BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi mendorong berkembangnya perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan bisnis di luar batas negaranya. Adanya kebutuhan akan pelaporan keuangan dan informasi yang dapat diakses secara global dalam bisnis internasional memberikan tekanan kepada berbagai kelompok kepentingan dan organisasi untuk menciptakan keselarasan pelaporan keuangan. Fenomena globalisasi ini mendorong International Accounting Standars Committe (IASC) yang kemudian berganti menjadi International Accounting Standards Board (IASB) untuk mengembangkan sebuah standar pelaporan keuangan yang berkualitas
tinggi,
dapat
dipahami,
dilaksanakan,
dan
diterima
secara
internasional. Untuk mencapai tujuan ini, IASB mengeluarkan standar yang disebut International Financial Reporting Standard (IFRS) yang merupakan standar yang dibuat untuk menjembatani perbedaan standar yang ada di berbagai negara. Penerapan International Financial Reporting Standard (IFRS) bukanlah hal yang baru. IFRS telah diadopsi banyak negara diantaranya negara-negara Uni Eropa, Afrika, Asia, Amerika Latin dan Australia. Sejak 2008, diperkirakan lebih dari 80 negara telah menerapkan IFRS (www.ifrs.org). Sebagian negara tersebut telah mewajibkan laporan keuangan mereka menggunakan IFRS untuk semua 1
2
perusahaan domestik atau perusahaan yang tercatat (listed) di bursa efek negara setempat. Tidak terkecuali Indonesia, sejak kesepakan Indonesia dengan negaranegara yang bergabung dalam G20 maka Indonesia wajib menerapkan standar pelaporan keuangan yang berlaku secara internasional sehingga Indonesia melakukan konvergensi standar akuntansi keuangan berbasis IFRS. Di Indonesia proses konvergensi IFRS cukup panjang yang dahulu berkiblat pada US GAAP kini berubah berdasarkan standar akuntansi internasional yaitu IFRS. Proses penerapan IFRS sendiri tidak terlepas dari pro dan kontra. Pihak yang mendukung IFRS berpendapat bahwa IFRS sebagai standar akuntansi global akan dapat mengurangi asimetri informasi, menurunkan biaya modal, dan meningkatkan aliran modal lintas batas. Asbaugh dan Pincus (2001) menyatakan bahwa keakuratan analisis yang dilakukan oleh analis keuangan
meningkat
setelah
perusahaan
mengadopsi
standar
akuntansi
internasional (IFRS). Menurut Asbaugh dan Pincus (2001) meningkatnya keakuratan analisis dari para analis keuangan disebabkan karena standar akuntansi internasional mensyaratkan pengungkapan kondisi keuangan yang lebih rinci daripada standar akuntansi lokal. Semakin banyaknya informasi keuangan yang diungkapkan dalam laporan keuangan dan adanya komparabilitas antara laporan keuangan perusahaan satu dengan perusahaan lainnya dapat menyebabkan turunnya biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan karena kepercayaan investor semakin tinggi. Hal ini tidak lepas dari semakin mudahnya laporan keuangan dipahami dan semakin rendahnya asimetri informasi (Kusuma, 2007).
3
Kritikan terhadap pengadopsian IFRS juga terjadi yaitu pertama, isu nasionalisme, pengadopsian IFRS akan mengesankan lemahnya profesi dan pemerintah. Kebanggaan nasional akan hilang karena dianggap tidak mampu untuk menghasilkan sendiri standar yang bermutu. Kedua, standardisasi bagaikan senjata bersisi dua. Di satu sisi standardisasi akan meningkatkan daya saing. Di sisi lain, standardisasi menjadikan standar yang diadopsi kurang sesuai dengan lingkungan dan kultur suatu negara. Ketiga, hanya perusahaan multinasional yang besar saja yang akan menerima manfaat dari standar internasional (Kusuma, 2007). Armstrong et al. (2010) menguji reaksi pasar terhadap 16 peristiwa yang berkaitan dengan adopsi IFRS di Uni Eropa tahun 2005. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasar modal bereaksi terhadap proses pengadopsian wajib IFRS. Investor dan pasar modal memiliki ekspektasi bahwa adopsi IFRS di Uni Eropa memberikan manfaat ekonomi yang luas terkait dengan transparasi dan peningkatan kualitas pelaporan akuntansi yang akan meningkatkan likuiditas pasar modal. Sementara Barth et al. (2008) melaporkan bahwa umumnya kualitas akuntansi membaik setelah adopsi sukarela IFRS berdasarkan 1.896 perusahaan dari 21 negara pada tahun pengamatan 1994-2003. Semakin luas pengguna laporan keuangan maka kualitas laporan keuangan yang dihasilkan hendaknya juga semakin tinggi, hal ini agar pengguna laporan keuangan dapat mengambil keputusan secara tepat. Pengadopsian IFRS diharapkan
akan
meningkatkan
kualitas
informasi
akuntansi
dengan
meningkatnya komparabilitas laporan keuangan dan transparansi bagi para
4
pengguna laporan keuangan. IFRS mewajibkan pengungkapan yang lebih banyak dan memberikan pilihan akuntansi yang lebih sedikit, hal ini akan mengurangi kemampuan manajemen dalam mengatur laba sehingga IFRS diharapkan akan dapat mengurangi earning management dan meningkatkan relevansi nilai akuntansi. Barth et al. (2008) menyatakan bahwa kualitas informasi akuntansi dapat meningkat jika pembuat standar dapat membatasi tindakan oportunistic manajemen dalam menentukan kualitas akuntansi. Penelitian mengenai dampak penerapan IFRS terhadap kualitas informasi akuntansi telah banyak dilakukan dan menunjukkan hasil yang berbeda-beda diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Bartov et al. (2005) menyatakan bahwa IAS (International Accounting Standards) memberikan informasi laporan keuangan yang lebih baik dari laporan keuangan yang disusun berdasarkan Jerman GAAP. Chen et al. (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penggantian standar lokal (seperti US GAAP) dengan IFRS memiliki efek tambahan pada kualitas pelaporan keuangan. Dimitropolous (2013) meneliti dampak penerapan IFRS terhadap kualitas akuntansi di Yunani dan memperoleh hasil pelaksanaan IFRS berkontribusi mengurangi manajemen laba, pengakuan kerugian lebih tepat waktu dan relevansi nilai yang lebih besar dari angka akuntansi dibandingkan dengan standar akuntansi lokal (GAAP). Disisi lain penelitian Hung dan Subramanyam (2007) menemukan hasil yang berbeda bahwa kualitas akuntansi berdasarkan standar lokal Jerman dan yang didasarkan pada IAS tidak berbeda dalam relevansi nilai. Hal ini didukung oleh penelitian Goodwin et al. (2008) yang mana tidak ditemukan bukti bahwa
5
laba dan ekuitas dari laporan keuangan yang disusun berdasarkan IFRS memiliki kualitas yang lebih tinggi (nilai lebih relevan) dari Australia GAAP. Kualitas informasi akuntansi menjadi hal penting dalam penggambilan keputusan yang akan digunakan oleh pengguna laporan keuangan. Kualitas informasi akuntansi yang baik tentunya tidak menyesatkan pengguna, dapat dibandingkan, dan relevan. Perubahan standar dari standar lokal (GAAP) ke IFRS yang bersifat global diharapkan akan meningkatkan kualitas informasi akuntansi. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki hasil yang beragam, maka perlu dilakukan kembali penelitian mengenai dampak konvergensi IFRS terhadap kualitas informasi akuntansi. Pada umumnya penelitian mengenai hubungan konvergensi IFRS terhadap kualitas informasi akuntansi telah banyak dilakukan dengan mengambil sampel di negara-negara yang telah lebih dahulu menerapkan IFRS seperti negara-negara anggota Uni Eropa. Sementara itu penelitian mengenai dampak konvergensi IFRS terhadap kualitas informasi akuntansi di Indonesia belum banyak dilakukan, selain itu juga penerapan konvergensi IFRS di Indonesia masih baru, berdasarkan roadmap IAI konvergensi telah dilakukan melalui tahapan awal pada tahun 2007 dan berakhir per 1 Januari 2012, dengan hasil telah dikonvergensikannya seluruh standar IFRS ke PSAK kecuali IFRS 1 dan IAS 41. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “KUALITAS INFORMASI AKUNTANSI SEBELUM DAN SESUDAH KONVERGENSI IFRS DI INDONESIA (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di BEI periode 2005-2012)”. Penelitian
6
ini mengacu pada penelitian Barth et al. (2008) dengan membandingkan perubahan kualitas informasi akuntansi antara periode sebelum konvergensi dan setelah konvergensi IFRS. Penelitian ini secara khusus menguji apakah setelah konvergensi IFRS dapat mengurangi manajemen laba, mengakui kerugian lebih tepat waktu dan relevansi nilai yang lebih tinggi pada periode setelah konvergensi IFRS dibandingkan periode sebelum konvergensi IFRS. 1.2. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu observasi penelitian tidak memasukkan sampel perusahaan perbankan dan lembaga keuangan. Tidak digunakannya perusahaan perbankan dan lembaga keuangan sebagai sampel karena karakteristik laporan keuangan perusahaan perbankan dan lembaga keuangan yang berbeda dengan sektor industri lainnya. Penggunaan model Jones untuk meneliti manajemen laba menggunakan aset tetap dalam komponen akrualnya sementara pada perusahaan perbankan dan lembaga keuangan aset yang dimiliki berupa aset keuangan sehingga sampel perusahaan perbankan dan lembaga keuangan menjadi tidak relevan. 1.3. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Apakah terjadi peningkatan relevansi nilai sesudah konvergensi IFRS 2. Apakah terjadi penurunan manajemen laba sesudah konvergensi IFRS
7
3. Apakah terjadi peningkatan pengakuan kerugian yang lebih tepat waktu sesudah konvergensi IFRS 1.4. Motivasi Penelitian Peneliti termotivasi melakukan penelitian ini, ingin menguatkan hasil penelitian Barth et al. (2008) mengenai kualitas informasi akuntansi setelah konvergensi IFRS dengan sampel perusahaan yang ada di Indonesia. Proses konvergensi IFRS yang masih baru dan sedang berjalan di Indonesia memotivasi penelitian ini untuk melihat apakah ada peningkatan kualitas informasi akuntansi yang dihasilkan setelah konvergensi IFRS di Indonesia. 1.5. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini yaitu: 1. Untuk menguji apakah ada peningkatan relevansi nilai sesudah konvergensi IFRS. 2. Untuk menguji apakah ada penurunan manajemn laba sesudah konvergensi IFRS. 3. Untuk menguji apakah ada peningkatan pengakuan kerugian lebih tepat waktu sesudah konvergensi IFRS. 1.6. Kontribusi Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka kontribusi penelitian ini adalah:
8
1. Penelitian ini memberikan kontribusi kepada literatur akademik dengan menambahkan bukti empiris pada penelitian-penelitian di bidang keuangan dan kemajuan ilmu akuntansi mengenai dampak konvergensi IFRS terhadap kualitas informasi akuntansi. 2. Memberikan masukan bagi pembuat aturan dan standar akuntansi, penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk penerapan IFRS, sehingga akan banyak lagi negara-negara yang bersedia melakukan konvergensi IFRS. 3. Memberikan referensi bagi penelitian selanjutnya yang tertarik dengan masalah IFRS dan kualitas informasi akuntansi dan untuk pengembangan penelitian selanjutnya. 1.7. Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan. Menguraikan latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan juga sistematika penulisan penelitian.
BAB II
Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis. Menguraikan teori yang relevan dengan penelitian dan hasil penelitian terdahulu sebagai dasar untuk pengembangan hipotesis penelitian.
BAB III
Metode Penelitian. Menguraikan metode yang digunakan dalam penelitian, termasuk sumber dan jenis data, identifikasi variabel dan
9
pengukurannya serta metode analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis. BAB IV
Hasil Penelitian Dan Pembahasan. Menguraikan hasil penelitian yang meliputi deskripsi data, pengujian asumsi klasik, pengujian hipotesis, dan pembahasannya.
BAB V
Penutup. Memberikan uraian tentang kesimpulan, keterbatasan, saran dan implikasi penelitian.