BAB I PENDAHULUAN 1 1.1
Latar Belakang
Pertumbuhan pengguna jasa transportasi udara di Indonesia baik domestik maupun internasional terus meningkat, meningkat hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan juga peningkatan pendapatan per kapita penduduk Indonesia dan kawasan. kawasan Berdasarkan data statistik dari
Biro Pusat Statistik
(2013), jumlah umlah penumpang pesawat udara di Indonesia meningkat dua kali lipat dalam tujuh tahun terakhir, terakhir grafik berikut menunjukkan pertumbuhan penumpang pesawat udara di Indonesia ndonesia dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2013 2013.
Grafik 1.1 Jumlah Penumpang Pesawat Udara di Indonesia tahun 2006 2006-2013 100.000.000 90.000.000 80.000.000 70.000.000 60.000.000 50.000.000 40.000.000 30.000.000 20.000.000 10.000.000 2006
2007
2008 Domestik
2009
2010
2011
2012
2013
Internasional
Sumber: Diolah ah dari data BPS (www.bps.go.id, ( diakses 11 September 2014)
1
Dari data di atas dapat dilihat bahwa peningkatan penumpang pesawat udara di Indonesia tersebut cukup tinggi dari 38 juta di tahun 2006 menjadi 86 juta di tahun 2013, dengan peningkatan rata-rata 12,5 % per tahun. Sejalan dengan pertumbuhan penumpang pesawat udara di Indonesia tersebut, perkembangan pengguna Bandara Soekarno Hatta sebagai bandara utama di Indonesia juga meningkat, data berikut menunjukkan penumpang yang berangkat dari Bandara Soekarno Hatta sebagaimana tertera dalam Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Jumlah Penumpang Pesawat Udara yang berangkat dari Bandara Soekarno Hatta 2006-2014 Porsi
Penumpang Internasional
Porsi
Total Penumpang
Pertumbuhan
2014 20,265,692.00
76%
6,244,840.00
24%
26,510,532.00
-2%
2013
20,659,308.00
76%
6,371,577.00
24%
27,030,885.00
6%
2012
19,749,880.00
77%
5,837,068.00
23%
25,586,948.00
11%
2011
17,705,109.00
77%
5,294,655.00
23%
22,999,764.00
21%
2010
14,170,182.00
75%
4,759,813.00
25%
18,929,995.00
17%
2009
12,319,490.00
76%
3,815,954.00
24%
16,135,444.00
4%
2008
11,890,190.00
77%
3,583,052.00
23%
15,473,242.00
1%
2007
11,898,291.00
78%
3,375,003.00
22%
15,273,294.00
9%
2006
10,879,797.00
78%
3,072,070.00
22%
13,951,867.00
-
Tahun
Penumpang Domestik
Sumber: Diolah dari BPS,2014 (www.bps.go.id, diakses 11 September 2014). Catatan: Data 2014 berdasarkan data bulan January sd Desember 2014, updated 10 Juni 2015.
2
Dari Tabel 1.1 di atas terlihat bahwa jumlah penumpang pesawat udara yang berangkat dari Bandara Soekarno Hatta meningkat dari 14 juta penumpang tahun 2006 menjadi 27 juta penumpang tahun 2013, tumbuh hampir 100% dalam tujuh tahun terakhir (atau rata-rata meningkat 8,4 % per tahun). Secara umum bahwa pertumbuhan jumlah penumpang pesawat udara yang begitu tinggi di Indonesia, kurang diimbangi dengan perkembangan infrastruktur bandara, termasuk juga yang terjadi di Bandara Soekarno Hatta.
Berdasarkan data dari Angkasa Pura-II (2014) bahwa jumlah penumpang yang berangkat dari Bandara Soekarno Hatta tahun 2013 sebanyak 27 juta orang (atau 54 juta penumpang berangkat dan datang) dibandingkan dengan daya tampung/kapasitas Bandara Soekarno Hatta untuk keberangkatan hanya sebanyak 11 juta orang per tahun (atau 22 juta penumpang berangkat dan datang), sehingga kapasitas yang tersedia sudah sangat tidak memadai, perbandingan jumlah pengguna Bandara Soekarno Hatta dengan kapasitas yang tersedia adalah tiga berbanding satu.
Menurut hasil wawancara dengan pejabat Angka Pura II (2014), pada tahun 20142016 ini sedang dilakukan pembangunan Terminal tiga Bandara Soekarno Hatta yang direncanakan selesai secara bertahap mulai April 2016 dan direncanakan beroperasi pada pertengahan tahun 2016, dengan kapasitas tambahan sebesar 12,5 juta penumpang berangkat per tahun (atau 25 juta penumpang pulang dan pergi). Tambahan kapasitas bandara tersebut di atas menambah daya tampung Bandara
3
Soekarno Hatta menjadi 31 juta penumpang berangkat setiap tahun (atau 62 juta penumpang berangkat dan datang) dan angka tersebut pada dasarnya hanya memenuhi kebutuhan saat ini. Sejalan dengan pertumbuhan jumlah penumpang yang terbang melalui Bandara Soekarno Hatta yang terus tumbuh berkisar 8,4 % per tahun maka diyakini bahwa dalam dua atau tiga tahun ke depan akan terjadi kembali ketidakseimbangan antara jumlah penumpang dan kapasitas bandara yang tersedia, kendatipun Terminal tiga yang baru telah beroperasi.
Penumpang yang terbang menggunakan Bandara Soekarno Hatta baik internasional maupun domestik, terdiri dari penumpang kelas utama, kelas bisnis dan kelas ekonomi yang diangkut oleh berbagai maskapai baik asing maupun maskapai dalam negeri dengan salah satunya adalah Garuda Indonesia (GA). Sebagai perusahaan penerbangan nasional, Garuda Indonesia menjadikan Bandara Soekarno Hatta sebagai home base, sekaligus menjadi hub jaringan penerbangan utama di Indonesia disamping Medan, Surabaya, Bali, Balik Papan dan Makasar, sehingga peranan dan kedudukan Bandara Soekarno Hatta bagi Garuda Indonesia menjadi sangat penting.
Pada saat ini Garuda Indonesia yang beroperasi di Terminal E dan Terminal F Bandara Soekarno Hatta
mempunyai jumlah penerbangan hampir 180
penerbangan
per
keberangkatan
hari
atau
mencapai
360
penerbangan
keberangkatan dan kedatangan per hari. Data pada Tabel 1.2 berikut menunjukkan
4
jumlah penumpang Garuda Indonesia sesuai kelas tempat duduk tahun 2014 yang disajikan sebagai berikut.
Tabel 1.2 Jumlah Penumpang PT Garuda Indonesia berdasarkan kelas Tempat Duduk 2014
Penumpang
Kelas Utama
Kelas Bisnis
Kelas Ekonomi
Total
Jumlah
2,751
984,777
20,600,744
21,588,272
Sumber: Data Laporan Internal PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, tahun 2014.
Dari hasil penelitian di lapangan dan sesuai informasi Angkasa Pura II (2014), terdapat delapan perusahaan penerbangan anggota SkyTeam di luar Garuda Indonesia yang menerbangi beberapa rute dari/dan ke Bandara Soekarno Hatta yaitu Saudi Arabian Airlines (SV), Xiamen Airlines (MF), China Southern Airlines (CZ), KLM Royal Dutch Airlines (KL), Air France (AF), China Airlines (CI), Korean Airlines (KE), Vietnam Airlines (VN). Dengan Jumlah frekuensi penerbangan rata-rata setiap penerbangan anggota SkyTeam yang terbang ke Bandara Soekarno Hatta adalah sekali sampai dua kali setiap hari dan penerbangan tersebut juga mengangkut penumpang premium (kelas utama dan kelas bisnis) dengan rata-rata mencapai 10 sampai dengan 20 penumpang per maskapai dalam suatu penerbangan atau mencapai 100 sampai dengan 200 penumpang per hari sehingga dalam satu tahun mencapai 30.000 sampai dengan 60.000 lebih penumpang premium dari anggota SkyTeam.
5
Pelanggan setia Garuda Indonesia yang tergabung dalam keanggotaan GarudaMiles mempunyai beberapa tingkatan keanggotaan, dari tingkat paling awal peserta bergabung dengan kartu keanggotaan berwarna biru sampai keanggotaan utama dengan jenis kartu Platinum sebagai tingkatan tertinggi. Berdasarkan data internal PT Garuda Indonesia, sampai dengan Desember 2014 jumlah keanggotaan GarudaMiles mencapai satu juta orang lebih dengan pemegang kartu anggota GarudaMiles Platinum mencapai 11.694 anggota.
Sebagai Tier tertinggi dari GarudaMiles, anggota GarudaMiles Platinum harus mengumpulkan miles dalam jumlah tertentu atau melakukan perjalanan 55 kali penerbangan dalam setahun untuk terus mempertahankan posisinya sebagai pemegang kartu Platinum, sehingga setidaknya terdapat potensi sebanyak 643.170 kali perjalanan per tahun dari anggota Platinum. Sedangkan keanggotaan Gold dan EC+ yang saat ini mencapai 65.643 anggota harus melakukan perjalanan minimal 25 kali penerbangan pertahun sehingga terdapat potensi lebih dari satu juta perjalanan dalam setahun. Secara keseluruhan anggota GarudaMiles (dari Blue, Silver, Gold, EC+ sampai keanggotaan Platinum) dalam tahun 2014 membukukan jumlah perjalanan sebanyak
988,116 kali penerbangan dengan
kelas premium (kelas utama dan kelas bisnis) dan 7,644,241 kali dengan kelas ekonomi. Dari data ini menunjukkan bahwa satu juta anggota GarudaMiles menyumbang hampir 40 % dari jumlah perjalanan penumpang Garuda Indonesia. Berdasarkan data internal Garuda Indonesia tahun 2014 jumlah keanggotaan GarudaMiles disajikan dalam Tabel 1.3 berikut.
6
Tabel 1.3 Jumlah Anggota GarudaMiles 2014
No
Jenis Kartu Keanggotaan
Jumlah Member
1
Junior
29,916
2
Blue
763,517
3
Silver
222,252
4
GICC
45,368
5
Gold dan EC+
65,643
6
Platinum
11,694
7
Jumlah
1,138,390
Sumber : Data Internal Perusahaan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tahun 2014.
Dengan kepadatan Bandara Soekarno Hatta yang sangat tinggi pada saat ini telah menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengguna jasa bandara. Ketidaknyamanan tersebut sudah dirasakan pengguna jasa bandara di semua titik layanan mulai dari saat perjalanan menuju ke bandara, pada saat tiba di bandara, kemudian pada titik pemeriksaan keamanan saat masuk ke bandara, pada waktu proses pelaporan penumpang
di
area
keberangkatan,
proses
selama
menunggu
waktu
keberangkatan, termasuk proses naik ke pesawat. Demikian juga pada saat tiba di terminal kedatangan, layanan bagasi yang lama, parkir pesawat berada di remote area dan lain-lain dengan faktor utamanya adalah kapasitas bandara yang terbatas dan relatif tetap sehingga tidak dapat menampung jumlah penumpang yang terus meningkat setiap tahun.
7
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terdapat beberapa Bank (seperti: Citibank, Bank BNI, Bank BRI, Bank Mandiri, Bank Danamon) dan Korporasi/Perusahaan (seperti Telkomsel) berusaha menyediakan layanan khusus bagi pelanggan premium masing-masing berupa penyediaan executive lounge. Fenomena ini menunjukkan adanya kebutuhan dari Bank dan Korporasi untuk memberikan layanan khusus kepada pelanggan premium masing-masing selama berada di bandara sebelum keberangkatan.
Layanan tersebut umumnya
merupakan janji yang sudah diberikan kepada pelanggan mereka dan tentunya harus mereka penuhi untuk terus menjaga reputasi dan menjaga pelanggan mereka tetap setia.
Dari data pengunjung Executive lounge milik Bank dan Korporasi/Perusahaan serta Executive Lounge komersial lainnya seperti Sunda Kelapa Lounge, Emerald Lounge, menunjukkan bahwa setiap lounge rata-rata mencapai 100 sampai 200 pengunjung per hari atau secara keseluruhan mencapai lebih/kurang 1.000 sampai 2.000 orang per hari, dalam satu tahun dapat mencapai hampir 300 ribu orang pengguna per tahun di luar pengunjung Garuda Indonesia Lounge.
Layanan yang diberikan oleh Bank dan Korporasi tersebut hanya terbatas pada penyediaan fasilitas Executive Lounge untuk keberangkatan saja dan tidak ada layanan khusus lainnya selama proses di bandara seperti asistensi untuk proses pelaporan diri, asistensi melewati pemeriksaan
keamanan, asistensi naik ke
pesawat udara, termasuk asistensi kedatangan. Kondisi demikian tentulah
8
merupakan peluang yang sangat baik untuk menyempurnakan layanan yang diberikan oleh Bank dan Korporasi tersebut dalam memberikan layanan terbaik bagi pelanggan utama mereka berupa layanan dan perlakuan yang khusus dengan penyediaan layanan Airport VIP Services.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian pengguna jasa penerbangan, khususnya Garuda Indonesia adalah kelompok menengah atas baik dari unsur pemerintah Indonesia (termasuk Presiden, Wakil Presiden dan Pejabat Tinggi lainnya) dan pejabat diplomatik asing yang ada di Indonesia maupun yang berkunjung ke Indonesia termasuk juga dari pihak swasta seperti pengusaha, pebisnis, pemilik perusahaan, pengurus perusahaan termasuk pengurus perusahaan multi nasional, dan para investor yang menanamkan modalnya di Indonesia. Dari sebagian besar kelompok menengah atas tersebut terdapat beberapa posisi yang dikategorikan sebagai kelompok VVIP (Very Very Important Person) seperti Presiden dan Wakil Presiden, VIP (Very Important Person)
dari pejabat
pemerintah pada tingkatan tertentu dan pejabat diplomatik pemerintah asing. Kelompok lainnya yang berasal dari pemilik perusahaan, kelompok konglomerat, pengurus perusahaan multi nasional, investor dalam negeri dan asing yang dikategorikan sebagai CIP (Corporate Important Person).
Bagi para VIP (Very Important Person) dan juga CIP (Corporate Important Person) pada saat ini selama berada di Bandara Soekarno Hatta ikut merasakan ketidaknyamanan akibat infrastruktur yang kurang memadai. Demikian juga para
9
penumpang yang membutuhkan bantuan khusus atau berkebutuhan khusus, orang tua, wanita hamil, anak-anak yang berpergian sendiri, ibu yang membawa bayi dan orang sakit juga terpaksa mengalami ketidaknyamanan yang tinggi selama menggunakan Bandara Soekarno Hatta.
Untuk memperlancar perjalanan para kelompok penumpang di Bandara Soekarno Hatta khususnya bagi para pejabat pemerintah dan para diplomat maka banyak instansi tersebut yang menempatkan para petugas protokol di bandara yang bekerja sesuai kebutuhan para pejabat tersebut. Pada saat ini terdapat hampir 100 orang petugas protokol dari berbagai instansi pemerintah baik pusat maupun daerah. Keberadaan protokol tersebut merupakan praktek yang tidak lazim di dunia penerbangan internasional, namun penempatan petugas protokol di bandara ini menunjukkan adanya suatu kebutuhan dari pelanggan akan asistensi selama perjalanan khususnya pada saat di bandara, namun hal ini dapat menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan ketidakefisienan karena seorang protokol hanya melayani satu atau dua orang pejabat saja per hari.
Sedangkan bagi para pebisnis, pengusaha dan pemimpim perusahaan jelas sangat tidak dapat dengan mudah menempatkan petugas protokol perusahaan di bandara selain masalah perizinan kerja/izin masuk bandara yang sangat ketat dan juga akan menjadi pemborosan bila menempatkan seorang protokol perusahaan di bandara untuk urusan protokoler semata, dalam kondisi demikian maka layanan asistensi bagi para VIP/CIP selama berada di bandara menjadi peluang yang dapat
10
dikembangkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan Airport VIP Services. Perkembangan terbaru pada saat ini, bahwa kebutuhan layanan khusus bagi pelanggan korporasi semakin meningkat dan bahkan untuk kelancaran dan kenyamanan perjalanan CIP tersebut korporasi rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk mendapatkan layanan khusus. Salah satu contoh adalah adanya kebutuhan fasilitas executive lounge dan asistensi layanan di darat bagi perusahaan yang terkait dengan SKK Migas yang terdiri dari perusahaan kontraktor minyak dan gas di Indonesia, merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk perkembangan bisnis ke depan.
Data lain menunjukkan bahwa perusahaan yang menangani jasa layanan darat (ground handling) bagi Garuda Indonesia (yaitu PT Gapura Angkasa) belum mempunyai unit bisnis yang menangani target market di atas, walaupun pada prakteknya kegiatan penanganan VVIP (Presiden/Wakil Presiden), VIP (Menteri, Kepala Lembaga Negara/Lembaga Pemerintahan) sudah sering dilakukan namun hanya terbatas pada tugas tambahan semata diluar perjanjian layanan darat dengan Airlines di Bandara Soekarno Hatta. Bagi para CIP yang membutuhkan layanan khusus, pada saat ini belum dapat dilayani dengan optimal karena penanganannya masih dilakukan secara individual karena belum adanya standar layanan dan tidak adanya unit khusus tersebut.
Demikian juga dengan PT JAS (Jasa Angkasa Semesta/ yang sudah berganti nama menjadi CAS Destination) yang merupakan perusahaan jasa pelayanan darat
11
lainnya (selain PT Gapura Angkasa) yang ada di Bandara Soekarno Hatta juga belum mempunyai divisi khusus penanganan bisnis VIP Services, kegiatan penanganan VIP/CIP juga masih menjadi aktivitas dari bisnis induk perusahaan walaupun sudah mempunyai produk/layanan yang terkait dengan VIP Services.
Salah satu perusahaan yang bergerak dalam memberikan layanan premium yang ada saat ini di Bandara Soekarno Hatta yaitu Shapire yang lebih banyak berfokus dan berorientasi pada penyediaan fasilitas dan infrastruktur
dan penyediaan
fasilitas jalur khusus untuk pemeriksaan keamanan dan imigrasi dengan mesin otomatis, namun kurang adanya sentuhan manusia dalam layanan yang diberikan. Dengan pendekatan pada penyediaan infrastruktur dan teknologi maka salah satu kelemahan yang perlu disempurnakan dari layanan Shapire adalah bagaimana membangun layanan yang penuh dengan pengalaman yang lebih menyenangkan dengan menambahkan sentuhan manusia.
Sedangkan di dunia Internasional bahwa model bisnis VIP Services sudah banyak dijalankan di berbagai belahan dunia seperti di Eropa, Amerika dan di Asia sendiri. Model bisnis VIP Services ini dikembangkan dengan konsep untuk memberikan layanan darat terbaik sebelum dan setelah penerbangan,
baik
layanan secara menyeluruh yang dimulai dari pintu rumah sampai menuju ke pintu pesawat dan sebaliknya dari pintu pesawat sampai ke pintu rumah, ataupun layanan terbatas selama berada di bandara saja. Umumnya jenis layanan yang ditawarkan tergantung pada kondisi dan kebutuhan pelanggan di Airport masing-
12
masing. Beberapa contoh perusahaan VIP Services di dunia yang dikumpulkan dari data website yang diakses pada tanggal 11 September 2014 sebagai berikut (catatan bahwa khusus VIP Service Schipol telah dilakukan observasi langsung secara fisik ke lokasi oleh penulis). a. VIP Service Abudhabi Airport (www.abudhabiairport.ae). b. BFS Premium Service Bangkok (www.bangkokflightservice.com). c. VIP Service Frankfurt Airport (www.frankfurt-airport.com). d. VIP service Kuala Lumpur Airport (www.vipservice.com.my). e. VIP Meet dan Assist at China’s Airport (www.china-fasttrack.com). f. VIP Service Zurich Airport (www.zurich-airport.com). g. VIP Service Schipol (www.schipol.nl).
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan awal bahwa terdapat kebutuhan dan keinginan pelanggan atas layanan khusus selama di bandara. Dengan keterbatasan infrastruktur bandara saat ini maka layanan darat selama di bandara perlu dilakukan dengan lebih baik lagi oleh Airline maupun oleh perusahaan penyedia layanan darat di bandara tersebut.
Sesuai hasil penelitian di Bandara Soekarno Hatta sampai dengan akhir tahun 2014 belum ada perusahaan yang benar-benar mempunyai layanan berstandar VIP Services yang memenuhi harapan pelanggan baik dari segi SDM, Proses Layanannya ataupun Fasilitas/Sarana Penunjang layanan yang memadai sehingga terdapat potensi peluang bisnis untuk pengembangan layanan khusus Airport VIP
13
Services di Bandara Soekarno Hatta oleh perusahaan penyedia jasa layanan darat untuk melayani segmen pasar tertentu baik pelanggan Premium Airlines, VVIP, VIP maupun CIP.
Pengembangan layanan VIP Services ini tentunya perlu
disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan masing-masing segmen pelanggan.
Pengembangan layanan khusus berupa Airport VIP Services dapat dilakukan dari kegiatan bisnis yang sudah ada saat ini untuk menjadi suatu unit bisnis yang strategis. Pengembangan pada tahap awal difokuskan untuk pelanggan yang sudah dilayani pada saat ini yaitu pelanggan Garuda Indonesia dan anggota SkyTeam di Bandara Soekarno Hatta sehingga bisnis dapat dijalankan dengan lebih mudah.
Selanjutnya dalam penelitian ini akan dibahas lebih rinci peluang dari bisnis Airport
VIP Services dan Model bisnis dari Airport VIP Services, dengan
melibatkan pelanggan untuk mengungkapkan kebutuhan, keinginan dan permintaan mereka terhadap layanan ini. Selanjutnya akan disusun rencana bisnis yang menyangkut semua aspek bisnis untuk menjalankan konsep bisnis yang akan dirancang seperti rencana operasional, rencana keuangan, rencana pemasaran, rencana organisasi dan SDM serta risiko bisnis termasuk strategi keluar dari pasar jika bisnis tidak dapat dijalankan sesuai rencana.
14
1.2
Rumusan Masalah
Peningkatan pertumbuhan pengguna jasa bandara dan berubahnya kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan, yang juga menginginkan layanan penerbangan yang nyaman dan aman serta lancar dengan penuh kemudahan, menuntut pula perubahan yang harus diberikan oleh airline kepada pelanggan. Tantangan yang dihadapi pada saat ini adalah kondisi infrastruktur bandara yang sangat terbatas dan tidak mampu mengimbangi kecepatan pertumbuhan penumpang baik dari segi kuantitas/kapasitas maupun kualitas dari fasilitas yang tersedia. Kapasitas bandara Soekarno Hatta yang terbatas sedangkan pertumbuhan jumlah penumpang yang sangat tinggi sehingga telah melampaui kapasitas yang ada yang menimbulkan kepadatan dan disertai ketidaknyamanan di bandara.
Secara khusus terdapat kelompok VVIP/VIP (Very Important Person) dan CIP (Corporate Important Person) yang membutuhkan layanan dengan standar layanan VIP selama berada di bandara untuk memperlancar perjalanan mereka. Tingkat perjalanan para VVIP/VIP/CIP semakin tinggi dan banyak yang menggunakan penerbangan komersial serta kebutuhan dan keinginan para pengguna jasa yang menginginkan layanan yang nyaman, aman dan berkualitas dengan lancar tanpa banyak hambatan perlu dipenuhi dengan sebaik-baiknya. PT Garuda Indonesia sebagai maskapai penerbangan dengan konsep layanan penuh, sangat membutuhkan dukungan jasa layanan darat yang unik khususnya untuk layanan kepada pelanggan premium Garuda Indonesia yang mencapai satu juta perjalanan per tahun lebih. Terkait itu Perusahaan penyedia layanan darat bagi
15
Garuda Indonesia sudah menjalankan layanan bagi pelanggan premium Garuda Indonesia namun belum memiliki unit khusus layanan VIP yang dapat memenuhi kebutuhan para pelanggan kelas atas tersebut. Perusahaan juga sudah mempunyai perijinan, sumber daya dan pengalaman untuk menjalankan bisnis Airport VIP Services di Bandara Soekarno Hatta.
Dengan metode pengembangan bisnis melalui pemisahan sebagian kegiatan layanan maka bisnis Airport VIP Services di Bandara Soekarno Hatta dapat dikembangkan dari kegiatan bisnis penyedia jasa layanan darat untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan permintaan pengguna jasa seiring dengan perubahan permintaan pelanggan dan terbatasnya infrastruktur bandara.
1.3
Pertanyaan Penelitian
Untuk menggali lebih dalam aspek yang diteliti maka perlu dikaji bagaimana tingkat kelayakan menjalankan bisnis Airport VIP Services sehingga pertanyaan penelitian yang pertama adalah layakkah bisnis Airport VIP Services dijalankan di Bandara Soekarno Hatta ditinjau dari peluang pasar, sumber daya perusahaan dan aspek keuangan?
Pada tahap kedua perlu dikaji model bisnis seperti apa dari Airport VIP Services yang dikembangkan, dan strategi apa yang dijalankan ditinjau dari diamond strategy yang terdiri dari lima elemen strategi (Wilayah persaingan/Arena, Kendaraan/Vehicle,
Diferensiasi/Differentiator,
Tahapan/Staging,
Logika
16
Ekonomi/Economic Logic) dan sembilan blok Kanvas Model Bisnis (Segmen Pelanggan, Proposisi Nilai, Saluran Distribusi, Hubungan dengan Pelanggan, Aliran Pendapatan, Sumber Daya Kunci, Aktivitas Kunci, Mitra Kunci dan Struktur Biaya)?
Pada tahap selanjutnya rencana bisnis seperti apa dari Airport VIP Services yang dilakukan termasuk seperti apa rencana operasional, rencana pemasaran, rencana keuangan, rencana organisasi dan SDM serta rencana lain yang terkait? Termasuk juga rencana aksi yang akan dijalankan.
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi peluang bisnis Airport VIP Services di Bandara Soekarno Hatta dan merancang Model Bisnis Airport VIP Services serta selanjutnya menyusun Rencana Bisnis Airport VIP Services dan menyusun Rencana Aksi untuk menjalankan bisnis tersebut.
1.5
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah bagian pengembangan bisnis pada perusahaan jasa layanan darat di bandar udara Soekarno Hatta yang mempunyai potensi SDM dan infrastruktur serta pengalaman untuk mengoptimalkan keuntungan melalui pengembangan unit usaha Airport VIP Services di bawah unit usaha layanan darat di Bandara Soekarno Hatta.
17
Manfaat lain bagi industri dari hasil penelitian ini dapat dijadikan model dalam mengembangkan usaha sejenis di masa datang. Sedangkan bagi Pengguna jasa, diharapkan dengan berkembangnya Airport VIP Services ini maka layanan selama berada di bandara semakin mudah, lancar tanpa hambatan, nyaman, aman dengan layanan standar VIP.
Bagi para pemegang saham perusahaan, dengan berjalannya Rencana Bisnis ini maka diharapkan terdapat sumber pendapatan baru bagi perusahaan yang selama ini kegiatan penanganan VIP/CIP hanya sebatas pada aktivitas tambahan yang tidak menghasilkan tambahan pendapatan.
1.6
Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Penelitian ini membahas kelayakan penyelenggaraan layanan Airport VIP Services ditinjau dari peluang bisnisnya
di Bandara Soekarno Hatta sebagai
langkah pertama pengembangan bisnis di Indonesia, selanjutnya membahas model bisnis Airport VIP Services yang dijalankan dan menyusun rencana bisnis yang meliputi penyusunan rencana operasi, rencana pemasaran, rencana keuangan, rencana organisasi dan SDM serta rencana aksi dari rencana bisnis ini.
18