BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Seperti halnya pada skala nasional, pertumbuhan ekonomi provinsi DI
Yogyakarta juga mengalami pertumbuhan positif.
Sumber: BPS DIY Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Ekonomi DIY Gambar 1.1 menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi di DI Yogyakarta selalu positif sejak tahun 2001. Pada tahun 2011 BPS DIY mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,16%. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat ini tentunya akan berdampak pada meningkatnya daya beli masyarakat di DI Yogyakarta. Peningkatan daya beli tersebut tentunya akan bardampak pada perkembangan industri di Yogyakarta. Salah satu sektor yang memiliki nilai tambah terbesar di Yogyakarta adalah sektor
1
perdagangan, hotel, dan restoran. Tabel 1.1 menunjukkan persentase distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DI Yogyakarta menurut tiap sektor. Tabel 1.1 Persentase Distribusi PDRB DIY Menurut Sektor Industri
Sumber: BPS DIY Data pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran terhadap PDRB daerah DI Yogyakarta sebesar 19,79%. Sektor ini merupakan sektor yang memberikan kontribusi tertinggi untuk wilayah DI Yogyakarta. Hal ini tentunya menunjukkan pontensi yang dimiliki oleh sektor ini masih cukup tinggi. Pada penulisan rencana ini, penulis akan mengambil salah
2
satu sektor yang memberikan kontribusi paling tinggi untuk PDRB DI Yogyakarta, yaitu sektor restoran. 1.1.1. Lingkungan External Bisnis rumah makan atau restoran termasuk dalam salah satu industri makanan atau kuliner, pada saat ini industri makanan atau kuliner semakin menjanjikan. Pada skala nasional, hal ini dapat dilihat dari trend pertumbuhan industri kuliner yang selalu positif di tiap tahunnya, bahkan pada tahun 2012 menurut data Kementrian Perindustrian Republik Indonesia industri kuliner mengalami pertumbuhan sebesar 8%-10%, persentasi yang dibandingkan
pada
tahun
2011
yaitu
meningkat jika
sebesar
7%-8%
(http://www.kemenperin.go.id). Sejalan dengan pertumbuhan industri makanan atau kuliner yang semakin membaik, maka pertumbuhan rumah makan di Indonesia juga semakin banyak. Hal tersebut secara nyata dapat dilihat dari semakin banyaknya rumah makan atau resto yang berdiri di setiap tahunnya, selain dari pertumbuhan jumlah rumah makan atau resto dapat juga dilihat dari semakin banyaknya variasi makanan yang ditawarkan oleh setiap rumah makan atau resto tersebut, baik makanan tersebut merupakan makanan khas Indonesia maupun makanan yang mengadaptasi dari makanan khas negara lain. Kebiasaan untuk makan di retoran atau rumah makan memang sudah menjadi gaya hidup tersendiri bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi kalangan muda yang memang tidak memiliki waktu untuk masak sendiri dirumah maupun waktu untuk kembali kerumah disaat jeda istirahat makan siang. Faktor penunjang
3
lainnya adalah menurut Kurniawan, E (berita99.com, 2013) makan siang di luar dapat memberikan beberapa manfaat positif yaitu dapat bergerak yang baik bagi kesehatan, mencari udara segar untuk refreshing, dapat mengasup makanan yang membangkitkan energi, mengisi ulang energi, serta dapat menjadi salah satu sarana pergaulan. Di Indonesia sendiri sudah diketahui bahwa makanan khas di Indonesia sangatlah beragam dan memiliki cita rasa yang sangat unik untuk tiap jenis makanannya. Banyak makanan-makanan khas daerah di Indonesia yang memiliki cita rasa yang sangat unik seperti seperti rendang dari Sumatra barat, gudeg dari Yogyakarta, dan lain-lainnya. Seiring dengan perkembangannya sering muncul pertanyaan terhadap makanan-makanan khas Indonesia baik itu dari sisi kebersihan, cara penyajian, waktu pelayanan yang lama, maupun standar rasa yang ditawarkan. Hal ini muncul karena selama ini proses penyajian makananmakanan Indonesia masih sederhana dan memang tidak semua rumah makan menerapkan standar operasi yang sama. Selain makanan-makanan khas Indonesia pertumbuhan makanan cepat saji atau fast food juga mengikuti trend positif. Banyak muncul beberapa rumah makan fast food seperti KFC, McDonal’s dan lain-lainnya. Fast food sendiri memiliki arti makanan yang dapat disiapkan dan dilayankan dengan cepat. Sementara makanan apapun yang dapat disiapkan dengan segera dapat disebut makanan siap saji, biasanya istilah ini merujuk kepada makanan yang dijual di sebuah restoran atau toko dengan persiapan yang berkualitas rendah dan
4
dilayankan kepada pelanggan dalam sebuah bentuk paket untuk dibawa pergi (Kompas, 2012). Pada usaha rumah makan yang direncanakan ini menawarkan konsep rumah makan yang memiliki standard dan hanya memerlukan waktu yang singkat untuk pelayanannya, selain itu rumah makan ini tidak hanya menawarkan makanannya tetapi juga menawarkan fasilitas bagi para konsumennya. Akan tetapi mayoritas dari rumah makan fast food ini menawarkan jenis makanan yang tidak sehat atau dikenal dengan junk food. Junk food merupakan makanan kurang nutrisi (Nir-Nutrisi). Makanan nirnutrisi adalah istilah yang mendeskripsikan makanan yang tidak sehat atau memiliki sedikit kandungan nutrisi. Makanan nirnutrisi mengandung jumlah lemak yang besar (Kompas, 2012). Sisi inilah yang dapat menjadi salah satu kelemahan dari konsep rumah makan ini. Berangkat dari kedua hal tersebut dalam rencana bisnis ini penulis akan merancang sebuah rencana bisnis untuk menciptakan sebuah konsep rumah makan yang menyajikan beberapa makanan khas dari Indonesia tetapi dikemas dengan konsep fast food. Mengapa dipilih konsep fast food karena dengan penerapan konsep tersebut dapat menjawab semua kekurangan yang selama ini dimiliki oleh rumah makan-rumah makan biasa yang selama ini telah ada. Rumah makan yang akan dirancang akan memliki konsep seperti halnya rumah makan fast food , yaitu memliki standar yang sama untuk setiap outlet nya baik dari sisi cita rasa dan kebersihannya. Selain itu juga waktu yang diperlukan untuk penyajian relatif singkat jika bandingkan dengan rumah makan tradisional yang sudah ada saat ini. Sedangkan hal yang membedakan dari rumah makan fast food yang sudah ada
5
saat ini adalah menu yang ditawarkan. Menu yang ditawarkan bukanlah makanan yang berjenis junk food, akan tetapi lebih pada makan-makanan khas Indonesia yang memliki cita rasa yang sangat khas di setiap jenisnya. Perkembangan era saat ini menunjukkan bahwa suatu rumah makan tidak hanya memerlukan menu yang enak untuk dapat di sukai oleh konsumennya, akan tetapi sisi pelayanan dan kenyaman tempat sangatlah penting. Untuk kalangan muda rumah makan yang memiliki tempat yang nyaman pasti akan lebih dipilih jika dibandingkan dengan rumah makan yang memiliki tempat yang biasa-biasa saja. Beberapa keunggulan utama yang cukup menjanjikan bahwa konsep ini dapat diterima dengan baik oleh kalangan masyarakat adalah konsep ini menawarkan makanan Indonesia yang enak dan lebih sehat jika dibandingkan dengan rumah makan lainnya yang telah ada saat ini, menu makanan yang ditawarkan juga cukup variatif sehingga konsumen akan memiliki banyak pilihan makanan, konsep rumah makan yang modern, menjamin kualitas standar rasa, kualitas kebersihan makanannya, dan memiliki tempat yang yang bersih dan nyaman. Rencana bisnis ini memiliki konsep rumah makan yang dapat dikategorikan baru. Rencana bisnis ini memiliki konsep perpaduan antara rumah makan tradisional dan makanan modern, maka dari situlah pemain utama yang dengan konsep ini belum ada di Yogyakarta. Untuk analisis pesaing nantinya penulis akan mengambil pesaing dari kedua konsep yang ada saat ini, yaitu konsep tradisional dan modern yang memiliki target konsumen yang sama.
6
1. Sasaran Pasar Utama Sasaran pasar utama dalam rencana bisnis ini adalah para pelajar, mahasiswa, dan para kalangan muda lainnya yang menginginkan makanan tradisional Indonesia dan dikemas dengan penyajian yang modern serta memliki konsep rumah makan yang modern. 2. Kekuatan Kompetitif Kekuatan kompetitif merupakan faktor mendasar dan paling penting yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan, karena dengan kekuatan kompetitf inilah yang dapat menentukan perusahaan tersebut dapat bertahan atau berkelanjutan atau tidak. Rencana bisnis ini memiliki kekuatan kompetitf antara lain dari sisi makanan yang disajikan merupakan makanan tradisional khas Indonesia yang nantinya akan dikemas secara modern serta memiliki konsep outlet modern, sehingga dapat diterima oleh kalangan muda saat ini. 1.1.2. Lingkungan Internal 1. Status Kepemilikan Bisnis ini pada awalnya diterapkan dengan konsep kerja sama terlebih dahulu. Konsep kerja sama ini berupa pengumpulan modal usaha dari 3 orang terlebih dahulu dengan komposisi dua kepemilikan masing-masing sebesar 50% dan satu orang sebagai investor berupa lahan yang akan dibangun sebagai lokasi dari Rumah Makan Tradisonal Modern (RMTM).
7
2. Status Hukum Bisnis ini nantinya akan berupa kepemilikan pribadi yang terdiri dari 2 orang, oleh karena itu akan dibentuk badan usaha berupa CV atau Commanditaire Vennontschap. CV pada konsepnya merupakan permitraan yang terdiri dari satu atau lebih mitra biasa dan satu atau lebih mitra diam (Komanditer), yang secara pribadi bertanggung jawab untuk semua utang permitraan, dan bertanggung jawab hanya sebesar kontribusinya. Kehadiran mitra diam adalah ciri utama dari CV atau permitraan terbatas. (perusahaan.web.id) 3. Lokasi Perusahaan Lokasi yang dituju untuk penerapan bisnis ini adalah lokasi di daerah daerah kampus serta pusat keramaian. Pemilihan ini berdasarkan target utama konsumen merupakan para pelajar atau mahasiswa serta kalangan muda. 4. Fasilitas Setelah karakteristik lokasi ditetapkan, maka dimulai perencanaan fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh outlet. Fasilitas yang di rencanakan akan dimiliki antara lain dapur, tempat penyimpanan bahan baku, tempat penyimpanan makanan jadi, area parkir, tempat pemesanan dan membayar makanan, serta perencanaan posisi tiap meja makan yang sangat strategis. Selain fasilitas utama tersebut dibutuhkan juga fasilitas-fasilitas penunjang seperti smooking room, wifi, toilet, dan lain-lainnya. 1.2.
Rumusan Masalah Keberadaan rumah makan yang saat ini telah ada masih memiliki beberapa
kelemahan–kelemahan tersendiri, baik itu pada rumah makan tradisional maupun
8
pada rumah makan modern yang berkonsep fast food. Rumah makan tradisional masih memliki kelemahan segi kualitas dan kebersihan, sedangkan pada rumah makan modern kelemahan terdapat pada menu yang ditawarkan yang termasuk dalam menu-menu makanan tidak sehat (junk food). Penelitian ini berusaha menyediakan rencana bisnis untuk konsep rumah makan yang dapat memenuhi permasalahan tersebut. 1.3.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan suatu rencana bisnis yang
dapat menjadi acuan dalam menciptakan rumah makan yang memiliki konsep perpaduan antara rumah makan tradisional dan makanan modern yang telah ada saat ini.
9