BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1.1.1. Yogyakarta dan Predikatnya Sebagai Kota Pelajar Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan reputasinya sebagai Kota Pelajar di Indonesia1. Tidak sedikit masyarakat Indonesia dari berbagai daerah yang berbondong menuju Kota Yogyakarta untuk menuntut ilmu, baik dari jenjang pendidikan dasar, menengah pertama, menengah atas, hingga jenjang universitas atau pendidikan tinggi. Minat ini terlihat dari jumlah pelajar yang saat ini mengenyam pendidikan menengah pertama dan menengah atas di Kota Yogyakarta pada tahun ajaran 2012/2013 telah mencapai angka 19.514 pelajar.2 Jumlah pelajar tingkat tinggi mahasiswa yang terdaftar pada tahun ajaran 2009/2010 mencapai angka 53.2753. Jumlah ini dapat dipastikan akan terus bertambah setiap tahunnya.
Gambar 1 Grafik Jumlah Murid Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Yogyakarta 4 Sumber: Badan Pusat Statistik Nasional
1
Wikipedia, Daftar Julukan Kota Kota di Indonesia http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_julukan_kota_di_Indonesia 2 Penerimaan Peserta Didik Baru Real Time Online, Daftar Daya Tampung Sekolah Sekolah di Yogyakarta (TA 2012/2013) http://yogya.siap-ppdb.com/pagu 3 Badan Pusat Statistik Nasional, DI Yogyakarta, Kota Yogyakarta, Statistik Sosial – Pendidikan http://jogjakota.bps.go.id/ 4 Badan Pusat Statistik Nasional, DI Yogyakarta, Kota Yogyakarta, Statistik Pendidikan http://jogjakota.bps.go.id
13
Pendidikan yang banyak diminati di Yogyakarta pun bervariasi, dari pendidikan dasar, menengah, hingga sekolah tinggi dan Universitas. Sebutan Yogyakarta sebagai Kota Pelajar tidak hanya didasarkan jumlah sekolah dan peminatnya, namun juga terutama berdasarkan akreditasi dan kualitas dari sekolah sekolah yang ada di kota Yogyakarta. Berdasarkan data statistik Badan Akreditasi Nasional Indonesia Jumat, 23 November 2012, jumlah sekolah pendidikan dasar di Kota Yogyakarta mencapai 333 dengan statistik 73.27% berakreditasi A, sekolah menengah pertama dan setara berjumlah 103 sekolah dengan statistik 75.73% berakreditasi A, sekolah menengah atas, kejuruan, dan setara berjumlah 166 sekolah dengan statistik 70% berakreditasi A, untuk jumlah universitas dan perguruan tinggi mencapai 67 Yogyakarta, baik negeri, swasta, maupun institut dan akademi.5.
Gambar 2 Grafik Data Akreditasi Sekolah di Yogyakarta Sumber: Badan Akreditasi Nasional Sekolah Yogyakarta
Pendidikan formal tersebut memiliki fasilitasnya masing masing yaitu berupa sekolah dan kampus. Pada masing masing sekolah dan 5
Badan Akreditasi Nasional Sekolah, Statistik Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta http://www.ban-sm.or.id/statistik
14
kampus pun memiliki fasilitas berupa lapangan olahraga hingga ruangan ruangan untuk kegiatan ekstrakurikuler. Namun fasilitas yang disediakan oleh pendidikan formal ini tidak dapat digunakan untuk gathering point atau berkegiatan di luar jam sekolah. Sementara banyaknya jumlah pelajar dan variasi aktivitas serta kebutuhan untuk bertemu, berkumpul, dan berdiskusi dengan sesama pelajar dari sekolah maupun komunitas lain yang akan mampu mengembangkan kemampuan akademik mereka menimbulkan kebutuhan pelajar akan fasilitas informal yang menyokong kebutuhan belajar mandiri mereka di luar kegiatan formal sekolah. Pada dasarnya, Pemerintah Kota Yogyakarta, sebagai kota pelajar sudah mendukung dengan beberapa fasilitas yang ada, beberapa contohnya yaitu berupa Perpustakaan Kota dan Perpustakaan Daerah dan Jogja Studi Centre di beberapa titik di pusat Kota Yogyakarta. Pada statistik di bawah ini diambil tiga sampel fasilitas utama di Yogyakarta sebagai berikut: No 1
2
3
Nama Fasilitas Perpustakaan Kota Yogyakarta
Perpustakaan Daerah Yogyakarta
Jogja Studi Centre
Mengetahui Ya 84%
Mengunjungi Sering
2%
Tidak
11%
Jarang
29%
Ragu ragu
5%
Pernah lihat
27%
Belum pernah
45%
Ya
49%
Sering
0%
Tidak
33%
Jarang
14%
Ragu ragu
18%
Pernah lihat
18%
Belum pernah
70%
Ya
26%
Sering
0%
Tidak
68%
Jarang
15%
Ragu ragu
8%
Pernah lihat
11%
Belum pernah
77%
Tabel 1 Data Statistik Tingkat Pengetahuan dan Kunjungan Pelajar Yogyakarta Terhadap Fasilitas Pendidikan yang Sudah Disediakan Sumber: Survey penulis terhadap 100 pelajar dan mahasiswa Kota Yogyakarta
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa keberadaan Perpustakaan Kota diketahui oleh 84% pelajar, namun hanya 31% saja 15
yang pernah mengunjunginya. Perpustakaan Daerah yang tidak banyak diketahui (hanya 49%, dan 18% ragu ragu) dengan statistik belum pernah mengunjungi mencapai 70%. Sedangkan untuk Jogja Studi Centre, 68% tidak mengetahui, dan 77% belum pernah mengunjungi. Jika melihat dari statistik tingkat pengetahuan dan kunjungan pelajar dan mahasiswa Kota Yogyakarta terhadap sampel 3 fasilitas pendidikan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa fasilitas fasilitas tersebut belum mampu menjadi fasilitas belajar yang menarik dan menyenangkan bagi pelajar sekaligus sebagai gathering point atau ajang berdiskusi dan belajar mandiri sesuai dengan tren belajar masa kini yang menuntut pelajar untuk aktif, mandiri, dan melakukan banyak diskusi baik dengan metode digital maupun konvensional.
Gambar 3 Alur Yogyakarta sebagai Kota Pelajar dan Eksistensi Fasilitas untuk Pelajar
Pola dan tren belajar masa kini tersebut menimbulkan kebutuhan yang perlu diakomodasi oleh sebuah Student Square sebagai pusat aktivitas pembelajaran mandiri pelajar Kota Yogyakarta yang nantinya diharapkan akan menjadi tipologi bangunan informal pendidikan yang populer untuk Yogyakarta sebagai kota pelajar. 1.1.2. Pola dan Tren Belajar Mandiri Pelajar Yogyakarta Perpustakaan sebagai fasilitas informal pendidikan utama untuk kegiatan belajar mandiri pelajar dengan penyediaan literatur sebagai konsep utamanya pada perkembangannya kurang menarik perhatian pelajar masa kini karena kebutuhan pelajar akan literatur kini banyak terpenuhi melalui media lain.
16
Gambar 4 Grafik Macam Kegiatan yang Dilakukan Saat Kegiatan Belajar Mandiri Sumber: Survey penulis terhadap 100 pelajar dan mahasiswa Kota Yogyakarta
Dapat dilihat pada grafik di atas bahwa kegiatan belajar didominasi oleh menggunakan internet pada peringkat pertama, baru kemudian disusul kegiatan berdiskusi, selanjutnya diikuti kegiatan membaca buku, menulis, menggambar/prototyping, dan lain lain. 6 Pada masa lalu, kegiatan belajar banyak didominasi oleh duduk dengan membaca literatur secara konvensional dengan durasi aktivitas yang lebih sedikit daripada masa kini yang membutuhkan aktivitas tertentu, diskusi aktif, dengan sistem pembelajaran digital yang atraktif dengan durasi hampir 24 jam.7
Gambar 5 Diagram Perbandingan Kegiatan Belajar Masa Lalu dan Masa Kini
6
Data berdasarkan hasil survey penulis terhadap 100 pelajar dan mahasiswa kota Yogyakarta per 25 November 2012 (Data Lengkap Terlampir) 7 Data berdasarkan hasil survey penulis terhadap 100 pelajar dan mahasiswa kota Yogyakarta per 25 November 2012 (Data Lengkap Terlampir)
17
Hal hal tersebut menyebabkan pelajar enggan ke perpustakaan karena perpustakaan dianggap tidak kondusif untuk berdiskusi dengan terbuka, tidak atraktif, dan membosankan. Sebaliknya, pelajar lebih banyak (51/100 orang) menggunakan fasilitas seperti café atau internet café sebagai ruang diskusi mereka hampir setara dengan perpustakaan kampus (57/100 orang). 8
Gambar 6 Grafik Tempat Favorit Pelajar untuk Melakukan Kegiatan Belajar Mandiri Sumber: Survey penulis terhadap 100 pelajar dan mahasiswa Kota Yogyakarta
Gambar 7 Grafik Fasilitas yang Dibutuhkan untuk Melakukan Kegiatan Belajar Mandiri Sumber: Survey penulis terhadap 100 pelajar dan mahasiswa Kota Yogyakarta
Kebebasan makan, minum (80/100 orang), berdiskusi (55/100 orang), dan kebutuhan wifi (98/100 orang) dalam sebuah ruangan yang tidak terbatasi secara kaku, dan ketersediaannya tempat secara 24 jam tersebut yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pelajar masa kini.9
8
Data berdasarkan hasil survey penulis terhadap 100 pelajar dan mahasiswa kota Yogyakarta per 25 November 2012 (Data Lengkap Terlampir) 9 Data berdasarkan hasil survey penulis terhadap 100 pelajar dan mahasiswa kota Yogyakarta per 25 November 2012 (Data Lengkap Terlampir)
18
Pola dan tren tersebut lah yang tidak lagi dapat difasilitasi oleh perpustakaan biasa pada umumnya yang sudah tersedia di Yogyakarta. Diperlukan ruang baru untuk aktivitas belajar mandiri yang tetap mampu menyediakan literatur secara terbatas sesuai kebutuhan, dan mampu mengakomodasi komunitas belajar mandiri modern pelajar. 1.1.3. Student Square sebagai Fasilitas Pusat Belajar Mandiri Pelajar “Pusat kegiatan belajar masyarakat adalah satuan pendidikan nonformal yang menyelenggarakan berbagai kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat atas dasar dari, oleh, dan untuk masyarakat.” (Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2010, Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 1, ayat 33) “Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu perlu didukung dengan penyediaan sarana fisik pendidikan maupun tenaga pengajar yang memadai” (Badan Pusat Statistik Nasional, DI Yogyakarta, Kota Yogyakarta, Statistik Sosial.)10 Seperti disebutkan pada Visi Kota Yogyakarta, bahwa visi Yogyakarta adalah sebagai Kota Pendidikan yang berkualitas, yaitu pada misinya dijelaskan mampu menjadikan dan mewujudkan lembaga pendidikan formal dan non formal.
11
Sedangkan beberapa fasilitas yang
ada di Kota Yogyakarta dianggap masih belum mampu untuk menarik minat pelajar dan mahasiswa untuk melakukan kebutuhan belajar mandiri akademik tersebut. Dengan presentase 42% belum memadai, 36% ragu ragu, dan 23% menjawab sudah cukup. Presentase keraguan dikarenakan fasilitas sudah ada namun belum cukup menarik untuk pelajar menggunakan fasilitas tersebut.
10
Badan Pusat Statistik Nasional, DI Yogyakarta, Kota Yogyakarta, Statistik Sosial-Pendidikan http://jogjakota.bps.go.id 11 Visi dan Misi Kota Yogyakarta http://www.jogjakota.go.id/index/extra.detail/20
19
Gambar 8 Grafik Sudah Memenuhikah Fasilitas Pelajar yang Dimiliki oleh Kota Yogyakarta Sumber: Survey penulis terhadap 100 pelajar dan mahasiswa Kota Yogyakarta
Sehingga dirasa dibutuhkan sebuah fasilitas baru (81%), khusus untuk pelajar Yogyakarta sebagai pusat aktivitas belajar mandiri pelajar Yogyakarta dengan fasilitas yang menarik, menyenangkan, dan utamanya sesuai dengan perkembangan, tren, dan kebutuhan belajar masa kini.
Gambar 9 Grafik Perlunya Fasilitas Baru Khusus untuk Pelajar Yogyakarta Sumber: Survey penulis terhadap 100 pelajar dan mahasiswa Kota Yogyakarta
Student Square merupakan hasil dari komparasi sistem, fungsi, dan aktivitas belajar mandiri yang ada pada fasilitas informal pendidikan lain seperti perpustakaan, Student Centre, dan Youth Centre sebagai fasilitas baru yang menarik dan menyenangkan dalam mengakomodasi kebutuhan aktivitas belajar mandiri pelajar.
Gambar 10 Skema Student Square
20
Selain itu, Yogyakarta yang terkenal dengan predikatnya sebagai kota pelajar membutuhkan sebuah tipologi yang merepresentasikan predikatnya tersebut. Tipologi yang diinginkan memiliki kecenderungan kepada tipologi secara fungsional mampu menarik pelajar untuk berkumpul, menjadi pusat aktivitas, gathering point, dan menjadi sesuatu yang akan berkorelasi dengan predikat Yogyakarta sebagai kota pelajar yaitu Student Square tersebut.
Gambar 11 Alur Student Square sebagai Fasilitas Pelajar Kota Yogyakarta
1.2. Permasalahan Kebutuhan primer akan ruang baru yang menarik dan menyenangkan untuk melakukan aktivitas belajar mandiri akademik pelajar Kota Yogyakarta. Aktivitas mandiri seperti belajar, berdiskusi, berkomunikasi, dan membentuk komunitas dalam penataan ruang yang menyesuaikan dengan kebutuhan dan tren belajar dengan konsep playful untuk mendukung prestasi akademik serta kebutuhan akan sebuah tipologi bangunan pendidikan yang fun untuk Yogyakarta, berkorelasi dengan predikatnya sebagai Kota Pelajar.
21
1.3. Tujuan Dan Sasaran Penulisan 1.3.1. Tujuan Merumuskan sebuah konsep perencanaan dan perancangan Student Square
dengan
memperhatikan
segala
aspek
keruangannya
dan
korelasinya dengan konsep playful terhadap tren dan pola belajar mandiri masa kini yang dapat diapresiasi oleh pelajar Kota Yogyakarta sebagai tipologi bangunan pendidikan populer di Yogyakarta sebagai Kota Pelajar. 1.3.2. Sasaran Menciptakan
desain
bangunan
Student
Square
dengan
mengaplikasikan konsep playful dengan fokus sebagai aktivitas belajar mandiri dalam konteks membangun tipologi bangunan pendidikan non formal populer yang fungsional di Kota Pelajar Yogyakarta. 1.4. Lingkup Penulisan Fasilitas pusat aktivitas pembelajaran mandiri pelajar Kota Yogyakarta yang mampu menjadi tipologi baru yang populer untuk Kota Yogyakarta sebagai kota pelajar: Discover and Play. 1.5. Metode Penulisan 1.5.1. Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data diklasifikasikan berdasarkan sumber data, sebagai berikut : 1.
Studi Literatur Lingkup studi literatur terkait bangunan fasilitas informal pendidikan, macam macam dan jenisnya dengan segala aspeknya dari layout denah, bentuk, sirkulasi, dan fasilitas yang disediakan hingga hubungannya dengan penggunaan dan kegunaannya untuk pelajar. Didapatkan dari penjelasan dan 22
desain desain dari buku buku, penelitian, literatur, maupun makalah lainnya. 2.
Survey Lapangan Kegiatan survey lapangan berupa gambar, foto, dan data skematik tematik untuk mendapatkan penjalsan lebih jauh mengenai lokasi/site terpilih.
3.
Studi kasus Kegiatan studi kasus ini dilakukan dengan studi komparasi fasilitas informal pendidikan satu dan yang lainnya yang sudah pernah ada di Yogyakarta, Indonesia, maupun luar negeri dengan acuan aktivitas belajar mandiri yang playful dan mampu menjadi tipologi baru yang populer sebagai konsep perancangan.
1.5.2. Analisis Melakukan analisis secara kualitatif maupun kuantitatif datadata terkumpul dengan membandingkan dan mereview dengan studi kasus dan studi literatur mengenai macam fasilitas informal pendidikan dan Student Centre sebagai acuan dan standar perancangan Student Square. 1.5.3. Sintesis Proses perwujudan hasil analisis data menjadi sebuah rumusan
konsep
perancangan
sebagai
sebuah
solusi
dari
permasalahan dengan pendekatan tertentu. 1.6. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Memaparkan latar belakang masalah, permasalahan, tujuan, sasaran, lingkup penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan, alur penelitian, keaslian penulisan. 23
BAB II Tinjauan Pustaka Merupakan pembahasan hasil observasi, wawancara dan pustaka mengenai pelajar dan perkembangannya, kebutuhan dan macam macam aktivitas pelajar, pola dan tren belajar mandiri dan beberapa studi kasus mengenai beberapa fasilitas informal pendidikan yang ada di Yogyakarta, kota kota besar di Indonesia, dan manca negara. BAB III Pengembangan Program Kegiatan Student Square Menjelaskan definisi dan fungsi umum berdasarkan hasil observasi dan formula mengenai Student Square. Serta Pengembangan program kebutuhan ruang serta fasilitas yang nantinya akan dimasukkan ke dalam Student Square. BAB IV Konsep Perancangan Menjabarkan
mengenai
gambaran
konsep
dari
Student
Square,
menjelaskan dasar pertimbangan dalam pemilihan tapak dengan tinjauannya di lokasi Student Square terpilih. Menjelaskan detail konsep baik dari segi keruangan, filosofis, maupun konsep makro, mezzo, dan mikro.
24
1.7. Kerangka Penulisan
Gambar 12 Skema Kerangka Penelitian
25
1.8. Keaslian Penulisan -
Perpustakaan Umum Kota Yogyakarta dengan Penekanan Ruang Publik sebagai Generator Aktivitas Urban Oleh : Defri Kus Triyanto 06/193826/TK/31626 Permasalahan: Mengakomodasi kebutuhan pendidikan dan ruang publik untuk masyarakat Penyelesaian : Perpustakaan sebagai generator terciptanya ruang publik untuk masyarakat di Yogyakarta
-
Perpustakaan Pelajar Kota Yogyakarta sebagai Tujuan Rekreasi Edukatif dengan Pendekatan Psikologi Perkembangan dan Perilaku Manusia Oleh : Meidwinna Vania 07/252041/TK/32740 Permasalahan: Bagaimana merancang perpustakaan sebagai sumber informasi dan pengetahuan yang menarik sekaligus sebagai fasilitas rekreatif edukatif di Yogyakarta Penyelesaian : Pendekatan aspek perilaku manusia
-
Gelanggang Remaja di Yogyakarta Dengan Pendekatan Versabilitas Ruang untuk Menciptakan Interaksi Pengguna Ruang Oleh : Mutiara Cininta 07/252820/TK/3318 Permasalahan: Kurangnya fasilitas yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat Yogyakarta Penyelesaian : Aspek versabilitas ruang untuk menciptakan interaksi pengguna ruang
26