BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.1 Salah satu di antaranya adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas pelayanan kesehatan untuk seluruh masyarakat.2 Kesehatan besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional yang pada
hakikatnya
adalah
pembangunan
manusia
Indonesia
seutuhnya
dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945.3 Pelayanan kesehatan akan terus mengalami perkembangan, tidak terkecuali pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa. Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing merupakan rumah sakit tipe C+ milik PTP Nusantara II yang terletak di Jl. Medan-Tanjung Morawa Km 16 Kabupaten Deli Serdang. Rumah sakit ini dahulu dikenal dengan nama Rumah Sakit 1
UU No. 23 Tahun 1992 Tentang : Kesehatan, LN 1992/100; TLN NO. 3495, hal. 2. Dalmy Iskandar, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan Dan Pasien, Jakarta: Sinar Grafika, 1998, hal. 6. 3 UU No. 23 Tahun 1992, Op. Cit. hal. 1. 2
16
Universitas Sumatera Utara
kebon atau Rumah Sakit PNP (Perusahaan Nasional Perkebunan) dan hanya melayani pasien dari karyawan perkebunan PTP Nusantara II, namun sekarang rumah sakit ini telah melayani pasien umum non karyawan PTP Nusantara II. Artinya, saat ini siapa saja diperbolehkan untuk berobat ke RSU Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa. Pada awal berdirinya RSU Dr. GL Tobing bernama Hospitaal Te Tandjong Morawa yang didirikan tahun 1882.4 Rumah sakit ini merupakan tempat pelayanan kesehatan milik Senembah Maatschappij yang ditujukan untuk mengobati para buruh perkebunan tembakau yang sakit. Sebab pada waktu itu, setiap perkebunan memiliki pusat pelayanan kesehatan terhadap para buruhnya. Rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit yang cukup populer, terutama dalam hal penanganan penyakit kolera yang berkembang pada masa itu di perkebunan. Senembah Maatschappij juga merupakan salah satu perkebunan dengan tingkat kesehatan yang cukup tinggi.5 Setelah kemerdekaan, seluruh perkebunan milik asing dinasionalisasi menjadi milik pemerintah. Tidak terkecuali Senembah Maatschappij beserta pelayanan kesehatannya. Maka berdasarkan SK No. : II.0/KPTS/3/1969 yang dikeluarkan Direktur Utama MD. Nasution, rumah sakit PNP-II Tanjung Morawa disahkan menjadi Rumah Sakit Dr. Gerhard Lumban Tobing PT Perkebunan II Tanjung Morawa.6
4
Website PTPN II, http://ptpn2.com/content/view/21/123/ (diakses tanggal 9 Oktober 2010) Jan Bremen, Menjinakkan Sang Kuli Politik Kolonial Pada Awal Abad Ke 20, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1997. hal. 124-126. 6 Website PTPN II, http://ptpn2.com/content/view/21/123/ (diakses tanggal 9 Oktober 2010) 5
17
Universitas Sumatera Utara
Daerah Tanjung Morawa pada awalnya merupakan daerah perlintasan bagi orang-orang yang berasal dari Medan menuju Perbaungan, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, atau kota-kota lainnya. Seiring perkembangan waktu, Tanjung Morawa mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pertambahan penduduk baik itu karena faktor kelahiran atau migrasi menjadikan daerah ini berkembang pesat menjadi daerah industri dan bukan sekedar daerah perlintasan saja. Sejalan dengan perkembangannya, diperlukan sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Salah satunya adalah RSU Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa. Keberhasilan rumah sakit ini di masa lalu dalam menangani penyakit yang berkembang di Senembah Maatschappij menjadi salah satu alasan yang melatarbelakangi penelitian mengenai RSU Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa. Sejalan dengan perkembangannya rumah sakit ini turut memberi peranan besar dalam peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah Tanjung Morawa dan sekitarnya. Walaupun saat ini banyak berdiri rumah sakit baru di Tanjung Morawa dan sekitarnya, namun RSU Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa masih tetap bertahan dan tetap melakukan fungsinya sebagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat. Minimnya informasi dan tidak adanya literatur mengenai sejarah berdirinya rumah sakit ini, serta untuk mengetahui bagaimana perkembangan rumah sakit ini menjadi alasan berikutnya untuk melakukan penelitian. Penelitian ini diberi judul Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa (1970-2000). Skop temporal penelitian dimulai dari tahun 1970 sampai tahun 2000. Tahun 1970 dipilih sebagai batas awal penelitian karena tahun
18
Universitas Sumatera Utara
tersebut merupakan tahun awal kegiatan operasional rumah sakit ini setelah dinasionalisasi di tahun sebelumnya yaitu 1969. Tahun 2000 dipilih sebagai batas akhir penelitian karena pada tahun tersebut sudah dapat dilihat adanya perubahan dalam rumah sakit ini. Peristiwa sejarah memang tidak dapat terulang kembali. Maka perlu dilakukan perekonstruksian terhadap kehidupan manusia yang terjadi di masa lalu. Walaupun tidak dapat lagi ditampilkan atau direkonstruksikan seutuhnya karena keterbatasan sumber dan skop temporal, paling tidak peristiwa sejarah yang terjadi di masa lalu dapat dijadikan pelajaran di masa sekarang dan dijadikan pedoman bertindak di masa yang akan datang.
2. Rumusan Masalah Penelitian ini berfokus untuk membahas mengenai sejarah, perkembangan dan peranan Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa dari tahun 1970 hingga tahun 2000. Berangkat dari latar belakang di atas maka dibuatlah suatu perumusan mengenai permasalahan yang hendak diteliti yang digunakan sebagai landasan utama dalam penelitian. Untuk mempermudah proses penelitian, maka pembahasannya dirumuskan terhadap masalah-masalah berikut: 1. Bagaimana sejarah berdirinya Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa? 2. Bagaimana perkembangan Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa Tahun 1970-2000?
19
Universitas Sumatera Utara
3. Bagaimana peranan Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa terhadap masyarakat sekitarnya?
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Suatu penelitian tentunya harus memiliki tujuan dan manfaat yang dapat memberikan informasi bagi pembaca. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menjelaskan sejarah berdirinya Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa. 2. Menjelaskan perkembangan Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa Tahun 1970-2000. 3. Menjelaskan peranan Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa terhadap masyarakat sekitarnya. Selain tujuan di atas, penelitian ini juga diharapakan menghasilkan manfaat secara praktis maupun secara akademis, di antaranya yaitu: 1. Menambah wawasan pembaca mengenai sejarah berdirinya Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa serta perkembangan dan peranannya terhadap masyarakat Tanjung Morawa dan sekitarnya. 2. Menjadi tambahan literatur dan referensi mengenai Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa, yang nantinya dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut. 3. Menjadi masukan bagi Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa agar dapat mengembangkan lagi pelayanannya di masa yang akan datang.
20
Universitas Sumatera Utara
4. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian tentunya diperlukan sumber tertulis berupa literatur atau buku-buku yang dapat membantu pemahaman serta kelancaran dalam pelaksanaan penelitian. Buku-buku yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Menjinakkan Sang Kuli, Politik Kolonial Pada Awal Abad Ke-20 karangan Jan Bremen terbitan Pustaka Utama Grafiti tahun 1997. Dalam buku ini Jan Bremen menyebutkan mengenai Senembah Maatschapiij. Buku ini membantu untuk menjelaskan sedikit mengenai kondisi awal sarana pelayanan kesehatan di Senembah Maatschapiij yang nantinya menjadi cikal bakal sejarah berdirinya Rumah Sakit Dr. GL Tobing Tanjung Morawa. Buku ini juga menyebutkan bahwa angka kematian menurun drastis di perkebunan-perkebunan. Hal ini adalah akibat dari adanya peningkatan pelayanan kesehatan di perkebunan. Tahun 1897-1901, jumlah kematian kuli menurun dari 60,2 menjadi 45,1 per 1000 orang. Informasi ini didapatkan dari perkebunan-perkebunan Senembah Maatschapiij yang pada saat itu adalah paling lengkap. Penyakit yang paling banyak diderita para buruh perkebunan pada waktu itu adalah penyakit kolera yang diakibatkan kondisi lingkungan yang buruk. Selain itu, perlakuan yang diterima oleh para buruh, dimana makanan yang dimakan tidak sebanding dengan apa yang telah mereka kerjakan menyebabkan mereka sangat mudah terserang penyakit. Hal ini diperparah lagi dengan buruknya pelayanan kesehatan pada waktu itu. Penurunan jumlah kematian ini tentunya juga tidak lepas dari peran sarana pelayanan kesehatan yang semakin membaik. Rumah sakit ini, pada saat itu menjadi rumah sakit yang paling diminati, terutama oleh petinggi perkebunan di luar
21
Universitas Sumatera Utara
Senembah Maatschapiij. Buku ini sangat membantu dalam menjelaskan bagaimana kondisi dan peran Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing pada masa lalu ketika menangani para buruh perkebunan Senembah Maatschapiij. Dalam buku berjudul Reformasi Perumah-sakitan Indonesia edisi revisi terbitan Grasindo tahun 2002 digambarkan bagaimana kondisi umum institusi kesehatan belakangan ini. Dimana ada ancaman yang paling menonjol bagi kelangsungan hidup institusi publik yang menangani kesehatan sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia. Pertama adalah krisis kesehatan yang dipicu oleh krisis ekonomi, telah membuat golongan miskin/kurang mampu semakin menderita karena semakin sulitnya menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan milik swasta maupun pemerintah. Kedua adalah krisis kepercayaan, terutama terhadap integritas aparat pemerintah dan profesionalisme instansi yang bersangkutan beserta aparatnya terhadap publik. Apabila hal tersebut dibiarkan berlanjut, maka masyarakat akan takut berobat ke rumah sakit. Masyarakat tidak mampu cenderung peka terhadap berbagai serangan penyakit. Maka, diperlukan kemudahan dalam menjangkau fasilitas yang ada di rumah sakit dan profesionalitas dari tenaga kesehatan. Selain bagaimana kondisi institusi kesehatan dan permasalahan apa yang timbul di dalamnya, dalam buku karangan Soedarmono Soejitno, Ali Alkatiri dan Emil Ibrahim ini juga dipaparkan langkah-langkah konkrit apa saja yang dapat dilakukan oleh institusi kesehatan untuk meningkatkan pelayananannya. Buku ini sangat membantu dalam menentukan apakah RSU Dr. GL Tobing sudah merupakan rumah sakit yang ideal. Semua kondisi ideal rumah sakit dalam buku ini nantinya dapat diperbandingkan dengan kondisi RSU Dr. GL Tobing pada skop temporal
22
Universitas Sumatera Utara
penelitian yaitu tahun 1970 hingga tahun 2000. Sebab apabila masih terjadi malapraktek dalam pelayanan kesehatan dan masih ada rumah sakit yang berorientasi komersil, itu bukanlah rumah sakit yang ideal. Buku ini juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan reformasi dalam institusi pelayanan kesehatan. Jika hal itu diterapkan, maka rumah sakit dapat berfungsi dan mengemban misi sebagai pelayanan kesehatan tanpa pandang bulu. Buku Laksono Trisnantoro berjudul Aspek Strategis Manajemen Rumah Sakit Antara Misi Sosial dan Tekanan Pasar terbitan Andi tahun 2005 menjelaskan bagaimana sistem manajemen yang ada di lingkungan rumah sakit termasuk komponennya. Sifat rumah sakit, rencana strategis dan kepemimpinan, visi dan strategi program termasuk isu untuk strategi pengembangan rumah sakit. Buku ini membantu dalam menjelaskan bagaimana sistem manajemen yang ada di lingkungan Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa. Benyamin Lumenta dalam Hospital, Citra, Peran dan Fungsi, (1989) menjelaskan mengenai fungsi rumah sakit sebagai pelayanan Intramural dan Ekstramural. Fungsi intramural merupakan pelayanan medis beserta semua penunjangnya untuk memberikan pelayanan kesehatan individual, sedangkan fungsi ekstramural berupa pelayanan kesehatan masyarakat yang dilaksanakan secara aktif di masyarakat.7 Artinya, selain perawatan di dalam gedung rumah sakit, institusi rumah sakit juga harus melakukan pelayanan kesehatan di masyarakat yang
7
Benyamin Lumenta, Hospital, Citra, Peran dan Fungsi, Yogyakarta: Kanisius, 1989, hal. 14.
23
Universitas Sumatera Utara
diwujudkan dalam bentuk Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ataupun penyuluhan langsung. Buku ini juga menjelaskan bagaimana seharusnya peran rumah sakit dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Buku ini sangat membantu dalam menjelaskan apakah Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing sudah benar-benar menjalankan perannya dalam pembangunan kesehatan masyarakat khusunya di Tanjung Morawa dan sekitarnya. Karena pada umumnya fungsi rumah sakit masih belum dapat terlaksana sepenuhnya, baik bagi pelayanan kesehatan maupun bagi kegiatan kemasyarakatan seperti penyuluhan, pendidikan dan pembinaan. Hal ini disebabkan oleh perkembangan rumah sakit di Indonesia yang cenderung demi politik penguasa kolonial dan pemerintahan nasional. Dalam buku Kiat Mengelola Rumah Sakit terbitan Hipokrates tahun 1997 dijelaskan bahwa pada saat ini pelayanan rumah sakit merupakan bentuk upaya pelayanan kesehatan yang bersifat sosio-ekonomi. Artinya, suatu usaha yang bersifat sosial namun diusahakan agar bisa mendapat surplus keuangan dengan cara pengelolaan yang profesional dengan turut memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi. Sementara pada masa lampau rumah sakit merupakan tempat yang selalu memberikan pertolongan kepada orang sakit yang sifatnya murni sosial dan selalu mengalami defisit keuangan. Buku karangan R. Darmanto Djojodibroto ini menjelaskan bagaimana langkah dan kiat dalam melakukan pengelolaan terhadap rumah sakit agar sasaran dalam membangun rumah sakit dapat tercapai. Sasarannya yaitu rumah sakit yang mampu mandiri dalam pembiayaan melalui pengelolaan langsung terhadap dana yang
24
Universitas Sumatera Utara
diperoleh dari jasa pelayanan dan dari sumber dana lainnya. Maka kegiatan manajemen yang dilakukan meliputi bidang perencanaan, keuangan, personalia, informasi dan rekam medik, perkantoran, logistik, farmasi, pelayanan medis dan perawatan, gizi, laundry, sanitasi, keselamatan kerja, keamanan, pemasaran, dan yang terakhir pengawasan dan evaluasi. Dari keterangan ini nantinya akan dapat diketahui apakah pelayanan RSU Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa bersifat sosio-ekonomi atau hanya salah satu diantaranya.
25
Universitas Sumatera Utara
5. Metode Penelitian Metode adalah cara atau petunjuk pelaksanaan penelitian. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yaitu cara yang dipakai dalam melakukan penelitian sejarah.8 Dalam metode sejarah ada empat tahapan yang harus dilalui yaitu, sebagai berikut: Tahap pertama, Heuristik yaitu pengumpulan sumber-sumber informasi yang mendukung objek yang diteliti baik berupa tulisan atupun lisan. Pada tahapan ini, yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan telah dilakukan dengan mengumpulkan sumber-sumber tertulis berupa buku-buku, arsip, laporan atau karya tulis yang membantu dalam memahami permasalahan. Sumber tertulis diperoleh di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Daerah Kota Medan, Perpustakaan Deli Serdang, Arsip Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing serta BPS Sumatera Utara dan BPS Deli Serdang dan koleksi pribadi. Penelitian lapangan telah dilakukan dengan wawancara terhadap dokter-dokter, bidan, perawat, atau pegawai yang bekerja di RSU Dr. GL Tobing serta masyarakat untuk memperoleh informasi mengenai topik penelitian. Tahap kedua yang dilakukan adalah Kritik, yaitu pengujian sumber-sumber yang telah diperoleh baik sumber lisan atau sumber tulisan. Walaupun banyak sumber yang ditemukan, tentu tidak semuanya digunakan, maka yang harus dilakukan adalah penyeleksian terhadap sumber-sumber yang telah diperoleh tersebut. Kritik dilakukan
8
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang, 2005, hal. 64.
26
Universitas Sumatera Utara
untuk menguji keabsahan informasi yang didapat dari sumber.9
Kritik yang
dilakukan yaitu kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern dipergunakan untuk menilai kelayakan data, apakah data dapat dipercaya atau tidak, sedangkan kritik ekstern digunakan untuk menentukan keaslian data yang diperoleh. Tahap ketiga adalah Interpretasi, yaitu penafsiran data-data yang dapat dipercaya. Interpretasi merupakan pandangan atau kesimpulan baru yang bersifat objektif dan ilmiah dari peneliti sendiri yang diperoleh setelah menganalisa data-data yang telah diseleksi. Tahap keempat adalah historiografi, yaitu penulisan sejarah. Kesaksian dan keterangan dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dirangkai menjadi suatu kajian atau kisah yang menarik untuk dibaca dengan tetap memperhatikan aspek kronologis, yaitu mulai dari sejarah berdirinya Rumah Sakit Dr. GL Tobing, perkembangan Rumah Sakit Dr. GL Tobing, hingga peran atau dampaknya bagi masyarakat Tanjung Morawa dan sekitarnya. Historiografi ini merupakan tahap akhir dari penelitian sehingga dapat dituangkan dalam bentuk tulisan skripsi.
9
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985, hal. 43-44.
27
Universitas Sumatera Utara