13
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk
membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan ekonomi harus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kegiatan ekonomi di berbagai sektor akan memberikan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap penciptaan lapangan kerja, sehingga diharapkan peningkatan pendapatan, serta kesejahteraan masyarakat dapat diperbaiki. Todaro (2006) mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang bersifat multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Jadi pada hakekatnya, pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikan keanekaragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual
maupun kelompok-kelompok sosial di dalamnya untuk
Universitas Sumatera Utara
14
bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik, secara material maupun spiritual. Sukirno (2006) menyatakan bahwa pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan. Artinya, ada atau tidaknya pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak saja diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke tahun, tetapi juga perlu diukur dari perubahan lain yang berlaku dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan dalam infrastruktur yang tersedia, peningkatan dalam pendapatan serta kemakmuran masyarakat. Weiss dalam Tambunan (2001), menyatakan bahwa pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama, ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri manufaktur dengan increasing returns to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dengan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu wilayah dapat dilihat dari pendapatan perkapita masyarakat yang mengalami peningkatan secara terus– menerus (dalam jangka panjang) dan disertai terjadinya perubahan fundamental dalam struktur ekonomi. Dengan demikian, pembangunan ekonomi lebih bersifat
Universitas Sumatera Utara
15
kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahanperubahan dalam struktur produksi dan adanya alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan atau pendidikan , dan teknik. Pembangunan ekonomi tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Yang
dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu wilayah dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di wilayah tersebut. Menurut Kuznets dalam Sirojuzilam (2003), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak barang kepada penduduknya, kemampuan ini bertambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukan. Dengan demikian ukuran keberhasilan pertumbuhan ekonomi lebih bersifat kuantitatif, dimana ditunjukkan dengan adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat produksi (output) yang dihasilkan. Pembangunan ekonomi makro memakai pendekatan sektoral dengan target peningkatan produksi di setiap sektor, yang akan mencerminkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan faktor penting yang harus ada di dalam pembangunan ekonomi, dimana laju pertumbuhan ekonomi diharapkan harus lebih besar daripada laju pertumbuhan penduduk, dengan demikian
Universitas Sumatera Utara
16
peningkatan pendapatan perkapita dapat tercapai. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi dengan sendirinya ataupun dengan campur tangan pemerintah harus dapat dinikmati masyarakat. Proses pembangunan ekonomi akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi baik dari sisi permintaan agregat (Agregat Demand) maupun dari sisi penawaran agregat (Agregat Supply). Dari sisi permintaan agregat (Agregat Demand), perubahan pada struktur ekonomi disebabkan karena adanya peningkatan pendapatan masyarakat yang membuat perubahan pada selera (taste) yang akan terefleksi pada perubahan pola konsumsinya. Sedangkan dari sisi
penawaran agregat (Agregat Supply), faktor-faktor pendorong utamanya
adalah terjadinya perubahan teknologi (technological progress), peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), serta penemuan material-material baru untuk produksi. Dengan demikian produksi merupakan sumber penting pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi secara terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur perekonomian wilayah. Transformasi struktural berarti suatu proses perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri atau jasa, dimana masing-masing sektor akan mengalami proses transformasi yang berbeda-beda. Proses perubahan struktur ekonomi terkadang diartikan sebagai proses industrialisasi. Tahapan ini diwujudkan secara historis melalui kenaikan kontribusi sektor industri manufaktur dalam permintaan konsumen, total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), ekspor dan kesempatan kerja.
Universitas Sumatera Utara
17
Selanjutnya Chenery dalam Tambunan (2001) juga menyatakan bahwa perubahan struktur ekonomi yang umum disebut dengan transformasi struktural diartikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam komposisi Agregat Demand, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), Agregat Supply (produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Transformasi ekonomi merupakan salah satu indikator terjadinya pembangunan perekonomian wilayah. Jika terjadi proses transformasi ekonomi maka dapat dinyatakan bahwa telah terjadi pembangunan ekonomi dan perlu pengembangan lebih lanjut, akantetapi jika tidak terjadi proses transformasi maka pemerintah daerah perlu mengadakan perbaikan dalam penyusunan perencanaan wilayahnya, sehingga kebijakan pembangunan yang disusun menjadi lebih terarah agar tujuan pembangunan dapat tercapai. Adapun beberapa faktor penyebab terjadinya transformasi ekonomi yaitu, pertama disebabkan oleh sifat manusia dalam kegiatan konsumsinya. Sesuai dengan Hukum Engels bahwa makin tinggi pendapatan masyarakat, maka makin sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan pertanian, sebaliknya proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli barang-barang produksi industri menjadi bertambah besar. Dengan demikian peranan sektor industri akan semakin besar dibandingkan sektor pertanian. Kedua, perubahan struktur ekonomi disebabkan pula oleh perubahan teknologi yang berlangsung
Universitas Sumatera Utara
18
secara terus–menerus. Proses transformasi struktural akan berjalan cepat jika terjadi pergeseran pola permintaan domestik kearah output industri manufaktur diperkuat oleh perubahan yang serupa dalam komposisi perdagangan luar negeri atau ekspor. Sukirno (2006) menjelaskan bahwa, berdasarkan lapangan usaha maka sektor-sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibedakan dalam tiga kelompok utama yaitu: 1. Sektor primer, yang terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan dan penggalian. 2. Sektor sekunder, terdiri dari industri pengolahan, listrik, gas dan air, bangunan. 3. Sektor tertier, terdiri dari perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, jasa-jasa lain (termasuk pemerintahan) Pada umumnya, transformasi yang terjadi di negara berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri, atau terjadinya transformasi dari sektor primer kepada sektor non primer (sekunder dan tertier). Seperti yang terlihat pada Gambar 1.1 berikut ini, dimana berdasarkan hasil studi Chenery dan Syrquin bahwa perubahan kontribusi sektoral terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto Regional dalam jangka panjang akan menunjukkan pola sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
19
Sumber: Tulus Tambunan (2001) Gambar 1.1 Perubahan Struktur Ekonomi dalam Proses Pembangunan Ekonomi Terlihat pada Gambar 1.1 tersebut bahwa kontribusi output dari sektor primer terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) semakin mengecil sedangkan pangsa Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor sekunder dan tertier mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan pendapatan nasional perkapita. Dengan demikian, transformasi ekonomi menunjukkan terjadinya peralihan kegiatan ekonomi dari perekonomian tradisional menjadi perkonomian yang modern. Kontribusi sektor sekunder dan tertier terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Sumatera Utara terus mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan 1.2 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
20
Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 (dalam milyar rupiah)
Lapangan usaha
2001 Milyar % Rupiah 7749,60 31,11 309,77 1,24
2002 Milyar % Rupiah 7924,48 30,57 332,98 1,28
2003 Milyar % Rupiah 8211,36 30,33 361,34 1,33
1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 5391,97 21,64 5665,95 21,85 5904.13 21,81 3. Industri 411,76 1,65 447,09 1,72 462,43 1,71 4. Listrik, Gas & Air Minum 1067,02 4,28 1112,46 4,29 1184,49 4,38 5. Bangunan 4257,11 17,09 4465,33 17,22 4632,71 17,11 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 9,20 7. Pengangkutan & 2155,88 8,65 2299,19 8,87 2491,03 Komunikasi 1687,49 6,77 1737,12 6,70 1799,28 6,65 8. Keuangan, Asuransi, Usaha persewaan bangunan & tanah, Jasa Perusahaan 1880,44 7,55 1940,75 7,49 2024,47 7,48 9. Jasa-jasa 24911,05 100 25925,36 100 27071,25 100 PDRB 24771,48 99,44 25781,29 99,44 26929,44 99,48 PDRB Tanpa Migas Sumber: Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara Berbagai Tahun (diolah) Dari Tabel 1.1 menunjukkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimana sektor tertier memberi kontribusi terbesar terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Terlihat bahwa konstribusi sektor tertier dari tahun 2001 sampai dengan 2003 sebesar 40.06 persen, 40.28 persen, dan 40.44 persen. Kemudian sektor primer menempati peringkat kedua dalam pembentukan PDRB Propinsi Sumut, dimana kontribusi sektor primer dari tahun 2001 sampai tahun
Universitas Sumatera Utara
21
2003 sebesar 32.35 persen, 31.85 persen , dan 31.66 persen. Pada tahun 2002 sektor primer mengalami penurunan persentase kontribusi. Di posisi ketiga ditempati sektor sekunder, dimana kontribusi sektor ini dari tahun 2001 sampai 2003 sebesar 27.57 persen, 27.86 persen, dan 27.90 persen. Ini berarti bahwa, kontribusi sektor sekunder dalam pembentukan PDRB Propinsi Sumut mengalami peningkatan secara terus- menerus. Kemudian berdasarkan Tabel 1.2 di bawah ini dapat dilihat bahwa Produk Domestik Bruto (PDRB) Propinsi Sumatera Utara dari tahun 2004 sampai dengan 2006 mengalami peningkatan, dimana sektor tertier memberi kontribusi terbesar terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Terlihat bahwa konstribusi sektor tertier dari tahun 2004 sampai dengan 2006 adalah 41.94 persen, 42.21 persen, dan 43.08 persen. Sektor sekunder menempati peringkat kedua dalam pembentukan PDRB Propinsi Sumut, dimana kontribusi sektor sekunder dari tahun 2004 sampai tahun 2006 adalah 31.09 persen, 31.33 persen, dan 31.39 persen. Posisi ketiga ditempati sektor primer, dimana kontribusi sektor ini dari tahun 2004 sampai 2006 adalah 25.76 persen, 25.25 persen, dan 24.33 persen. Dengan demikian terlihat bahwa kontribusi sektor primer dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Sumut mengalami penurunan dibandingkan sektor lainnya.
Universitas Sumatera Utara
22
Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (dalam milyar rupiah) 2004 Lapangan usaha
Milyar Rupiah 21 465,42 1 009,92
2005
2006
%
Milyar % Milyar % Rupiah Rupiah 25,76 22 191,30 25,25 22 707,19 24,33 1,21 1 074,75 1,22 1 119,58 1,20
1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 20 337,03 24,41 21 305,37 24,24 22 470,57 24,08 3. Industri 681,20 0,82 716,25 0,81 738,31 0,79 4. Listrik, Gas & Air Minum 4 883,08 5,86 5 515,98 6,28 6 085,61 6,52 5. Bangunan 15 230,32 18,28 15 984,93 18,19 17 095,26 18,32 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6 702,18 8,04 7 379,92 8,40 8 259,20 8,85 7. Pengangkutan & komunikasi 5 077,30 6,09 5 440,50 6,19 5 977,57 6,40 8. Keuangan, Asuransi, Usaha persewaan bangunan& tanah, Jasa Perusahaan 7 942,51 9,53 8 288,79 9,43 8 876,81 9,51 9. Jasa-jasa 83 328,95 100 87 897,79 100 93 330,11 100 PDRB PDRB Tanpa Migas 82 675,24 99,22 87 240,28 99,25 92 681,69 99,31 Sumber: Badan Pusat Statistik , Propinsi Sumatera Utara Berbagai Tahun (diolah) Hal ini berarti antara tahun 2001 sampai dengan tahun 2006 sektor primer tidak lagi memberikan kontribusi terbesar pada pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan demikian, hal ini merupakan suatu fenomena yang menarik untuk diteliti, salah satunya untuk mengetahui apakah perubahan sruktur ekonomi yang terjadi mengarah kepada proses transformasi ekonomi di Propinsi Sumatera Utara. Selain itu, penelitian ini juga akan menganalisis potensi
Universitas Sumatera Utara
23
sektor-sektor ekonomi yang dimiliki Propinsi Sumatera Utara, sebab seperti yang diketahui tidak semua sektor dalam perekonomian memiliki kemampuan tumbuh yang sama, oleh karena itu perencanaan pembangunan regional biasanya akan memanfaatkan dan mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang dianggap berpotensi sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi, dengan demikian perekonomian di wilayah tersebut dapat mengalami akselerasi pembangunan. Untuk itu, berdasarkan uraian–uraian yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perubahan Struktur Ekonomi Di Propinsi Sumatera Utara”
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat perumusan masalah yang akan diteliti yaitu: 1) Apakah perubahan sruktur ekonomi yang terjadi di Propinsi Sumatera Utara mengarah kepada proses transformasi ekonomi? 2) Sektor apakah yang berpotensi di Propinsi Sumatera Utara?
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah: 1) Untuk menganalisis proses perubahan sruktur ekonomi yang terjadi di Propinsi Sumatera.
Universitas Sumatera Utara
24
2) Untuk mengetahui dan menganalisis sektor-sektor yang berpotensi di Propinsi Sumatera.
1.4
Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1) Bagi penulis, penelitian ini merupakan pelatihan intelektual (intelectual exercise) yang diharapkan dapat mempertajam daya pikir ilmiah serta meningkatkan kompetensi dalam disiplin ilmu yang digeluti. 2) Bagi masyarakat ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kemajuan dan pengembangan ilmu ekonomi pembangunan khususnya mengenai perubahan struktur ekonomi ekonomi yang terjadi di Propinsi Sumatera Utara. 3) Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam menetapkan kebijakan khususnya bidang perekonomian dan perencanaan pembangunan daerah Propinsi Sumatera Utara. 4)
Sebagai sumber referensi bagi peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai perubahan struktur ekonomi dengan ruang lingkup dan kajian yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara