1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Proses
globalisasi
perekonomian
dunia
mendorong
munculnya
perusahaan-perusahaan multinasional yang terlibat dalam aktivitas dan transaksi internasional. Aktivitas perdagangan internasional tidak dapat dipisahkan dari transaksi valuta asing (Foreign Exchange Transaction). Permintaan akan transaksi valas terjadi karena adanya kebutuhan untuk mengkonversi mata uang satu dengan mata uang yang lain. Pada dasarnya globalisasi perekonomian dapat menambah nilai perusahaan bahkan memberikan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa transaksi internasional yang menggunakan kurs valas juga memiliki resiko. Resiko yang paling jelas ditanggung adalah resiko nilai tukar. Resiko nilai tukar terjadi ketika nilai tukar atau kurs tidak pasti mengarah pada fluktuasi-fluktuasi yang tidak pasti pada nilai perusahaan. Adanya variabilitas nilai perusahaan disebabkan oleh perubahan-perubahan mata uang yang tidak terantisipasi mencerminkan bahwa perusahaan tersebut mengalami resiko nilai tukar. Bank devisa yang merupakan pelaku pasar valas yang terbesar dan paling aktif melakukan transaksi internasional yang menggunakan kurs valas juga dapat terkena dampak dari resiko nilai tukar yang ditimbulkan oleh transaksi-transaksi internasional yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Mengingat bahwa perusahaan perbankan bertindak sebagai dealer di pasar valuta asing, perusahaan
1 Universitas Sumatera Utara
2
perbankan juga memiliki exposure yang mengakibatkan bank juga memiliki resiko nilai tukar. Bank umumnya menempatkan operasi valas sebagai suatu pusat laba (profit center) tersendiri. Banyak bank yang memperoleh laba yang menggiurkan dari bermain valas karena kepiawaian dalam membaca kondisi pasar, akses terhadap informasi, kemampuan berdagang valas, dan kemampuan memegang investasi beresiko tinggi. Namun, kadang bank-bank ini juga dapat menderita rugi yang cukup besar. Untuk mengatasi resiko tersebut, perusahaan dapat mengantisipasinya dengan melakukan praktik manajemen resiko perusahaan. Manajemen resiko terhadap fluktuasi nilai tukar ini dilakukan dengan hedging. Jumlah bank mengalami penurunan pada akhir 2006 sehubungan dengan adanya merger dua bank mengakibatkan jumlah bank berkurang dari 131 bank pada tahun 2005 menjadi 130 bank. Sedangkan jaringan kantor bank umum bertambah sebanyak 874 kantor. Penutupan bank dapat terjadi pada setiap bank yang berpotensi menimbulkan resiko, baik kepada perbankan secara umum ataupun ekonomi dan masyarakat pada khususnya. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu penyebab penurunan jumlah bank karena adanya eksposur nilai tukar (foreign exchange exposure) dari transaksi internasional yang dilakukan dalam kegiatan operasi bank tersebut. Secara umum, kondisi perbankan pada tahun 2006 menunjukkan kinerja yang cukup baik di tengah meningkatnya persepsi resiko bank terhadap kondisi sektor riil. Perkembangan jumlah bank dan kantor bank mulai tahun 2003 sampai 2006 dapat dilihat dalam Tabel 1.1 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
3
Tabel 1.1 Jumlah Bank dan Kantor Bank mulai tahun 2003-2006 (dalam unit)
Kelompok Bank
Jumlah 2003
Bank Umum Junlah Bank 138 Jumlah Kantor 7730 Bank Persero Jumlah Bank 5 Jumlah Kantor 2072 BPD Jumlah Bank 26 Jumlah Kantor 1003 BUSN Devisa Jumlah Bank 36 Jumlah Kantor 3829 BUSN NonDevisa Jumlah Bank 40 Jumlah Kantor 700 Bank Campuran Jumlah Bank 20 Jumlah Kantor 57 Bank Asing Jumlah Bank 11 Jumlah Kantor 69 Sumber: Laporan Perekonomian Indonesia 2006
2004
2005
2006
133 7939
131 8236
130 9110
5 2112
5 2171
5 2548
26 1064
26 1107
26 1217
34 3947
34 4113
35 4395
38 688
37 709
36 759
19 59
18 64
17 77
11 69
11 72
11 114
Nilai tukar rupiah mengalami tekanan sejak akhir Februari 2005 yang menyebabkan
rupiah
terdepresiasi
disertai
volatilitas
yang
meningkat
dibandingkan tahun 2004. Hal ini terjadi sebagai akibat dari meningkatnya harga minyak dunia dan peningkatan suku bunga AS, yang pada akhirnya dollar AS menguat terhadap berbagai mata uang dunia termasuk rupiah. Terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dollar tahun 2005 juga disebabkan karena meningkatnya permintaan valas terutama untuk memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri. Sementara itu, sepanjang tahun 2006 nilai tukar rupiah secara umum mengalami penguatan terhadap dollar disertai pergerakan yang lebih stabil dibandingkan tahun 2005. Pergerakan tersebut dipengaruhi oleh
Universitas Sumatera Utara
4
kondisi fundamental makroekonomi yang membaik, daya tarik investasi keuangan di dalam negeri yang terjaga, serta perkembangan ekonomi global yang relatif lebih kondusif. Pergerakan nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2003-2006 disajikan dalam Tabel 1.2 berikut ini: Tabel 1.2 Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah dan Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Sepanjang Tahun 2003-2006 Tahun
Volatilitas
2002
Rupiah / Dollar ( Rp/USD ) Rp. 9.318,-
2003
Rp. 8.572,-
3,8%
2004
Rp. 8.940,-
3,97%
2005
Rp. 9.713,-
4,24%
2006
Rp. 9.167,-
3,9%
-
Sumber: Laporan Perekonomian Indonesia 2005 dan 2006 (data diolah)
Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar Amerika terjadi akibat adanya permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar yang menyebabkan nilai tukar yang berfluktuatif. Jika fluktuasi nilai tukar tersebut memberikan dampak terhadap return yang diperoleh perusahaan perbankan dalam menjalankan operasi perusahaannya, yang pada akhirnya juga berdampak pada nilai perusahaan yang dicerminkan oleh harga sahamnya, maka kondisi tersebut dikatakan bahwa perusahaan mengalami foreign exchange exposure (eksposur nilai tukar) yang sering disebut economic exposure. Menurut Biro Riset Info Bank (birl), return perbankan per Desember 2005 mengalami penurunan sebesar 23,56% menjadi Rp.22,65 triliun dari
Universitas Sumatera Utara
5
Rp.29,64% triliun selama tahun 2004. Hal ini menunjukkan bahwa karena adanya volatilitas nilai tukar yang meningkat pada tahun 2004 sampai 2005 sebesar 4,24% (dalam Tabel 1.2), berdampak pada penurunan return perbankan. Dengan kata lain, kondisi seperti ini menunjukkan bahwa perusahaan telah mengalami eksposur nilai tukar (foreign exchange exposure). Pengukuran terhadap eksposur yang terjadi dan mengambil tindakan lebih lanjut harus dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor internal yang dapat berpengaruh terhadap eksposur nilai tukar khususnya pada industri perbankan yang go public di Indonesia (Pertiwi : 2007). Faktor-faktor internal yang dimaksud adalah Return on Total Assets (ROA), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang merupakan rasio-rasio keuangan dengan melihat tingkat pengembalian total aktiva dan komposisi jumlah kredit yang diberikan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang dapat mempengaruhi eksposur nilai tukar perusahaan perbankan. Penelitian yang dilakukan oleh Dadang dan Indra Mulyawan sebagaimana yang dikutip oleh Pertiwi, menyatakan bahwa semakin tinggi rasio LDR maka semakin tinggi pula tingkat profitabilitas bank yang pada akhirnya akan meningkatkan permodalan bank. Dengan demikian, bank akan semakin tahan dalam menghadapi berbagai resiko khususnya yang berkaitan dengan exchange rate.
Universitas Sumatera Utara
6
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor-Faktor Internal Perusahaan
terhadap
Eksposur Fluktuasi Nilai Tukar pada Industri Perbankan yang Go Public di Indonesia”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Berapakah nilai eksposur fluktuasi nilai tukar masing-masing perusahaan perbankan yang go public di Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2006. 2. Apakah terdapat pengaruh simultan antara faktor-faktor internal perusahaan yang terdiri dari: Return on Total Assets (ROA), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang go public di Indonesia. 3. Apakah terdapat pengaruh parsial
antara faktor-faktor internal
perusahaan yang terdiri dari: Return on Total Assets (ROA), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang go public di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
7
C. Kerangka Konseptual Nilai tukar rupiah terhadap US Dollar muncul disebabkan oleh adanya permintaan dan penwaran US Dollar di pasar. Ketika terdapat ketidakseimbangan permintaan dan penawaran maka terjadi nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar yang berfluktuatif. Jika fluktuasi nilai tukar tersebut berdampak pada nilai perusahaan yang yang tercermin dari harga saham perusahaan tersebut, maka dikatakan bahwa perusahaan itu mengalami eksposur fluktuasi nilai tukar (Anggraeni, dalam Pertiwi:2007). Beberapa perusahaan menggunakan indeks harga saham sebagai proksi dari nilai perusahaan di masa mendatang, kemudian memperkirakan bagaimana return saham berubah sebagai akibat dari pergerakan mata uang (Kuncoro, 2000 : 274 ). Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2007) dengan judul Pengaruh Faktor Internal Perusahaan terhadap Eksposur Fluktuasi Nilai Tukar pada Industri Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia menunjukkan adanya foreign exchange exposure yang dominan signifikan negatif, artinya bahwa melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing memberikan pengaruh negatif terhadap return saham. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa Quick Ratio, Loan to Deposit Ratio, Return on Equity, Interest Margin on Loans, Non Performing Loans, dan Firm Size secara bersamaan (serempak) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar.Secara parsial, variabel Return on Equity (ROE) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar, sedangkan variabel bebas lainnya seperti Quick Ratio, Loan
Universitas Sumatera Utara
8
to Deposit Ratio, Interest Margin on Loans, Non Performing Loans, dan Firm Size tidak berpengaruh signifikan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (dalam Pertiwi, 2007) dengan judul The Foreign Exchange Exposure pada bank-bank yang go public menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Return on Equity, Non Performing Loan, dan Firm Size secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap foreign exchange exposure. Secara parsial Loan to Deposit Ratio, Return on Equity, dan Non Performing Loans memiliki pengaruh yang signifikan terhadap foreign exchange exposure. Adapun kerangka konseptual yang menegaskan pengaruh antara faktorfaktor internal yang terdiri dari: Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang go public adalah:
Faktor-Faktor Internal 1. Return on Total Asset (ROA)
Eksposur Fluktuasi Nilai Tukar
2. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Sumber : Madura (2000 : 89), ( data diolah ) Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
9
D. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka teoritis yang disajikan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor-faktor internal perusahaan, seperti: Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh simultan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang go public di Indonesia. 2. Faktor-faktor internal perusahaan, seperti: Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh parsial terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang go public di Indonesia.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah: 1. Untuk
menganalisis
pengaruh
simultan
faktor-faktor
internal
perusahaan yang terdiri dari: Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang go public. 2. Untuk
menganalisis
pengaruh
parsial
faktor-faktor
internal
perusahaan yang terdiri dari: Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang go public.
Universitas Sumatera Utara
10
2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, sebagai berikut: a. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang keuangan terutama mengenai teori eksposur fluktuasi nilai tukar. b. Bagi Perusahaan/Bank Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan eksposur nilai tukar. c. Bagi Pihak Lain Sebagai referensi, terutama bagi mahasiswa manajemen yang mengambil konsentrasi keuangan untuk tujuan penelitian selanjutnya.
F. Metode Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan situs www.bei.co.id dan di Bank Indonesia (BI) dengan menggunakan situs www.bi.go.id
b. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan penulis mulai dari bulan Desember 2007 sampai dengan bulan Mei 2008.
Universitas Sumatera Utara
11
2. Batasan Operasional 1. Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 2 bagian, yaitu: a. Variabel Independent (variabel bebas), mencakup: faktor-faktor internal perusahaan yang terdiri dari: Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) b. Variabel Dependent (variabel terikat), yaitu: eksposur fluktuasi nilai tukar. 2. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan perbankan yang
go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan memiliki data
Indeks Harga Saham Individu (IHSI) yang lengkap sejak tahun 2003 – 2006 serta memiliki data laporan keuangan perusahaan perbankan yang lengkap periode tahun 2003 – 2006. 3. Data nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar (Kurs Tengah Rupiah terhadap US Dollar) periode 2003 sampai dengan 2006 dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) penutupan akhir hari (closing price).
3. Defenisi Operasional Variabel Adapun defenisi operasional variabel-variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel terikat (dependent variable) Variabel terikat yang digunakan adalah eksposur fluktuasi nilai tukar (eksposur ekonomi) yang terkait erat dengan fluktuasi kurs untuk jangka waktu yang panjang. Menurut Pertiwi (2007:11), fluktuasi nilai
Universitas Sumatera Utara
12
tukar merupakan ukuran potensial, profitabilitas perusahaan dan mencerminkan nilai pasar yang mengalami perubahan sebagai akibat dari perubahan nilai tukar. Untuk menghitung eksposur fluktuasi nilai tukar ini, terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap Return Saham Individu (Rit), Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dolar (∆Rst), dan Return Pasar Saham (Rmt). Menurut Anggraeni dalam Pertiwi (2003), return saham individu tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan rumus: Langkah 1: Rit = IHSIt – IHSIt-1 IHSIt-1 Keterangan: Rit = tingkat return saham individual pada hari ke t IHSIt = IHSI pada hari ke t IHSIt-1 = IHSI pada hari ke t-1
Perubahan nilai tukar Rupiah terhadap USD ini dapat diperoleh dengan menggunakan rumus (Anggraeni, dalam Pertiwi : 2003)
Langkah 2: ∆Rst
=
Rst – Rst-1
X 100 %
Rst - 1 Keterangan: ∆Rst = perubahan nilai tukar Rupiah terhadap USD pada hari ke t Rst = nilai tukar Rupiah terhadap USD pada hari ke t Rst-1 = nilai tukar Rupiah terhadap USD pada hari t-1
Universitas Sumatera Utara
13
Return pasar dapat diperoleh dengan menggunakan rumus (Faisal Abdullah, 2005 : 151) Langkah 3: Rmt
=
IHSGt – IHSGt-1 IHSGt-1
Keterangan: Rmt = tingkat keuntungan rata-rata pasar pada hari ke t IHSGt = IHSG pada hari ke t IHSGt-1 = IHSG pada hari t-1
Selanjutnya eksposur fluktuasi nilai tukar (β1) pada masingmasing perusahaan dengan menggunakan model regresi sebagai berikut (Pertiwi : 2003): Langkah 4: Rit = β0 + β1Rst + β2 Rmt + e Keterangan: Rit = Return saham individu Rst = Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD = Return Pasar Saham Rmt β0 = Konstanta β1 = Koefisien eksposur fluktuasi nilai tukar β2 = Koefisien regresi e = Standar Error
Untuk mendapatkan nilai eksposur, modal regresi tersebut diolah dengan menggunakan bantuan Software SPSS 12.00 for windows. 2. Variabel Bebas (independent variable) a. Return on Total Assets (ROA) Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa
Universitas Sumatera Utara
14
aktiva lebih cepat berputar dan meraih laba. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut (Harahap : 1998): Return on Total Assets (ROA) =
Laba Bersih X 100 % Total Aktiva
b. Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Menurut Kasmir (2006 : 272), rasio ini diukur dengan rumus: Loan to Deposit Ratio (LDR) = Jumlah Kredit yang Diberikan X100% Dana yang Diterima
.4. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah industri perbankan yang terdaftar atau listing di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2006 dan yang tidak pernah di-suspend pada periode tersebut. Penarikan sampel yang dilakukan oleh penulis adalah dengan menggunakan pendekatan “Non Probability Sampling” dengan metode “Purposive Sampling”. Purposive sampling merupakan metode penetapan sampel dengan didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu.
Universitas Sumatera Utara
15
Adapun kriteria penarikan sampel yang digunakan oleh penulis adalah: a. Emiten yang memiliki data Indeks Harga Saham Individu (IHSI) yang lengkap sejak tahun 2003 sampai dengan 2006 b. Emiten yang terus listing di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2003 sampai dengan 2006 ( tidak pernah di-suspend ) c. Emiten yang memiliki laporan keuangan yang lengkap sejak tahun 2003 sampai dengan 2006. Jumlah perusahaan (bank) yang memenuhi syarat dari kriteriakriteria yang digunakan penulis dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini: Tabel 1.3 Jumlah perusahaan (bank) yang memenuhi kriteria-kriteria ( dalam unit) No. 1. 2.
Keterangan
Jumlah Bank 23
Emiten yang tidak pernah di-suspend ( diberhentikan
20
Populasi sementara ) sejak tahun 2003 – 2006
3.
Emiten yang terus listing di Bursa Efek Indonesia
18
sejak tahun 2003 – 2006 4.
Emiten yang memiliki Indeks Harga Saham Individu
17
yang lengkap sejak tahun 2003 – 2006 5.
Emiten yang memiliki laporan keuangan yang
15
lengkap sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 6.
Emiten yang memenuhi seluruh kriteria penulis
15
Sumber: www.bei.co.id ( data diolah)
Sampel penelitian yang diperoleh berjumlah 15 perusahaan (bank). Adapun ke-15 bank tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.4 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
16
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kode Emiten ANKB BBCA BBNI BBNP BCIC BDMN BNGA BNII PNBN LPBN NISP BABP BKSW BSWD MAYA
Tabel 1.4 Sampel Penelitian Nama Emiten
Tanggal Listing
PT. Bank Artha Niaga Kencana, tbk PT. Bank Central Asia, Tbk PT. Bank Negara Indonesia, Tbk PT. Nusantara Parahyangan, Tbk PT. Bank Century, Tbk PT. Bank Danamon, Tbk PT. Bank Niaga, Tbk PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk PT. Pan Indonesia Bank, Ltd PT. Bank Lippo, Tbk PT. Bank NISP, TBK PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk PT. Bank Kesawan, Tbk PT. Bank Swadesi, Tbk PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk
02 November 2000 31 Mei 2000 25 November 1996 10 Januari 2001 25 Juni 1997 06 Desember 1989 29 November 1989 21 November 1989 29 Desember 1982 10 November 1989 20 Oktober 1994 21 Juli 2002 21 November 2002 01 Mei 2002 29 Agustus 1997
Sumber: www.bei.co.id (data diolah)
5. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut diperoleh dari laporan tahunan Bank Indonesia, buku-buku referensi, majalah, skripsi, literatur lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan dalam penelitian, dan data yang diperoleh dari media internet.
6. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan
data
dilakukan
melalui
studi
dokumentasi
dengan
mengumpulkan data yang berasal dari literatur, skripsi, buku-buku referensi, dan laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bank Indonesia untuk mendapatkan gambaran masalah yang dihadapi.
Universitas Sumatera Utara
17
7. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik, sebagai berikut: a. Metode Analisis deskriptif Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang telah dikumpulkan dan digolongkan/dikelompokkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif. b. Regresi Linear Berganda Regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat (Pertiwi : 2007), yaitu: pengaruh faktor-faktor internal perusahaan yang terdiri dari: Return on Total Assets (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap eksposur nilai tukar pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Model regresi yang digunakan adalah: Y = b0 + b1ROA + b2LDR + e
Keterangan: Y = Eksposur fluktuasi nilai tukar b0 = Konstanta b1,b2 = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel ROA = Return on Total Assets LDR = Loan to Deposit Ratio e = Standard error
Universitas Sumatera Utara
18
c. Pengujian Asumsi Klasik Sebelum data-data tersebut dianalisis, model regresi berganda harus memenuhi beberapa syarat asumsi klasik yang meliputi: 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependent, variabel independent, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk melihat apakah variabel-variabel tersebut mempunyai distribusi normal atau tidak, dapat dideteksi dengan melihat bentuk kurva histogram dengan kemiringan seimbang ke kiri dan ke kanan dan berbentuk seperti lonceng atau dengan melihat titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan searah mengikuti garis diagonal dan gambar normal P-Plot. Uji ini dilakukan melalui analisis Kolmogrov-Smirnov. Hipotesisnya adalah: H0 = data residual berdistribusi normal H1 = data residual tidak berdistribusi normal Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5 %. Apabila nilai Asymp.Sig (2-tailed) > taraf nyata (α), maka H0 diterima artinya data residual berdistribusi normal. Tetapi, jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) < taraf nyata (α), maka H1 diterima artinya data residual tidak berdistribusi normal.
Universitas Sumatera Utara
19
2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independent. Jika terdapat korelasi maka dikatakan terdapat masalah multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independent. Pengujian multikolinearitas menggunakan metode VIF (Variance Inflation Factor), dengan ketentuan: a. Jika VIF > 5 terdapat masalah multikolinearitas yang serius b. Jika VIF < 5 tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius. 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi untuk menguji autokorelasi digunakan Durbin-Watson (DW), dengan ketentuan, sebagai berikut: a. 1,65 < DW < 2,35
tidak ada autokorelasi
b. 1.21 < DW < 1,65 atau 2,35
tidak
dapat
disimpulkan c. DW < 1,21 atau DW > 2,79
terjadi autokorelasi
Universitas Sumatera Utara
20
4. . Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas merupakan asumsi dalam regresi dimana varians dalam residual tidak sama untuk satu pengamatan dengan pengamatan lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan dengan pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Uji yang dapat digunakan untuk mengetahui heterokedastisitas adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual pada diagram pencar (scatter plot). Uji lain yang dapat digunakan adalah: dengan melakukan uji glejser yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independent. Jika signifikansi > dari taraf nyata maka tidak dianggap menjadi masalah heterokedastisitas, dan sebaliknya. d. Koefisien Determinasi (R2) Pengukuran besarnya persentase kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi multiple R2 (koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas). Nilai R2 ini mempunyai range antara 0 sampai 1. semakin tinggi R2 (mendekati 1) maka semakin baik regresi tersebut. Dan jika semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
21
e. Pengujian Hipotesis 1. Uji Signifikansi Simultan (Uji - F) Uji signifikansi simultan dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah: H0 : b1 = b0 = 0 Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamasama antara variabel bebas terhadap variabel terikat. H0 : minimal satu bi ≠ 0 Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Kriteria
pengambilan
keputusan
dilakukan
dengan
membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel, sebagai berikut: H0 diterima jika, Fhitung ≤ Ftabel pada α = 5 % H1 diterima jika, Fhitung > Ftabel pada α = 5 % 2. Uji Signifikansi Parsial (Uji - t) Uji signifikansi parsial dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah: H0 : b1 = 0 Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Universitas Sumatera Utara
22
H0 : b2 ≠ 0 Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Kriteria
pengambilan
keputusan
dilakukan
dengan
membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel, sebagai berikut: H0 diterima jika, ttabel ≤ thitung ≤ ttabel pada α = 5 % H1 diterima jika, thitung > ttabel dan thitung ≤ ttabel pada α = 5 %
Universitas Sumatera Utara