementasi didefinisikan sebagai penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap. Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan. Faktor adalah hal (keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu. Dampak adalah akibat (baik negatif maupun positif). Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan bentuk pendidikan karakter terhadap pengamalan ajaran agama, sikap percaya diri, patuh pada aturan, disiplin,
mampu
berpikir
logis,
kritis,
kreatif,
inovatif,
mandiri,
bertanggungjawab pada lingkungan, menerapkan hidup bersih, dan dapat berinteraksi dengan santun.
8