BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.58/07/64/Th.XIX, 18 Juli 2016
TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN TIMUR MARET TAHUN 2016
RINGKASAN
Jumlah penduduk miskin (penduduk di bawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan Timur pada Maret 2016 sebanyak 212,92 ribu (6,11 persen). Pada September 2015 penduduk miskin berjumlah 209,99 ribu (6,10 persen), berarti jumlah penduduk miskin bertambah 2,9 ribu orang (0,01 persen).
Selama periode September 2015 – Maret 2016, penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 7,2 ribu orang sedangkan di daerah perdesaan turun sebanyak 4,3 ribu orang.
Pada Maret 2016, jumlah penduduk miskin yang tinggal di daerah perdesaan sebanyak 124,88 ribu orang (10,05 persen), lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang tinggal di perkotaan sebanyak 88,04 ribu orang (3,93 persen).
Selama September 2015 – Maret 2016, Garis Kemiskinan (GK) naik sebesar 3,44 persen, yaitu dari Rp. 494.207,- per kapita per bulan pada September 2015 menjadi Rp.511.205,- per kapita per bulan pada Maret 2016. Pada periode yang sama GK Nasional sebesar Rp. 344.809,- perkapita per bulan (September 2015) dan naik menjadi Rp. 354.386,- perkapita per bulan (Maret 2016).
Pada periode September 2015 – Maret 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 0,693 pada keadaan September 2015 menjadi 1,044 pada keadaaan Maret 2016. Demikian juga Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,167 menjadi 0,275 pada periode yang sama.
Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.58/07/64/Th.XIX, 18 Juli 2016
1
Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Timur, September 2015 – Maret 2016 Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur pada Maret 2016 sebesar 212,92 ribu (6,11 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2015 sebesar 209,99 ribu orang (6,10 persen), berarti jumlah penduduk miskin bertambah sebanyak 2,9 ribu orang (0,01 persen). Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan secara persentase maupun absolut mengalami peningkatan, sedangkan untuk di daerah pedesaan mengalami penurunan. Selama periode September 2015 – Maret 2016, penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 7,2 ribu orang atau naik sebesar (0,2 persen) dan di daerah perdesaan turun sebanyak 4,3 ribu orang (0,08 persen). Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan masih lebih besar dibanding di daerah perkotaan. Persentase penduduk miskin yang berada di daerah perdesaan pada bulan September 2015 dan Maret 2016 masing-masing sebesar 10,13 persen dan 10,05 persen. Sedangkan di daerah perkotaan sebesar 3,73 persen pada bulan September 2015 dan 3,93 persen pada bulan Maret 2016.. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kalimantan Timur Menurut Daerah, September 2015 – Maret 2016 Jumlah Penduduk Miskin (ribu)
Persentase Penduduk Miskin
Tahun
September 2015 Maret 2016
Perkotaan
Perdesaan
80,82 88,04
129,16 124,88
Perkotaan + Perdesaan 209,99 212,92
Perkotaan
Perdesaan
3,73 3,93
10,13 10,05
Perkotaan + Perdesaan 6,10 6,11
Sumber: Diolah dari data Susenas September 2015 dan Maret 2016
Perubahan Garis Kemiskinan September 2015 – Maret 2016 Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Selama Septembert 2015 – Maret 2016, Garis Kemiskinan naik sebesar 3,44 persen, yaitu dari Rp. 494.207,- per kapita per bulan pada Septembert 2015 menjadi Rp. 511.205,Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.58/07/64/Th.XIX, 18 Juli 2016
2
per kapita per bulan pada Maret 2016. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan NonMakanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan Maret 2016, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 71,19 persen. Garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih besar dibandingkan di daerah perdesaan, pada bulan Maret 2016 garis kemiskinan di daerah perkotaan sebesar Rp 519.653,sedangkan di daerah perdesaan sebesar Rp 495.975,-. Hal ini menggambarkan bahwa pemenuhan kebutuhan hidup di daerah perkotaan lebih mahal dibandingkan dengan daerah perdesaan. Tabel 2. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin September 2015 – Maret 2016 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan
Non Makanan
Total
Jumlah penduduk miskin (ribu)
September 2015
348.480
156.071
504.551
80,82
3,73
Maret 2016
359.194
160.459
519.653
88,04
3,93
September 2015
348.598
128.016
476.614
129,16
10,13
Maret 2016
364.879
131.096
495.975
124,88
10,05
September 2015
348.524
145.683
494.207
209,99
6,10
Maret 2016
363.918
147.287
511.205
212,92
6,11
Daerah/Tahun
Persentase penduduk miskin
Perkotaan
Perdesaan
Kalimantan Timur
Sumber: Diolah dari data Susenas September 2015 dan Maret 2016
Komoditi Penyumbang Garis Kemiskinan Terbesar Komoditi makanan yang mempunyai andil terbesar dalam pembentuk garis kemiskinan makanan di Kalimantan Timur pada bulan Maret 2016 antara daerah perkotaan dan perdesaan terdapat kemiripan pola. Dari enam komoditi penyumbang garis kemiskinan makanan terbesar di pedesaan dan di perkotaan, empat komoditi terbesarnya terdapat persamaan. Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.58/07/64/Th.XIX, 18 Juli 2016
3
Empat jenis komoditi terbesar yang sama yaitu beras, rokok kretek filter, telur ayam ras dan mie instan. Berikut adalah jenis komoditi penyusun garis kemiskinan makanan untuk daerah perkotaan secara berturut-turut adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan dan gula pasir. Sedangkan di daerah perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, gula pasir, mie instan dan bawang merah. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase Komoditi Makanan terhadap Garis Kemiskinan Makanan Menurut Daerah, Maret 2016 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Perkotaan Komoditi Beras Rokok kretek filter Telur ayam ras Daging ayam ras Mie instan Gula pasir Tongkol/tuna/cakalang Bawang merah Kue basah Susu bubuk Roti Tempe Kembung Tahu
14 15 Cabe rawit
% 26,86 13,39 6,12 5,69 4,24 3,41 3,30 2,64 2,62 2,48 2,37 2,22 2,21 1,86 1,84
Perdesaan Komoditi Beras Rokok kretek filter Telur ayam ras Gula pasir Mie instan Bawang merah Daging ayam ras Tongkol/tuna/cakalang Cabe rawit Bandeng Tempe Susu kental manis Kembung Kopi bubuk & kopi instan (sachet) Kue basah
% 30,70 14,41 6,41 4,83 4,68 3,19 3,03 2,49 2,19 1,98 1,83 1,75 1,67 1,65 1,65
Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2016
Penyumbang terbesar untuk garis kemiskinan non makanan urutan pertama baik di daerah perkotaan maupun perdesaan yaitu perumahan, namun urutan selanjutnya terdapat perbedaan pola antara daerah perkotaan dan perdesaan. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.58/07/64/Th.XIX, 18 Juli 2016
4
Tabel 4. Persentase Komoditi Non Makanan terhadap Garis Kemiskinan Non Makanan Menurut Daerah, Maret 2016 No
Perkotaan Komoditi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Perumahan Listrik Bensin Pendidikan Air Perlengkapan mandi Barang kecantikan Pakaian jadi anak-anak Pakaian jadi perempuan dewasa Kesehatan Angkutan Pakaian jadi laki-laki dewasa Pajak kendaraan bermotor
14
Perawatan kulit, muka, kuku, tambut Obat nyamuk, korek api, baterai, aki, dsb
15
% 37,15 10,68 9,24 8,16 5,49 4,52 2,35 2,21 2,15 2,14 2,02 1,84 1,83 1,52 1,41
Perdesaan Komoditi Perumahan Bensin Listrik Pendidikan Perlengkapan mandi Sabun cuci Barang kecantikan Kesehatan Pakaian jadi perempuan dewasa Pakaian jadi laki-laki dewasa Pakaian jadi anak-anak Pajak kendaraan bermotor Obat nyamuk, korek api, baterai, aki, dsb Alas kaki Air
% 48,80 10,92 8,04 4,83 4,54 2,44 2,41 1,96 1,94 1,83 1,69 1,64 1,16 1,14 0,97
Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2016
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk berkaitan dengan miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan pengentasan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Semakin jauh dari angka nol, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan` (P2) semakin melebar. Pada periode September 2015 – Maret 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan` (P2) menunjukkan kecenderungan mengalami peningkatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 0,693 pada keadaan September 2015 menjadi 1,044 pada keadaaan Maret 2016. Demikian juga Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,167 menjadi 0,275 pada periode yang sama. Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan lebih tinggi dari pada perkotaan. Pada bulan Maret 2016, nilai Indeks
Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.58/07/64/Th.XIX, 18 Juli 2016
5
Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 0,546 sementara di daerah perdesaan mencapai 1,943. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan hanya 0,118 sementara di daerah perdesaan mencapai 0,559. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih parah daripada daerah perkotaan. Tabel 5 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kalimantan Timur Menurut Daerah, September 2015 – Maret 2016 Tahun
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
0,294 0,546
1,373 1,943
0,693 1,044
0,078 0,118
0,318 0,559
0,167 0,275
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
September 2015 Maret 2016 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
September 2015 Maret 2016
Sumber: Diolah dari Susenas September 2015dan Maret 2016
Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.58/07/64/Th.XIX, 18 Juli 2016
6
Penjelasan Teknis dan Sumber Data 1. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. 2. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan NonMakanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. 3. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). 4. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. 5. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan September 2015 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) pada Bulan September 2015. Dan untuk kemiskinan Maret 2016 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) pada Bulan Maret 2016 6. Sejak tahun 2015 terjadi pergeseran sampel besar dari Susenas September ke Susenas Maret, sehingga hasil Susenas Maret 2016 (termasuk angka kemiskinan) dapat mewakili sampai level kabupaten/kota, sedangkan Susenas September 2015 hanya sampai level provinsi.
Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.58/07/64/Th.XIX, 18 Juli 2016
7
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Informasi lebih lanjut hubungi : M. Habibullah, S.Si, M.Si (Kepala BPS Provinsi Kalimantan Timur) UB. Ahmad Muhammad Saleh, SE (Kepala Bidang Statistik Sosial) Telp: (0541) 732793, Fax: (0541) 201121 e-mail:
[email protected]
Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, No.58/07/64/Th.XIX, 18 Juli 2016
8