Bab I Pendahuluan
I.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam menjalani kehidupan di dunia ini manusia seringkali harus berhadapan dengan berbagai macam permasalahan. Permasalahan yang ada bisa menjadi beban yang berat bagi manusia yang menghadapinya. Beban ini akan menjadi semakin berat, ketika suatu permasalahan tidak dapat diselesaikan dengan segera, sementara permasalahan yang lain datang. Manusia yang sudah dianugerahi akal budi dari Sang Pencipta harus berjuang dan berusaha untuk menyelesaikan permasalahannya. Walaupun ada kalanya manusia tidak dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri. Tidak jarang manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk menolong dalam menyelesaikan permasalahan mereka.
Dalam rangka menolong jemaatnya yang menghadapi permasalahan, GKJ Gondokusuman menyediakan Layanan Konsultasi dan Konseling (LASILING).1 Layanan ini merupakan bagian dari komisi pendidikan GKJ Gondokusuman yang berupa tim/kelompok kerja. Koordinator dari tim LASILING adalah istri dari salah satu Pendeta setempat yang mempunyai latar belakang pendidikan psikologi. Tim ini beranggotakan warga jemaat yang memiliki berbagai keahlian di bidang-bidang tertentu, misalkan bidang hukum, psikologi, ekonomi dan kesehatan, yang terpanggil untuk melayani sesama warga jemaat yang memiliki permasalahan
Pada awalnya LASILING melayani konsultasi dan konseling setiap hari Sabtu pukul 16.30-18.00 dan hari Minggu pukul 09.30-11.00 WIB. Namun karena pada jam-jam tersebut jemaat yang datang hanya beberapa orang, maka jadwal layanan disesuaikan dengan permintaan klien. Dalam melaksanakan tugas pelayanannya, tim LASILING menetapkan prosedur pelayanan sebagai berikut: klien diterima di meja pendaftaran dan diminta menyebutkan bidang atau topik yang akan dikonsultasikan. Setelah itu klien dibawa atau diminta untuk menemui tim LASILING sesuai dengan bidang permasalahannya. Bila anggota tim atau konselor yang dibutuhkan tidak ada, klien dapat membuat janji terlebih dahulu atau menghubungi melalui telepon. Setelah bertemu, klien dan konselor dapat menyusun sesi pertemuan sendiri. Seorang klien dilayani oleh konselor yang sama, kecuali ada ketidakcocokan atau permasalahan yang dihadapi membutuhkan bantuan konselor yang lain. Pelayanan yang diberikan tidak terbatas pada sesi 1 Informasi dan data mengenai LASILING diperoleh melalui brosur dan wawancara dengan koordinator tim LASILING, pada tanggal 20 dan 21 September 2005.
2 pertemuan saja. Untuk mengantisipasi klien yang tidak dapat hadir secara langsung atau malu untuk bertatap muka, LASILING menerima konsultasi melalui surat yang dikirimkan kepada tim LASILlNG melalui kantor gereja. Dalam konsultasi melalui surat ini, klien diharuskan untuk menyertakan perangko balasan. Surat-surat yang masuk akan diambil oleh koordinator tim pada hari Rabu dan Sabtu. Surat balasan akan dikirimkan paling lambat 1 minggu setelah surat diterima. Selain itu LASILING juga melayani konsultasi melalui telepon gereja pada hari yang sama dengan jadwal layanan.
LASILING telah melayani jemaat GKJ Gondokusuman sejak 11 Oktober 2003. Menurut tim, selama 2 tahun melayani ternyata minat jemaat untuk memanfaatkan layanan ini masih sangat kurang. Koordinator tim mengatakan bahwa sebagian besar klien yang datang untuk melakukan konseling adalah jemaat dewasa, khususnya para ibu. Sedangkan untuk pemuda, remaja dan anak-anak belum ada yang datang. Padahal dari jemaat dewasa yang datang ada juga yang menceritakan permasalahan anak-anak mereka yang masih muda ataupun remaja. Dari sini dapat dilihat bahwa sebenarnya remaja mempunyai masalah, namun mereka tidak langsung datang pada tim LASILING. Orang tualah yang kemudian melakukan konseling terkait dengan permasalahan anak mereka.
Keluhan dan keprihatinan para orang tua terhadap permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak remajanya merupakan hal yang wajar. Remaja adalah salah satu tahap masa perkembangan kehidupan manusia. Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Untuk itu remaja seringkali disebut adolesensi (Lat. Adolescere = adultus = menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa).2 Masa transisi ini membuat remaja masih bersikap seperti anak-anak di waktu tertentu, namun juga bersikap seperti orang dewasa pada waktu yang lain. Pada masa transisi ini remaja mempunyai tiga tugas penting yang bersifat psikologis, yang harus diselesaikan, yaitu: 1. Mengembangkan rasa memiliki identitas/jati diri yang dengan konsisten memperlihatkan dia sebagai individu yang utuh dalam setiap peranan kehidupan, secara tersendiri dan berbeda dengan orang lain. 2. Memulai proses membangun relasi yang ditandai oleh keterikatan dan keakraban. 3. Mulai membuat keputusan-keputusan menuju pada latihan dan keterlibatan dalam suatu pekerjaan tertentu. Bisa tidaknya remaja dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut akan mempengaruhi kehidupan masa dewasanya.3
2
Prof. Dr. F. J. Monks, Prof. Dr. A. M. P. Knoers, dan Prof. Dr. Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1982, hal.217-218 3 Dr. G. Keith Olson, Counseling Teenagers, Group Books, Loveland-Corolado, Cet. 2, 1991, hal 27-28
3 Secara umum masa transisi yang dihadapi pada masa remaja merupakan masa transisi paling sulit dalam kehidupan seseorang. Akan muncul ketegangan-ketegangan dalam menentukan identitas diri dan juga dalam menentukan peranannya dalam masyarakat. Ketegangan ini dapat menimbulkan stres pada diri remaja.4 Dalam kondisi yang demikian, remaja juga membutuhkan kehadiran orang lain yang bisa memahami atau bahkan menolong mereka. Sehingga remaja dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya dengan baik menuju pribadi yang dewasa.
Terkait dengan kebutuhan akan kehadiran orang lain tersebut, seharusnya remaja menyambut dengan antusias kehadiran LASILING yang bersedia menolong mereka dalam menghadapi permasalahan. Idealnya mereka akan datang langsung ke LASILING tanpa harus melalui perantaraan orang lain, dalam hal ini orang tua, seperti yang terjadi selama ini. Terkait dengan hal tersebut penyusun akan mencoba untuk menggali lebih dalam mengenai alasan remaja GKJ Gondokusuman tidak menggunakan LASILING. Dan dalam rangka mencari bentuk pertolongan/konseling yang relevan bagi remaja, penyusun juga akan menggali permasalahanpermasalahan apa saja yang dihadapi oleh remaja GKJ Gondokusuman serta bentuk pertolongan seperti apa yang mereka harapkan.
I.2. Permasalahan Untuk memperjelas pokok permasalahan, penyusun akan mencoba merumuskannya dalam bentuk pertanyaan: 1. Mengapa remaja GKJ Gondokusuman tidak memanfaatkan layanan konseling yang telah disediakan oleh Gereja? 2. Permasalahan-permasalahan apa saja yang dihadapi oleh remaja? 3. Bagaimana bentuk konseling yang relevan dengan kebutuhan remaja?
I.3. Batasan Permasalahan Fokus pembahasan skripsi ini adalah bagaimana menyediakan wadah konseling yang cocok bagi remaja. Dan hal-hal yang terkait dengan proses konseling itu sendiri diharapkan dilakukan oleh peneliti selanjutnya. Bahan dasar dari penelitian tahap 2 (dua) ini dapat dirujuk dari data hasil penelitian yang penyusun paparkan pada bab II, khususnya mengenai permasalahanpermasalahan yang dihadapi oleh remaja.
4
Norman Wright, Konseling Krisis, Gandum Mas, Malang-Jawa Timur, 2000, hal 225
4 I.4. Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dengan penulisan ini adalah: •
Menggali akar permasalahan yang menyebabkan remaja tidak memanfaatkan layanan konseling yang telah disediakan oleh GKJ Gondokusuman.
•
Menggali permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh remaja. Data ini diharapkan dapat menjadi bahan dasar bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian tahap 2 (dua) terkait dengan pembahasan lebih lanjut mengenai proses konseling bagi remaja.
•
Memberikan masukan bagi GKJ Gondokusuman dalam pencarian bentuk konseling yang tepat dan relevan bagi remajanya beserta perencanaan pengadaannya.
I.5. Judul dan Alasan Pemilihan Judul Dalam Skripsi ini penyusun mengajukan sebuah judul:
Konseling Pastoral Sebaya bagi Remaja di GKJ Gondokusuman Penjelasan Istilah yang digunakan: “Konseling Pastoral” cara menolong seseorang melalui percakapan pastoral antara konselor dan konseli. “Sebaya” dalam Kamus Besar Bahasa Indonsesia berarti (1) sama umurnya (tuanya) (2) hampir sama (kekayaannya, kepandaiannya, dan sebagainya); seimbang; sejajar.5 Dalam hal ini yang penyusun maksudkan sebagai sebaya adalah sama dalam hal umur/usia, yaitu usia remaja. “Remaja” satu tahap perkembangan manusia, yaitu pada masa transisi dari masa anak-anak menuju ke masa dewasa. “GKJ Gondokusuman” salah satu anggota Sinode Gereja-gereja Kristen Jawa, yang telah didewasakan pada tanggal 23 November 1913. Berkedudukan di Jl. Dr. Wahidin No. 40, Yogyakarta 55222. Saat ini termasuk dalam Klasis Yogyakarta Selatan.
Alasan Pemilihan Judul: Menarik: remaja merupakan masa transisi yang penuh dengan konflik. Baik konflik dalam diri pribadi maupun dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini remaja membutuhkan kehadiran orang lain yang bisa memahami dan menolong mereka menghadapi konflik-konflik 5
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 2, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, hal 102
5 yang ada. Dalam rangka menolong para remajanya, GKJ Gondokusuman menyediakan layanan konseling. Namun dalam pelaksanaan remaja tidak memanfaatkan layanan tersebut. Dalam hal ini penyusun tertarik untuk menggali lebih dalam akar permasalahan dalam rangka mencari bentuk konseling yang relevan bagi remaja. Mengingat bahwa remaja merupakan generasi penerus gereja yang harus dipelihara untuk kelangsungan gereja itu sendiri. Sehingga mereka perlu untuk dipersiapkan, dibimbing dan ditolong dalam proses penyelesaian tugas-tugas perkembangan mereka. Termasuk dalam penyelesaian permasalahan yang mereka hadapi.
Bermanfaat: pembahasan ini bermanfaat bagi penyusun maupun bagi gereja setempat. Bagi penyusun, pembahasan ini dapat menambah wawasan mengenai kehidupan masa remaja dengan segala kebutuhan dan permasalahannya. Bagi Gereja, diharapkan pembahasan ini dapat memberi masukan dalam membina sekaligus menjawab kebutuhan remajanya.
I.6. Metode Penulisan Dalam penulisan skripsi ini penyusun menggunakan metode deskriptif-analitis. Penyusun akan memaparkan data-data mengenai alasan remaja GKJ Gondokusuman tidak mempergunakan LASILING, permasalahan yang sering dihadapi remaja, serta harapan para remaja terhadap bentuk pertolongan dalam menghadapi permasalahan. Selanjutnya, data-data tersebut dianalisa untuk kemudian digunakan sebagai acuan pembahasan pada bab III dan bab IV serta pengambilan kesimpulan. Untuk metode penggalian data penyusun menggunakan studi literatur dan penelitian lapangan. Studi literatur digunakan mengingat bahan pendukung dalam penulisan ini sebagian besar mengarah kepada teori, khususnya teori perkembangan dan Konseling Pastoral. Sedangkan penelitian digunakan dalam rangka penggalian data mengenai alasan remaja tidak menggunakan LASILING, permasalahan serta harapan remaja akan bentuk pertolongan, yang akan dilakukan melalui wawancara dan angket.
I.7. Sistematika Penulisan Bab I: Pendahuluan Pada bagian ini penyusun memaparkan tentang latar belakang permasalahan, permasalahan, tujuan penulisan, judul dan alasan pemilihan judul, metode penulisan dan sistematika penulisan.
6 Bab II: Permasalahan Remaja di GKJ Gondokusuman dan Kaitannya dengan Keberadaan LASILING Dalam bab ini akan dipaparkan data yang diperoleh dari penelitian lapangan. Melalui penelitian ini akan digali data mengenai alasan remaja GKJ Gondokusuman tidak mempergunakan LASILING, permasalahan yang sering dihadapi remaja, serta harapan para remaja terhadap bentuk pertolongan dalam menghadapi permasalahan. Selanjutnya penyusun akan menganalisa data-data tersebut.
Bab III: Landasan Teori Konseling Pastoral Sebaya Bagi Remaja Dalam bab ini penyusun akan memaparkan data teoritis mengenai konseling pastoral sebaya. Data teoritis ini bersama dengan data yang diperoleh dari penelitian lapangan, akan dipergunakan dalam rangka menggali bentuk konseling yang relevan bagi remaja.
Bab IV: Konseling Pastoral sebaya bagi Remaja di GKJ Gondokusuman Bab ini akan diawali dengan pemaparan tinjauan teologis. Selanjutnya berdasarkan pembahasan pada bab II dan bab III penyusun mencoba membuat perencanaan pengadaan bentuk konseling pastoral sebaya bagi remaja di GKJ Gondokusuman.
Bab V: Penutup Dalam bab ini penyusun akan memaparkan kesimpulan secara keseluruhan dari apa yang telah dipaparkan dalam bab I-IV serta saran.