1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sasaran jangka panjang pembangunan nasional Indonesia adalah pembangunan manusia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia yang meliputi segala kehidupan bangsa, termasuk kehidupan beragama. Bangsa Indonesia berwatak sosialistik religius bercita-cita meraih kehidupan yang seimbang, serasi dan selaras antara kehidupan batiniah mental spiritual dengan kehidupan lahiriyah fisik material, dimana nilai-nilai keagamaan menjadi dasar atas sumber motivasinya. Tuntutan agama Islam pada khususnya sejak awal penyebaran di dunia ini telah mengajak dan mendorong umat manusia agar bekerja keras mencari kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat secara bersama-sama. Pendidikan merupakan proses sekaligus sistem yang bermuara pada pencapaian tujuan tertentu yang dinilai dan diyakini sebagai paling ideal bagi bangsa Indonesia. Tujuan ideal yang hendak dicapai lewat proses dan system pendidikan nasional adalah sebagaimana yang dituangkan di dalam Undangundang tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam UU No.20 tahun 2002/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Bab II Pasal 2 yang berbunyi : Tujuan Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah : ”Bertujuan untuk berkembangnya potensi
1
2
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1 bahwa pendidikan agama Islam merupakan subsistem pendidikan nasional. Dalam implementasi di sekolah, masalah peningkatan kualitas pendidikan agama Islam juga sering dirasakan serta dikeluhkan oleh lembaga pendidikan formal bahwa kualitasnya belum sesuai dengan tujuan pendidikan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Sisdiknas. Karena posisinya sebagai subsistem, kadangkala pendidikan agama Islam, hanya diposisikan sebagai suplemen. Mengingat bahwa secara filosofis pendidikan agama Islam merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional, bahkan secara sosiologis pendidikan Islam merupakan aset nasional, maka posisi pendidikan agama Islam sebagai subsistem pendidikan nasional bukan sekedar berfungsi sebagai suplemen, tetapi sebagai komponen substansial. Artinya, Pendidikan Agama Islam merupakan komponen yang sangat menentukan perjalanan pendidikan nasional. Keberhasilan pendidikan agama Islam berarti keberhasilan pendidikan nasional, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, pendidikan nasional sebagai sebuah sistem, tidak mungkin melepaskan diri dari Pendidikan Agama Islam. Sebagaimana persoalan kualitas pendidikan, dalam membicarakan masalah kualitas Pendidikan Agama Islam erat kaitannya dengan kualitas proses dan kualitas hasil belajar mengajar. Kualitas proses belajar mengajar
1
Sisdiknas (bandung: Citra Umbara, 2003), 6.
3
ditentukan oleh banyak faktor, antara lain faktor siswa, guru, ketetapan pemilihan materi, metode, media fasilitas pendidikan, lingkungan dan lainlain. Faktor-faktor tersebut dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, merupakan permasalahan yang sangat perlu mendapat perhatian. Artinya, upaya perbaikan dalam kualitas pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah. Perbaikan seharusnya dilakukan secara menyeluruh. Upaya perbaikan kualitas pembelajaran secara menyeluruh bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dilakukan, akan tetapi membutuhkan upaya yang maksimal dari para pelaku pembelajaran. Sebab itu unsur yang paling penting dan strategis untuk diupayakan dapat mengubah dari semua sistem pendidikan itu adalah unsur guru, karena dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan penting yang sangat sentral dalam keberhasilan proses pendidikan. Selain itu dalam hal ini berbagai unsur pendidikan akan saling mendukung termasuk teknis pembelajaran keagamaan. Begitu pula yang terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Ponorogo dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam disitu juga perlu diperhatikan. Mengingat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Ponorogo merupakan sekolah umum yang dalam pembelajaran agamanya masih minim, maka dari itu untuk mengetahui dengan jelas tentang bagaimana proses pembelajaran agama Islam di SMK Negeri 1 Ponorogo. Adapun seperti apa, faktor penghambat dan pendukung dalam pembelajaran, serta upaya guru dalam meningkatkan kualitas belajar di SMK Negeri 1 Ponorogo.
4
Dari penjelasan di atas, maka diperlukan berbagai upaya yang harus dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PAI dari peserta didik di SMK Negeri 1 Ponorogo. Untuk memperoleh jawaban tersebut maka peneliti ingin mengkaji mendalam tentang bagaimana upaya guru PAI dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Adakah faktor-faktor penghambat upaya guru dalam masalah peningkatan kualitas pembelajaran di SMK Negeri 1 Ponorogo. Dari penjelasan di atas, maka diperlukan berbagai upaya yang harus dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PAI dari peserta didik. Untuk memperoleh jawaban tersebut maka peneliti ingin mengkaji mendalam tentang bagaimana upaya guru PAI dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Adakah faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam masalah peningkatan kualitas pembelajaran. Berangkat dari jalan pemikiran di atas maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Upaya Guru Agama Dalam Meningkatkan Kualitas Belajar Pendidikan Agama Islam Kelas X RPL Di SMKN 1 Ponorogo”
B. Identifikasi Masalah Untuk menghindari penafsiran yang keliru dan supaya lebih jelas mengenal judul di atas yaitu : “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas X RPL di SMKN 1 Ponorogo.” Maka penulis perlu
5
memberikan penegasan tentang istilah yang terkandung dalam judul di atas, sebagai berikut. 1.Upaya Guru Agama Upaya menurut arti bahasa adalah suatu kegiatan dengan mengerahkan tenaga dan pikiran untuk mencapai suatu maksud pekerjaan atau perbuatan berarti usaha-usaha atau ikhtiar. Sedangkan yang dimaksud upaya dalam judul ini berarti mengerahkan tenaga dan pikiran untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi atau lebih maju. Guru agama dapat digolongkan dalam dua klasifikasi yaitu : a. Pengertian guru agama secara umum: Guru agama adalah seorang yang telah mengkhususkan dirinya untuk melakukan kegiatan menyampaikan ajaran agama kepada seseorang, kelompok atau kelas.2 b. Pengertian guru agama secara khusus : Guru agama adalah warga negara Republik Indonesia yang diangkat oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai negeri dengan diberi tugas mendidik melalui ajaran agama.3
2.Meningkatkan kualitas belajar. Meningkatkan berasal, dari kata ”tingkat” mendapat awalan ”Me” dan
akhiran
”Kan”.
Meningkatkan
berarti
menaikkan
derajat,
mempertinggi, atau memperhebat. 2
Depag RI. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada SMTA (Jakarta: CV Multiyasa, 1985), 40. 3 Ibid., 45.
6
Meningkatkan dalam judul ini berarti menaikkan derajat atau mempertinggi pendidikan dan agar pendidikan yang telah berjalan bisa lebih baik dan lebih berkualitas. a. Kualitas
adalah
tingkat
baik
buruknya
sesuatu,
bermutu.4
membandingkan antara pembelajaran yang telah lalu dengan pembelajaran yang sekarang apakah terdapat peningkatan atau bahkan semakin menurun. b. Belajar adalah berusaha supaya memperoleh kepandaian (ilmu) dan sebagainya dengan menghafal melatih diri dan sebagainya.
3.Pendidikan Agama Islam. Ada beberapa pengertian pendidikan agama Islam di antaranya: a. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran yang berupa bimbingan dan usaha terhadap anak didik agar nantinya selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya, demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat.5 b. Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta anak didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan 4 5
Oemar Hamalik, Media Pendidikan (Bandung: Alumni, 1986), 98. Zakia Darajat, et, all, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara. 2002), 86.
7
dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Dari beberapa pengertian pendidikan agama Islam itu dapat diambil pengertian secara bebas bahwa pendidikan agama Islam adalah bimbingan secara sadar dan terus menerus untuk membentuk ke arah tercapainya tujuan utama yaitu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya, sehingga terbentuklah kepribadian muslim yang menyangkut semua aspeknya yakni baik tingkah lakunya,
kegiatan-kegiatan
jiwanya
maupun
falsafahnya
dan
kepercayaannya menunjukkan pengabdian dan penyerahan diri kepada Allah SWT. Yang dimaksud judul di atas yaitu ”Upaya Guru Agama Dalam Meningkatkan Kualitas Belajar Pendidikan Agama Islam Kelas X RPL Di SMK Negeri 1 Ponorogo” adalah usaha Guru Agama dalam proses meningkatkan kualitas pendidikan baik secara moril maupun materiil. Agar pendidikan agama Islam semakin meningkat menuju derajat yang lebih tinggi atau lebih maju.
C. Fokus Penelitian Batasan masalah berfungsi untuk membatasi studi, menghindari melebarnya kajian dalam penelitian ini. Pada penelitian ini difokuskan pada upaya guru dalam meningkatkan kualitas belajar Pendidikan Agama
8
Islam. Masalah upaya guru agama Islam dalam meningkatkan kualitas belajar Pendidikan Agama Islam ini akan menjadi masalah pokok dan penulis akan mencoba meneliti bagaimana kualitas belajar siswa kelas X RPL di SMK Negeri 1 Ponorogo khususnya di bidang Pendidikan Agama Islam.
D. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut di atas maka masalah yang akan menjadi obyek penelitian dan menjadi bahan pembahasan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana kegiatan pembelajaran PAI siswa kelas X RPL di SMKN 1 Ponorogo? 2. Bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas belajar PAI siswa kelas X RPL SMKN 1 Ponorogo? 3. Apa faktor penghambat serta pendukung yang ditemui guru dalam upaya meningkatkan kualitas belajar mengajar PAI siswa kelas X RPL di SMKN 1 Ponorogo?
E. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya guru PAI SMKN 1 Ponorogo. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk menjelaskan tentang : 1. Proses pembelajaran PAI kelas X RPL SMKN 1 Ponorogo.
9
2. Upaya-upaya yang dilakukan guru PAI dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI Kelas X RPL SMKN 1 Ponorogo. 3. Faktor-faktor yang menjadi penghambat serta pendukung dalam peningkatan kualitas pembelajaran
PAI
Kelas X RPL SMKN 1
Ponorogo.
F. Kegunaan Penelitian Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan peranan, fungsi kompetensi dan profesionalisme guru PAI SMKN 1 Ponorogo dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI, sehingga anak didik memiliki pengetahuan yang sesuai dengan tingkatan perkembangannya dan memiliki standar kemampuan yang dapat diakui secara profesional oleh seluruh masyarakat. Sedangkan secara praktis temuan penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk pemerintah, baik di pusat, maupun di daerah dalam rangka: 1. Mengembangkan dan merumuskan kebijakan agar dapat meningkatkan peranan, fungsi, kompetensi guru-guru PAI, sehingga memiliki standar secara profesional. 2. Memberi kesempatan lebih luas pada guru dalam meningkatkan proses belajar mengajar yang lebih berkualitas.
10
G. Metode Penelitian Yang dimaksud metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi.6
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian. Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif, dan makna merupakan hal yang esensial.7 Dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi analisis, yaitu suatu deskripsi intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan sosial seperti individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Studi analisis dapat digunakan secara tepat dalam banyak bidang. Di samping itu merupakan penyelidikan secara rinci satu setting, satu subyek tunggal, satu kumpulan dokumen atau satu kejadian tertentu dan kemudian dianalisis menggunakan teori-teori tertentu.
6
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1999), 3. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat dialami. Lihat dalam Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000), 3. 7
11
2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.8 Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci,
partisipan penuh sekaligus
pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. 3. Lokasi Penelitian Tempat penelitian dilakukan di SMKN 1 Ponorogo untuk melakukan penelitian tentang upaya guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI oleh guru agama di SMKN 1 Ponorogo. 4. Sumber Data Sumber data penelitian ini adalah semua data atau informasi yang diperoleh dari para informan (guru agama) yang dianggap paling mengetahui secara rinci dan jelas mengenai fokus penelitian yang diteliti/diperoleh dari kepala sekolah. Dalam penelitian ini akan mengeksplorasikan jenis data kualitatif yang terkait dengan masingmasing fokus penelitian yang sedang diamati. Yakni tentang upaya guru agama dalam meningkatkan kualitas belajar siswa kelas X RPL khususnya jurusan rekayasa perangkat lunak di SMK Negeri 1 Ponorogo. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah guru agama Islam, serta siswa-siswi serta kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan 8
Pengamatan berperan serta adalah sebagai penelitian yang bercirikan interaksi-sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek. Dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan catatan tersebut berlaku tanpa gangguan. Lihat dalam Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 117.
12
seperti dokumen dan lainnya. Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama, sedangkan sumber data tertulis, foto dan statistik, adalah sebagai sumber data tambahan.9 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan diobservasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlangsung dan di samping itu untuk melengkapi data, diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek). a. Teknik Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud digunakannya wawancara antara lain adalah (a) mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain; (b) merekonstruksi kebulatankebulatan
demikian
sebagai
yang
dialami
masa
lalu;
(c)
memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; (d) memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain baik manusia maupun bukan manusia; dan (e) memverifikasi, 9
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 112.
13
mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.10 Teknik wawancara ada bermacam-macam jenisnya, diantaranya adalah (a) wawancara pembicaraan informal; (b) pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara; dan (c) wawancara buku terbuka.11 Di samping itu juga ada macam-macam wawancara yang lain, di antaranya adalah (a) wawancara oleh tim atau panel, (b) wawancara tertutup dan wawancara terbuka; (c) wawancara riwayat secara lisan. Sedangkan dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah (a) wawancara mendalam, artinya peneliti mengajukan
beberapa
berhubungan
dengan
pertanyaan fokus
secara
permasalahan,
mendalam sehingga
yang dengan
wawancara mendalam ini data-data bisa terkumpulkan semaksimal mungkin; (b) wawancara terbuka, artinya bahwa dalam penelitian ini para subyeknya mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara itu; (c) wawancara tersetruktur, artinya bahwa dalam penelitian ini, peneliti atau pewancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Dalam penulisan penelitian ini penulis melakukan interview dengan kepala sekolah, guru agama dan sumber-sumber lain yang memungkinkan dapat memberikan informasi tentang semua data 10
Ibid., 135. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 135. 11
14
yang ada di SMK Negeri 1 Ponorogo. Adapun wawancara dalam penelitian ini ditujukan guna memperoleh data tentang : 1) Sejarah singkat berdirinya SMK Negeri 1 Ponorogo 2) Kualitas belajar pendidikan agama Islam 3) Upaya-upaya guru agama dalam meningkatkan kualitas belajar pendidikan agama Islam. b. Teknik Observasi Observasi partisipan yaitu suatu observasi dengan orang yang melakukan pengamatan berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan orang yang diobservasi.12 Atau suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh observan dengan ikut ambil bagian dalam kehidupan orang–orang yang diobsevasi. Dalam penelitian ini observasi partisipan dilakukan dengan tujuan untuk mengamati peristiwa
yang
dialami
oleh
subyek
dan
mengembangkan
pemahaman terhadap konteks sosial yang kompleks, serta untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan rumusan masalah tersebut di atas13 Hasil observasi dalam penelitian ini, dicatat dalam Catatan Lapangan (CL), sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
mengandalkan
pengamatan
dan
wawancara
dalam
12 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, Suatu Tinjauan Dasar (Surabaya: Penerbit SIC, 1991), 79. 13 Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelelitian Pendidikan Untuk IAIN dan PTAIS Semua Fakultas dan Jurusan, Komponen MKK (Bandung: Pustaka Setia, ), 123.
15
pengumpulan data di lapangan. Pada waktu di lapangan dia membuat “catatan”, setelah pulang
ke rumah atau tempat tinggal barulah
menyusun “catatan lapangan”. 14 Dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, jantungnya adalah catatan lapangan. Catatan lapangan pada penelitian ini bersifat deskriptif. Artinya bahwa catatan lapangan ini berisi gambaran
tentang
latar
pengamatan,
orang,
tindakan
dan
pembicaraan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan fokus penelitian. Dan bagian deskripitif tersebut berisi beberapa hal, diantaranya adalah gambaran diri fisik, rekonstruksi dialog, deskripsi latar fisik, catatan tantang peristiwa khusus, gambaran kegiatan dan perilaku pengamat.15 Format rekaman hasil observasi (pengamatan) catatan lapangan dalam penelitian ini menggunakan format rekaman hasil observasi. c. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. “Rekaman” sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenuhi
14
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 153-154. 15 Ibid., 156.
16
accounting.16 Sedangkan “dokumen” digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti surat-surat, buku harian, catatan khusus, fotofoto, dan sebagainya. Teknik dokumentasi ini sengaja digunakan dalam penelitian ini, mengingat (1) sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari konsumsi waktu; (2) rekaman dan dokumen merupakan sumber
informasi
yang
stabil,
baik
keakuratannya
dalam
merefleksikan situasi yang terjadi dimasa lampau, maupun dapat dan dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan; (3) rekaman dan dokumen
merupakan
sumber
informasi
yang
kaya,
secara
konstektual relevan dan mendasar dalam konteknya; (4) sumber ini sering merupakan pernyataan yang legal yang dapat memenuhi akuntabilitas. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini, dicatat dalam format transkip dokumentasi.
6. Analisis Data Setelah data terkumpul, maka data yang ada dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
16
Sugijono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2006), 329.
17
a. Data Reduction (Reduksi Data) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.17 Berkaitan dengan tema ini, setelah data-data terkumpul yang berkaitan dengan masalah pembelajaran PAI di pilih yang penting dan difokuskan pada pokok permasalahan. b. Data Display (Penyajian Data) Setelah
data
direduksi,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
mendisplaykan data. Penyajian data adalah menguraikan data dengan teks yang bersifat naratif dengan menyajikan data ini tujuannya adalah memudahkan pemahaman terhadap apa yang di teliti dan bisa segera di lanjutkan penelitian ini berdasarkan penyajian yang telah di fahami. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi. c. Conclusion Drawing (Verification) Langkah ketiga yaitu mengambil kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian ini mengungkap temuan berupa hasil deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih kurang jelas dan apa adanya kemudian diteliti menjadi lebih jelas dan di ambil kesimpulan. Kesimpulan ini untuk menjawab rumusan masalah yang di rumuskan di awal.
17
Ibid., 29.
18
7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas),18 Derajat kepercayaan keabsahan data (kredebilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik (1) pengamatan yang tekun, dan triangulasi. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara : (a) mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap kegiatan pembelajaran PAI kelas X RPL di SMKN 1 Ponorogo, kemudian (b) menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah difahami. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.19 Dalam penelitian ini, dalam hal ini digunakan teknik triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu 18
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), 171. 19
Ibid., 178.
19
dapat dicapai peneliti dengan jalan (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (c) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 8. Tahapan-tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah: a. Tahap pra lapangan, yang meliputi : menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi : memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperanserta sambil mengumpulkan data c. Tahap analisis data, yang meliputi : analisis selama dan setelah pengumpulan data
20
d. Tahap penulisan hasil laporan penelitian
H. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan merupakan upaya untuk menjadikan skripsi ini sebagai suatu kesatuan yang kronologis dan sistematis. Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini maka penulis mengorganisasikan sistematika pembahasan sebagai berikut : Bab I :
Pendahuluan. Dalam bab ini penulis mengetengahkan beberapa hal yang sifatnya mendasar guna dijadikan dasar acuhan bagi kajiankajian dalam bab berikutnya. Sekaligus bahan arahan dalam memahami alur pikir bagi penulis. Hal-hal tersebut yaitu latar belakang
masalah,
penegasan
istilah,
rumusan
masalah,
pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian, teknik analisis data dan sistematika pembahasan. Bab II : Upaya Guru Agama dalam meningkatkan kualitas belajar PAI. Dalam bab ini akan dibahas mengenai: Kualitas Pembelajaran yang berkaitan dengan pengertian, sistem pendekatan, dan faktor yang menjadi penghambat. Selain itu, dibahas juga konsepsi guru PAI yang terkait dengan kompetensi dan profesionalisme guru serta upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas belajar. Bab III :
Paparan/Data. Dalam bab ini penulis akan mengungkapkan tentang keadaan umum (data umum) daerah penelitian, antara lain: sejarah singkat berdirinya, letak geografi, struktur organisasi, keadaan peserta didik, sarana dan prasarana, guru atau pengajar dan
21
aktivitas-aktivitas di kelas X RPL khususnya jurusan rekayasa perangkat lunak di SMKN 1 Ponorogo. Selain itu juga dibahas data khusus, yang meliputi: proses pembelajaran siswa kelas X RPL SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun ajaran 2008/2009, kegiatan keagamaan yang dilakukan siswa, upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas belajar PAI kelas X RPL SMK Negeri 1 Ponorogo, dan faktor penghambat serta pendukung dalam meningkatkan kualitas belajar PAI kelas X RPL SMK Negeri 1 Ponorogo. Bab IV : Analisis Data. Upaya Guru Agama dalam meningkatkan kualitas belajar pendidikan agama Islam di SMK Negeri 1 Ponorogo Dalam bab ini merupakan inti dari pembahasan yang mengungkapkan tentang penyajian analisis dan interprestasi data sesuai rumusan masalah yang telah ditetapkan serta aplikasi di lapangan. Bab V :
Penutup. Bab ini merupakan akhir dari pembahasan yang mengungkapkan kesimpulan penelitian dan saran-saran yang relevan dengan hasil penelitian.
22
BAB II Proses pembelajaran Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Belajar PAI A. Teori Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran mempunyai banyak definisi. Secara psikologi pembelajaran berkaitan dengan pengertian belajar itu sendiri. Banyak definisi belajar bisa kita temukan dalam berbagai literatur, tetapi karena pengertian belajar sekedar untuk dasar perumusan pengertian psikologi pembelajaran. Sehingga pembelajaran merupakan proses pencarian ilmu. Surya menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.20 Slameto dan Ali menyatakan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.21 Pembelajaran itu sendiri merupakan suatu upaya membelajarkan atau suatu upaya mengarahkan aktivitas siswa kearah aktivitas belajar. Di
20
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 8. 21 Ibid., 8.
22
23
dalam proses pembelajaran, terkandung dua aktivitas sekaligus, yaitu aktivitas mengajar (Guru) dan aktivitas belajar (Siswa). Proses pembelajaran merupakan proses interaksi, yaitu interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.22 Menurut badan UNESCO merumuskan empat pilar belajar dalam bukunya Nana Syaodih Sukmadinata, “Landasan Psikologi Proses Pendidikan”. Yaitu: a. Belajar mengetahui (learning to know) Belajar menguasai pengetahuan dan menggunakan pengetahuan. b. Belajar berkarya (learning to do) Belajar menguasai ketrapilan-ketrampilan, terutama ketrampilan kerja. c. Belajar hidup bersama (learning to live together) Belajar membina hubungan dan kerja sama dengan berbagai lapisan orang. d. Belajar berkembang utuh (learning to be) Belajar mengembangkan seluruh aspek kepribadian sehingga membentuk kepribadian utuh.23 Dari empat pilar tersebut memberikan penjelasan bahwa belajar mempunyai 22
tujuan
agar
seorang
pembelajar
mampu
menguasai
Ibid., 9. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosydakarya, 2005), 201-203. 23
24
pengetahuan, ketrampilan yang paling utama dalam dunia kerja dan membina kerjasama dengan berbagai lapisan untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian sehingga tercipta kepribadian secara utuh. Proses pembelajaran merupakan situasi psikologis, dimana banyak ditemukan
aspek-aspek
psikologis
ketika
proses
pembelajaran
berlangsung. Oleh karena proses pembelajaran merupakan situasi psikologis, maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman tentang psikologis guna memecahkan berbagai persoalan psikologis yang muncul dalam proses pembelajaran.24 Menurut beberapa ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiran tentang “belajar” dalam uraian berikut ini diperkenalkan beberapa rumusan tentang belajar guna melengkapi dan memperluas pandangan. 1)
Belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
2)
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
3)
Belajar dalam arti yang luas adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi, atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi.
24
Ibid., 9.
25
4)
Belajar selalu menunjukkan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.25 Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu terdapat makna lain dari pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik. sedangkan belajar sendiri memiliki arti sebagai berikut, belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. 2. Pendekatan Sistem dalam Pembelajaran Pendekatan merupakan terjemahan dari kata "approach" dalam bahasa inggris diartika dengan come near (menghampiri) go to (jalan ke) dan way path dengan (arti jalan) dalam pengertian ini dapat dikatakan bahwa approach adalah cara menghampiri atau mendatangi sesuatu. HM. Chabib Thaha, mendefinisikan pendekatan adalah cara memprosesan subyek atas objek untuk mencapai tujuan. Selain itu pendekatan juga bisa berarti cara pandang terhadap sebuah obyek persoalan, dimana cara pandang itu adalah cara pandang dalam konteks yang lebih luas.26
25
Tabrani, Atang Kusdinar, Zainal Arifin, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1989), 7- 9. 26 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, Cet. Kelima, 2006), 169.
26
Lawson dalam konteks belajar, mendefinisikan pendekatan adalah segala cara atau strategi yang digunakan peserta didik untuk menunjang keefektifan, keefisienan dalam proses pembelajaran materi tertentu.27 Jadi pendekatan adalah sebuah proses atau cara untuk mencapai sebuah tujuan dalam pembelajaran di suatu lembaga pendidikan. Disini ada beberapa pendekatan dalam proses pembelajaran yang dapat digunakan dalam pendidikan Islam antara lain: a. Pendekatan pengalaman Pendekatan
pengalaman
yaitu
pemberian
pengalaman
keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan baik secara individual maupun kelompok. b. Pendekatan pembiasan Pendekatan pembiasan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi.28 c. Pendekatan emosional Pendekatan emosional ialah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam menyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan yang buruk.29
27
Ibid., 169. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), 70. 29 Ibid., 73. 28
27
d. Pendekatan rasional Pendekatan rasional adalah suatu pendekatan mempergunakan rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah.30 e. Pendekatan fungsional Pendekatan fungsional adalah usaha memberikan materi agama menekankan kepada segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengfan tingkat perkembangannya.31 f. Pendekatan keteladanan Pendekatan keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan, baik yang langsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara personal sekolah, perilaku pendidikan dan tenaga pendidikan lain yang mencerminkan akhlak terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan. g. Pendekatan terpadu Pendekatan terpadu pendekatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran
dengan
memadukan
secara
serentak
beberapa
pendekatan. Di dalam menganalisis sasaran pendidikan Islam secara ilmiah, diperlukan system pendekatan, orientasi dan model yang sejalan dengan karakteristik (ciri-ciri) sasaran yang hendak didiskripsikan dan dijelaskan. 30
Departemen Agama RI, Kurikulum Madrasah Aliyah (GBPP) Mata Pelajaran Aqidah Ahlak, loc.cit (Jakarta: 1998), 14. 31 Ibid., 3.
28
Untuk menyatakan pengertian kita tentang proses analisis tersebut disini perlu kita sepakati pembatasan pengertian terminologis berbagai kaidah yang berlaku dalam dunia ilmu pengetahuan yang relevan dengan pendidikan sebagai disiplin ilmu.32 a. System
adalah
suatu
keseluruhan
yang
bulat
yang
sendiri
(independent) atau bekerja bersama-sama untuk mencapai hasil atau tujuan yang diinginkan berdasarkan kebutuhan (system is the sum total of parts working independenlty or working together to achieve required results or autcomes based on needs). b. Sistem pendekatan adalah suatu proses untuk mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan,
menyeleksi
problema-problema,
memilih
alternatif-alternatif pemecahan, mendapatkan metoda-metoda dan alatalat serta mengimplementasikannya, hasil-hasilnya dievaluasi, serta melakukan revisi yang diperlukan terhadap sebagian atau seluruh sistem yang telah diciptakan sehingga kebutuhan-kebutuhan dapat dipenuhi dengan sebaik mungkin, (sehingga kebutuhan-kebutuhan itu tidak ada lagi).33 c. Orientasi adalah suatu penetapan atau perasaan tentang posisi seseorang dalam kaitannya dengan lingkungan atau dengan orang tertentu atau sesuatu yang khusus atau lapangan pengetahuan tertentu (Orientation is a determinan or sence of on's position with relation to
32
Nur Uhbiyahti, Ilmu Pendidikan Islam II (Bandung: CV Setia Pustaka,1997), 154. Roger, A Kaufman, dalam Nur Uhbiyahti, Ilmu Pendidikan Islam II (Bandung: CV Setia Pustaka, 1997), 154. 33
29
environment, or to some particular person, thing, field of knowledge).34 d. Model-model adalah penerimaan secara abstrak dari fenomena misalnya model kapal terbang adalah merupakan abstraksi dari prototipenya. Ada dua ciri utama pendekatan sistem pembelajaran, yakni : a. Pendekatan sistem. Sebagai suatu pandangan tertentu mengenai proses pembelajaran
dimana
berlangsung
kegiatan
belajar-mengajar,
terjadinya interaksi antara guru dan murid, dan memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar secara efektif, b. Penggunaan
metodologi.
Hal
ini
untuk
merancang
sistem
pembelajaran, yang meliputi prosedur perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan penilaian keseluruhan proses pembelajaran, yang tertuju ke pencapaian tujuan pembelajaran tertentu (konsep, prinsip, ketrampilan, sikap dan nilai, kreatifitas, dan sebagainya).35 Berdasarkan klasifikasi menurut Reese dan Overton (1970) dalam bukunya D. Sujdana yang berjudul Strategi Pembelajaran menjabarkan tentang teori pembelajaran yang dibagi menjadi beberapa bagian,36 antara lain:
34 Gilbert Sax Empirical Fondations of Educational Research… dalam Nur Uhbiyahti, Ilmu Pendidikan Islam II (Bandung: CV Setia Pustaka, 1997), 155 35 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 126. 36 Sudjana S, Strategi Pembelajaran (Bandung: Falah Production, 2000), 87-89.
30
a. Teori belajar mekanistik. Pandangan mekanistik didasarkan atas cara kerja “mesin” sebagai perbandingan bagi kegiatan belajar. peristiwa-peristiwa pembelajaran yang beragam (kompleks) dapat dirinci menjadi interasi antar komponen yang dapat diprediksi dan di ukur. Menurut pendekatan pembelajaran ini, peserta didik adalah reaktif, pasif, dan di ibaratkan seperti tabula rasa (kertas putih) yang merespon kekuatan yang datang dari luar dirinya. Jadi pendekatan ini lebih ditekankan pada hasil belajar yang diukur secara kuantitatif yaitu skore tes. b. Teori belajar organik Teori belajar yang menggambarkan bahwa dunia dipandang sebagai organisme yang berkembang secara dinamis dan saling berhubungan. Berdasarkan perspektif ini peserta didik adalah insan yang aktif dalam menemukan dan membentuk pola-pola dan pengertian baru. Teori belajar ini lebih fokus pada proses, pengorganisasian prinsip-prinsip, dan perubahan perilaku peserta didik secara kualitatif. Menurut teori belajar organik mengartikan bahwa belajar itu lebih luas dari kegiatan yang menghubungkan stimulus yang diberikan dengan respon yang diinginkan. Jadi dalam teori belajar ini seorang peserta didik lebih aktif dalam mengorganisasikan pengalaman belajar yang sesuai dengan
31
proses fisiologis dan proses psikologis yang berkaitan dengan motivasi, kebutuhan, dan pemahaman pribadi siswa. 3. Faktor-Faktor Yang Menjadi Penghambat Dalam Proses Belajar Mengajar Menurut Slameto di dalam bukunya Tohirin yang berjudul "Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam" beliau menjabarkan faktor-faktor yang sangat berkaitan dengan belajar secara umum digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Sedangkan faktor ekstern adalah yang ada di luar individu 37 Sedangkan menurut Syah dalam bukunya Tohirin yang berjudul "Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam" menyatakan bahwa secara umum faktor-faktor yang terkait dengan belajar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, pertama faktor internal, yakni faktor dari dalam siswa, seperti keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. Kedua, faktor eksternal, yakni faktor dari luar kelas, seperti kondisi lingkungan di sekitar siswa. Ketiga, faktor pendekatan belajar (approach to learning) yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan belajar.38 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak sekali jenisnya, tetapi secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu:
37
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 126. 38 Ibid., 126.
32
a. Faktor-faktor intern Faktor intern adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Yang termasuk dalam faktor intern antara lain: 1) Faktor jasmaniah (Aspek Fisiologis) a) Faktor kesehatan Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun gangguan-gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olah raga, rekreasi, dan ibadah. b) Cacat tubuh Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar siswa yang cacat, belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu. Menurut Slameto dalam bukunya Tohirin yang berjudul "Psikologi
Pembelajaran
Pendidikan
Agama
Islam"
33
menyatakan
bahwa
kesehatan
dan
cacat
tubuh
juga
berpengaruh pada belajar siswa.39 Jadi jika dalam proses pembelajaran siswa mengalami ganguan kesehatan serta terdapat kecacatan dalam diri siswa maka proses pembelajaran tersebut akan terganggu. 2) Faktor Rohaniah (Aspek Psikologis) Di antara faktor-faktor psikologi belajar yang dipandang esensial menurut Syah adalah tingkat kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa. Sedangkan menurut Slameto faktor yang mempengaruhi belajar adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.40 a) Intelgensi Kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau penyesuaian diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.41 b) Perhatian Gazali dalam Slameto perhatian adalah keaktifan yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek atau benda-benda atau sekumpulan objek.42
39
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 128. 40 Ibid., 128. 41 Ibid., 129. 42 Ibid., 129.
34
c) Minat Hilgard
dalam
Slameto
menyatakan,
Interest is
persiting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content. Dengan demikian minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memerhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.43 d) Bakat Kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.44 Menurut Hilgard Bakat atau aptitude adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat merupakan kemampuan untuk belajar. e) Motivasi Keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.45 f) Sikap siswa Gejala internal yang berdimensi afektif, yang cenderung mereaksi atau merespon dengan cara relative terhadap obyek tertentu, baik secara positif maupun negatif.46 g) Kematangan dan kesiapan Suatu
tingkatan
atau
fase
dalam
pertumbuhan
seseorang, dimana seluruh organ biologisnya sudah siap untuk
43
Ibid., 130. Ibid., 131. 45 Ibid., 133. 46 Ibid., 134. 44
35
melakukan kecakapan baru47 antara lain, intelegensi, perhatian, minat bakat, motif kematangan, kesiapan, kondisi kesehatan rohani. h) Faktor kelelahan i) Lupa j) Kejenuhan dalam belajar. 3) Faktor-faktor ekstern Faktor-faktor penghambat dalam belajar antara lain: a) Pengelolaan kelas yang lemah. b) Kurangnya penguasaan guru terhadap materi pembelajaran yang komprehensif. c) Mengkomunikasikan materi pembelajaran oleh guru yang belum dapat diterima dengan baik oleh siswa.48 Dari sini dapat dipastikan bahwa pengelolaan kelas yang lemah, penguasaan guru terhadap materi, serta komunikasi antar guru dan siswa yang kurang, hal itu dapat menjadikan penghambat dalam proses belajar mengajar. Menurut uraian H.C. Witherington dan Lee J. Cronbach Bapemsi, dalam bukunya Mustaqim “Psikologi Pendidikan” faktor-faktor atau kondisi yang mendorong perbuatan belajar sebagai berikut: 47
Ibid., 135. Seksi dokumentasi dan informasi dinas pendidikan dan kebudayaan propinsi Jawa Timur, MEDIA “wahana informasi komunikasi dan dedikasi” majalah pendidikan dan kebudayaan propinsi Jawa Timur No.06 (Surabaya: CV Karunia, 2004), 61-62. 48
36
a) Situasi belajar (kesehatan jasmani, keadaan psikis, pengalaman dasar) b) Penguasan alat-alat intelektual c) Latihan-latihan yang terpencar d) Penggunaan unit-unit yang berarti e) Latihan yang aktif f) Kebaikan bentuk g) Efek penghargaan (Reward) dan hukuman h) Tindakan-tindakan pedagogis i) Kapasitas dasar49 Selain itu ada beberapa penghambat dalam proses belajar mengajar antara lain: a) Tujuan yang tidak dipahami oleh siswa. b) Prosedur evaluasi yang tidak dikenal. c) Isi pelajaran tidak jelas, serta urutan yang tidak logis. d) Kurang adanya stimulus dalam proses belajar mengajar. e) Sumber-sumber seperti ketrampilan guru, kemampuan siswa dan sumber-sumber sekolah yang tidak dikenal.50
49
Mustaqim, Psikologi Pendidikan (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,
2001), 70.
50
Suharsismi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Jakarta: Rineka Cipta), 211-216.
37
4. Faktor-faktor Yang Menjadi Pendukung Dalam Proses Belajar Mengajar Dalam bukunya Cece Wijaya, Djadja Djadjuri, Tabrani Rusyan “Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran” menjelaskan ada beberapa unsur yang dapat menjadi pendukung terhadap proses pembelajaran pembelajaran, Antara lain: Guru, Konteks Siswa, Kurikulum, Metode, Sarana.51 a) Guru Orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Keberadaan guru merupakan penting dan harus didukung kemampuan individu yang maksimal. Guru harus mampu membawa siswa kepada tujuan yang ingin dicapai. Guru
harus
berpandangan
luas,
guru
harus
memiliki
kewibawan, kewibawan seorang guru adalah sesuatu yang berarti guru mempunyai kesungguhan, suatu kekuatan, sesuatu yang dapat memberi kesan dan seorang Guru harus mampu menjadi penyemangat (Motivator) yang baik bagi siswa. b) Siswa Obyek utama dalam proses belajar mengajar, karena itu kita harus memperhatikan segi murid sebagai obyek yang diarahkan. Siswa didik harus diperhatikan dari segi kualitas 51
Cece Wijaya, Djadja Djadjuri, Tabrani Rusyan, Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), 29-30.
38
pendidikan serta
kualitas pengalaman pendidikan serta
sikapnya dalam proses pembelajaran. c) Fasilitas Proses belajar mengajar bisa berjalan lancar kalau ditunjang oleh sarana yang lengkap, karena fasilitas merupakan masalah yang esensial dalam pendidikan (sebagai penjelasan dalam penyampaian pendidikan). d) Program, Tujuan, Rencana Dalam proses belajar mengajar haruslah mempunyai tujuan yang jelas. Dalam pembaharuan pendidikan tidak akan berhasil kalau menyampingkan masalah-masalah tujuan, sebaliknya dengan memperjelas tujuan akan lebih memudahkan kepada apa yang kita lakukan. e) Kurikulum Kurikulum dalam arti luas ialah yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, dan dipandang sebagai bagian dari kehidupan. Oleh karena itu, kurikulum berpengaruh sekali kepada maju mundurnya pendidikan. Kurikulum tidak bersifat statis tetapi lebih bersifat dinamis dan senantiasa dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam faktor-faktor yang didasari nya. Kita tidak bisa mengadakan perubahan tanpa perubahan pada kurikulum.
39
B. Konsepsi Guru PAI. 1. Peran dan Fungsi Guru Peran dan Fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Banyak di antara peran dan fungsi guru tersebut seperti yang telah dirumuskan oleh P2TK Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional,52 adalah sebagai berikut: a. Sebagai Pendidik dan Pengajar, bahwa setiap guru harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan peserta didik, bersikap realitas, jujur dan terbuka, serta peka terhadap perkembangan, terutama inovasi pendidikan. Untuk mencapai semua itu, guru harus memiliki pengetahuan yang luas, menguasai teori dan praktek pendidikan, serta menguasai kurikulum dan metodologi pembelajaran. b. Sebagai anggota masyarakat, bahwa setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu, harus menguasai psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia, memiliki ketrampilan membina kelompok, ketrampilan bekerja sama dalam kelompok dan menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok. c. Sebagai Pemimpin; bahwa setiap guru adalah pemimpin, yang harus memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, prinsip hubungan antar manusia, teknik berkomunikasi, serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi sekolah.
52
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 19.
40
d. Sebagai Administrator; bahwa setiap guru akan dihadapkan pada berbagai tugas administrasi yang harus dikerjakan di sekolah, sehingga harus memiliki pribadi yang jujur, teliti, rajin, serta memahami strategi dan manajemen pendidikan. e. Sebagai Pengelola Pembelajaran; bahwa setiap guru harus mampu dan menguasai berbagai metode pembelajaran dan memahami situasi belajar-mengajar didalam maupun di luar kelas. Selain itu ada beberapa peran guru dalam proses belajar mengajar, Oemar Hamalik dalam bukunya “Kurikulum dan Pembelajaran” menjelaskan di antaranya: a. Sebagai fasilitator, yang menyediakan kemudahan-kemudahan bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar. b. Sebagai pembimbing, yang membantu siswa mengatasi kesulitan dalam proses pembelajaran. c. Sebagai penyedia lingkungan, yang berupaya menciptakan lingkungan yang menantang siswa agar melakukan kegiatan belajar. d. Sebagai komunikator, yang melakukan komunikasi dengan siswa dan masyarakat. e. Sebagai model, yang mampu memberikan contoh yang baik kepada siswanya agar berperilaku yang baik. f. Sebagai evaluator, yang melakukan penilaian terhadap kemajuan belajar siswa.
41
g. Sebagai
inovator,
yang
turut
menyebarluaskan
usaha-usaha
pembaharuan kepada masyarakat. h. Sebagai agen moral dan politik, yang turut membina moral masyarakat,
peserta
didik,
serta
menunjang
upaya-upaya
pembangunan. i. Sebagai agen kognitif, yang menyebarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dan masyarakat. j. Sebagai manajer, yang memimpin kelompok siswa dalam kelas sehingga proses pembelajaran berhasil.53 Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003, pasal 39 menyatakan: pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Sebagai pelatih, guru berperan ibarat pelatih olah raga ia akan lebih membantu siswa untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan mencapai prestasi. Sebagai pembimbing, guru sebagai sahabat siswa, menjadi teladan dalam pribadi yang mengundang rasa hormat dan keakraban dari siswa. Sebagai manajer belajar, guru membimbing siswanya belajar, mengambil prakarsa dan mengeluarkan ide-ide baik yang dimilikinya.54
53
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 9. Seksi dokumentasi dan informasi dinas pendidikan dan kebudayaan propinsi Jawa Timur, MEDIA “wahana informasi komunikas dan dedikasi” majalah pendidikan dan kebudayaan Propinsi Jawa Timur No.02 (Surabaya: CV Karunia, 2004), 7. 54
42
Menurut W. Taylor dalam bukunya Oemar Hamalik “Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan System”, Peranan guru dapat ditinjau
dalam arti luas dan dalam arti sempit. dalam arti luas, guru
mengemban peranan-peranan sebagai Ukuran Kognitif, sebagai Agen Moral, sebagai Inovator dan Kooperatif. a. Guru sebagai ukuran kognitif. Tugas guru umumnya adalah mewariskan pengetahuan dan berbagai ketrampilan kepada generasi muda. b. Guru sebagai Agen moral dan Politik. Guru bertindak sebagai agen moral masyarakat, karena fungsinya mendidik warga masyarakat agar melek huruf, pandai berhitung dan berbagai ketrampilan kognitif lainnya. Guru juga sebagai agen politik, menyampaikan sikap kultur dan tindakan politik masyarakat kepada generasi muda. c. Guru sebagai Inovator. Guru bertindak sebagai pendidik yang senantiasa berubah dan berkembang dalam semua aspek, sehingga memunculkan inovasi pendidikan yang menimbulkan perubahan baru dan kualitatif. d. Peranan Kooperatif. Dalam melaksanakan tugasnya guru tidak bisa bekerja sendiri dan mengandalkan kemampuan individual, karena itu guru perlu bekerja sama dengan sesama guru, masyarakat, dan orang tua murid.55 Selain itu, peranan guru dalam pembelajaran antara lain: 55
Penjelasan W.Taylor dalam Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan System (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), 43.
43
a. Guru sebagai ahli (expert) Guru sebagai seorang ahli yang mengetahui lebih banyak mengenai berbagai hal daripada siswanya. Di sini guru dapat memberi tahu, menjawab pertanyaan atau mengkaji (menilai) segala sesuatu yang sedang didiskusikan oleh para siswa. Di sini guru sebagi “agent of instruction”. b) Guru sebagai pengawas Guru sebagai penentu tujuan dan prosedur untuk pencapaian dalam pembelajaran. c) Guru sebagai penghubung kemasyarakatan Guru sebagai penjelas dan penunjuk arah pemecahan sesuai dengan kriteria yang ada dan hidup dalam masyarakat. Di sini guru sebagai “sosializing agent”. d) Guru sebagai pendorong (fasilitator) Guru
sebagai
pendorong
untuk
menciptakan
dan
mengembangkan kreativitas setiap siswa seoptimal mungkin untuk pembelajaran. 56 2. Kompetensi dan Profesional Guru Penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a, dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan 56
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), 183-184.
44
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.57 Dari beberapa pendapat di atas, menurut penulis bahwa peran dan fungsi guru sangatlah beragam, hal itu agar siswa dapat mencapai target dalam proses pembelajaran. Peran dan fungsi guru adalah sebagai manajer, evaluator, innovator. Guru harus mampu mengelola kelas agar materi pelajaran yang disampaikan bisa dipahami oleh siswa,
kemudian harus memiliki
kemampuan menilai proses dan hasil belajar yang telah diperoleh siswa. Sebagai inovator, guru harus mampu memberi dorongan sekaligus membimbing agar siswa termotivasi terlibat dalam proses belajar secara aktif. Pengertian
dasar
kompetensi
adalah
kemampuan
atau
kecakapan.menurut Barlow (1985), ialah The ability of a teacher to responsibly perform his or her duties appropriately. yang artinya, kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibankewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.58 Jadi, kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Sedangkan profesional yang mengiringi kata kompetensi dapat dipahami sebagai kualitas dan tindak-tanduk khusus yang merupakan ciri seorang guru. Istilah Profession (pekerjaan) yang berarti sangat mampu
57 E.Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 57. 58 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), 229.
45
melakukan pekerjaan. Maka pengertian guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi (Profisiensi) sebagai sumber kehidupan.59 Berikut ini keanekaragaman kecakapan (competencies) yang bersifat psikologis, yang meliputi: a. Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta) Merupakan kompetensi utama yang wajib dimiliki oleh setiap guru dan guru profesional yang mengandung bermacam pengetahuan baik dan serta bersifat deklaratif maupun bersifat prosedural. b. Kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa) Merupakan kompetensi yang bersifat tertutup dan abstrak yang meliputi seluruh fenomena perasaan dan emosi. c. Kompetensi psikomotor (kecakapan ranah karsa) Merupakan segala ketrampilan atau kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaanya berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar Selain itu pada prinsipnya harus memiliki tiga kompetensi yaitu, kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan dan kompetensi dalam cara belajar mengajar.60
59 60
92.
Ibid., 230. Mustaqim, Psikologi Pendidikan (Semarang: Fakultas tarbiyah IAIN Walisongo, 2001),
46
a. Kompetensi kepribadian Faktor terpenting dan yang akan menentukan apakah dia akan menjadi pembimbing dan pembina yang baik bagi anak didiknya ataukah akan menjadi perusak bagi anak didiknya. Menurut
Prof.
Dr.
Zakiyah
Daradjat:
kepribadian
yang
sesungguhnya adalah abstrak (ma’nawi) sukar dilihat atau diketahui secara nyata yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi aspek kehidupannya. Misalnya dalam tindakannya, ucapan, cara bergaul, berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah baik ringan maupun yang berat. b. Kompetensi penguasaan bahan Seorang guru harus mengerti dengan baik materi yang akan diajarkan, baik pemahaman detailnya maupun aplikasinya. c. Kompetensi dalam cara belajar mengajar Guru juga sangat dituntut terampil dalam mengajar, yang secara global meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Jadi seorang guru harus memiliki tiga kompetensi dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik.
47
3. Upaya – upaya yang dilakukan guru a. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Menurut Hudson perencanaan dalam proses perencanaan ada lima yaitu: radical, advocacy, transactive, synoptic, dan incremental.61 Selain itu, kegiatan belajar berkaitan erat dengan berbagai komponen pengajaran. Oleh karena itu, penentuan strategi belajarmengajar harus mempertimbangkan beberapa hal seperti berikut. 1) Tujuan pengajaran yang hendak dicapai. 2) Hakikat, ruang lingkup, dan urutan bahan pelajaran yang akan disampaikan. 3) Kesiapan belajar siswa, yaitu kemampuan siswa mengikuti kegiatan belajar-mengajar. 4) Situasi dan kondisi belajar disekolah seperti: ruangan kelas, jumlah siswa, fasilitas dan sumber pelajaran serta waktu yang tersedia. 5) Teori pendidikan
yang melandasi perbuatan mendidik
yang
berhubungan langsung dengan nilai instruksional dan nilai instrinsik yang ingi dicapai. Hal ini berkaitan erat dengan wawasan guru dalam menerapkan strategi yang di pilih.62 Dari penjelasan diatas penulis memberikan kesimpulan bahwa sebelum memulai proses pembelajaran seorang guru harus melakukan
61 Made Pidarta, Perencanaan Pendidikan Partisipatori dengan Pendekatan Sistem (Jakarta: Rineka Cipta, 1988), 22. 62 Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama Di Sekolah Umum Visi, Misi, Dan Aksi (Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2000), 43.
48
hal-hal diatas agar proses belajar mengajar bisa berjalan sesuai yang di inginkan. b. Strategi pembelajaran Para pakar teori belajar masing-masing mengembangkan strategi pembelajaran berdasarkan pandangannya sendiri. setidaknya ada 4 strategi pembelajaran yang pantas di sajikan dan diketahui oleh guru/calon guru, ialah: 1) Pembelajaran Penerimaan (reseption learning) 2) Pembelajaran Penemuan (discovery learning) 3) Pembelajaran Penguasaan (mastery learning) 4) Pembelajaran Terpadu (unit learning)63 Selain itu, mengorganisasikan pengalaman belajar meliputi empat hal pokok, yakni: 1) Pengidentifikasan dan penetapatan spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran setiap usaha pembelajaran. 2) Pertimbangan dan pemilihan strategi pembelajaran yang ampuh untuk mencapai sasaran. Masalah ini berkaitan dengan penetapan metode dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan jenis materi pembelajaran. 3) Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir. Masalah ini berkaitan dengan penetapan
63
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 134.
49
prosedur dan kegiatan yang harus dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. 4) Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan. Masalah ini berkaitan dengan penetapan alat evaluasi untuk mengumpulkan informasi tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan dan kompetensi pembelajaran.64 Untuk mencapai upaya pembelajaran yang dilakukan oleh siswa, maka kami sajikan berbagai macam strategi pembelajaran sebagai berikut: 1) Strategi Pembelajaran Ekspositori. 2) Strategi Pembelajaran Inkuiri. 3) Strategi Pembelajaran Kooperatif. Selain itu menurut Gagne dan Briggs (1988) bahwa, strategi pembelajaran meliputi delapan urutan kegiatan antara lain: 1) Memberikan motivasi; 2) Menjelaskan tujuan pembelajaran; 3) Mengingatkan kompetensi pra syarat; 4) Memberikan stimulus; 5) Memberikan petunjuk belajar; 6) Menimbulkan penampilan warga belajar; 7) Memberikan umpan balik; dan 64
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: PT Fajar Interpratama, 2008), 188.
50
8) Menyimpulkan hasil yang dicapai.65 9) Metode Pembelajaran Dalam dunia pendidikan metode merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan khususnya dalam proses belajar mengajar, karena metode yang akan menentukan sukses tidaknya tujuan yang hendak dituju. Maka Metode dan tujuan dalam pendidikan Agama Islam mempunyai hubungan sebab akibat. Dalam pengertian ini, jika Metode pembelajaran yang digunakan dilaksanakan dengan baik dan tepat, maka tujuan yang akan dicapai kemungkinan banyak akan dapat dicapai. Metode dapat diartikan sebagai jalan atau cara yang harus dinilai untuk mencapai tujuan. Ada pula yang mengatakan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan tujuan tersebut. Sedang metode pendidikan Islam yaitu metode pengajaran yang disesuaikan dengan materi atau bahan pelajaran yang terdapat dalam Islam, karena ajaran Islam itu luas, maka metode pendidikan Islam juga luas cakupannya.66 Sifat-sifat umum yang terdapat pada Metode pembelajaran yang satu yang tidak terdapat dalam metode lainnya. Diklasifikasikan secara umum dalam :
65 66
Http://media. diknas. go. id/media/document/5410.pdf. Abudin Nata, Filasafat Pendidikan Islam (Bandung:1994 ), 91-93.
51
1) Metode mengajar secara kelompok/klasikal. Metode mengajar secara kelompok/klasikal antara lain: a) Metode Ceramah. Metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dilaksanakan oleh guru.Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya. Cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga sebagai metode kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan. b) Metode Tanya jawab. Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab, atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.
52
c) Metode Demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang cukup efektif, sebab membantu para siswa untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu proses atau peristiwa tertentu. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu, dimana keaktifan biasanya lebih banyak pada pihak guru. d) Metode Sosiodrama. Metode sosiodrama atau bermain peran, merupakan metode yang sering digunakan dalam mengajarkan nilai-nilai dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam hubungan sosial dengan orang-orang di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam pelaksanaannya, siswasiswa diberi berbagi peran tertentu dan melaksanakan peran tersebut, serta mendiskusikannya di kelas. e) Metode Karya wisata. Melalui metode ini, siswa-siswa diajak mengunjungi tempat-tempat tertentu diluar sekolah. Tempat-tempat yang akan dikunjungi dan hal-hal yang perlu diamati telah direncanakan terlebih dahulu dan setelah selesai melakukan kunjungan, siswa-siwa diminta untuk membuat/menyampaikan laporan.
53
f) Metode Diskusi. Metode
diskusi
pada
dasarnya
adalah
bertukar
informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang dibahas. Dalam diskusi, setiap orang harapkan memberikan sumbangan pikiran, sehingga dapat diperoleh pandangan dari berbagai sudut berkenaan dengan masalah tersebut. Dengan sumbangan dari setiap orang, kelompok diharapkan pemikiran
yang
lain,
akan maju dari satu pemikiran langkah
demi
langkah,
ke
sampai
dihasilannya pemikiran yang lengkap mengenai permasalahan atau topik yang dibahas. 2) Metode mengajar secara individual. Metode mengajar secara individual antara lain: a) Metode Latihan. Metode ini penerapannya pada proses pembelajaran dengan mengerjakan beberapa model soal-soal yang digunakan sebagai latihan dan beberapa aktifitas dikelas sebagai pemanasan (brain storming) sebelum masuk ke pokok bahasan selanjutnya.
54
b) Metode Pemberian tugas. Metode ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada siswa melakukan tugas/kegiatan yang berhubungan dengan mata pelajaran, contohnya seperti mengerjakan beberapa
soal-soal,
mengumpulkan
kliping,
dan
sebagainya. Metode ini dapat dilakukan dalam bentuk tugas/kegiatan individual ataupun kerja kelompok dan dapat
merupakan
unsur
penting
dalam
pendekatan
pemecahan masalah atau problem solving. c) Metode Eksperimen. Jika dalam metode demontrasi, keaktifan lebih banyak pada pihak guru, Metode Eksperimen langsung melibatkan para siswa melakukan percobaan untuk mencari jawaban terhadap permasalahan yang diajukan.67 Eksperimen sering dilakukan dalam pengajaran bidang studi IPA, di mana metode ini merupakan unsur pokok dalam pendekatan inquiry dan discovery (belajar dan menemukan).68
67 H. Mansyur, Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,1995), 127. 68 R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003) Cetakan Kedua, 106 -107.
55
C. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Ada beberapa pengertian pendidikan agama Islam diantaranya: a. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran yang berupa bimbingan dan usaha terhadap anak didik agar nantinya selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya, demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat.69 b. Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta anak didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. 2. Dasar, Tujuan Dan Fungsi Pendidikan Agama Dasar Pendidikan Islam dapat dibagi kepada tiga kategori yaitu (1) dasar pokok, (2) dasar tambahan, dan (3) dasar operasional. a. Dasar Pokok a) Al-Quran Abdul Wahab Khllaf mendefinisikan al-Quran sebagai
69
Zakia Darajat, et, all, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), 86.
56
berikut: ”Kalam Allah yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepadap hati Rasulullah anak Abdullah dengan lafaz Bahasa Arab dan makna hakiki untuk menjadi hujjah bagi Rasulullah atas kerasulannya
dan
menjadi
pedoman
bagi
manusia
dengan
petunjuknya serta beribadah membacanya.” Umat Islam sebagai suatu umat yang dianugrahkan Tuhan suatu kitab suci al-Quran. yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal, sudah barang tentang dasar pendidikan mereka adalah bersumber kepada filsafat hidup yang berdasarkan kepada Al-Quran. Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik pertama, pada masa awal pertumbuhan Islam telah menjadikan Al-Quran sebagai dasar pendidikan Islam di samping Sunnah beliau sendiri. Kedudukan, Al-Quran sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat Al-Quran itu sendiri. Firman Allah:
يtً َو ُهqِ [ْ pِ ْاonُ Zَ`َ m ْ ي اkِ Wc اjُ iُ Wَ h َ [ِّ fَ `ُ Wِ d c ب ِإ َ R`َ _Wِ\ ا َ [ْ ZَY َ RXَ Wْ Vَ Uْ َأRQَ َو ن َ ْoXُ Qِ ْ}|ُّ ْ ٍمoyَ Wِّ xً wَ v ْ َّو َر Artinya : ”Dan kami tidak menurunkan kepadamu al-Kitab (Al-Quran) ini melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka perselisihan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (Q. S. Al-Nahl : 64). Selanjutnya firman Allah SWT :
57
ب ِ Rfَ Wْ َ ْا اoWُ َّآ َ ُأوkَ `َ [َ Wِ َوqِ ِ R|َ
َّْ ُوtَّ [َ Wِّ ٌ َركRfَ Qُ \ َ [ْ Wَ ُ ِإRXَ Wْ Vَ Uْ ب َأ ُ R`َ ِآ Artinya : ”Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berjah supaya mereka memperlihatkan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran”. (Q. S. Shad : 29) Sehubungan dengan masalah ini. Muhammad Fadhil Aljamali menyatakan sebagai berikut : ”Pada hakekatnya Al-Qur’an itu merupakan perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan manusia, terutama bidang kerohanian. Ia pada umumnya merupakan kitab pendidikan kemasyarakatan, moril (akhlak) dan spiritual (kerohanian).70 b) Sunah Sunah dapat dijadikan dasar pendidikan Islam karena sunah menjadi sumber utama pendidikan Islam karena Allah SWT menjadikan Muhammad SAW sebagai teladan lagi umatnya. Firman Allah SWT
َ ْا اo ُ ْ|َ ن َ Rْ َآhwَ Wِّ xٌ Xَ َv َ ٌةoَ ْ ُأ ِ لا ِ ْo ُ ْ َرpِ ْj_ُ Wَ ن َ Rْ َآtyَ Wَ َآ ِ ْ[ ًا َ َ َو َذ َآ َ اm ِ ْ َم اo[َ Wْ َوا ”Di dalam diri Rasulullah itu kamu bisa menemukan teladan yang baik’’.(Q.S. Al-Ahzab: 21) Nabi mengajarkan dan mempraktekkan sikap dan amal baik kepada
istri
dan
sahabatnya,
dan
seterusnya
mereka
mempraktekkanya. Perkataan atau perbuatan dan keetapan Nabi
70
123.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, Cet. Kelima, 2006), 122-
58
inilah yang di sebut hadits atau sunah.kosepsi dasar pendidikan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW sebagai berikut: 1) Disamping sebagai rahmatan li al-alamin (Q.S. Al-Anbiya’ :107)
h َ [ْ wِ WَRَ Zْ Wِّ xً wَ v ْ َرd َّ ك ِإ َ RXَ Zْ َ ْ َأرQَ َو
2) Disampaikan secara universal 3) Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak (Q.S. Al-Hijr: 9)
ن َ ْo ُ pِ RَWَ qُ Wَ RUc ْآ َ وِإk W اRXَ Wْ Vc Uَ h ُ ْ Uَ RUc ِإ
4) Kehadiran, Nabi sebagai evaluator atas segala aktivitas pendidikan (Q.S. Al-Asyura: 48)
ن َ ْ َو َه ُو َ ْoQُ ب ِّ َر
5) Perilaku Nabi sebagai figur identifikasi (uswah hasanah) bagi umatnya
َ ْا اo ُ ْ|َ ن َ Rَْ آhwَ Wِّ xٌ Xَ َv َ ٌةoَ ْ ُأ ِ لا ِ ْo ُ ْ َرpِ ْj_ُ Wَ ن َ Rَْ آtyَ Wَ َآ ِ ْ[ًا َ َ َو َذ َآ َ اm ِ ْ َم اo[َ Wْ وَا (Q.S. Al-Ahzab: 21) Adanya dasar yang kokoh ini terutama Al-Qur’an dan Sunnah, karena keabsahan dasar ini sebagai pedoman hidup sudah mendapat jaminan Allah SWT dan Rasul-Nya. Firman Allah SWT:
h َ [ْ ِy`َّ wُ Zْ Wِّ ىtً ُهqِ [ْ pِ َ |ْ َرd َ ب ُ R`َ _ِ Wْ \ ا َ Wَِذ
59
Artinya: ”Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya: petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. (Q.S. al-Baqarah : 2) Sabda Rasulullah SAW: Artinya: ”Kutinggalkan kepadamu dua perkara (pusaka) tidaklah kamu akan tersesat selama-lamanya, selam kamu masih perpegang kepada keduanya, yaitu kitabullah dan sunnah rasulullah.(H.R. Bukhari dan Muslim) Prinsip menjadikan al-Qur’an dan Sunnah sebagai dasar pendidikan islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran keyakinan semata. Lebih jauh kebenaran itu juga sejalan dengan kebenaran yang dapat diterima oleh akal yang sehat dan bukti sejarah. Dengan demikian barangkali wajar jika kebenaran itu kita kembalikan kepada pembuktian kebenaran pernyataan Allah SWT dalam Al-Qur’an. Firman Allah SWT :
h َ [ْ yِ `َّwُ Zْ Wِّ ًىt ُهqِ [ْ pِ َ |ْ َرd َ ب ُ R`َ _ِ Wْ \ ا َ Wَِذ Artinya: ”Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan kepadanya petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (Q.S. Al-Baqarah: 2) Kebenaran yang dikemukakan-Nya mengandung kebenaran yang hakiki, bukan kebenaran spekulatif dan relatif. Hal ini sesuai dengan jaminan Allah SWT. Firman Allah SWT:
ن َ ْo ُ pِ RَWَ qُ Wَ RUc ْآ َ وِإk W اRXَ Wْ Vc Uَ h ُ ْ Uَ RUc ِإ
60
Artinya: ”sesungguhnya kami telah menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya kami tetap memeliharanya”. (Q.S. al-Hijr:9) Al-Qur’an dan sunnah disebut sebagai dasar pokok.71 b. Dasar Tambahan a) Perkataan, perbuatan, dan sikap para sahabat. Pada masa khulafa al-Rasyidin sumber pendidikan dalam islam sudah mengalami perkembanagan. Selain al-qur’an
dan
sunnah juga perkatan, sikap dan perbuatan para sahabat. Perkataan mereka dapat dijadikan pegangan karena Allah sendiri didalam alQur’an yang memberikan pernyataan. Firman Allah:
نRvR jهof اh|kWر واRUd واh|iwW اhQ نoWوdن اoyfWوا iUd اRi` hQ يU X jiW tY واqXY اo ورjiXY ر ا j[WزاonW\ اWا ذt اRi[p h|tZm Artinya: ”Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama masuk Islam diantara orang-orang muhajirin dan ansor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik Allah ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada Allah dan Allah menjadikan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya. Mereka kekal didalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (Q.S. al-Taubah :100) Firman Allah SWT:
h َ [ْ £ِ ِدR َ W َ¡ اQَ ْاoُUْo َو ُآ َ ْاoyُ c ْا اoXُ Qَ
h َ |ْ kِ Wc اRiَ | َأR|ـَـ Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan 71
Ibid., 123-124.
61
hendaklah kamu bersama-sama dengan orang yang sabar”.(Q.S. al-Taubah:119) b) Ijtihad Para
fuqaha’
mengartikan
ijtihad
dengan
berpikir
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmu syariat islam dalam hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-Qur’an dan Hadits, penetapan hukum dilakukan dengan ijtihad. Dengan demikian, ijtihad adalah penggunaan akal pikiran oleh fuqoha-fuqoha islam untuk menetapkan suatu hukum yang belum ada ketepannya dalam al-Qur’an dan hadits dengan syaratsyarat tertentu. c) Marshalah Mursalah (kemaslahatan umat) Marshalah Mursalah yaitu: ”menetapkan peraturan atau ketetapan undang-undang yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an dan
Sunnah
atas
pertimbangan
penarikan
kebaikan
dan
menghindarkan kerusakan”. d) Urf (Nilai-nilai dan adat istiadat Masyarakat) M. Kamaluddin imam menyatakan bahwa : Sesuatu yang tertanam dalam jiwa yang diperoleh melalui kesaksian akan diterima oleh tabiat. kemudian M. Al-Sahat al-Jundi menjelaskan bahwa urf adalah sesuatu yang tertanam dalam jiwa berupa hal-hal yang berulang-ulang dilakukan rasional menurut tabiat yang sehat. Urf
adalah
”sesuatu
perbuatan
dan
perkataan
yang
menjadikan jiwa merasa tenang mengerjakan suatu perbuatan, karena
62
sejalan dengan akal sehat yang diterima oleh tabiat yang sejahtera”. Namun tidak semua tradisi yang dapat dijelaskan dasar ideal pendidikan islam, melainkan setelah melalui seleksi terlebih dahulu. Masud Zuhdi mengemukakan bahwa urf yang dijadikan dasar pendidikan islam itu haruslah. a. Tidak bertentangan dengan ketentuan nash baik al-Qur’an maupun Sunnah b. Tradisi yang berlaku tidak bertentangan dengan akal sehat dan tabiat yang sejahtera, serta tidak mengakibatkan kedurhakan, kerusakan dan kemudaratan. Ketentuan ini sangat sejalan dengan tujuan pendidikan islam yaitu dalam rangka menata kehidupan yang lebih baik dengan alam, manusia dan Allah SWT.72
c. Dasar operasional pendidikan Islam Dasar operasional pendidikan Islam adalah dasar yang terbentuk sebagai aktualisasi dari dasar ideal. Menurut Hasan Galunggung dasar operasional ada enam macam a. Dasar Historis Dasar historis adalah dasar yang memberikan andil kepada pendidikan dari hasil pengalaman masa lalu berupa peraturan dan budaya masyarakat.
72
Ibid., 124-130.
63
b. Dasar Sosial Dasar sosial yaitu dasar yang memberikan kerangka budaya dimana pendidikan nya itu berkembang, seperti memindahkan, memilih, dan mengembangkan kebudayaan. c. Dasar Ekonomi Dasar ekonomi adalah dasar yang memberi perspektif terhadap potensi manusia berupa materi dan persiapan mengatur sumber-sumbernya yang bertanggung jawab terhadap anggaran pembelanjaanya. d. Dasar Politik Yaitu dasar yang memberiukan bingkai dan ideologi dasar yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat. Dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan harus bertitik tolak dari ideologi yang dianut karena hal ini merupakan dasar operasional pendidikan.
e. Dasar Psikologis Yaitu dasar yang memberi informasi tentang watak pelajarpelajar, guru-guru, cara-cara terbaik dalam praktek, pencapaian dan penilaian dan pengukuran secara bimbingan.
Keberhasilan
pendidikan dalam mencapai tujuan harus memiliki informasi
64
tentang watak peserta didik, pendidik, pengukuran dan penilaian yang terbaik. f. Dasar fisiologis Yaitu dasar yang memberikan kemampuan memilih yang terbaik, memberi arah suatu sistem, mengontrol dan memberi arah kepada semua dasar-dasar operasional lainnya. Dasar fisiologis adalah dalam rangka menentukan arah, mengontrol serta memilih yang
terbaik
dari
dasar-dasar
operasional
untuk
dapat
dilaksanakan.73 d. Tujuan Istilah ”tujuan” atau ”sasaran” atau ”maksud” dalam bahasa arab dinyatakan dengan ghayat atau andaf atau maqosid sedangkan dalam bahasa Inggris istilah tujuan dinyatakan dengan goal atau purpose atau objektive atau aim. Secara umum istilah mengandung arti yang sama yaitu perbuatan yang diarahkan pada suatu tujuan tertentu, atau arah, maksud yang hendak dicapai melalui upaya dan aktivitas. Tujuan pendidikan menurut Zakiyah Darajat adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai.74
73 74
Ibid., 130-131. Ibid., 133.
65
BAB III UPAYA GURU AGAMA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PAI DI SMKN 1 PONOROGO A. Data Umum 1. Sejarah Berdirinya SMK Negeri I Ponorogo SMK Negeri I Ponorogo awalnya bernama SMEA atau Sekolah Menengah Lanjutan Atas, berdiri pada tanggal 1 Januari 1969 dan masih berstatus
Filial
Madiun
namun
milik
daerah.
Seiring
dengan
perkembangannya nama SMEA berubah menjadi SMK atau Sekolah Menengah Kejuruan yang mulai berdiri sendiri dan berpisah dengan Filial Madiun. SMK ini diresmikan pada tanggal 4 Mei 1974 oleh Kepala Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur yaitu JW. Sulandra, S.H. awalnya pembangunan gedung SMK dengan biaya swadaya masyarakat, lalu pada tahun berikutnya mendapat sumbangan proyek atas biaya pemerintah. Tahap-tahap jurusan di SMKN I Ponorogo adalah sebagai berikut: a. Pada awal berdiri mempunyai 3 jurusan, yakni Tata Niaga, Tata Usaha dan Tata Buku. b. Sekitar tahun 1999 berubah nama jurusan Administrasi menjadi Sekretaris (Skr). c. Pada tahun 2004 mulai ada Akuntansi dan Multi Media (MM) serta kelas informasi.
66
66
d. Pada tahun 2008 bertambah jurusan baru Rekayasa Perangkat lunak (RPL). Saat ini SMKN I Ponorogo di bawah pimpinan Drs. Mustari, MM. Yang mana beliau telah memimpin sejak 2007 hingga sekarang. Ada sekitar guru + 55 baik guru negeri maupun guru tidak tetap.75 2. Letak Geografis SMK Negeri I Ponorogo secara geografis terletak di tengah kota Ponorogo tepatnya di Jl. Jendral Sudirman No. 10 Ponorogo, atau tepatnya di sebelah timur alun-alun kota Ponorogo. SMK Negeri I Ponorogo didirikan di atas sebidang tanah seluas ± 5.400 m2.76 3. Tujuan, Visi, dan Misi Sekolah a. Tujuan Tujuan SMK Negeri I Ponorogo di antaranya adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan keterserapan tamatan SMK 2) Meningkatkan kualitas tamatan SMK sesuai tuntutan dunia kerja (DU/DI) 3) Menyiapkan tamatan SMK yang mampu mengembangkan sikap profesional. 4) Menyiapkan tamatan SMK yang unggul dan kompetitif
75
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 01/D/01-F/11-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian. 76 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 02/D/01-F/11-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian
67
5) Mewujudkan etos keja dan kualitas kinerja tenaga kependidikan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara konsisten.77 b. Visi Visi dari pada SMK Negeri I Ponorogo adalah menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan berstandar nasional atau internasional, berwawasan unggul, kompetitif dan profesional dengan berdasarkan IMTAQ.78 c. Misi Misi SMK Negeri I Ponorogo adalah sebagai berikut: 1) Membentuk tamatan yang berkepribadian unggul dan mampu mengembangkan diri dengan berlandaskan IMTAQ. 2) Menyiapkan calon wirausahawan. 3) Menjadi SMK yang mandiri dan profesional. 4) Menjadi SMK sebagai sumber informasi.79 Untuk menjalankan Visi dan Misi di atas diperlukan kerjasama antarpersonel terkait. Begitu pula SMK Negeri I Ponorogo, juga melakukan kerjasama yang baik antarpersonal guna menciptakan atau mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
77
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 03/D/01-F/19-XI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 78 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 03/D/01-F/19-XI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 79 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 03/D/01-F/19-XI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian
68
4. Struktur Organisasi Sekolah SMK Negeri 1 Ponorogo Untuk menjalin kerjasama yang baik dalam menjalankan Visi dan Misi serta mencapai tujuan pendidikan di SMK Negeri I Ponorogo, dibutuhkan struktur organisasi yang nantinya memiliki fungsi dan peran masing-masing. Struktur organisasi ini merupakan gagasan yang berhubungan dengan garis kekuasaan serta tanggung jawab keseluruhan susunan organisasi.80 Adapun struktur organisasi SMK Negeri I Ponorogo sebagai berikut: Gambar 1
KOMITE SEKOLAH Wardoyo
KEPALA SEKOLAH
Drs. Mustari, MM. KETUA UNIT PRODUKSI Dra. Susilowati KASUBAG TU Bambang Sudibyo
WAKA KURIKULUM Dra. Eni Purwanti
KAPROG Ak Dra. Mulyatim
WAKA KESISWAAN H.Munawar Chalil, S.Ag
KAPROG Apk Dra. Erwin Nurnarina
WAKA SAR PRAS Drs.Agus Supriono
KAPROG Pj Sri Mudjiati, S.P.d.
KAPROG Mm Kusbudi Susanto
WAKA HUMAS Drs.Dawam Suhada
KOORDINATO R NORMATIF Dra. Siti amirah
KOORDINATO R BP/BK Drs.Dawam Suhada
GURU/WALI MURID
MURID
80
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 04/D/01-F/19-XI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian
69
5. Keadaan Guru/ Pendidik SMKN 1Ponorogo. Salah satu faktor yang terlibat secara langsung mempengaruhi proses belajar mengajar di sekolah sehingga keberadaannya ikut menentukan kelancaran pelaksanaan pendidikan agama ialah guru/ pendidik. Guru adalah pendidik yang secara administratif bertanggung jawab atas terselenggaranya proses belajar mengajar serta berkewajiban membimbing dan mengarahkan anak didik untuk mencapai tujuan. Lembaga pendidikan SMK Negeri 1 Ponorogo, mempunyai guru yang mayoritas kompeten pada bidangnya masing-masing. Jumlah guru di SMK Negeri 1 Ponorogo kurang lebih 55 guru yang mana mempunyai jenjang pendidikan S1.81 Tabel 1 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
NAMA/NIP Drs. Mustari, MM 131782983 Dra. Hj. Mulyatin 131611511 Dra. Siti Amirah 131672182 Drs. Suyono 131856973 Drs.M.Pulunggono 130532120 Hj. Djaitun,S.Pd 130885715 Dra. Susilowati 131900621 Drs.Agus Supriono 131900894 Dra. Nuzul Nalini 131918157 Dra. Marni 131579202 Dra. Eny Purwanti 131848409 Murtini, S.Pd 81
TTL Bojonegoro 07-06-1963 Ponorogo 14-02-1962 Ponorogo 15-05-1961 Ponorogo 07-12-1963 Ponorogo 22-09-1948 Ponorogo 20-03-1954 Ponorogo 16-09-1964 Ponorogo 14-11-1961 Ponorogo 01-07-1964 Ponorogo 24-05-1966 Ponorogo 08-05-1964 Ponorogo
PENDIDIKAN TERAKHIR D3/S1/S2 JURUSAN S2 Olah raga
TUGAS MENGAJAR Olah raga
S1
Akuntansi
P. Akuntansi
S1
Matematika
Matematika
S1
Bhs. Ind
Bhs. Ind
S1
Bhs. Inggris
Bhs. Inggris
S1
Ekonomi
P. Akuntansi
S1
Adm.Perkantoran
KKPI
S1
Bhs. Inggris
Bhs.Inggris
S1
Agama Islam
Agama Islam
S1
Bhs. Ind
Bhs. Ind
S1
Bhs. Inggris
Bhs. Inggris
S1
Ekonomi
PPKn
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 06/D/01-F/19-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian
70
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
130890561 Mulyadi, S.Pd 131475821 Drs.Dawam Suhada 131902468 Dra. Pujiati 130914031 Dra. Heliany Rakhma S. 132097491 H. Munawar Cholil, BA 131291776 Dra. Sukati 131277004 Sri Mujiati, S.Pd 131611514 Hj.DK setyawati,S.Pd 131634007 Yulia Rumsuswati, S.Pd 131846175 Slamet Riyadi, S.Pd 131849976 Hadi Sunarto 131898835 Kusbudi Susanto, S.Pd 131854296 Puji Rahayuningsih, S.Pd 131870962 Dra.Sri Agustiani 132095289 Dra. Erwin Noernarina 132119361 Wiwik Indaryani, S.Pd 131846174 Sri Sihtini, S.Pd 131850258 Moh. Sofingi, S. Sos 131599857 Drs. Sunarno Wibowo 132120560 Dra.Hariyani Ngesti U 510162718 Drs. Karmawan 510138743 Anis Aritijastuti 510178278 Dwi Retno P, S.Kom 510158251 Fachrudin,S.Pd 510166783 Drs. Ansori 131468662 Dra. Trin Arini 510166782 Drs. Jeharu Paulus 132135087 Dra. Sujiati 510166775 Nur Subektiono, S. Pd 510178280
11-12-1957 Ponorogo 04-06-1955 Ponorogo 10-03-1965 Ponorogo 05-07-1957 Ponorogo 25-03-1966 Ponorogo 20-01-1952 Ponorogo 13-09-1950 Ponorogo 09-11-1955 Ponorogo 11-09-1960 Ponorogo 14-07-1965 Ponorogo 28-05-1964 Ponorogo 14-06-1966 Ponorogo 11-09-1963 Ponorogo 19-05-1963 Ponorogo 13-08-1967 Ponorogo 20-04-1967 Ponorogo 28-08-1965 Ponorogo 22-02-1962 Ponorogo 03-01-1963 Ponorogo 26-12-1967 Ponorogo 15-03-1963 Ponorogo 01-10-1967 Ponorogo 09-01-1971 Ponorogo 11-09-1975 Ponorogo 26-11-1969 Ponorogo 12-03-1959 Ponorogo 10-07-1964 Manggarai 19-02-1963 Ponorogo 25-12-1967 Ponorogo 28-05-1972
S1
Ekonomi
Adm.perkantoran
S1
BP
BP
S1
BP
BP
S1
Bhs. Inggris
Bhs. Inggris
Sarmud
Agama Islam
Agama Islam
S1
PPKN
PPKN
S1
Ekonomi
P.Penjualan
S1
Ekonomi
P.Penjualan
S1
Ekonomi
P.Adm.Perkantoran
S1
Ekonomi
P.Akuntansi
S1
Matematika
Matematika
S1
Ekonomi
KKPI
S1
Ekonomi
Kewirausahaan
S1
Adm.Perkantoran
P.Adm.Perkantoran
S1
Adm. Perkantoran
P.Adm.Perkantoran
S1
Ekonomi
P.Adm.Perkantoran
S1
Ekonomi
P.Adm.Perkantoran
S1
Sosial
PPKN
S1
Ekonomi
Penjualan
S1
BP
BP
S1
Akuntansi
P. Akuntansi
S1
Matematika
Matematika
S1
Komputer
P.Multimedia
S1
Olah Raga
Olah Raga
S1
Bhs. Ind
Bhs. Ind
S1
Matematika
Matematika
S1
PPKN
PPKN
S1
Akuntansi
P. Akuntansi
S1
Matematika
Matematika
71
42
Ponorogo 24-04-1968 Ponorogo
D3
Bhs. Inggris
Bhs. Inggris
43
Djoko Susilo 510178298 Siti Zaenab, S. Pd
S1
Akuntansi
P. Akuntansi
44
Mujiatin Setyana, S. Pd
Ponorogo
S1
Ekonomi
P . Penjualan
45
Didik Setyawan, S. Pd
Ponorogo
S1
Olah Raga
Olah Raga
46
Achmadi B. Anto,S. Kom
Ponorogo
S1
Komputer
P. Multimedia
47
Siti Rohma, S.Kom
Ponorogo
S1
Komputer
P. Multimedia
48
Nursinta K, S.Si
S1
Matematika
Matematika
49
Rina Yunitasari, S.S
S1
Bhs.Inggris
Bhs.Inggris
50
Bagus Rochman, S.Pd
S1
PPKN
PPKN
51
Wilson Arifudin A, S.Pd
S1
Olah Raga
Olah Raga
52
Sri Wahyuningsih, S.Pd
S1
Matematika
Matematika
53
Anggriani Safitri N, Amd
D3
Akuntansi
P.Akuntansi
54
M. Ansor H. S.Ag
S1
Agama Islam
Agama Islam
55
Suyud, S. Kom
S1
Komputer
P. Multimedia
56
Dita Ratna K, ST
S1
Teknik komputer
P.Multimedia
57
Dyah R. W, S.Pd
S1
Kesenian Tari
P.kesenian
58
Etty Minayu, S.Kom
S1
Sistem Komputer
komputer
59
Hernik Dwi K, SE
Ponorogo 26-04-1981 Ponorogo 20-02-1977 Ponorogo 09-01-1981 Ponorogo 01-07-1971 Ponorogo 13-10-1981 Ponorogo 19-09-1977 Ponorogo 10-07-1980 Ponorogo 09-08-1970 Ponorogo 05-01-1984 Malang 13-01-1981 Bojonegoro 16-02-1981 Ponorogo 15-10-1984
S1
Ekonomi
6.
Keadaan Siswa SMKN 1 Ponorogo. Keberadaan siswa/peserta didik dalam proses belajar mengajar di sekolah tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan guru sebagai pendidik/pengajar. Oleh karena itu siswa juga merupakan faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi pelaksanaan pendidikan agama di sekolah. Keadaan siswa SMKN 1 Ponorogo pada tahun 2008-2009 berjumlah 1017 siswa yaitu kelas X berjumlah 479 siswa, kelas XI
72
berjumlah 310 siswa, kelas XII berjumlah 228 siswa secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2 Keadaan Siswa SMK NEGERI 1 Ponorogo Tahun Ajaran 2008/200982 No
Kelas
Laki
Perempuan
Jumlah
1
X
28
451
479
2
XI
6
304
310
3
XII
8
220
228
42
975
1017
Jumlah
Sumber : Dokumentasi Kepala Sekolah SMKN 1 Ponorogo.
7. Keadaan Sarana dan Prasarana SMKN 1 Ponorogo Fasilitas pada suatu lembaga pendidikan adalah mutlak harus ada dan harus memenuhi kebutuhan pendidikan. Fasilitas berfungsi untuk kelangsungan kegiatan belajar mengajar sehingga siswa yang belajar dapat mendapatkan ilmu sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak lembaga pendidikan maupun siswa sendiri guna menunjang proses kelancaran belajar mengajar, maka SMK Negeri 1 Ponorogo menyediakan fasilitasfasilitas yang dapat digunakan meliputi inventaris dan perlengkapan
82
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 06/D/01-F/11-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian
73
sekolah antara lain: Gedung Sekolah, Musholla, Ruang Khusus Kepala Sekolah, Ruang Guru, Ruang UKS, Koperasi Sekolah, Perpustakaan.83
B. Data Khusus 1. Proses Pembelajaran Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun Ajaran 2008/2009. Proses pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dan siswa melalui bahasa verbal sebagai media utama penyampaian materi pelajaran. Proses pembelajaran sangat tergantung pada guru sebagai sumber belajar.84 Di SMK Negeri 1 Ponorogo proses pembelajarannya Seperti yang dikatakan oleh guru agama Islam bapak Ansor, sebagai berikut, Pembelajaran dimulai dengan setiap siswa diharuskan berwudhu kemudian membaca do’a dilanjutkan dengan membaca al-Qur’an selama 10 menit terus dimulai penyampaian materi belajar.85 Hal ini juga disampaikan oleh bapak munawar selaku guru agama Islam sekaligus waka kesiswaan, sebagai berikut sebelum pembelajaran dimulai setiap siswa saya anjurkan untuk berwudhu lalu shalat dhuha berjama’ah, setelah itu membaca Al-qur’an secara bersama-sama86 Hal ini juga ditambahkan oleh Ibu Nuzul, sebagai berikut, dalam pembelajaran agama disini saya 83
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 07/D/01-F/11-XII/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian 84 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran ( Jakarta: PT Fajar Interpratama, 2008), 197. 85 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/F-1/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 86 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/3-W/F-1/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian
74
cenderung menekankan pada pembelajaran tentang akhlak, serta kedisplinan, selain itu juga menggunakan metode-metode yang baru.87 Menurut beliau bapak Ansor bahwa kegiatan membaca al-Qur’an dilakukan setiap akan dimulainya jam pelajaran pendidikan agama Islam88 Lebih lanjut Ansor mengatakan bacaan yang dibaca berkaitan dengan materi yang akan disampaikan, setelah itu dijelaskan ke siswa kandungan dari ayat tersebut.89 Beliau juga menambahkan dengan setiap guru memiliki cara proses pembelajaran yang diadakan di SMKN 1 Ponorogo oleh guru agama sangatlah bervariasi.90 Lalu ibu Nuzul selaku guru agama Islam juga menambahkan bahwa siswa juga diminta untuk menghafal bacaan di dalam sholat, termasuk hafalan surat-surat pendek.91 Dewasa ini ketika ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, proses pembelajaran tidak lagi dimonopoli oleh kehadiran guru didalam kelas. Siswa dapat belajar dimana dan kapan saja.92 Mengingat bahwa Pembelajaran di SMK hanya 2 kali 45 menit selama satu minggu hal itu adalah waktu yang singkat untuk siswa dapat mengoptimalkan proses belajar di dalam kelas, hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh ibu Nuzul Nalini mengatakan pembelajaran saya anjurkan 87
Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/2-W/F-1/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 88 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/F-1/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 89 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/F-1/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 90 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/F-1/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 91 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/2-W/F-1/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 92 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran ( Jakarta: PT Fajar Interpratama, 2008), 198.
75
tidak hanya di sekolah saja melainkan dirumah juga harus belajar.93 Sela ini pembelajaran di SMK juga menggunakan metode diantaranya seperti yang di utarakan oleh Bapak Ansor Hidayatulloh sebagai berikut, dalam proses pembelajaran agama Islam saya menggunakan beberapa metode diantaranya; Metode Diskusi, Metode Ceramah, Metode Tanya Jawab, Metode Jigsaw, Metode Presentasi.94 Begitu pula Ibu Nuzul menambahkan pembelajaran saya buat dengan menggunakan Metode Debat jadi setiap anak setiap selesai pembelajaran saya berikan waktu untuk setiap siswa saling beradu argument sesuai yang telah dia dapat saat proses pembelajaran.95 Menurut bapak Munawar proses pembelajaran di lakukan dengan menanamkan keikhlasan dalam belajar agama agar dapat mencapai tujuan agama itu sendiri96 dalam pembelajaran oleh setiap guru dengan metode pembelajaran serta media yang ada
tetap mengusahakan agar
pembelajaran siswa dapat mencapai hasil serta kompetensi dengan menggunakan evaluasi baik secara lisan dan tertulis97 dengan proses pembelajaran yang telah dilakukan alhamdulillah baik para guru mapun
93
Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/2-W/F-1/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 94 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/F-1/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 95 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/2-W/F-1/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 96 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/3-W/F-1/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 97 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/F-1/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian
76
siswa dapat menerima dengan antusias siswa yang mau berusaha dalam belajar. 98
2. Upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas belajar PAI Guru agama SMKN I Ponorogo telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan keagamaan SMKN I Ponorogo sering mengadakan kegiatan keagamaan. Menurut bapak munawar bahwa untuk seleksi masuk penerimaan siswa baru, pihak sekolah mengadakan test membaca AlQur’an.99 Menurut Bapak Ansor selaku guru agama Islam mengatakan bahwa dalam SMKN 1 Ponorogo kegiatan keagamaan diisi dengan a. cerdas cermat agama, b. dialog interaktif, serta c. kajian keagamaan yang diadakan oleh anggota rohis bersama
guru agama yang dilaksanakan
menyambut hari besar Islam, d. Pondok Ramadhan di sekolah yang diikuti oleh seluruh siswa kelas X dan XI, serta penyembelihan hewan korban pada hari raya Idul Adha, e. Lomba-lomba pada bulan 1 Suro, antara lain: lomba hadroh antar kelas yang juga diselenggarakan oleh Rohis setiap tahun.100 Bapak Munawar menambahkan bahwa kalo saya cenderung menggunakan media ceramah dalam menyampaikan materi, serta masih menggunakan 98
materi
gaya
lama
dalam
menyampaikan
materi
Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/F-1/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 99 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/3-W/F-2/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 100 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/F-2/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian
77
pembelajaran.101 Serta agar pembelajaran bisa optimal maka seorang guru harus memotivasi siswa yaitu seperti yang dikatakan oleh ibu Nuzul bahwa dalam pembelajaran agama disini saya cenderung menekankan pada pembelajaran tentang akhlak, serta kedisplinan, selain itu juga menggunakan metode-metode yang baru.102 Selain itu juga beliau menambahkan bahwa setiap siswa saya anjurkan tidak hanya di sekolah saja melainkan dirumah juga harus belajar, semisal diberi tugas menghafal tiap-tiap ayat. Jadi walaupun saat dirumah tetap saya control dengan cara ketika pada pertemuan berikutnya akan saya lihat dengan menghafalkan surat-surat pendek atau bacaan sholat.103
3. Hambatan serta Pendukung guru dalam upaya meningkatkan kualitas belajar PAI di SMKN 1 Ponorogo. Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh dua kelompok faktor yaitu faktor yang berasal dari individu yang sedang belajar, dan faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor yang terdapat di dalam diri individu dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor psikis dan faktor fisik. Yang termasuk faktor psikis antara lain ialah kognitif, afektif, psikomotorik, campuran, dan kepribadian. Sedangkan faktor fisik antara lain kondisi indera, anggota badan dan tubuh, kelenjar, syaraf dan organorgan dalam tubuh. Menurut pengamatan guru bidang studi, seperti yang 101
Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/3-W/F-2/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 102 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/2-W/F-2/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 103 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/2-W/F-2/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian
78
dikatakan oleh bapak Ansor beliau menjelaskan bahwa kemampuan yang dimiliki siswa yang terbatas dalam memahami pelajaran, karena setiap siswa memiliki skill dan daya tangkap yang tidak sama.104 Lebih lanjut Ansor menjelaskan memang tampaknya saat diterangkan para siswa paham, tetapi dalam proses penerapan ilmu masih kurang maksimal. Terus keaktifan siswa dirasa sangat kurang.105 Hal ini diperkuat oleh pendapat dari Nurismi Giarti siswi jurusan rekayasa perangkat lunak, faktor yang menjadi penghambat dalam pembelajaran adalah situasi kelas yang terkadang tidak kondusif. Di saat guru memberi penjelasan materi, siswa yang lain ramai sendiri.106 Sehingga materi tidak bisa diterima siswa secara maksimal. selain itu ditambahkan oleh Ibu Nuzul karena Durasi belajar agama Islam hanya 2 jam 45 menit selama satu minggu serta kurangnya dorongan orang tua dalam pembelajaran terutama pendidikan agama
Islam.107
Para
siswa
sendiri
juga
mempunyai
pendapat
senada.seperti yang diutarakan oleh Elvina terkadang disaat jam mengajar guru mempunyai kesibukan akademis yang tidak dapat ditinggalkan. Sehingga ada beberapa pertemuan yang terlewatkan.108 Sedangkan menurut bapak munawar daya serap siswa yang kurang atas materi yang
104
Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/F-3/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 105 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/F-3/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 106 Hasil wawancara dengan Nurismi Giarti selaku siswi kelas RPL di SMK Negeri 1Ponorogo. 107 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/2-W/F-3/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 108 Hasil wawancara dengan Elvina selaku siswi kelas RPL di SMK Negeri 1Ponorogo.
79
telah disampaikan,109 serta kurangnya siswa yang mempelajari kembali dirumah.110 Salah satu siswi juga menguatkan yaitu karena siswa merasa jenuh dengan materi yang diajarkan, inilah yang sering membuat siswa kurang konsentrasi dalam menerima materi pelajaran.111
109
Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/3-W/F-3/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 110 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/3-W/F-3/08-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian 111 Hasil wawancara dengan Selva Kurnia selaku siswi kelas RPL di SMK Negeri 1 Ponorogo.
80
BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS BELAJAR SISWA
A. Analisis Kegiatan Pembelajaran PAI kelas X Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak di SMKN 1 Ponorogo. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menganalisa kegiatan pembelajaran di SMKN I Ponorogo sudah memenuhi standart kompetensi berdasarkan KTSP. Hal ini terbukti berdasarkan observasi penulis dapat mengelompokkan menjadi 2 bagian dalam proses pembelajaran PAI. Yakni, sistem pembelajaran formal dan non formal. Pembelajaran formal dilakukan seperti pada umumnya sekolah, dengan pemberian teori atau materi dalam jam mengajar. Sedangkan non formal adalah kegiatan keagamaan yang dilakukan di luar jam pelajaran dan melibatkan siswa secara langsung. Seperti penjelasan Ansor Hidayatulloh selaku guru agama jurusan RPL, proses pembelajaran PAI di SMKN 1 Ponorogo dimulai dengan berwudhu setelah itu membaca al-Qur’an secara bersama-sama membaca al-Qur’an. Kegiatan membaca al-Qur’an dilakukan setiap akan dimulainya jam pelajaran pendidikan agama Islam. Lebih lanjut Ansor mengatakan bacaan yang dibaca berkaitan dengan materi yang akan disampaikan, setelah itu dijelaskan ke siswa kandungan dari ayat tersebut. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan diakhir
81
81
jam pelajaran siswa diberi tugas sebagai bentuk evaluasi dari materi yang telah disampaikan. Dalam proses kegiatan pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk mengembang diri dengan beberapa ilmu fiqih. Seperti yang disampaikan Nuzul Nalini guru agama kelas X, siswa juga diminta untuk
menghafal
bacaan di dalam sholat, termasuk hafalan surat-surat pendek. Menurutnya ilmu tidak sekedar teori tapi juga harus diterapkan biar mudah diingat dan dipahami. Selain itu, penulis juga mengamati proses toleransi dikelas ternyata cukup tinggi. Bahkan sering beberapa materi agama Islam didiskusikan dengan siswa yang berbeda agama. Sehingga ada perbedaan persepsi antar siswa, meski demikian justru suasana kegiatan pembelajaran semakin meriah dan hidup. Sedangkan guru sebagai fasilitator sekaligus penengah dari perdebatan tersebut juga cukup professional dalam memberikan solusi dan jalan tengahnya. Sebenarnya jurusan rekayasa perangkat lunak ini memang baru berjalan satu tahun, yang terdiri dari dua kelas. Namun meski baru banyak fasilitas kelas yang tersedia. Dibanding kelas lain jurusan RPL mempunyai keunggulan
dibidang
IT.
Kelas
tersebut
menyediakan
LCD,
Monitor/Komputer, dan bahkan ada proyektor. Jadi setiap guru yang mengajar dikelas tersebut bisa menyiapkan materi dengan multi media yang telah tersedia.
82
Penulis mengamati SMKN 1 Ponorogo meski tingkatan sekolah umum namun dalam bidang keagamaan sangatlah diutamakan. Bahkan untuk seleksi masuk penerimaan siswa baru, pihak sekolah mengadakan test membaca AlQur’an. Ini membuktikan kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMKN I Ponorogo sangat diperhatikan.
B. Analisis Upaya Yang Dilakukan Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Belajar PAI Guru agama SMKN I Ponorogo telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualiatas belajar siswa. Untuk itu pihak sekolah/ guru melakukan pendekatan baik secara personal maupun struktural. Pendekatanpendekatan itu antara lain: 1. Pendekatan personal Pendekatan ini dilakukan beberapa guru/elemen sekolah yang berkaitan langsung dengan siswa. Yang mengarah pada konsep komunikasi secara individu. 2. Pendekatan individual Pendekatan yang secara individu dilakukan oleh guru. Pendekatan ini mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajar. Apabila ada kasus-kasus yang timbul ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung hanya dapat diatasi dengan pendekatan individual. Misalnya ketika ditengah-tengah penyampaian materi pelajaran ada siswa yang ramai sendiri maka tugas guru adalah menegurnya. Dan jika memang
83
sudah kelewat batas biasa akan diberi tugas individu sebagai kompensasi dari kesalahan yang dilakukan. 3. Pendekatan bervariasi Pendekatan ini mengarah bahwa guru harus multifungsi. Selain menjadi seorang guru, guru
juga sebagai orang tua siswa ketika di
sekolah. Untuk itu akan terjadi komunikasi yang bagus antar siswa dan guru. Apabila terdapat siswa yang ramai sendiri mereka merasa bosan dengan cara penyampaian guru yang mungkin monoton. Maka sesekali dapat diadakan kegiatan pembelajaran diluar kelas, mengadakan diskusi, metode tanya jawab, metode jigsaw, atau bahkan presentasi didepan kelas oleh siswa. 4. Pendekatan Struktural Pendekatan ini dilakukan pihak sekolah secara terstruktural, yang bertujuan agar mempunyai jiwa keagamaan yang tinggi, antara lain: a. Mengadakan lomba-lomba keagamaan, misalnya pada saat hari –hari besar Islam para guru bersama anggota rohis mengadakan kegiatan ilmiah dan islamiyah yaitu dialog interaktif, cerdas cermat agama yang bertujuan untuk menambah wawasan dan sebagai motivasi dalam pembelajaran PAI, selain itu kegiatan bimbingan atau kajian agama di rohis denga nama jum’at bersih yang bertujuan untuk menanamkan jiwa sosial dan menambah keimanan terhadap diri masing-masing siswa.
84
b. Mengadakan kegiatan yang dilakukan sehari-hari yaitu melaksanakan shalat dhuha berjama’ah yang dilaksanakan oleh siswa sebelum memasuki kelas dan bagi non Islam diperbolehkan ke perpustakaan atau bahakan sampai diajak berdebat tentang keyakinan masingmasing. c. Mengadakan kegiatan pondok Ramadhan yang dilaksanakan pada bulan ramadhan yang diikuti oleh kelas X dan XI selama 2 minggu di sekolahan yang bertujuan untuk menanamkan jiwa agamis dalam diri masing-masing siswa. d. Mengadakan penyembelihan hewan kurban pada saat hari raya Idul Adha, yang dilakukan oleh para guru bersama anggota rohis yang dananya diambil dari setiap iuran kas kelas dari siswa. e. Sering mengadakan latihan, dalam hal ini latihan yang dilakukan arahnya ke pengasahan bakat individu anak dibidang keagamaan. ini dilakukan untuk mngetahui sejauh mana siswa menyerap dan menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru maka guru mengadakan evaluasi baik praktek maupun teori.
C. Analisis Hambatan serta Pendukung Guru Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Belajar PAI di SMKN 1 Ponorogo. Berdasarkan hasil penelitian penulis menemukan beberapa hambatan yang dialami guru maupun siswa dalam rangka upaya meningkatkan kualita
85
belajar PAI di SMKN I Ponorogo. Dari pengamatan penulis ada 2 faktor yang cukup menjadi penghambat, antara lain faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor Internal Faktor ini sangat berpengaruh dari segi psikologi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran PAI. Dimana siswa cenderung kurang termotifasi untuk berperan aktif dalam proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Dasar kemampuan/pemahaman siswa tidak bisa terasah secara maksimal karena kurangnya dukungan dari keluarga. Menurut Ansor Hidayatulloh selaku guru agama bahwa kendala guru dalam upaya peningkatan kualitas belajar siswa adalah kemampuan siswa yang terbatas dalam memahami pelajaran karena setiap siswa memiliki skill dan daya tangkap yang tidak sama. Lebih lanjut Ansor menjelaskan memang tampaknya saat diterangkan para siswa paham, tetapi dalam proses penerapan ilmu masih kurang maksimal. Hal ini bisa jadi siswa tidak ada kemauan untuk mempelajari kembali materi yang sudah diberikan dirumah. 2. Faktor Eksternal Daya dukung dalam proses belajar tidak hanya dari pribadi siswa tetapi pihak sekolah juga mempunyai daya dukung tinggi. Faktor ini sangat berpengaruh melihat jam belajar siswa disekolah masih minim. Durasi waktu belajar agama Islam hanya 2 jam 45 menit selama satu minggu, Sehingga proses pembelajaran kurang bisa optimal atau mencapai standart kompetensi.
86
Selain itu menurut pendapat beberapa siswa diataranya Elvina siswa RPL satu mengatakan, terkadang disaat jam mengajar guru mempunyai kesibukan akademis yang tidak dapat ditinggalkan. Sehingga ada beberapa pertemuan yang terlewatkan. Sedangkan Selva Kurnia yang juga siswa RPL menjelaskan, terkadang guru kurang bisa memahami situasi (mood) yang dinginkan siswa, seringnya disaat guru menerangkan ada guru yang hanya menggunakan metode ceramah sehingga para siswa hanya bisa diam tidak dapat merespon. Karena siswa merasa jenuh dengan materi yang diajarkan, inilah yang sering membuat siswa kurang konsentrasi dalam menerima materi pelajaran. Adapun pendapat lain yakni dari siswa Nurismi Giarti siswi jurusan rekayasa perangkat lunak, faktor yang menjadi penghambat dalam pembelajaran adalah situasi kelas yang terkadang tidak kondusif. Disaat guru memberi penjelasan materi, siswa yang lain ramai sendiri. Sehingga materi tidak bisa diterima siswa secara maksimal. Sedangkan
Faktor
yang
menjadi
pendukung
Dalam
Upaya
meningkatkan kualitas belajar kelas X RPL adalah meliputi faktor internal dan eksternal. 1. Faktor Internal a) Siswa Obyek utama dalam proses belajar mengajar, karena itu kita harus memperhatikan segi murid sebagai obyek yang diarahkan. Siswa didik harus diperhatikan dari segi kualitas pendidikan serta
87
kualitas pengalaman pendidikan serta sikapnya dalam proses pembelajaran. b) Kesemangatan siswa yang dalam mempelajari di rumah c) Sebagian siswa yang sudah mengikuti kegiatan mengaji di rumah d) Kemauan siswa untuk menanyakan kembali atas materi yang belum jelas kepada guru agama. 2. Faktor Eksternal a) Guru Orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar, serta mampu membawa siswa kepada tujuan yang ingin dicapai. Guru harus berpandangan luas, guru harus memiliki kewibawan, kewibawan seorang guru adalah sesuatu yang berarti guru mempunyai kesungguhan, suatu kekuatan, sesuatu yang dapat memberi kesan dan seorang Guru harus mampu menjadi penyemangat (Motivator) yang baik bagi siswa. b) Fasilitas merupakan masalah yang esensial dalam pendidikan (sebagai penjelasan dalam penyampaian pendidikan). c) Program, Tujuan, Rencana Dalam proses belajar mengajar haruslah mempunyai tujuan yang jelas. d) Kurikulum yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, dan dipandang sebagai bagian dari kehidupan. e) Kesadaran orang tua dalam pendidikan anak terutama dalam pendidikan agama
88
f) Penerapan strategi yang inovatif dalam setiap pembelajaran sehingga siswa tidak merasa bosan. g) Adanya penambahan guru pada pembelajaran yang professional dan mumpuni dalam bidangnya sehingga tujuan dari pendidikan tercapai. h) Pendekatan seorang wali kelas terhadap anak didiknya. i) Bapak ibu guru yang lain yang senantiasa mengingatkan siswa dalam hal keagamaan. j) Serta adanya kegiatan ekstra “Rohis” yang diadakan setiap hari jum’at.
89
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian analisis dan interpretasi data dalam bab IV, maka penulis menyimpulkan yakni: 1. Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di SMKN 1 Ponorogo khususnya di kelas X RPL masih minim, misalnya pembacaan al-Qu’an, penyampaian materi keagamaan menggunakan metode-metode dalam pembelajaran. Hal ini bisa dilihat dari jam pertemuan mata pelajaran PAI hanya 90 menit dalam satu minggu. 2. Adapun upaya guru untuk meningkatkan kualitas belajar adalah pada saat proses pembelajaran menggunakan metode yang lebih variatif yaitu dengan metode ceramah, tanya jawab, jigsaw, dan lain-lain. Serta adanya kegiatan penunjang yang diadakan pihak sekolah. 3. Hambatan dalam belajar agama ada 2 internal dan eksternal internal adalah siswa terkadang ramai sendiri, banyak bercanda, tertidur dalam kelas, ekternal adalah guru sering tidak masuk kelas. Adapun kegiatan yang mendukung juga ada 2 internal dan eksternal. internal adalah kualitas siswa, semangat siswa dalam belajar, kemauan siswa dalam mempelajari di rumah, keinginan siswa dalam menyakan kembali materi yang belum mereka pahami kepada guru agama, serta kesadaran siswa untuk mengikuti kegiatan mengaji di rumah. eksternal adalah kegiatan FKPMP
90
90
(Forum Komunikasi Pelajar Muslim Ponorogo) yang mengadakan sharring tentang kegiatan rohani di sekolah-sekolah, kegiatan rutin oleh rohis setiap satu minggu sekali yaitu hadrah, qiro’ah, mading, dialog interaktif,
pondok
romadhon,
peringatan-peringatan
maulid
Nabi.
Kesadaran orang tua dalam pendidikan anak terutama dalam pendidikan agama, serta pendekatan para guru juga wali kelas terhadap anak didiknya.
B. Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dibahaskan dalam skripsi dan setelah dikemukakan kesimpulan di atas. Maka perkenankan lah penulis mengajukan saran-saran, sebagai berikut : 1. Kepala sekolah sebaiknya sering mengontrol para guru dalam proses pembelajaran agama, dan memberi motivasi dalam rangka untuk meningkatkan kinerja para guru khususnya bidang keagamaan, serta menambahkan waktu pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan baik dan maksimal. 2. Guru agama Islam sebaiknya senantiasa memanfatkan waktu serta mengoptimalkan waktu agar proses pembelajaran khususnya bidang keagamaan dapat berjalan secara maksimal serta dapat mencapai kompetensi yang ada, serta meningkatkan atas kegiatan yang dapat mendukung keberhasilan siswa dalam memperdalam ilmu agama.
91
3. Para siswa sebaiknya betul-betul memaksimalkan waktu dengan sebaik mungkin mengingat waktu yang tersedia sangatlah sedikit sehingga dapat mencapai kualitas siswa dalam proses pembelajaran agama Islam.
92
DAFTAR PUSTAKA Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama Di Sekolah Umum Visi, Misi, Dan Aksi, Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2000 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta,1997 Cece Wijaya, Djadja Djadjuri, Tabrani Rusyan, Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991. Darajat Zakia, et, all, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara. 2002. Depag RI. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada SMTA, Jakarta: CV Multiyasa, 1985. Departemen Agama RI, kurikulum madrasah aliyah(GBPP) mata pelajaran aqidah ahlak, loc.cit Jakarta: 1998. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997. Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan System, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002. Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara, 2001. Hamalik, Oemar. Media Pendidikan, Bandung: Alumni,1986. Http://media. diknas. go. id/media/document/5410.pdf. Hadi Amirul dan Haryono, Metodologi Penelelitian Pendidikan Untuk IAIN dan PTAIS Semua Fakultas dan Jurusan, Komponen MKK, Bandung: Pustaka Setia, Kaufman, A. Roger, Dalam Nur Uhbiyahti, Ilmu Pendidikan Islam II Bandung: CV Setia Pustaka,1997. Mansyur, Materi pokok strategi belajar mengajar, Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,1995. Moleong Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000. Muhadjir Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1999.
93
93
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Semarang:fakultas tarbiyah IAIN walisongo, 2001. Pidarta, Made. Perencanaan Pendidikan Partisipatori dengan Pendekatan Sistem, Jakarta: Rineka Cipta, 1988. R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003 cetakan kedua. Rama, Yulis. Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: Kalam Mulia,cet. Kelima, 2006. Riyanto Yatim, Metodologi Penelitian Pendidikan, Suatu Tinjauan Dasar Surabaya: Penerbit SIC, 1991. Seksi Dokumentasi Dan Informasi Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur, MEDIA’’wahana informasi komunikasi dan dedikasi’’majalah pendidikan dan kebudayaan propinsi jawa timur No.06, Surabaya: CV Karunia, 2004. Seksi Dokumentasi Dan Informasi Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur, MEDIA’’wahana informasi komunikas dan dedikasi’’majalah pendidikan dan kebudayaan Propinsi Jawa Timur No.02, Surabaya: CV Karunia, 2004. Sudjana S, Strategi Pembelajaran, Bandung: Falah Production, 2000. Sugijono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2006. Suharsismi, Arikunto. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rineka Cipta, Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Bandung:Remaja Rosydakarya, 2005.
Psikologi
Proses
Pendidikan
Syah, Muhibin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997. Tabrani, Atang Kusdinar, Zainal Arifin, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1989. Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005. Uhbiyahti, Nur. Ilmu Pendidikan Islam II Bandung: CV Setia Pustaka,1997. Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: PT Fajar Interpratama, 2008.