BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1.1.1. Sejarah Suku Dayak Provinsi Kalimantan Timur, dikenal dengan keragaman suku asli pedalamannya. Jika kita mendengar Kalimantan Timur, pastilah teringat dengan suku Dayak dan rumah panjangnya yang disebut Lamin. Tetapi sebutan mereka untuk rumah panjang mereka tidak hanya Lamin. Suku Dayak Kenyah menyebut rumah ini dengan Uma Dadoq, suku Dayak Tunjung dan Dayak Benuaq dengan sebutan Luu’ sedang Dayak Ngaju dengan sebutan Betang. Suku Dayak hidup di desa-desa, di pinggir hulu-hulu sungai di pedalaman Kalimantan. Rumah Panjang kebanyakan berdiri di sisi sungai. Panjangnya berkisar antara 60 hingga 150 meter dengan sisi beranda menghadap sungai. Persediaan makanan dan gudang peralatan disimpan di lumbung padi yang ditempatkan terpisah di belakang atau di samping bangunan, sehingga dapat terhindar jika terjadi kebakaran, yang merupakan musuh utama rumah panjang. Dapur juga ditempatkan di belakang dan terpisah dari bangunan induk. Karena letaknya di sisi sungai, tidak ada kamar mandi di rumah panjang. Untuk keperluan tersebut, mereka cukup melakukannya di sungai terdekat. Perlu diketahui suku Dayak bukan hanya satu jenis suku Dayak saja, suku ini terdiri dari berbagai etnis dengan sistem sosial bahkan bahasa yang berbeda-
1
beda, hal ini mempengaruhi variasi bentuk dan fungsi ruang di dalam rumah panjang mereka.
1.1.2. Kondisi Lamin Suku Dayak Saat Ini Dewasa ini, suku Dayak yang tinggal di rumah panjang makin menipis. Dua agama yang banyak dianut mereka, Kristen dan Islam, sama-sama menganggap bahwa tinggal di rumah panjang kurang higienis. Anggapan ini muncul karena suku dayak tinggal bersama dengan hewan ternak mereka yang berada di bagian bawah Lamin. Lebih-lebih secara moralitas. Pemerintah Indonesia pun secara tidak sadar turut mendorong para suku tersebut meninggalkan rumah tradisonal mereka. Kegiatan pembangunan saat ini, menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan sehingga terjadi pergeseran nilai-nilai sosial di pedesaan. Hal ini mempengaruhi bentuk dan fungsi Lamin (rumah panjang) dan segala kegiatan di dalamnya. kehidupan modern dan penebangan hutan di seluruh pulau Kalimantan, membuat para suku pedalaman khususnya suku Dayak,
lambat laun
meninggalkan kehidupan bermukim di Lamin dan kehidupan tradisional mereka. mereka didorong untuk hidup di rumah tunggal dengan keluarga masing-masing. Namun keterampilan mereka mengukir dan melukis di atas kayu masih menjadi hal yang menarik. Paling tidak, mereka masih dibutuhkan untuk menghiasi lamin adat. Kuburan, belawing dan kerajinan mereka. Suku Dayak memang tidak banyak lagi yang tinggal di Lamin. Modernisasi mendorong mereka bermigrasi. Hutan tempat tinggal mereka semakin berkurang akibat penebangan hutan untuk pertambangan dan 2
perkebunan. Seperti yang terjadi di kampung Datah Bilang, suku Dayak Kenyah yang terkenal dengan kesenian ukirnya, awalnya hidup tentram dalam bilik-bilik rumah panggung mereka. Namun pada tahun 1969, suku yang sebelumnya menghuni daerah Apao Kayan ini bermigrasi. Kebutuhan akan garam, minyak dan msg, mempengaruhi mereka. Pada era pembangunan, masyarakat Dayak dianjurkan mendirikan rumah tunggal untuk masing-masing keluarga. Hal ini sedikit demi sedikit mendorong perubahan dari sistem berhuni secara bersama di lamin/rumah panjang, ke sistem baru berhuni di rumah tunggal. Dulu masyarakat Dayak berhuni secara bersama-sama di lamin/rumah panjang, kegiatan yang bersifat umum/publik dilakukan di beranda/usei di depan amin milik kepala adat yang terletak di tengah-tengah lamin/rumah panjang. Kini, setelah beberapa lama masyarakat Dayak berhuni di rumah tunggal, lamin dibangun kembali untuk mewadahi kegiatan-kegiatan yang bersifat umum/publik yang dulunya dilakukan di beranda kepala adat. Lamin sekarang berfungsi sebagai fasilitas umum, mereka menyebutnya dengan lamin adat. Perubahan fungsi lamin yang dulunya merupakan sistem komunitas menjadi lamin adat yang lebih berfungsi sebagai fasilitas umum memilki perbedaan sistem spasial.
1.2. Pertanyaan Penelitian Dari latar belakang permasalahan yang didapat yaitu terjadinya perubahan Lamin yang dulunya sebagai rumah tinggal menjadi rumah adat pada saat ini, memunculkan pertanyaan penelitian; yaitu : “Konsep-konsep spasial apa yang terdapat pada Lamin Adat suku Dayak Kenyah ? “. Dari pertanyaan utama di 3
atas dapat diuraikan menjadi beberapa sub pertanyaan, untuk menjawab pertanyaan utama di atas. Antara lain : a.
Seperti apakah konsep spasial yang terjadi pada Lamin Adat suku Dayak Kenyah saat ini ?
b.
Faktor – faktor apa yang mempengaruhi terjadinya konsep spasial tersebut?
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi ide-ide/gagasan yang membentuk konsep spasial Lamin Adat suku Dayak Kenyah di kabupaten Kutai Kartanegara
1.4. Lingkup Pembahasan Penelitian ini mencakup hal – hal yang berkaitan dengan : a.
Pembahasan mengenai aspek sejarah dan perubahan Lamin sebagai rumah tinggal bersama menjadi Lamin Adat.
b.
Elemen-elemen arsitektur yang membentuk konsep spasial di Lamin Adat suku Dayak Kenyah
1.5. Manfaat penelitian Hasil penelitian mengenai Konsep Spasial Lamin Adat Suku Dayak Kenyah diharapkan sebagai berikut : 1.5.1. Hasil penelitian in diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai hal hal yang membentuk konsep spasial Lamin Adat suku Dayak Kenyah
4
1.5.2. Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan
yang
selanjutnya
menjadi
rujukan
dalam
proses
pembangunan Lamin Adat suku Dayak Kenyah. 1.5.3. Untuk Pemerintah daerah, Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembinaan dan pengembangan dalam rangka preservasi Lamin Adat sebagai aset kebudayaan baik skala daerah maupun nasional.
1.6. Keaslian Penelitian Adalah ide dan pemikiran penulis yang dikembangkan dari penelitian Konsep Tata Ruang Suku Dayak Kenyah – di Kalimantan Timur (Gunawan Tjahyono, 1996), dimana dari hasil penelitian didapat Konsep ruang arsitektural suku bangsa Dayak Kenyah. Ungkapan tata cara hidup yang mengacu pada system komunitas Lepoq dan Umaq Dadoq/Lamin) yang bertumpu pada aliran sungai sebagai sumber syarat berdiam dan bergerak. Sebagai catatan, ketika itu Suku Dayak Kenyah di Long Merah tinggal bersama di Lamin, dalam hal ini lamin memiliki pengertian tidak hanya bangunan fisik namun juga sistem komunitas. Dan beberapa penelitian dengan fokus atau lokus yang sama diuraikan dalam tabel sebagai berikut :
5
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian No. 1.
2.
Peneliti tahun
Judul
Fokus
Lokus
Gunawan Tjahyono, tim antropologi, dan tim linguistic. 1996
Konsep Tata Ruang Suku Dayak Kenyah – di Kalimantan Timur
Konsep tata ruang dan faktor pengaruh sosial pada suku terasing, studi kasus suku Dayak Kenyah.
Laurentius Dyson P 1979
Sistem dan Motivasi Gotong Royong Pada Suku Bangsa Dayak Tunjung di desa Juhan Asa Kabupaten, Kutai
Faktor sosial dan Kabupaten Fenomenologi – Rumah adat suku dayak Tunjung budaya pada suku Kutai.(sekarang Kualitatif berfungsi sebagai bangsa Dayak kabupaten Kutai Barat) Tunjung tempat tinggal dan bermusyawarah. Upacara – upacara adat seperti perkawinan, belian, kwangkai, ngugu tahun yang dilaksanakan di di rumah adat,
Desa Long Merah – Kabupaten, Kutai
Metode
Hasil
Fenomenologi – Kualitatif
Konsep ruang arsitektural suku bangsa Dayak Kenyah Ungkapan tata cara hidup yang mengacu pada umaq Dadoq (Lamin ) yang bertumpu pada aliran sungai sebagai sumber syarat berdiam dan bergerak. Peran sentral Kepala Adat yang terlihat dari setting amin terletak di tengah. Beranda/usei sebagai area publik, perwujudan nilai kekerabatan di lamin/rumah panjang.
6
No.
Peneliti tahun
Judul
Fokus
Lokus
Metode
Hasil
3.
P. Jiunk, Perkembangan 2003 Penataan Interior Rumah Betang Suku Dayak ditinjau dari Sudut Budaya
Bentuk rumah, Kalimantan secara arsitektural, Tengah Pola Ruang, Tata Letak, Elemen Ruang dan Elemen Dekoratif dari tata kondisional
Deskripsi Kualitatif
Terdapat perubahan dalam penataan interior pada rumah betang baru ditinjau dari rumah bentang lama. Terlihat pad bentuk rumah, Pola ruang, tata letak, elemen ruang dan tata kondisional
4.
Mandarin Makna Ruang Guntur, 2007 pada Rrumah Betang Ssuku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah
Identifikasi ruang- Kalimantan ruang dan Tengah memahami bagian perbagian rumah secara arsitektural.
Deskripsi Kualitatif
5.
Endah Wulandari, 2009
Studi Tatanan dan Upaya Pelestarian Lanskap Desa Budaya Lekaq Kidau, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Identifikasi tatanan Kalimantan lanskap, elemen Timur pembentuk lanskap dan faktor-faktor mempengaruhi tatanan lanskap desa budaya Lekaq Kidau.
Deskripsi Kualitatif
6.
Rusfina Widayati, 2013
Konsep Spasial Lamin Adat Suku Dayak Kenyah di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Menemukan konsep Kalimantan spasial Lamin Adat Timur suku Dayak Kenyah di kabupaten Kutai Kartanegara.
DeskripsiKualitatif
Makna ruang merupakan gambaran akan dua ruang, yaitu ruang manusia dan ruang sorgawi, yang tidak mengenal ruang bagi pendosa. Budaya mereka selalu berorientasi pada sungai sebagai urat nadi kehidupan, mempengaruhi bentuk permukiman dan elemen lanskap yang ada di desa mereka. Konsep spasial Lamin adat bertumpu pada nilai filosofi kebersamaan suku Dayak Kenyah, yang dituangkan dengan konsep tengah.
7
1.7. Kerangka Penelitian Latar Belakang Penelitian :
Berubahnya pola berhuni masyarakat suku Dayak Kenyah dari Lamin/rumah panjang ke rumah tunggal. Hal ini mendorong dibangunnya kembali lamin sebagai wadah berkumpul, yang disebut Lamin Adat.
Fokus :
Konsep Spasial yang terbentuk di Lamin Adat, sekarang
Lokus :
3 Lamin Adat di Kab.Kutai Kartanegara
Tinjauan Teori : Teori Utama : Konsep Spasial
Teori Pendukung:
Konsep Tata ruang lamin suku Dayak Kenyah
Ruang – ruang yang terdapat di lamin Adat dan Tampilan Karakter Visual
Pertanyaan Penelitian
a. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi terjadinya konsep spasial tersebut? b. Seperti apakah konsep spasial Lamin Adat suku Dayak Kenyah saat ini ?
Pengamatan di Lapangan : Baik fisik dan maknawi
Komponen Spasial : a. Struktur Spasial 1. Sistem Setting 2. Sistem Teritori 3. Sistem Orientasi 4. Sistem Organisasi Ruang 5. Sistem Hirarki dan Aktivitas 6. Sistem Sirkulasi b. Makna Spasial 1. Tampilan Karakter Visual 2. Simbol dan sistem Makna Sumber : Marti, Jr, 1981
Metode Penelitian : Deskripsi Kualitatif, Rasionalistik
Interpretasi konsep dan makna yang terkandung pada bentukan fisik Lamin Adat kini. Tata ruang Lamin :
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
a. Konsep Janan bio berupa sungai, sebagai sumber berdiam dan bergerak. b. Lamin terdiri dari tiga area, beranda/usei sebagai area publik dan amin sebagai area privat, serta dapur sebagai area servis c. Peran sentral kepala adat, terlihat dari letak amin kepala adat di tengah lamin. Sumber : Tjahyono, 1996
Gambar 1.1. Kerangka Penelitian
8