BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi skala Nasional, khususnya pada pulau Jawa dan Bali, memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi di D.I Yogyakarta.
7,00 6,00 5,00 4,00
DI. Yogyakarta jawa & Bali
3,00
Nasional
2,00 1,00 0,00
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Gambar 1.1 Ekonomi DIY terhadap Nasional tahun 2004-2012,(%) Sumber: BAPPENAS 2013 Pada Gambar 1.1 menunjukkan pertumbuhan ekonomi D.I. Yogyakarta mengalami tren pertumbuhan ekonomi yang lebih konsisten pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 dimana pertumbuhan ekonomi Jawa dan Bali juga Nasional tidak konsisten, terlihat pada tahun 2009 ke 2010 pertumbuhan ekonomi di Jawa dan Bali mengalami peningkatan
1
yang signifikan namun pada tahun 2011 ke 2012 justru mengalami penurunan. Pada tahun 2011 BPS DIY mencatat bahwa Kota Yogyakarta menjadi penyumbang pertumbuhan dengan persentase tertinggi sebesar 5,64% dibandingkan dengan laju pertumbuhan Kabupaten gunung Kidul sebesar 4,33% dan Kabupaten Kulon Prugo yang menyumbang laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,95%. Tren positif pertumbuhan ekonomi Yogyakarta berpengaruh lurus terhadap daya beli masyarakat, yang mempengaruhi industri-industri yang berada di Yogyakarta, terutama industri perdagangan, hotel, pariwisata, dan kuliner. Pada Tabel 1.1 di bawah menunjukkan tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Yogyakarta pada tiap industri. Tabel 1.1 Distribusi Persentase PDRB ADHB DIY Menurut Sektor Industri SEKTOR Pertanian
2000 2005 2010 2012 20,56 15,75 14,56 14,65
Perdagangan, Hotel, & Restoran Jasa-jasa Industri Pengolahan
19,53 19,21 19,74 20,09
Keuangan, Real Estat, & Jasa Perusahaan Pengangkutan & Komunikasi Konstruksi Pertambangan & Penggalian Listrik, Gas, & Air bersih PDRB
8,71
9,95
8,55 6,99
10,22 9,03 8,6 8,8 10,59 10,85
0,87 0,74 100
0,78 1,3 100
17,98 19,81 20,07 20,23 16,07 14,16 14,02 13,35 9,98
0,67 1,33 100
10,3
0,67 1,28 100
Sumber: BPS, DIY 2013 Pada Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa industri perdagangan, hotel, dan restoran walaupun menduduki peringkat kedua setelah industri pertanian, menampilkan tren yang positif dalam menyumbang peningkatan ekonomi di Yogyakarta. Tren positif yang
2
ditunjukkan oleh tabel di atas menggambarkan bahwa industri restoran khususnya masih memiliki ruang yang luas dalam kontribusinya untuk peningkatan ekonomi di Yogyakarta. 1.1.1 Analisis Lingkungan Eksternal Industri makanan dan minuman jadi di Indonesia lebih banyak terkonsentrasi di pulau Jawa. Selain karena cakupan
dan pertumbuhan pasar yang luas dan terus
berkembang, factor lainnya yaitu perekonomian Indonesia yang sebagian besar masih terpusat di pulau Jawa. Keadaan-keadaan tersebut memberikan pengaruh yang berbanding lurus terhadap industri kreatif, dimana individu-individu yang membangun konsep-konsep usaha makanan dan minuman dengan berbagai macam ide dan inovasi terhadap ragam makanan dan minuman, baik makanan asing maupun tradisional, masih terpusat di pulau Jawa. Usaha pada industri kuliner di D.I. Yogyakarta menjadi lahan yang “basah” bagi para pelaku usaha kuliner. Puncak “ledakan” industri makanan dan minuman menurut data dari salah satu portal online terjadi pada tahun 2009. Pada tahun 2008 pertumbuhan sektor ini hanya 2,34% mengalami peningkatan drastis di 2009 pertumbuhannya menjadi 11,22% dengan volume penjualan yang mencapai Rp 555 Trilyun. Walaupun krisis ekonomi global pada tahun 2010 menyebabkan penurunan sektor industri makanan dan minuman sebesar 2,73%, namun pada tahun 2011 industri ini kembali menggeliat dengan peningkatan 9,34% pada kuartal kedua (bisnisukm.com).
3
Daya beli dan kebutuhan masyarakat pada sektor ini bisa dikatakan belum menunjukkan tren yang menurun. Pada Tabel 1.2 di bawah menunjukkan pengeluaran per kapita masyarakat D.I Yogyakarta pada kelompok makanan dan bukan makanan. Tabel 1.2 Pengeluaran per kapita sebulan di DIY menurut jenis, 2012 (persen) KELOMPOK A. MAKANAN Makanan dan Minuman Jadi Padi-padian Tembakau dan Sirih Telur, Susu dan Hasilnya Buah-buahan Sayur-sayuran Daging dan Hasilnya Bahan Minuman Kacang-kacangan Ikan Minyak dan Lemak Konsumsi Lainnya Bumbu-bumbuan Umbi-umbian B. BUKAN MAKANAN Barang dan Jasa Perumahan, Bahan Bakar, Penerangan dan Air Pakaian, alas kaki, dan tutup kepala Barang-barang tahan lama Pajak dan asuransi Keperluan pesta dan upacara JUMLAH TOTAL
KOTA 45,07 19,01 5,23 3,47 3,18 2,85 2,47 1,78 1,56 1,36 1,29 1,29 0,83 0,55 0,19 54,93 23,77
DESA 51,91 15,33 10,42 4,04 3,15 2,14 4,35 1,75 2,49 2,22 1,52 2,23 1,28 0,75 0,26 48,09 23,36
KOTA+DESA 46,73 18,12 6,49 3,61 3,17 2,67 2,93 1,78 1,78 1,57 1,35 1,52 0,94 0,6 0,21 53,27 23,67
19,25 7,53 1,98 1,92 0,48 100
14,15 4,27 1,61 1,73 2,99 100
18,01 6,74 1,89 1,87 1,09 100
Sumber: BPS, DIY 2013 Pada sektor industri makanan, makanan dan minuman jadi menjadi favorit bagi masyarakat D.I. Yogyakarta dalam memenuhi salah satu kebutuhan dasar mereka. Angka dan selisih antar jenis komoditi makanan yang ditampilkan pada Tabel 1.2 di atas
4
memperlihatkan pola perilaku masyarakat D.I Yogyakarta yang cenderung lebih banyak melakukan pengeluaran pada makanan dan minuman jadi dibandingkan dengan daging dan sayuran. Yogyakarta merupakan salah satu kota yang terkenal karena kreatifitas golongan mudanya dalam berbagai bidang baik seni, teknologi, sampai ke bidang kuliner. Banyak tempat-tempat usaha kuliner di Yogyakarta merupakan usaha yang didirikan secara informal oleh anak-anak muda Yogyakarta. Geliat sektor rumah makan yang telah diklasifikasikan oleh Badan Pariwisata Daerah D.I. Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 1.3 dibawah: Tabel 1.3 Jumlah Biro Perjalanan, Pramuwisata, Restoran, dan Rumah Makan di D.I. Yogyakarta 2006-2012 URAIAN Biro Perjalanan Umum/Wisata Biro 1. Perjalanan/Wisata 2. Cabang Biro Perjalanan/Wisata 3. Agen Perjalanan/ Perjalanan Wisata Pramu wisata Restoran 1. Talam Kencana 2. Talam Gangsa 3. Talam Seloka Rumah Makan 1. Tipe A 2. Tipe B 3. Tipe C
2006
2007
TAHUN 2008 2009
354
225
254
304
305
381
397
330
201
230
279
280
350
366
19
19
19
19
19
25
19
5
5
5
6
6
6
12
345 70 60 10 496 49 82 365
415 77 67 10 407 47 72 288
514 4 4 503 49 72 382
737 76 65 11 524 61 78 385
685 49 43 6 783 44 76 663
455 56 50 6 585 56 80 459
584 59 53 6 650 46 91 513
2010
2011
2012
Sumber: Badan Pariwisata dan Daerah D.I. Yogyakarta 2013
5
Walaupun gerai makanan cepat saji mudah untuk ditemui di Yogyakarta seperti KFC, McDonalds, Burger King, A&W, dan Pizza Hut. Rasa lapar dan dahaga masyarakat lokal dan internasional akan makanan dan minuman asli Indonesia khususnya khas Yogyakarta justru membuat pelaku bisnis terus bersaing dan berinovasi tidak hanya melalui penamaan rumah makan dan menu yang unik dan terkadang nyeleneh namun juga mereka berinovasi dalam mengemas menu dan kemasan dari produk itu sendiri sehingga memiliki keunggulan kompetitif dibanding kompetitor. Ragam kafe dengan konsep yang merujuk pada berbagai tema menjamur di D.I. Yogyakarta.Dari 709 jenis rumah makan yang terdaftar pada Badan Pariwisata Daerah D.I. Yogyakarta tahun 2013, penulis belum menemukan kafe tematik yang menggunakan konsep bola basket. Kafe-kafe tematik yang tersebar di D.I. Yogyakarta sebagian besar mengusung konsep tradisional yang kental akan kedaerahan dan menguatkan kesan nyaman seakan-akan menikmati hidangan di rumah sendiri. Kelebihan gerai makanan cepat saji dan beberapa rumah makan dengan konsep restoran atau kafe terletak pada konsep modern, pelayanan yang baik, kebersihan keseluruhan tempat, alat makan, dan pecah belah yang lebih baik secara umum dibandingkan rumah makan atau kafe yang mengusung konsep tradisional. Menurut asosiasi Liga Mahasiswa (LIMA), D.I. Yogyakarta memiliki 15 Universitas yang aktif mengikuti pertandingan LIMA, dimana Universitas Gadjah Mada juga berperan di dalam LIMA tersebut. D.I. Yogyakarta juga selalu tercatat dalam agenda PERBASI dalam rangkaian acara pertandingan bola basket on air maupun off air seperti: LA StreetBall,
6
National Basketball League (NBL), LIMA, dan kompetisi-kompetisi yang diadakan antar sekolah dari berbagai jenjang pendidikan di D.I. Yogyakarta. Bappeda D.I. Yogyakarta tahun 2013 mencatat bahwa penduduk D.I. Yogyakarta dengan umur antara 15-34 tahun merupakan mayoritas dari keseluruhan penduduk D.I. Yogyakarta sebesar 1.245.000 jiwa. Dengan kegiatan-kegiatan kompetisi bola basket yang rutin di D.I. Yogyakarta dan luasnya target konsumen terhadap bisnis kafe slam dunk, penulis memanfaatkan potensi pasar yang ada untuk menyusun rencana bisnis kafe slam dunk. 1.1.2 Analisis Lingkungan Internal Lingkungan internal perusahaan menitikberatkan kepada faktor-faktor dari internal perusahaan yang memiliki perngaruh terhadap bisnis yang dijalankan.Lingkungan internal fokus pada kekuatan yang dimiliki perusahaan secara internal, serta kelemahannya. Bisnis kafe slam dunk yang akan didirikan berupa produksi dan penjualan makanan dan minuman yang semua bahan baku, proses kemasan, dan operasional dilaksanakan langsung oleh penulis dan teman-teman yang tergabung sebagai pemilik modal. Makanan dan minuman adalah produk yang mudah untuk diterima semua kalangan. Sehingga target konsumen yang disasar produk ini tidak hanya tertuju pada segmen tertentu yang menyebabkan hanya dapat meraih pasar tertentu saja. Status kepemilikan usaha makanan dan minuman ini bersifat usaha patungan bersama dengan status hukum.Lokasi usaha ini terletak di Yogyakarta, tepatnya di ruko Graha Strategic yang berwilayah di Jl.Seturan.
7
Penulis menuangkan konsep rumah makan yang menghidangkan ragam masakan tradisional yang dipadu dengan tidak hanya desain interior yang berbau olahraga bola basket namun juga berbagai aksesoris pendukung seperti jersey ,majalah, komik, dan film. Pengunjung dapat menikmati makanan tradisional khas Yogyakarta sambil menikmati suasana olahraga bola basket yang terpampang di dinding “Wall of Fame” atau menikmati hidangan sambil menikmati ragam bacaan yang serius hingga ringan tentang olahraga bola basket. Pada setiap akhir minggu pada hari Jumat sampai hari Minggu kafe slam dunk memberikan hiburan tambahan berupa acoustic live music yang rutin diadakan dengan mengundang band-band indie yang tersebar di Yogyakarta pada waktu yang telah ditentukan. Penulis menggabungkan kelebihan-kelebihan yang ada pada kafe dan rumah makan cepat saji dengan keunikan dan kelebihan yang dimiliki oleh kafe slam dunk, sehingga memberikan nilai tambah dan memberikan kesan positif sehingga konsumen yang telah datang akan memberikan rekomendasi positif yang berdampak pada peningkatan traffic konsumen yang berkunjung kembali ke kafe slam dunk. Pada waktu-waktu tertentu kafe slam dunk menayangkan
pertandingan-
pertandingan bola basket NBA yang bersejarah dan menayangkan beberapa siaran ulang pertandingan-pertandingan yang sedang berlangsung pada musim kompetisi yang sedang berjalan. Selain itu kafe slam dunk juga menayangkan beberapa profil dari beberapa olahragawan bola basket dunia yang memiliki kontribusi-kontribusi terhadap dunia bola
8
basket sehingga menjadi legenda dan panutan bagi tidak hanya professional namun juga penggemar olahraga bola basket. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan analisis lingkungan eksternal dan internal yang telah penulis paparkan, bisnis kafe slam dunk memiliki peluang untuk dikembangkan di Yogyakarta. Ekonomi di Yogyakarta kembali menunjukkan tren positif menjadi peluang bagi pengusaha-pengusaha terutama pada bidang kuliner untuk mengembangkan bisnisnya dengan inovasi-inovasi yang dilakukan tidak hanya pada produk namun juga jasa kepada konsumen. Sejauh
ini
penulis
belum
menemukan
kafe
atau
tempat
makan
yang
menggabungkan konsep kuliner dengan nuansa olahraga tertentu disertai dengan berbagai aksesoris pendukung serta pengetahuan akan olahraga tersebut. Dengan konsep tradisional dan desain yang kental akan unsur olahraga bola basket penulis melakukan inovasi pada servis dan desain tata letak yang mampu menjadi nilai keunikan tersendiri. Dari permasalahan tersebut memunculkan ide untuk dilakukan penyusunan rencana bisnis kafe slam dunk. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun sebuah rencana bisnis kafe slam dunk untuk mengetahui kelayakan bisnis tersebut. 1.4 Manfaat 1. Bagi penulis
9
Manfaat rencana bisnis ini bagi penulis adalah dapat menjadi acuan dalam menjalankan dan mengembangkan usaha rumah makan dengan menggunakan konsep tertentu. 2. Bagi mitra Manfaat rencana bisnis ini bagi mitra adalah untuk dapat mengetahui peluang dan hambatan apa saja yang ada di bisnis ini yang berpengaruh atas kelayakan bisnis.
10