1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Suasana persaingan di saat ini menunjukkan adanya tendensi yang meningkat baik di tingkat nasional maupun internasional. Hal ini akan menyebabkan manajemen di beberapa negara menjadi suatu usaha yang berat dan kompetitif. Suatu perusahaan di tengah-tengah persaingan yang tajam harus dapat merealisir tujuannya yang secara umum tujuan dari perusahaan adalah mencari laba. Dengan adanya laba diharapkan perusahaan akan mampu menjaga kontinuitas kegiatannya, meningkatkan kemampuan usaha dalam rangka menjaga kelangsungan hidupnya. Untuk dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tersebut perusahaan harus menerapkan prinsip efisiensi dan efektifitas dalam segala kegiatannya. Efisiensi berarti dengan menggunakan sumber daya yang terbatas untuk menghasilkan keluaran (output) yang maksimal. Sedangkan efektif berarti keluaran dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Lain halnya dengan perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk, maka kemungkinan luas pasar akan ditinggalkan dan stabilitas penjualan akan lebih terjamin. Berdasarkan penjelasan tersebut, Perusahaan Meubel Mandiri Abadi yang berproduksi secara masa atau terus menerus dalam menjalankan
1
2
proses produksinya menghasilkan empat macam produk dalam rangkaiannya product line. Product line adalah sekelompok barang-barang yang pada pokoknya
cenderung mempunyai
penggunaan
sama
dan
memiliki
karakteristik secara fisik yang hampir sama (Basu Swasta, DH, 1997 : 117). Adapun keempat macam produk dalam rangkaiannya product line yaitu meja atau kursi tamu set ukir, bubutan, polos, kursi sudut. Diharapkan dengan empat jenis peoduk tersebut maka luas pasar akan meningkat, volume penjualan akan naik yang pada gilirannya akan memaksimumkan keuntungan yang merupakan tujuan dari perusahaan. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan tersebut yang memproduksi lebih dari satu jenis produk yaitu terjadinya komposisi jumlah produk yang kurang tepat. Di satu sisi adalah sejumlah produk yang terlalu besar menumpuk di gudang karena permintaan menurun di lain pihak ada sejumlah produk yang permintaannya tinggi akan tetapi perusahaan tidak dapat melayaninya semaksimal mungkin karena sebagian dana untuk memproduksi produk tersebut telah dialokasikan kepada produk yang lain, sehingga dengan keadaan seperti itu di samping menurunkan efisiensi kegiatannya juga laba total yang dicapai oleh perusahaan tidak maksimum. Untuk itu semestinya perusahaan dalam menjelaskan proses produksinya memperhatikan kapasitas yang ada dalam perusahaan. Oleh karena itu amatlah penting bagi pimpinan perusahaan untuk dapat menentukan suatu jumlah komposisi produk yang optimal dalam proses produksinya sehingga
3
diharapkan dalam proses produksinya tercapai penjualan yang optimal dan pada akhirnya tercapai keuntungan maksimum. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka sebagai topik dalam penelitian ini, diambil kasus di Perusahaan Meubel Mandiri Abadi yaitu pada masalah penentuan product line yang optimal. Dalam penelitian ini diambil judul : "Analisis Penentuan Product Line Sebagai Dasar Kebijakan Manajemen untuk Peningkatan Laba Perusahaan (Studi Pada CV. Mandiri Abadi Jepara)."
1.2. Perumusan Masalah Di dalam penjualan beberapa jenis produk, besarnya laba total yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh penjualan antar produknya. Meskipun suatu jenis produk mempunyai tingkat kontribusi laba yang tinggi, jika volume penjualan yang dicapai relatif rendah. Sebaliknya bagi suatu jenis produk yang tingkat labanya tidak begitu tinggi akan tetapi volume penjualannya besar maka persentase laba total yang dihasilkan kemungkinan akan menjadi besar. Oleh karena itu, bagi perusahaan untuk menganalisis setiap jenis produknya dimana untuk mengetahui jenis produk mana yang benar-benar menguntungkan ataupun yang perlu didorong pemasarannya sehingga dapat dioptimalkan, maka yang jadi pokok permasalahan adalah : 1. Produk meja atau kursi tamu set dari kayu jati atau kayu mahoni yang mempunyai tingkat perkembangan yang paling tinggi di dalam penjualan.
4
2. Berapa jumlah produk meja dan kursi tamu set yang harus diproduksi dalam kombinasi optimal agar tercapai keuntungan maksimum. 3. Apakah penentuan jumlah product line yang diproduksi perusahaan selama ini sudah optimal atau belum bila ditinjau dari kombinasi product line ?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui jenis produk meja atau kursi tamu set apa yang mempunyai tingkat perkembangan penjualan paling tinggi. 2. Untuk mengetahui jumlah masing-masing produk meja atau kursi tamu set yang harus diproduksi dalam kombinasi optimal agar tercapai laba maksimum. 3. Untuk menghitung penentuan jumlah product line terhadap produk yang diproduksi perusahaan tahun 2008.
1.4. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memberi informasi kepada perusahaan yang menjadi obyek penelitian dan
diharapkan
berguna
sebagai
bahan
pertimbangan
dalam
merumuskan kebijaksanaan terutama dalam kombinasi product linenya. 2. Dengan penelitian ini diharapkan perusahaan dapat memperbaiki kekurangan atau kelemahan dan dapat mengetehui kebaikan optimalisasi
5
product linenya serta dapat digunakan sebagai dasar penentuan kebijaksanaan perusahaan.
1.5. S istematika Penulisan Penulisan skripsi ini terdiri lima bab, yang diuraikan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini berisi landasan teori yaitu tentang pengertian pemasaran, product line, maksimal laba, optimasi kombinasi produk dengan linear programing, dan penelitian terdahulu, kerangka pemikiran. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. BAB IV : BASIL DAN PEMBABASAN Pada bab ini terdiri gambaran umum obyek penelitian, dan analisis data, serta pembahasan. BAB V : PENUTUP Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang ditujukan kepada pihak perusahaan.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 1. Pemasaran a. Pengertian Pemasaran Definisi pemasaran menurut Basu Swasta, DH (1981 : 6), merupakan suatu usaha untuk memuaskan kebutuhan pembeli. Definisi pemasaran dari Philip Kotler (1986 : 5) adalah kegiatan manusia yang diarahkan pada usaha untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Sedangkan definisi pemasaran menurut William J. Stanton (1991 : 7) adalah sistem keseluruhan dari kegiatan yang ditunjukkan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang atau jasa sehingga diharapkan dari proses tersebut dapat memuaskan kebutuhan pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Apabila diperinci lebih lanjut definisi dari pemasaran tersebut mengandung unsur-unsur yang penting yaitu antara lain : 1). Merupakan definisi sistem yang bersifat manajemen. 2). Sistem bisnis yang ada harus berorientasi kepada konsumen dimana dalam hal ini perusahaan harus dapat memahami dan melayani secara efektif kebutuhan pembeli.
6
7
3) Pemasaran merupakan proses yang bersifat dinamis artinya kegiatan pemasaran merupakan hasil interaksi dari banyak kegiatan antar lembaga yang sesuai dengan fungsinya. 4) Program pemasaran dimulai dari suatu ide tentang suatu produk dan tidak hanya berakhir sampai kebutuhan langganan terlayani akan tetapi juga menyangkut bagaimana mempertahankan dan meningkatkan volume penjualan. 5) Orientasi perusahaan adalah jangka panjang yaitu untuk mencapai keberhasilan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Pemasaran merupakan suatu interaksi yang berusaha bukanlah suatu cara yang sederhana sekedar untuk menghasilkan penjualan saja. Dalam hal ini pertukaran hanyalah suatu tahap dalam proses pemasaran, oleh karena kegiatan pemasaran dilaksanakan mulai sebelum sehingga sesudah proses pertukaran. b. Konsep Pemasaran Pengertian konsep pemasaran menurut Basu Swasta, DH (1981 : 17) adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa kepuasan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa untuk mencapai tujuannya terutama untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan, maka perusahaan harus dapat memuaskan kebutuhan
8
pembeli sehingga konsekuensinya semua kegiatan perusahaan seperti produksi, teknik keuangan, maupun kegiatan pemasarannya harus diarahkan untuk mengetahui kebutuhan pembeli dan selanjutnya memuaskan
kebutuhan
mereka
sedemikian
rupa
sehingga
mendapatkan keuntungan yang layak dalam jangka panjang. Dari pengertian tersebut konsep pemasaran mengandung tiga faktor penting sebagai dasar kegiatan pemasaran, yaitu : 1) Orientasi konsumen Konsep beranggapan, bahwa tujuan utama dari perusahaan adalah menentukan kebutuhan pokok kepada pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi, Kemudian memilih kelompok pembeli tertentu sebagai
sasaran penjualannya. Untuk memenuhi
kebutuhan kelompok pembeli tersebut diperlukan suatu program riset pemasaran. Hal mana dimaksudkan untuk mengetahui dan menilai keinginan, sikap, dan tingkah laku mereka. Sehingga atas dasar
riset
pemasaran
tersebut,
perusahaan
akan
dapat
menentukan jumlah produk yang hendak dijual serta bagaimana program pemasarannya. 2) Koordinasi dan integrasi dalam perusahaan. Untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan pembeli secara optimal, maka sema bagian yang ada dalam perusahaan harus dikoordinir dan diintegrasikan di bawah satu sistem kontrol pemasaran. Dengan demikian berarti kegiatan dari semua bagian
9
perusahan harus diarahkan pada usaha memuaskan kebutuhan pembeli, mempertahankan langganan yang sudah ada, maupun menciptakan langganan baru. Misalnya bagian keuangan memberikan kredit yang layak terhadap konsumen, bagian produksi membuat produk yang sesuai dengan selera konsumen, bagian penjualan mengirimkan tepat sesuai dengan waktunya akan produknya dan sebagainya. 3) Mendapatkan laba melalui pemuasan konsumen. Tujuan menggunakan konsep ini ialah untuk memperbaiki hubungan dengan konsumen, oleh karena adanya hubungan yang baik maka di samping akan menguntungkan perusahaan juga akan meningkatkan laba perusahaan. Pada dasarnya perusahaan percaya bahwa dengan memberikan kepuasan kepada konsumen akan menimbulkan loyalitas, terciptanya langganan baru, dan memberikan kesan yang baik dari pembeli terhadap perusahaan. Hal ini sangat penting bagi perusahaan dalam rangka mencapai tujuannya. c. Marketing Mix Pengertian marketing mix menurut Basu Swasta, DH (1979 : 42) adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemassaran perusahaan yakni: produk, struktur harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi.
10
Dari definisi tersebut, keempat variabel yang terdapat dalam kombinasi tersebut saling berhubungan, dimana satu sama lainnya saling mempunyai banyak sub variabel. Masing-masing variabel tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Produk Produk merupakan kombinasi barang dan jasa yang perusahaan tawarkan pada pasar sasaran. Dalam pengelolaan produk termasuk pula perencanaan dan pengembangan produk atau jasa yang baik untuk dipasarkan oleh perusahaan. Perlu adanya pedoman untuk mengubah produk yang ada, menambah produk baru
atau
mengambil
tindakan
yang
lain
yang
dapat
mempengaruhi kebijaksanaan penentuan produk, misalnya dengan analisis produk linenya, product mix dan sebagainya. Selain
itu
juga
mengenai
keputusan
pemberian
merek,
pembungkusan, warna dan bentuk produk lainnya. 2) Harga Harga merupakan jumlah uang yang harus konsumen bayarkan untuk mendapatkan produk tersbut. Dalam kebijaksanaan harga, manajemen harus menentukan harga dasarnya, potongan harga, pembayaran ongkos kirim dan lain-lain yang berhubungan dengan itu.
11
3) Promosi Promosi merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan kegunaaan produknya dan
untuk meyakinkan konsumen sasaran. Promosi
merupakan
komponen
memberitahukan
dan
yang
dipakai
mempengaruhi
perusahaan pasar
bagi
ini
untuk produk
perusahaan, Adapun yang termasuk dalam promosi adalah: periklanan, personal selling, promosi penjualan, publikasi, dan hubungan masyarakat atau publisitas. 4) Distribusi Distribusi merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menjadikan produk dapat diperoleh dan tersedia bagi konsumen sasaran. Sebagian dari tugas distribusi adalah memilih perantara yang akan digunakan dalam saluran distribusi yang secara fisik menangani dan mengangkut produk melalui sasaran tersbut. 2. Product Line a. Pengertian Product Line Pengertian product line menurut definisi dari Basu Swasta, DH (1997 : 117) adalah sekelompok barang-barang yang pada pokoknya cenderung mempunyai penggunaan sama dan memiliki karakteristik secara fisik yang hampir sama.
12
Sedangkan menurut Philip Kotler (1990 : 99) definisi product line adalah kumpulan dari produk-produk yang berhubungan erat, karena memiliki fungsi serupa dijual pada kelompok konsumen yang sama, dipasarkan melalui distribusi sejenis atau dengan harga jual dalam skala tertentu. Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa product line merupakan sekelompok jajaran produk yang pada pokoknya dirancang untuk penggunaan yang sama, memiliki karakteristik fisik yang serupa dan dipasarkan melalui saluran yang sejenis dengan harga jual tertentu. Jadi pada perusahaan meubel maka yang menjadi product line dapat berupa sekelompok meubel yang terdiri dari berbagai jenis meubel atau meja kursi set seperti jenis meja atau kursi set ukir, bubutan, polos, sudut. b. Hubungan Product Line, Product Mix dan Product Item Dari pengertian product line dapat disimpulkan dalam suatu product line terdapat beberapa produk dimana satu jenis produk yang terdapat dalam product line disebut product item, sedangkan sekelompok product line adalah product mix. Sehingga pengertian product mix adalah pengertian produk yang paling luas dan product line berada di tengah-tengah antar product mix dengan product item. Adapun product item itu sendiri meruapkan jenis produk yang paling sempit.
13
Jadi pada perusahaan meubel seluruh produk yang diproduksi oleh perusahaan tersebut seperti produk meja/kursi set itu sendiri, almari, toolet, buffet dan sebagainya adalah merupakan product mix, sedangkan meja atau kursi set itu sendiri yang jenisnya bermacammacam seperti jenis ukir, bubutan, polos, sudut dan sebagainya itu merupakan product linenya dan sebagainya product itemnya adalah jenis salah satu meja atau kursi set ukir atau bubutan ataupun polos, c. Konsep Product Line Optimal Apa yang merupakan product line optimal adalah tergantung dari
tujuan
perusahaan.
Apabila
tujuan
perusahaan
adalah
memaksimisasi laba, maka product line optimal jika laba tidak dapat dinaikkan dengan cara merubah komposisi product linenya. Akan tetapi jika tujuan perusahaan adalah peningkatan penjualan maka product line optimal jika tingkat pertumbuhan penjualan tidak dapat lagi dinaikkan, dengan cara merubah komposisi dari volume penjualannya. Beberapa keadaan yang menandai product line kurang optimal : 1) Terjadinya kelebihan kapasitas produksi, baik yang bersifat kronis maupun musiman. 2) Prosentase laba total yang terlalu tinggi dari sejuralah kecil produk. 3) Terjadinya penurunan penjualan atau laba.
14
d. Hubungan Product Line Dengan Tujuan Perusahaan Hubungan antara product line dengan tujuan perusahaan dalam jangka panjang berpengaruh kuat terhadp kebijaksanaan akan produk,
termasuk
di
dalamnya
product
line
dan
strategi
pemasarannya. Umumnya tujuan dari perusahaan adalah : 1) Keuntungan Maksimal Pada perusahaan yang menghasilkan beberapa jenis produk, maka besarnya keuntungan yang akan diperoleh perusahaan tergantung dari kombinasi penjualan produknya. Kombinasi penjual produk line perusahaan cenderung untuk menetapkan batas tertinggi keuntungan potensial dari perusahaan, sedangkan kualitas program pemasarannya cenderung naik. 2) Stabilitas Penjual Pada perusahaan yang menghasilkan beberapa jenis produk, maka besarnya keuntungan yang akan diperoleh perusahaan tergantung dari kombinasi penjualan produknya. Kombinasi penjualan product line perusahaan cenderung untuk menetapkan batas tertinggi keuntungan potensial dari perusahaan, sedangkan kualitas program pemasarannya cenderung untuk menentukan sejauh mana batas tertinggi tersebut dapat dicapai. 3) Pertumbuhan Penjual Bagi perusahaan yang menghendaki adanya peningkatan penjualan maka perlu diketahui bahwa tingkat pertumbuhan
15
tergantung dari letak produk dari product line pada masingmasing siklus kehidupannya serta rencana yang dibuat mengenai penambahan atau pengurangan jenis produk dari dalam product linenya. e. Strategi Product Line Ada beberapa strategi product line yang dapat digunakan oleh produsen dan perantara dalam memasarkan produk mereka. Strategi product line tersebut antara lain : 1) Perluasan product mix Perusahaan dapat mengadakan perluasan product mix yang ada dengan menambah jumlah product line dan atau menambah jumlah item dalam product linenya. 2) Penyempitan product mix Dalam strategi ini perusahaan mengadakan pengurangan jumlah product line dan atau mengurangi jumlah item dalam product line. Biasanya barang yang dihilangkan berupa barang-barang yang kurang menguntungkan, sehingga perusahaan dapat mempero-leh keuntungan lebih besar dari barang-barang yang ada. Beberapa masalah yang berkaitan dengan pengurangan product line antara lain, kurangnya bahan baku, pengurangan energi dan turunnya angka kelahiran. Dengan kondisi seperti ini lebih baik apabila perusahaan mengutamakan penggunaan material dan energi yang efisien dan menguntungkan.
16
3) Perubahan Produk Yang Ada Satu alternatif lain untuk mengembangkan barang baru adalah dengan mengadakan perubahan pada barang yang ada dapat memberikan keuntungan yang lebih besar dan mengurangi resiko daripada mengembangkan satu jenis barang baru. Perubahan ini dapat berupa : a) Perubahan disain (mendisain kembali) Perubahan ini diharapkan menjadikan barang akan lebih menarik, lebih mudah penggunaanya, dan bahkan ongkos penggunaanya atau produksinya lebih rendah. b) Perubahan bungkus Perubahan bungkus terutama banyak dilakukan barang konsumsi. c) Penggunaan bahan baku Dengan
perubahan
ini
diharapkan
perusahaan
dapat
meningkatkan efisiensi produksinya. 4) Pengembangan penggunaan baru dari produk yang ada Perusahaan yang menempuh strategi dengan mencari pemakai cara baru dari barang yang ada, dimana diharapkan dapat meningkatkan volume penjualan dan laba, juga memperpanjang siklus kehidupan barang itu sendiri.
17
5) Penentuan posisi produk (Product Positioning) Dalam menentukan posisi produk perusahaan harus melihat hubungannya dengan produk-produk lain terutama produk pesaing yang dipasarkan oleh perusahaan itu sendiri. 6) Trading up dan Trading down Trading up berarti bahwa perusahaan atau peranta-ra menambah barang prestise (barang yang berharga lebih tinggi) pada product line yang ada. Sedangkan trading down dapat berarti bahwa perusahaan menambah barang yang lebih murah pada product linenya. 7) Diferensiasi barang dan segmentasi pasar Strategi ini diterapkan bila perusahaan ingin memasuki persaingan bukan harga dalam pasar berbentuk persaingan monopoli atau persaingan tidak sempurna. Strategi product line menurut Philip Kotler (1986) adalah : 1) Merentangkan product line Pada cara ini yaitu set lap product line akan berada pada sebagian tertentu dari seluruh skala yang ada dalam industri. Strategi ini dapat berupa: a) Merentangkan ke belakang Dalam cara ini, perusahaan pada awalnya menempatkan diri pada sisi jauh di atas, dan kemudian merentang product
18
linenya ke bawah. Alasan perusahaan merentang product linenya ke bawah. (1) Perusahaan diserang segmen atas sehingga masuk ke segmen bawah sebagai balasan. (2) Perusahaaan
melihat
gejala
yang
lambat
pada
pertumbuhan dalam segmen atas. (3) Pada awalnya perusahaan memasuki segmen atas hanya untuk membangun citra, mutu, baru setelah itu bergerak ke segmen bawah. (4) Perusahaan menambah pada segmen bawah untuk menutup peluang yang ada, karena jika tidak peluang tersebut diambil oleh pesaing baru. Akan tetapi juga harus diingat cara ini mempunyai resiko tertentu. Mata produk untuk segmen bawah dapat saja mengakibatkan kanibalisasi pada jenis produk untuk segmen atas, dimana produk segmen atas yang bersifat kontribusi marjinya besar justru konsu-men beralih menjadi pasar untuk segmen
bawah,
sehingga
hal
ini
akan
menurunkan
keuntungan karena untuk produk segmen bawah mempunyai kontribusi marjin yang rendah. Resiko lain adalah pesaing yang gusar, sehingga membalas dengan menerobos segmen yang lebih tinggi, atau para distributor tidak mau menjual
19
barang segmen bawah mengingat khawatir dapat merusak citra mereka. b) Merentang ke atas Perusahaan-perusahaan yang bergerak di segmen bawah dapat saja mempertimbangkan untuk memasuki segmen yang lebih tinggi, oleh karena terpikat keuntungan yang lebih besar atau sekedar untuk menempatkan diri sebagai produsen yang lengkap. Namun strategi ini juga beresiko pesaing di kelas yang merasa diserobot akan memasuki segmen bawah, atau para distributor maupun wiraniaga kurang ahli dalam melayani segmen yang lebih tinggi. c) Merentang dua arah Cara ini dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang berada
di tengah-tengah skala
perusahaaan
dapat
memproduksi
suatu pasar.
Dimana
barang-barang
yang
pasarnya dapat menjangkau segmen atas maupun segmen bawah. Dalam hal ini konsekuensinya perusahaan harus mampu membuat variasi produk dan variasi harga tertentu, sehingga pasarnya dapat menjangkau segmen atas maupun segmen bawah. 2) Mengisi Product Line Suatu product line dapat diperpanjang dengan cara menambah mata produk yang lebih banyak dan masih dalam skala ini
20
produk yang sekarang. Beberapa pendorong strategi mengisi product line, antara lain: a) Keinginan meraih keuntungan yang lebih besar. b) Mencoba memuaskan pada distributor yang mengeluh tentang turunnya penjualan sebagai akibat ditariknya mata produk dari pasaran. c) Memanfaatkan kapasitas yang belum terpakai. d) Berusaha menjadi perusahaan yang lengkap dan unggul. e) Mencoba mengisi peluang sebelum ditutup oleh pesaing. Cara mengisi product line akan menjadi berlebihan bila hasilnya adalah kanibalisasi dan kebingungan pembeli, dimana produk yang kontribusi marjinnya besar akan tersisih justru oleh produk yang
kontribusi
pelengkap.
marjinnya
Sehingga
dengan
rendah atau
produk
demikian
perusahaan
sebagai perlu
membedakan setiap mata produk ke dalam ingatan para konsumennya. 3. Maksimal Laba Laba menurut Kentris, Venus Gandi dan Taswan (1997 : 8) adalah selisih lebih antara pendapatan di atas biaya dalam suatu periode. Sifat umum dari permintaan barang-barang yaitu : makin tinggi harga sesuatu barang, makin sedikit jumlah yang diminta. Jadi apabila harga barang menjadi semakin menurun pada waktu jumlah produksi semakin meningkat, maka : (http://library.usu.ac.id)
21
a. Hasil
penjualan
total
akan
mengalami
pertambahan,
tetapi
pertambahan itu semakin berkurang apabila produksi bertambah banyak.
Setelah
mencapai
satu
tingkat
produksi
tertentu
pertambahannya akan menjadi negatif. b. Pada umumnya hasil penjualan marginal nilainya adalah lebih rendah daripada harga. Hanya pada waktu produksi mencapai satu unit hasil penjualan marginal = harga. Jumlah output yang ditawarkan oleh pengusaha tergantung dari titik optimum usahanya. Kurva penerimaan total (TR) berbentuk U terbalik. Hal ini disebabkan oleh sifat permintaan, yaitu jika harga diturunkan maka permintaan akan naik, dan sebaliknya jika harga dinaikkan maka permintaan akan turun. Maksimum laba dicapai pada saat kemiringan kurva TR sama dengan kemiringan kurva biaya total jangka pendek (SRCT). Padahal, kemiringan TR berarti MR dan kemiringan TC jangka pendek berarti SRMC (short run marjinal cost). Sehingga laba maksimum dicapai jika MR = SRMC. Gambar 2.1 Maksimisasi Laba SRTC
R
TR
0
Q1
Q
22
Pada saat maksimum, maka output sebanyak Ql dan harga ekuilibrium tentunya ditentukan dari kurva permintaannya. Output sebanyak Ql tersebut ditentukan oleh titik potong antara kurva marginal revenue (MR) dan kurva short run marjinal cost (SRMC). Metode penentuan laba antara lain : (http://library.usu.ac.id.pdf) 1) Metode Tingkat Laba Intern Dalam metode tingkat laba intern tidak menggunakan suatu suku bunga minimal atau target. Sebaiknya metode ini menghitung laba murni dan metode ini perhitungannya lebih berbel it-be lit. Metode tingkat laba intern terbagi 2 bagian yaitu: a). Metode tingkat laba intern dengan pernasukan kas neto periodik yang sama besarnya. Tingkat laba intern (suku bunga yang sebesarnya) adalah tingkat yang akan menunaikan semua pernasukan kas netto di masa mendatang sehingga jumlah tunai (nilai tunai total) akan persis sama dengan pengeluaran awal (biaya kas) investasi proyek tersebut. Perhitungan tingkat laba intern mencakup dua hal yaitu : -
Pernasukan kas tunai sama untuk setiap periode.
-
Pernasukan kas neto tidak sama untuk dua atau lebih periode.
23
b). Metode tingkat laba intern dengan pemasukan kas neto periodik yang tidak sama besarnya. Jika arus kas tidak sarna besarnya, suatu label anuitas tidak dapat dipergunakan untuk menentukan tingkat laba intern. Setiap pemasukan tunai tahunan harus sendiri.
2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian ini dibuat berdasarkan dari beberapa referensi hasil penelitian terdahulu, yaitu sebagaimana tercantum pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Judul Alat Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Kombinasi Metode Linear Supaya perusahaan efisien Produk Dalam Rangka Programming dalam mengolah bahan Optimalisasi dengan Teknik bakunya menjadi produk jadi Simplek harus membuat kombinasi Keuntungan Pada produk untuk tegel lurik Perusahaan Tegel Fuad sebanyak 18.127,6 dan tegel di Pecangaan (Taufik kembang sebanyak 3.864,4 Eko Supriyanti, 2006) sehingga laba optimal sebesar Rp. 73.587.716,47. 2. Analisis Penentuan Laba maksimum didapat Metode Product Line Sebagai Parabolic Trend dengan kombinasi produk Dasar Kebijakan sabun cream 33.546 ton, sabun Manajemen untuk pada 49.520,4 ton, sabun cair Peningkatan Laba Pada 22.514,2 dan laba diperoleh PT. Lidah Buaya Rp. 11.949.176.111,Magelang (Retno Widyastuti, 2005).
24
2.3. Kerangka Pemikiran Untuk menganilisis masalah dalam penelitian ini maka dilakukan beberapa tahap, yang dijelaskan pada kerangka pemikiran sebagai berikut : Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran - Kapasitas Mesin - Jam Tenaga Kerja - Bahan baku
Laba
Analisis Linier Programming (Program Solver dari Microsoft Excel)
Kombinasi Product Line
Laba Maksimum
Permintaan Pasar (Penjualan)
Sumber : Eko Susetyo Wardoyo, 1999 dan beberapa teori yang mendukung. Setiap perusahaan, laba adalah tujuan utama. Maka bertolak dari tujuan tersebut, keuntungan maksimal dapat tercapai apabila kombinasi product line-nya optimal. Sedangkan optimal tidaknya suatu product line dibatasi oleh berbagai faktor seperti permintaan pasar atau penjualan. Kapasitas mesin, bahan baku dan biaya tenaga kerja. Untuk mengetahui jenis produk meja/kursi set apakah yang tingkat penjualan paling tinggi yaitu dengan menganalisis atau dengan metode index sederhana. Sedangkan untuk mengetahui jumlah kombinasi product line yang optimal dapat dianalisis dengan menggunakan program Solver dari Microsoft Excel, oleh karena produknya lebih dari dua macam produk. Setelah kombinasi product line diketahui dengan pembatas keempat faktor seperti tersebut di atas, maka keuntungan maksimal yang terjadi tujuan utama perusahaan akan tercapai.
25
BAB III METODE PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah studi kasus (case study) di mana obyek yang dipilih adalah Perusahaan Meubel Mandiri Abadi berlokasi di Jl. Raya Mojo-Ngabul Km 1 Jepara.
3.1. Sumber Data 1. Data Primer Data yang diperoleh dari hasil penelitian secara langsung terhadap obyek yang diteliti. Data ini diperoleh dari pimpinan Perusahaan langsung dan kepala bagian melalui wawancara-wawancara maupun keterangan-keterangan tertulis. Adapun data primer yang digunakan penulis antara lain : a. Daftar volume penjualan perusahaan meubel dan interior periode 2002 - 2007. b. Daftar volume produksi perusahaan meubel dan interior periode 2007. c. Kapasitas mesin produksi serta biaya produksi tahun 2007. 2. Data Sekunder Data yang diperoleh atau dikumpulkan dari pihak lain, dalam hal ini diperoleh dari daftar kepustakaan.
25
26
3.2. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Observasi Metode observasi yaitu suatu tehnik yang digunakan oleh peneliti dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan. 2. Metode Interview Metode interview yaitu dengan mengadakan wawancara langsung dengan pimpinan perusahan beserta staf perusahaan agar diperoleh keterangan yang jelas.
3.3. Metode Analisis Data Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif. Metode kuantitatif yaitu dengan menggunakan data-data kuantitatif dimana memerlukan perhitungan-perhitungan daripada kondisi perilaku data. Metode kuantitatif dalam penelitian ini yang digunakan antara lain meliputi : 1. Metode Index Sederhana Digunakan untuk mengetahui perkembangan-perkembangan tiap jenis produk dalam penjualannya. Di mana rumusnya : It =
Qt x 100% Q0
27
Dimana : It = Angka index volume penjualan dalam tahun bersangkutan Qt = Volume penjualan pada tahun bersangkutan Q0 = Volume penjualan pada tahun dasar 2. Analisis Trend Penjualan Analisis trend penjualan yaitu dengan menggunakan metode Lest Square atau metode kuadrat terkecil, dimana fungsinya untuk meramalkan penjualan, yaitu dengan persamaan : Y = a + bx Dimana : Y = Estimasi Penjualan a
= Konstanta
b
= Tingkat Perkembangan
x
= tahun perencanaan penjualan.
Dimana : a=
b=
∑Y N
∑ XY ∑X 2
3. Program Solver pada Microsoft Excel Optimasi pengoperasian sistem reservoir ganda dengan metode program non linear memiliki fungsi tujuan menentukan jumlah kombinasi produk optimum yang diproduksi dari CV. Mandiri Abadi Jepara. Di dalam menyelesaikan permasalahan perencanaan pada bagian
28
optimasi digunakan program Solver pada Microsoft Excel. Program Solver pada Microsoft Excel adalah suatu program aplikasi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah optimasi program linear maupun non linear. Program ini digunakan untuk menentukan nilai maksimum atau minimum dari suatu komponen dengan mengubah komponen lain yang menjadi acuan. Komponen yang dipilih harus berisi rumus dari fungsi tujuan. Solver menggunakan aturan optimasi non linear Generalized Reduced Gradient (GRG). (Aniek, Novita, dan Iwan, 2004).