BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas hidup sumber daya manusia yang prima. Untuk itu kita bertumpu pada generasi muda yang memerlukan asuhan dan perlindungan terhadap penyakit yang mungkin dapat menghambat tumbuh kembangnya menuju dewasa yang berkualitas tinggi guna meneruskan pembangunan nasional jangka panjang tersebut (Ranuh, 2008). Pembangunan kesehatan juga tidak terlepas dari komitmen Indonesia sebagai warga masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs). Dalam MDGs tersebut, kesehatan dapat dikatakan sebagai unsur dominan, karena dari delapan agenda MDGs lima diantaranya berkaitan langsung dengan kesehatan, dan tiga yang lain berkaitan secara tidak langsung. Lima agenda yang berkaitan langsung dengan kesehatan itu adalah Agenda ke 1 (Memberantas kemiskinan dan kelaparan), Agenda ke 4 (Menurunkan angka kematian anak),
Agenda ke 5 (Meningkatkan kesehatan ibu), Agenda ke 6
(Memerangi HIV dan AIDS, Malaria, dan penyakit lainnya), serta Agenda ke 7 (Melestarikan lingkungan hidup) (Kemenkes RI, 2010). Tingkat kesehatan suatu negara umumnya diukur dengan mortalitas (angka kematian). Hal ini memang tampak paradoks, namun secara administratif lebih mudah mencatat angka kematian dan penyebabnya dibandingkan morbiditas (angka kesakitan) yang lebih sulit untuk ditentukan, bahkan untuk beberapa penyakit, umumnya penyakit infeksi (Meadow & Newell, 2005). 1
Universitas Sumatera Utara
2
Angka Kematian Bayi (AKB) dapat didefinisikan sebagai banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA mempresentasikan peluang terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. AKB merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam rangka menurunkan AKB (Kemenkes RI, 2010). Sistem kesehatan nasional imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas. Penurunan insidens penyakit menular telah terjadi berpuluh-puluh tahun yang lampau di negara-negara maju yang telah melakukan imunisasi dengan teratur dengan cakupan luas. Demikian juga di Indonesia, dinyatakan bebas penyakit cacar tahun 1972 dan penurunan insidens beberapa penyakit menular secara mencolok terjadi sejak tahun 1985, terutama untuk penyakit difteria, tetanus, pertusis, campak dan polio (Ranuh, 2008). Seperti diketahui penyakit menular disebabkan oleh infeksi berbagai organisme maupun mikroorganisme di antaranya bakteri dan virus. Contoh penyakit menular yang disebabkan infeksi bakteri misalnya : difteri, pertusis, tuberkulosis, dan tetanus sedangkan yang disebabkan oleh virus misalnya : Hepatitis, polio, dan campak. Penyakit – penyakit di atas sebetulnya sudah dapat dicegah melalui
Universitas Sumatera Utara
3
imunisasi (Muchlastriningsih, 2005). Penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. Yang mencakup penyakit Difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, campak, polio, dan hepatitis B (Depkes RI, 2009). Berdasarkan laporan WHO memperkirakan bahwa terdapat angka kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa yang disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu campak 540.000 (38%), pneumonia 386.000 (27%), pertusis 294.000 (21%) dan tetanus 198.000 (14%) (Depkes RI, 2011). Cakupan imunisasi secara global ialah BCG 90%, DPT3 83%, Polio 84%, Hepatitis B 75% dan Campak 84% (Global Immunization Coverage, 2011). WHO dan UNICEF bekerja sama dengan mitra untuk mengembangkan Global Immunization Vision and Strategi (GIVS) untuk implementasi selama tahun 20062015. Tujuan GIVS ini adalah melindungi lebih banyak anak terhadap lebih banyak penyakit dengan mengembangkan pencapaian imunisasi untuk semua anak (Depkes RI, 2011). Cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia pada tahun 2011 telah mencapai 93,4%. Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia tentang penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) tahun 2011, target yang dicapai sekitar 89,7% untuk Sumatera Utara HB0 72,8%, BCG 95,6%, polio 4 89,7%, DPT/HB 96,5%, DPT/HB2 85,6%, DPT/HB3 92,9%, campak 92,8% (Depkes RI, 2011). Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan kuasa penuh terhadap cakupan atas imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11
Universitas Sumatera Utara
4
bulan). Desa UCI merupakan gambaran desa/kelurahan dengan = 80% atau lebih jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Standar pelayanan minimal menetapkan target 100% desa/kelurahan UCI pada tahun 2014 untuk setiap kabupaten/kota (Depkes RI, 2011). Berdasarkan angka Provinsi Sumatera Utara, pencapaian UCI tingkat desa/kelurahan selama empat tahun terakhir mengalami penurunan yaitu 70,67% tahun 2008 menurun menjadi 69,42% di tahun 2009 menurun menjadi 69,26% di tahun 2010 dan pada tahun 2011 menjadi 52,53%, hasil ini belum mencapai target yang ditetapkan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 yaitu sebesar 80% dari seluruh kabupaten/kota yang dipantau. Di Sumatera Utara tahun 2008 hanya 3 kabupaten/kota yang memenuhi target nasional sebesar 100% yaitu Toba Samosir, Karo dan Sibolga. Rendahnya cakupan ini dapat menjadi faktor predisposisi KLB PD3I di Sumatera Utara sehingga upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya KLB PD3I ini adalah dengan meningkatkan cakupan imunisasi sampai dengan diatas 95% (Depkes RI, 2011). Walaupun secara nasional cakupan imunisasi telah memberikan kontribusi yang bermakna terhadap penurunan angka kematian bayi, namun dari hasil pendataan di kabupaten Langkat diperoleh data imunisasi BCG 72,72%, DPT/HB1 75,57%, DPT/HB2 64,62%, DPT/HB3 66,87 %, Polio4 68,92 % dan Campak 63,59 %. Hal ini belum mencapai target yang diinginkan yaitu 90% (Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, 2008). Kabupaten Langkat terdiri dari 22 Kecamatan dengan 29 Puskesmas. Puskesmas Secanggang termasuk salah satu puskesmas yang ada di kabupaten
Universitas Sumatera Utara
5
Langkat yang berjarak 23 km dari Kota Stabat dengan jarak tempuh sekitar 45 menit. Desa Secanggang sebelah Utara berbatasan dengan Jaring Halus, sebelah Timur berbatasan dengan desa Selotong, sebelah Selatan berbatasan dengan desa Telaga Jernih dan sebelah Barat berbatasan dengan desa Tanjung Ibus.
Wilayah kerja
Puskesmas Secanggang terdiri dari 3 desa yaitu desa Secanggang, desa Selotong dan desa Jaring Halus. Desa Secanggang memiliki balita sejumlah 407 balita, desa Selotong memiliki 318 balita dan desa Jaring Halus memiliki 358 balita. Desa Secanggang terdiri dari 13 dusun yaitu dusun 1 (Parit Pompa), dusun 2 (Simpang Trans), dusun 3 (Kota Lama II), dusun 4 (Hulu Dalam), dusun 5 (Jalan Selotong), dusun 6 (Jalan Mesjid), dusun 7 (Hilir), dusun 8 (Kehutanan), dusun 9 (Pekan), dusun 10 (Hulu Tengah), dusun 11 (Tanah Tinggi), dusun 12 (Karya Baru) dan dusun 13 (Parit Dondong). Keberhasilan program imunisasi dapat dilihat dari cakupan pencapaian Universal Child Immunization (UCI) yang merupakan gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) di Kecamatan Secanggang tahun 2011 sebesar 78,47%. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan imunisasi di Kecamatan Secanggang masih berada di bawah target yang diinginkan yaitu 100% (Laporan Kecamatan Secanggang, 2011). Laporan tahunan cakupan imunisasi balita di desa Secanggang tahun 2011 dari 13 dusun terdapat 407 sasaran balita dengan cakupan imunisasi untuk BCG 87,50%, DPT1/HB1 82,20%, DPT3/HB3 79,88%, Polio3 80,82% dan Campak 82,00%. Data cakupan imunisasi dasar di desa Secanggang termasuk lebih rendah di
Universitas Sumatera Utara
6
banding desa Selotong dan desa Jaring Halus yang berada pada 1 wilayah kerja Puskesmas Secanggang. Dimana cakupan imunisasi untuk desa Selotong yaitu BCG 91,40%, DPT1/HB1 90,27%, DPT3/HB3 93,5%, Polio3 94,44% dan Campak 93,50% serta cakupan imunisasi untuk desa Jaring Halus yaitu BCG 95,34%, DPT1/HB1 94,42%, DPT3/HB3 96,57%, Polio3 96,28% dan Campak 97,41%. Berdasarkan target UCI secara nasional untuk tahun 2014 adalah 100% Desa/Kelurahan (Depkes 2010) dapat dilihat pencapaian target UCI di desa Secanggang masih 83% yaitu < 90% dengan demikian dapat disimpulkan bahwa target UCI di desa Secanggang belum tercapai. Di samping masalah itu juga di desa Secanggang masih terdapat kasus campak sebanyak 2 kasus dan kasus tetanus yaitu 1 kasus tetanus. Hal ini jelas menjadi masalah yang mana seharusnya setiap anak sudah harus bebas dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Laporan Puskesmas Secanggang, 2011). Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting, karena orang terdekat dengan bayi dan anak adalah ibu. Demikian juga tentang pengetahuan, kepercayaan dan perilaku kesehatan ibu. Pengetahuan, kepercayaan dan perilaku kesehatan seorang ibu akan mempengaruhi kepatuhan pemberian imunisasi dasar pada bayi dan anak, sehingga dapat mempengaruhi status imunisainya. Masalah pengertian, pemahaman dan kepatuhan ibu dalam program imunisasi bayinya tidak akan menjadi halangan besar jika pendidikan dan pengetahuan yang memadai tentang hal itu diberikan (Anonim, 2010). Menurut Defianti dalam Elisa (2007) di Kecamatan Medan Sunggal menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan dan peran serta ibu dalam
Universitas Sumatera Utara
7
kelengkapan pemberian imunisasi. Hasil Penelitian Kamidah dan Satrinawati dalam Maryani (2009) di Yogyakarta menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu terhadap imunisasi bayinya. Menurut Ningrum dalam Maryani (2009) di Kabupaten Boyolali menyatakan bahwa tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh positif terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Menurut penelitian Ali (2002), didapatkan bahwa usia ibu berhubungan dengan pengetahuan dan perilaku mereka terhadap imunisasi. Dari uraian tersebut peneliti tertarik ingin meneliti “Gambaran faktor – faktor yang memengaruhi tindakan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dan tidak lengkap pada balita (12 bulan) di Desa Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat tahun 2013”. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi perumusan masalah bagaimanakah gambaran faktor predisposing (variabel demografi/karakteristik : umur, pendidikan dan pekerjaan, pengetahuan dan sikap), faktor pendukung (ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan jarak ke sarana pelayanan kesehatan) dan faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga) ibu terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dan tidak lengkap pada balita (12 bulan) di Desa Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
8
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran faktor – faktor (faktor predisposisi : umur, umur, pendidikan dan pekerjaan, pengetahuan dan sikap, faktor pendukung : ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan jarak ke sarana pelayanan kesehatan, dan faktor pendorong : dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga) yang memengaruhi tindakan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dan tidak lengkap pada balita (12 bulan) di Desa Secanggang, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat Tahun 2013. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk
mengetahui
gambaran
faktor
predisposisi
(variabel
demografi/karakteristik : umur, pendidikan dan pekerjaan, pengetahuan dan sikap) ibu terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dan tidak lengkap pada balita. 2. Untuk mengetahui gambaran faktor pendukung (ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan jarak ke sarana pelayanan kesehatan) terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dan tidak lengkap pada balita. 3. Untuk mengetahui gambaran faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga) terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dan tidak lengkap pada balita. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan kepada pemegang program imunisasi di desa Secanggang dan Puskesmas Secanggang.
Universitas Sumatera Utara
9
2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk penelitian selanjutnya dalam pengembangan penelitian tentang pemberian imunisasi dasar lengkap. 3. Dapat menambah wawasan dan kesempatan penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di FKM USU.
Universitas Sumatera Utara