Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) menjadi cukup populer saat ini sehingga masyarakat kembali memanfaatkan berbagai bahan alam, termasuk pengobatan ataupun perawatan tubuh dengan menggunakan tanaman obat. Sudah sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan menggunakan tanaman obat sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi berbagai masalah kesehatan dan kecantikan, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dan obat-obatan modern menyentuh lapisan masyarakat. Penggunaan tanaman obat untuk penyembuhan suatu penyakit didasarkan pada pengalaman yang secara turun-temurun diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi berikutnya yang lebih dikenal sebagai obat tradisional. Saat ini pemilihan bahan-bahan alami untuk pengobatan didasarkan pada bukti penelitian, sehingga penggunaan bahan-bahan alami diharapkan dapat lebih tepat sasaran dalam dunia pengobatan. Selain lebih ekonomis, efek samping tanaman berkhasiat obat sangat kecil dibandingkan dengan obat-obat sintesis, karena itu penggunaan tanaman obat dengan formulasi yang tepat sangat penting dan tentunya lebih aman dan efektif. Dengan demikian diperlukannya upaya peningkatan pembuktian ilmiah melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan yang diutamakan untuk upaya preventif, promotif, rehabilitatif dan paliatif serta ditujukan untuk mengetahui nilai keamanan dan efektivitas jamu yang diaplikasikan pada klinik pelayanan, rumah sakit, ataupun puskesmas. Upaya tersebut kini disebut sebagai program saintifikasi jamu.
Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 1
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
B. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Membahas tentang aplikasi estetika dalam saintifikasi jamu 2. Memenuhi salah satu kewajiban/tugas mata kuliah Konsep Herbal Indonesia (MHI10501).
Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 2
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN ESTETIKA A.1. Filsafah Estetika
Istilah Estetika dipopulerkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714 - 1762) melalui beberapa uraian yang berkembang menjadi ilmu tentang keindahan. Baumgarten menggunakan istilah estetika untuk membedakan antara pengetahuan intelektual dan pengetahuan indrawi. Dengan melihat bahwa istilah estetika baru muncul pada abad 18, maka pemahaman tentang keindahan sendiri harus dibedakan dengan pengertian estetik. Sedangkan definisi kecantikan sendiri dipaparkan oleh Ashad Kusuma Djaya, (2007: x), bahwa kecantikan adalah total, mencakup ukuran-ukuran tubuh (fisik), dan mental atau kepribadian (inner beauty) dengan ukuran standar pula, sehingga secara keseluruhan melahirkan kecantikan sejati. Kondisi ini sudah menyangkut estetika yang mengandung unsur obyektif dan subyektif. Kecantikan juga merupakan bagian dari sistem budaya yang direpresentasikan melalui simbol. Simbol dalam tubuh adalah sesuatu yang disampaikan, sekaligus yang disembunyikan. Karena itu maka dikatakan bahwa tubuh manusia yang awalnya adalah tubuh alami (natural body), kemudian dibentuk menjadi tubuh sosial atau fakta sosial. Kecantikan dan estetika dalam pengertian di atas adalah estetika dalam bentuk fisik yang dapat dilihat dan dinikmati oleh semua orang yang melihat. Konsep inilah yang sangat banyak diminati oleh masyarakat dalam membentuk tubuh yang indah dan lebih cantik secara fisik.
Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 3
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
A.2. Ruang Lingkup Estetika dalam bidang kesehatan
Penerapan estetika dalam kesehatan masuk dalam berbagai cabang ilmu dan tidak merupakan suatu cabang ilmu baru yang bisa langsung diterapkan. Cabang-cabang ilmu kedokteran yang menerapkan estetika dalam praktek klinisnya adalah : 1. Kedokteran kulit dan Kelamin Lebih
menekankan
pada
perawatan
kecantikan
dan
bidang
kosmetikologi. 2. Kedokteran anti Aging Mengubah penampilan dengan menghambat porses penuaan fisiologi, sehingaa seseorang akan tampak lebih muda dibandingkan dengan usia kronolgisnya. 3. Dalam Bidang Kedokteran kosmetik dan bedah plastik Bertujuan merekonstruksi bagian tubuh yang tidak enak dilihat secara estetik atau membuat bagain tubuh lebih baik dan lebih menarik dari sebelumnya. Termasuk disini adalah Body contouring, weight management, Facelift, dll. 4. Dalam bidang Kedokteran Gigi Bertujuan untuk merestorasi gigi geligi sehingga menghasilkan gigi geligi yang ideal melalui restorasi dengan warna, bentuk, struktur dan fungsi untuk mencapai kesehatan dan daya tahan yang optimal. 5. Kosmetikologi dan produk kosmetik Perannya adalah menambah self confidence dengan cara meningkatkan kebersihan
diri,
meningkatkan
daya
tarik
dengan
make-up,
meningkatkan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar ultraviolet, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Mitsui (2007). Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup estetik ini mencakup berbagi bidang ilmu yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 4
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
B. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SAINTIFIKASI JAMU B.1. Pengertian Saintifikasi Jamu
Berdasarkan Permenkes No. 3/ 2010 tentang saintifikasi jamu dan no. 1109/2007 diperoleh pengertian bahwa yang dimaksud dengan saintifikasi jamu adalah pemerolehan bukti ilmiah, terhadap jamu sebagai obat tradisional Indonesia, oleh dokter (dan dokter gigi) sebagai profesi bersumpah, dari suatu klaim penggunaan turun temurun yang bertahap diarahkan menopang paradigma sehat : promotif, preventif, rehabilitative dan paliatif sebelum menuju indikasi kuratif melalui Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Sedangkan tujuan Pengaturan Saintifikasi jamu adalah : 1. Mendorong terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya sebagai peneliti dalam rangka upaya preventif, promotif, rehabilitative dan paliatif melalui penggunaan jamu. 2. Meningkatkan kegiatan penelitian kualitatif terhadap pasien yang tidak sakit dengan penggunaan jamu. 3. Meningkatkan penggunaan jamu di kalangan profesi kesehatan. 4. Menjamin jamu yang aman, bermutu dan bermanfaat serta melindungi masyarakat dari penggunaan jamu yang tidak tepat. 5. Meningkatkan penyediaan jamu yang memiliki khasiat yang teruji secara ilmiah, dan dimafaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan mensinergikan yankes pasal 1-7 Permenkes 1109/tahun 2007 dapat menggabungkan metode pengobatan non konvensional dengan pengobatan konvensional
yang akan memebrikan manfaat/khasiat
pengobatan yang lebih baik dibandingkan dengan manfaat satu jenis obat.
B.2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Saintifikasi jamu sebagaimana disebutkan di atas adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang bersifat : Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 5
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
1. Promotif 2. Preventif 3. Rehabilitatif 4. Paliatif Program saintifikasi jamu merupakan langkah strategis dan sekaligus tonggak sejarah penelitian dan pengembangan jamu sebagai tanaman obat yang tumbuh, dibudidayakan dan diproduksi di Indonesia dengan mengupayakan pencarian bukti ilmiah melalui sistem pelayanan kesehatan tradisional serta kedokteran komplementer dan alternatif dalam rangka pelayanan kesehatan formal di Indonesia. Program saintifikasi jamu dalam penelitian berbasis pelayanan kesehatan di Indonesia diresmikan pada bulan Januari 2010 dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 003/Menkes/Per/I/2010. Saintifikasi jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan yang diutamakan untuk upaya preventif, promotif, rehabilitatif dan paliatif. Saintifikasi jamu dalam rangka upaya kuratif hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis pasien sebagai komplementer-alternatif, yaitu pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik, yang belum diterima dalam kedokteran konvensional. Ilmu Pengetahuan Biomedik adalah ilmu yang meliputi anatomi, biokimia, histologi, biologi sel dan molekuler, fisiologi, mikrobiologi, imunologi yang dijadikan dasar ilmu kedokteran klinik. Tujuan pengaturan saintifikasi jamu adalah: a. Memberikan landasan ilmiah (evidence based ) penggunaan jamu secara empiris melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. b. Mendorong terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya sebagai peneliti dalam rangka upaya preventif, promotif, rehabilitatif dan paliatif melalui penggunaan jamu. Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 6
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
c. Meningkatkan kegiatan penelitian kualitatif terhadap pasien dengan penggunaan jamu. d. Meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan.
Jalur Saintifikasi Jamu
Berikut adalah grafik yang menggambarkan alasan-alasan mengapa masyarakat lebih memilih menggunakan jamu atau obat tradisional. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk lebih memilih jamu sebagai terapi tambahan dan terapi alternatif. Ini berarti jamu masih merupakan pilihan kedua yang dipakai apabila obat konvensional yang digunakan tidak memberikan hasil yang diinginkan. Padahal belum tentu obat konvensional yang digunakan lebih aman dan efektif daripada obat tradisional.
Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 7
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
90,9 80 53,6 53,6 45,5 19,1 11,8
Penelitian berbasis pelayanan dalam saintifikasi jamu bertujuan untuk menilai keamanan dan efektivitas jamu yang digunakan di klinik pelayanan/RS/puskesmas. Sejauh ini, penelitian yang dilakukan adalah pada
subyek
dengan
diagnosa
hiperglikemia,
hipertensi,
hiperkolesterolemia dan hiperurisemia yang dilakukan oleh dokter saintifikasi jamu. Dari penelitian ini, bisa didapatkan evidence based mengenai keamanan dan kemanfaatan jamu untuk hiperglikemia, hipertensi, hiperkolesterolemia dan hiperurisemia, data dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut serta masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan tentang jamu dan saintifikasi jamu agar jamu Indonesia lebih mendapat tempat dalam pelayanan kesehatan.
C. TANAMAN HERBAL YANG DAPAT DIAPLIKASIKAN DI BIDANG ESTETIKA DALAM SAINTIFIKASI JAMU
Banyak bahan herbal yang digunakan dalam kosmetik telah dipilih melalui proses “ trial and error “ yaitu yang digunakan berdasarkan pengalaman daripada berdasarkan uji eksperimental. Akan tetapi sekarang, telah berkembang bukti ilmiah bahwa tanaman memiliki bahan aktif yang sangat banyak dan merupakan gudang bahan
aktif yang kompleks
(fitokemikal) tidak hanya mampu untuk menenangkan dan menghaluskan kulit tetapi juga secara aktif memperbaiki, menyembuhkan dan melindungi Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 8
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
kulit. Dengan demikian, di bawah ini merupakan beberapa herbal yang dapat diaplikasikan dalam bidang estetika: 1. Tanaman Fitofarmaka a. Meniran Nama Lokal Meniran (Jawa), gasau ma dungi (Ternate), kilanelli (India), memeniran (Sunda). Nama Latin Phyllanthus niruri
Bagian yang digunakan untuk herbal Seluruh bagian tanaman Senyawa aktif Kandungan
kimia:
phyllanthin,
hypophyllanthin,
niranthin,
nirtetrali, nirurin, nirurinetin, norsecurinine, phyllanthenol, phyllantheol, phyllnirurin, phylltetrin, quercitrin, quercetin, ricinoleic acid, rutin, salicylic acid methyl ester, gallic acid, ascorbic acid, hinokinin, hydroxy niranthin, isolintetralin, isoquercitrin. Senyawa lain berupa betaglucogallin, quercetin 3-O-beta-d-glucopyranosyl-(2-- > 1)-O
beta-d-
xylopyranosiide, dan beta-sitosteroy. Senyawa baru lain yang baru ditemukan adalah seco-4-hidroksilintetralin, seco-isoarisiresinol trimetil eter, hidroksinirantin, dibenzilbutirolakton, nirfilin, dan neolignan. Akar dan daun Phyllanthus niruri kaya senyawa flavonoid, antara lain phyllanthin, hypophyllanthin, quercetrin, isoquercetrin, astragalin dan rutin. Minyak bijinya mengandung beberapa asam lemak yaitu: asam ricinoleat, asam linoleat, dan asam linolenat. Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 9
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
Bukti ilmiah Penyakit kulit Konsumsi meniran juga berguna sebagai terapi tambahan penyakit kulit seperti Herpes Zoster (HZ). Ekstrak meniran bekerja dengan cara meningkatkan sistem imunitas seluler penderita. Atau dengan kata lain meniran mendorong limfosit T makin aktif bekerja. Herpes Zoster berkembang biak dengan leluasa saat sistem imunitas tubuh melemah. Penyakit kulit yang disebabkan oleh virus herpes ini ditandai dengan munculnya vesikel (tonjolan) kecil yang berkelompok di bawah permukaan kulit. Zoster bersifat swasirna, biasa terjadi pada individu yang sudah memiliki imunitas parsial setelah sebelumnya terkena infeksi cacar air. Pada pasien ZA yang diberi ekstrak meniran untuk melengkapi terapi standar ZA menunjukkan respon positif.
b. Ling Zhi Nama Lokal Ling zhi Nama Latin Ganoderma lucidum
Bagian yang digunakan untuk herbal Miselium
Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 10
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
Senyawa aktif Ganoderic acid, lucidenic acid, ganoderma acid, gan-odosterone oleic acid. Polisakarida, triponopoid, komponen asam nukleat, asam amino organik. Bukti Ilmiah Antiaging Ganos berarti cemerlang, dan dermo berarti kulit. Secara harfiah ganoderma berarti kecemerlangan kulit yang istimewah. Itulah sebabnya kaisar Shi Huang Tie (259-210 SM) rutin mengkonsumsi ling zhi setiap hari agar awet muda. Dua ribu tahun kemudian baru terbukti lewat serangkaian uji ilmiah bahwa ling zhi memang mengandung senyawa antipenuaan. Senyawa itu berupa polisakarida yang bisa mencerahkan warna kulit, melembutkan, dan mengurangi keriput. Penelitian membuktikan hubungan lingzhi dengan pertumbuhan sel dan antipenuaan. Ling zhi diberikan pada sel Hela keratinosit, sel yang dikultur dari sel epitel kanker leher rahim dan biasa digunakan sebagai model sel kanker dan mempelajari sinyal transduksi seluler (perubahan tingkat sel). Dari hasil pemindaian DNA dan RNA, pemberian ling zhi mampu meningkatkan pertumbuhan sel dan memperlambat proses penuaan. Riset Kenji Sakamoto dan Keishi Hatta dari Jepang makin menguatkan khasiat ling zhi. Kenji menemukan senyawa ergosteron dan ganoderol B bisa menekan sintesis melanin pada sel melanoma kulit. Dengan konsentrasi 2 ml, produksi melamin menurun sebanyak 75%. Hasil itu diperoleh setelah mengkultur sel kulit yang memproduksi melanin pada piring kaca. Ekstrak ganoderma diberikan dan diinkubasi selama 3 hari. Hasilnya, kulit menjadi lebih cerah dalam 1 minggu. Dalam
sebuah
presentasi
di
Jakarta,
Kenji
menyarankan
menggunakan krim ganoderma untuk menghilangkan bekas luka yang menghitam dan berkeriput agar kembali cerah dan elastis. Selain itu,, jika krim ganoderma rutin digunakan berefek menghambat kendurnya elastisitas kulit akibat penuaan. Menurut dr.Erijanti, SpKK, ahli Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 11
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
kecantikan di Jakarta, wujud penuaan bisa berupa warna kulit yang lebih hitam, berkeriput akibat produksi kolagen dan asam hyaluronat menurun, kusam, bahkan ditandai dengan munculnya bercak-cercak cokelat kehitaman yang disebut melasma. Bila tidak segera ditangani, bercakbercak hitam yang lebih sering terjadi pada wanita itu akan makin meluas. Kulit sehat merupakan cerminan kondisi tubuh yang sehat. Jika kulit kusam, bisa jadi itu indikator kondisi tubuh yang sedang menurun.
c. Temulawak Nama Lokal Temulawak (Jawa), temu lobak (Madura), koneng gede (Sunda). Nama Latin Curcuma xanthorrhiza
Bahian yang digunakan untuk herbal Umbi Senyawa aktif Kurkumin, xanthorrhizol, germakron. Rimpang temulawak juga mengandung zat pati (48-60%), serat kasar (2,58-7,07%), dan minyak atsiri (1,48-1,63%). Yang disebut terakhir terdiri dari 32 komponen seperti kamfer,
turmerol,
xanthorrizol,
dan
trisiklin.
Minyak
atsiri
bersifatmeningkatkan produksi getah empedu dan mampu menekan pembengkakan jaringan di dalam tubuh. Bukti ilmiah Antiplak, antimikroba, dan antibakteri Prof. Jae Kwan Hwang dan timnya dari Depatement of Biotechnology Yonsei University menemukan hubungan temulawak Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 12
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
dengan plak gigi. Ternyata Curcuma xanthorriza juga berkhasiat sebagai benteng pertahanan gigi. Dari persentasi Hwang pada The 1st International Symposium on Temulawak di Institut Pertanian Bogor Mei 2008, terungkap xanthorrhizol pada rimpang temulawak tokcer sebagai antimikroba dan antibakteri. Ekstrak temulawak membuat bakteri Streptococcus, Actinomyces viscosus, dan Porphyromonas gingivalis di gigi mati. Xanthorrizol memicu denaturasi protein sel bakteri yang ujung-ujungnya memaksa protein itu keluar sel. Berikutnya sel akan mengkerut dan mati. Karena keampuhan itulah temulawak kini dilirik industri pasta gigi di Korea Selatan. Xanthorrizol juga terbukti mengahmbat kolonisasi Streptococcus. Daya bunuh senyawa aktif dalam temulawak juga terjadi pada Propionibacterium acnes, bakteri penyebab jerawat. Penghambatan terjadi lewat
mekanisme
penghambatan
aktivitas
lipase-semacam
enzim
katalisator. Ekstrak rimpang temulawak Curcuma xanthorrhiza juga bereaksi positif terhadap dua spesies bakteri gram positif (S. aureus, B. subtilis), dan dua spesies bakteri gram negatif (E. Col, Salmonella sp). Antiinflamasi Di beberapa negara di Asia Tenggara, tumbukan halus rimpang temulawak digunakan sebagai masker dan obat luar mengatasi pembengkakan kulit. Kandungan senyawa aktif dalam temulawak menghambat
12-O-tetradecanolyphobol-13-acetate(TPA),
senyawa
pencetus edema pada tikus percobaan.
2. Tanaman Terstandar a. Jati Belanda Nama Lokal Jati blondo (Jawa) Nama Latin Guazuma ulmifolia
Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 13
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
Bagian yang digunakan untuk herbal Daun, biji, dan kulit batang Senyawa aktif Berdasarkan analisis fitokimia dalam daun jati belanda terkandung triterpen, kariofilen, katekin, farnesol, friedelin, asam kaurenat, prekosen I, prosianidin B-2, prosianidin B-5, prosianidin C-1, sitosterol, friedelin-3aol, sterol, alkaloid, karotenoid, flavonoid, tannin, karbohidrat dan saponin. Bukti ilmiah Pelangsing Kandungan senyawa aktif dalam daun jati belanda seperti tanin membantu mengurangi penyerapan senyawa seperti lemak dalam saluran cerna. Tanin dapat menyerap lemak atau karbohidrat dari makanan yang masuk ke dalam tubuh. Itulah sebabnya jati belanda berperan untuk menurunkan berat badan. Dengan mengkonsumsi ramuan jati belanda secara teratur, berat badan bisa dijaga tetap stabil. Karena keberadaannya sebagai penghambat, maka tidak tertutup kemungkinan berat badan kembali naik jika konsumsi jati belanda dihentikan. Herbal yang berkhasiat pelangsing biasanya memiliki efek diuretik dan pencahar. Jika dikonsumsi tanpa aturan dan takaran yang benar akan mengakibatkan dehidrasi, karena hilangnya elektrolit (kalium dan natrium). Pemakaian jati belanda perlu perhatian khusus terutama pada penderita yang memiliki gangguan jantung dan ginjal.
Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 14
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
3. Tanaman Jamu a. Buah Merah
Nama Lokal Yenggen, sait, mongka memyeri, barkum, bitam (Papua) Nama Latin Pandanus conoideus Bagian yang digunakan untuk herbal Buah Bukti ilmiah Antiinflamasi dan antiiritasi Prof. Dr. elin Yulinah Sukandar dari Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA, ITB melakukan uji toksisitas dan antiinflamasi buah merah. Untuk melihat dosis aman yang bisa ditolerir manusia, Elin mengadakan percobaan terhadap 2 kelompok mencit. Masing-masing terdiri dari 3 ekor jantan dan 3 ekor betina. Setelah dipuasakan selama 16 jam, kedua kelompok diberi buah merah dengan dosis berbeda. Satu kelompok 2 g, kelompok lain 5 g. Hasil uji toksisitas menunjukkan dosis 2 dan 5 gram itu termasuk aman untuk dikonsumsi. Jika dikonversi ke manusia yang berbobot 70 kg, dosis itu setara 240 g. Volume tiga sendok makan buah merah sekitar 45 ml setara 36 gram. Uji antiinflamasi dan antiiritasi menggunakan 3 cendawan penyebab penyakit infeksi pada organ manusia, mereka adalah Candida albicans, Staphylucoccus aureus, dan Microsporum gypseum. Sebanyak 3 kelinci jantan masing-masing berbobot 2,5 kg disuntikkan ketiga Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 15
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
cendawan itu. Sekitar 9 hari setelah penyuntikan cendawan terjadi pemerahan kulit, luka, dan pembentukan edema atau bengkak. Setelah luka diolesi buah merah, gejala iritasi cenderung menurun. Iritasi sembuh total pada hari ke-9. Sebaliknya kelinci yang tidak diberi buah merah tetap mengalami udema dan peradangan pada hari ke-9.
b. Kenanga
Nama Latin Cananga odorata Famili Annonaceae Nama lain lanalana ( Hawai’I ), ylang ylang atau cananga ( bahasa Inggris ), apurvachampaka ( India ), ilang-ilang, perfume tree, cananga oil, kenanga wood ( nama dalam perdagangan ) Morfologi tanaman Kenanga berasal dari daerah Asia tenggara, biasa dikenal dengan nama ylang ylang ( bahasa Inggris ) merupakan tanaman berukuran sedang yang telah diperkenalkan ke beberapa pulau di Pasifik karena bunganya yang harum. Spesies ini sering ditemukan tumbuh secara spontan di hutan sekunder atau hutan agro, dimana kenanga mudah berregenerasi. Kenanga juga dikenal sebagai hiasan kebun. Di Madagaskar dan pulau Comoro, kenanga berharga karena minyaknya, berperan besar dalam industri parfum dan aromaterapi.
Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 16
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
Pohon kenanga berukuran sedang, yaitu tingginya 10 – 40 m, paling umum berukuran 10 – 20 m. Pada penanaman, pohon kenanga biasanya dipertahankan pendek yaitu sekitar 3 m saja. Kenanga lebih menyukai dataran rendah tropis yang lembab, walaupun dapat ditanam di dataran tinggi dekat ekuator. Kegunaan Di daerah Pasifik, Kenanga mempunyai banyak kegunaan. Kayunya sering digunakan pembuatan perahu, furnitur dan kayu bakar. Bunganya untuk mengharumkan minyak kelapa, karangan bunga dan hiasan rambut. Kulit kayu pohon kenanga berguna untuk pengobatan sakit perut dan kadang sebagai laksatif. Di Jawa, bunga kenanga kering digunakan untuk melawan malaria, sedangkan bunga segarnya ditumbuk menjadi pasta untuk mengobati asma. Hasil destilasi bunganya sebagai aromaterapi berguna untuk melawan depresi, melancarkan pernapasan, mengontrol tekanan darah, menenangkan dan sebagai perangsang hasrat. Dalam bidang estetika, produk komersial yang utama adalah destilasi minyak kenanga untuk industri parfum yang paling banyak dikirim ke Perancis. Minyak kenanga dikatakan sebagai dasar pembuatan Chanel #5 dan parfum Guerlain. Minyak kenanga dicampur dengan minyak kelapa disebut minyak Makasar, digunakan sebagai minyak rambut di Asia Tenggara.
c. Pegagan
Nama Latin Centella asiatica Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 17
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
Morfologi tanaman Dikenal dengan nama gotu kola dan Hydrocotyle asiatica merupakan tumbuhan sepanjang tahun, tumbuhan menjalar dengan daun berbentuk ginjal, ditemukan di India, Sri Lanka, Madagaskar, Africa Selatan, Australia, Cina dan Jepang. Centella lebih senang tumbuh di area yang teduh, lembab dan rawa. Senyawa aktif Centella terdiri dari beberapa konstituen aktif, yang paling penting adalah
triterpenoid
saponin,
termasuk
asiaticoside,
centelloside,
madecassoside dan asam Asiatic. Sebagai tambahan, Centella terdiri dari beberapa komponen lain, termasuk minyak volatile, flavonoid, tannin, phytosterol, asam amino dan gula. Bukti ilmiah Penyakit kulit Dalam bidang estetika, Centella telah lama direkomendasikan untuk perawatan keloid dan/atau jaringan parut hipertrofi. Dalam sebuah uji klinik terbuka, 227 pasien dibagi dalam 2 grup, grup yang hanya diterapi dengan Centella saja dan grup yang mendapat terapi Centella dengan operasi perbaikan jaringan parut. Dosis Centella yang diberikan adalah 60 – 150 mg per hari selama 18 bulan. Pada grup Centella saja, 116 pasien dari 139 pasien ( 82% ) mengalami penyembuhan gejala dan inflamasi menghilang. Pada 88 subyek yang diterapi kombinasi Centella dengan operasi, 72% menunjukkan perbaikan. Sebagai tambahan dalam terapi oral, Centella juga diberikan dalam bentuk krim topical dalam program manajemen jaringan parut komprehensif. Setelah diamati, ditemukan bahwa kematangan jaringan parut meningkat dari sekitar 6 bulan tanpa terapi menjadi 3 bulan dengan terapi Centella. Centella tidak boleh diberikan kepada wanita hamil, karena efeknya yang dapat menyebabkan keguguran janin.
Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 18
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
d. Daun Kemenyan
Nama Ilmiah Styrax benzoin Nama Daerah Kemenyan (Medan), Kemenyan (Jawa), Kamanyang (Makassar) Botani Sinonim: Laurus benzoin Houtt, Benzoin officinalis Hayne, Lithocarpus benzoicus Bl, Styrax tonkinensis (Pierre) ex Hartwich Klasifikasi Divisi: Spermatophyta Sub divisi: Angiospermae Kelas: Dicotyledoneae Bangsa: Ebenales Suku: Styracaceae Marga: Styrax Jenis: Styrax benzoin Dryand. Ciri-ciri Habitus: Pohon tinggi ± 18 m. Batang: Tegak, bulat, berkayu, halus, percabangan simpodial, coklat muda. Daun: Tunggal, lonjong, berseling, tersebar, panjang 4-8 cm, lebar 2-5 cm, tepi rata, ujung meruncing, pangkal runcing, pertulangan menyirip, hijau, tangkai bulat, panjang 0,5-1,5 cm, hijau pucat. Bunga: Majemuk, lonjong, di ketiak daun dan ujung batang, tangkai bulat, hijau, kelopak bentuk mangkok, berbulu, hijau, benang sari putih, putik silindris, putih, mahkota bertaju lima, bentuk lonceng, putih. Buah: Lonjong, masih muda hijau setelah tua
Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 19
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
coklat. Biji: Bulat, diameter ± 1,2 cm, coklat. Akar: Tunggang, coklat muda. Senyawa aktif Kemenyan terutama mengandung lubanolbensoat; juga terdapat sumaresinol, vanilin, stirol, benzaldehida, bensilsinamat, dan fenilpropilsinamat. Kegunaan Di Indonesia tumbuhan kemenyan sudah diketahui dengan baik digunakan sebagai antibakteri untuk penyakit alergi pada kulit. Dalam pengobatan herbal telah dikembangkan untuk pengobatan topikal seperti ruam pada wajah, luka dan bisul. Kegunaan getah kemenyan secara tradisional adalah sebagai bahan pembantu dalam kegiatan-kegiatan ritual dan industri rokok. Sedangkan sebagian besar kegunaan lainnya adalah sebagai bahan baku dalam industri antara lain industri parfum, farmasi, obat-obatan, kosmetik, sabun, kimia dan industri pangan. Ekstraksi kimia getah kemenyan menghasilkan tincture dan benzoin resin yang digunakan sebagai fixative agent dalam industri parfum. Ekstraksi kemenyan juga dapat menghasilkan beberapa senyawa kimia yang diperlukan oleh industri farmasi, antara lain asam balsamat, asam sinamat, benzyl benzoat, sodium benzoat, benzophenone, dan ester aromatis.
e. Gambir
Nama Latin Uncaria gambir Roxb
Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 20
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
Senyawa aktif Ekstrak gambir mengandung beberapa komponen yaitu catechin, asam catechu tannat, qursetin, catechu merah, gambir floursein, abu, lemak dan lilin (malam). Kandungan utama gambir berupa catechin 7% – 33% dan asam catechu tannat 20% – 55% (Nazir, 2000). Menurut Thorpe (1938), rumus molekul catechin dalam keadaan ”anhydrous” adalah C15H14O6. Catechin ”anhydrous” mempunyai berat molekul 290.28 dengan komposisi atom C sebesar 62.02%, atom H sebesar 4.86% dan atom O sebesar 33.07%. Catechin yang berasal dari gambir mempunyai rumus C15H16O6. 4 H2O dengan titik cair pada suhu 175 - 177ºC. Rendemen dan mutu gambir tidak hanya dipengaruhi oleh proses penggempaan tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi bahan baku. Menurut Burkill (1935), daun gambir muda mempunyai kandungan catechin yang lebih tinggi dibandingkan dengan daun tua. Hal ini didukung oleh penelitian Risfaheri dan Yanti (1993) yang menunjukkan bahwa daun muda
menghasilkan
rendemen
dan
catechin
yang
lebih
tinggi
dibandingkan daun tua. Disebutkan pula daun gambir yang ditunda pengolahannya selama dua hari akan menurunkan kadar catechin dan rendemennya. Penguapan pada suhu rendah menghasilkan gambir dengan warna yang lebih baik (Eaton dan Bishop, 1926). Komponen-komponen yang terkandung dalam gambir dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komponen-komponen yang terdapat dalam gambir No.
Nama Komponen
Jumlah (%)
1.
Catechin
7-33
2.
Asam catechu tannat
20-55
3.
Pyrocathecol
20 -30
4.
Gambir flouresensi
1–3
5.
Catechu merah
3–5
6.
Quersetin
2–4
7.
Fixed oil
1–2
8.
Lilin
1–2
9.
Alkaloid
Sedikit
Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 21
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
Sifat-sifat umum komponen yang terkandung dalam gambir (Nazir, 2000) adalah sebagai berikut: 1. Catechin Catechin larut dalam alkohol dingin, air panas, asam asetat glasial dan aseton. Catechin sukar larut dalam air dingin dan eter, selain itu tidak larut dalam CHCl3, metil eter dan benzene. Catechin membentuk endapan jika bereaksi dengan Pb (CH3COO)2. Catechin menghasilkan larutan yang berwarna biru jika bereaksi dengan FeCl3. Jika catechin bereaksi dengan pine wood dan hydrochloric acid membentuk phloro glucinol. 2. Asam catechu tannat Asam catechu tannat larut dalam alkohol dan air dingin, tidak larut dalam eter. Asam catechu tannat membentuk endapan jika bereaksi dengan Pb (CH3COO)2 dan membentuk endapan berwarna hijau jika bereaksi dengan CHCl3. Asam catechu tannat bereaksi dengan pine wood dan hydrochloric acid membentuk reaksi phloro glucinol. Asam catechu tannat disebut anhydride dan dapat dihasilkan apabila larutan dipanaskan pada suhu 110ºC dengan larutan alkali karbonat. 3. Pyrocathecol Pyrocathecol larut dalam air, alkohol, eter, benzene, klorofom dan larut baik pada piridin dengan larutan bersifat basa, jika dipanaskan akan membentuk catechol. Pyrocathecol membentuk warna hijau dengan FeCl3 dan membentuk endapan dengan brom. Larutannya dalam air cepat berwarna coklat. Pyrocathecol dapat mereduksi perak amoniakal dan fehling. 4. Gambir flouresensi Gambir flouresensi dapat dilihat apabila larutan gambir dalam dikocok dengan petroleum eter dalam suasana sedikit basa. Gambir flouresensi pada lapisan petroleum eter akan terlihat perpendaran berwarna hijau. 5. Catechu merah Catechu merah merupakan gambir yang memberikan warna merah. Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 22
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
6. Quersetin Quersetin larut dalam air dan alkohol dan quersetin berubah menjadi warna gelap dengan pemanasan. 7. Fixed oil Fixed oil merupakan minyak yang sukar menguap. 8. Lilin Lilin terdapat pada permukaan daun gambir. Lilin merupakan monoester dari suatu asam lemak dan alkohol. 9. Alkaloid Alkaloid terdapat 7 macam alkaloid pada tanaman gambir yaitu dihidrogambir
tanninna,
gambirdina,
gambirina,
isogambirina,
auroparina, oksogambir- tanina. Tannin yang terdapat dalam gambir merupakan tannin yang tidak dapat dihidrolisa (tannin kondensasi). Tannin ini merupakan turunan dari flavanal yang tidak dapat dihidrolisa dengan asam ataupun basa. Bukti ilmiah Kegunaan gambir dalam bidang industri farmasi adalah sebagai bahan baku untuk berbagai macam obat seperti obat diare, penyakit lever, sariawan, sakit perut, kerongkongan dan sebagainya. Gambir juga banyak dipakai orang sebagai obat tradisional baik pengguna tunggal maupun dalam bentuk campuran. Pada industri pembuatan batik, gambir digunakan sebagai bahan pencelup dan pewarna. Pada pembuatan cat, gambir digunakan sebagai pewarna (Amos et. al., 2004). Sebagai
obat-obatan,
importir
gambir
di
Jerman
Barat
mensyaratkan kandungan catechin di dalam gambir sebesar 40% - 60%. Sebagai bahan penyamak kulit yang dibutuhkan adalah asam catechu tannat dan catechin dengan kadar tanin minimal 40% (Maulida, 1985). Menurut Hambali et. al. (2000) gambir untuk makan sirih berbeda dengan gambir yang digunakan untuk menyamak dan zat warna. Gambir untuk sirih biasanya juga digunakan sebagai obat. Rendemen gambir untuk sirih sekitar 8%, sedangkan rendemen gambir untuk zat samak dan zat warna sekitar 16%. Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 23
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
Menurut Martindale (1982), catechin adalah bahan penyegar yang digunakan sebagai salah satu bahan kapur aromatik dengan campuran opium untuk penanganan diare. Selain itu juga dilarutkan dalam alkohol sebagai obat kumur. Di India, gambir sudah sejak lama digunakan sebagai lotion dan astringet. Penggunaan gambir di India sebagai obat pertama kali diperkenalkan melalui dokter Eropa yang ada di India. Di Malaysia, gambir biasanya digunakan untuk obat luka bakar. Di Kalimantan digunakan sebagai obat luar untuk sakit kepala. Di Johor, rebusan daun muda dan tunasnya digunakan untuk obat diare dan disentri serta obat sakit tenggorokan. Beberapa contoh kegunaan gambir sebagai obat antara lain obat sariawan, obat sakit kulit dan obat diare.
Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 24
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
BAB III PEMBAHASAN
Pada perkembangan zaman saat ini penggunaan bahan-bahan alami untuk pengobatan maupun perawatan tubuh semakin berkembang pesat dan semakin diminati oleh masyarakat luas. Ini dikarenakan pengobatan konvensional yang semakin mahal dan tingginya faktor resiko timbulnya efek samping pemakain yang terus-menerus pada tubuh. Saat
ini
pemilihan
bahan-bahan
alami
untuk
pengobatan
didasarkan pada bukti penelitian, sehingga penggunaan bahan-bahan alami diharapkan dapat lebih tepat sasaran dalam dunia pengobatan. Selain lebih ekonomis,
efek
samping tanaman berkhasiat
obat
sangat
kecil
dibandingkan dengan obat-obat sintesis, karena itu penggunaan tanaman obat dengan formulasi yang tepat sangat penting dan tentunya lebih aman dan efektif. Perlu didorong upaya pengenalan, penelitian, pengujian dan pengembangan khasiat, dan keamanan tumbuhan berkhasiat estetik, agar tidak dianggap kuno, tidak ilmiah dan tidak ketinggalan jaman. Perkembangan jamu saat ini masih terhambat oleh masalah mendasar, yakni kurangnya standarisasi produk baik dari segi bahan yang digunakan, cara pembuatan maupun faktor khasiat dan keamanan produk. Standarisasi jamu sulit dilakukan karena sebagian beranggapan bahwa jamu adalah suatu produk seni yang menekankan pada intuisi dan bukan pada pengukuran secara tepat bahan-bahan yang digunakan. Oleh karena itu diperlukan kerja sama antar pemerintah untuk mendukung program saitifikasi jamu dalam pengaplikasian pada masyarakat di berbagai bidang pelayanan kesehatan khususnya di bidang pelayanan estetika. Aplikasi estetika dalam saintifikasi jamu dapat dilakukan di rumah sakit maupun di klinik-klinik kecantikan. Bahan herbal yang digunakan dapat disesuaikan dengan tempat dimana kita mengaplikasikan pelayanan estetika. Misalnya pelayanan etetika di bidang kedokteran kulit dan Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 25
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
kelamin. Bahan herbal yang dapat digunakan adalah Meniran (Phyllanthus niruri) yang dapat berkhasiat pada penyakit kulit Herpes Zoster dengan cara meningkatkan sistem imunitas seluler penderita. Dan pegagan (Centella asiatica) yang mengandung centella. Pegagan ini telah lama direkomendasikan untuk perawatan keloid dan/atau jaringan parut hipertrofi. Kemudian pelayanan estetika di bidang kedokteran antiaging. Bahan herbal yang dapat direkomendasikan adalah Ling zhi (Ganoderma lucidum) yang berkhasiat sebagai antiaging. Pelayanan estetika di bidang kedokteran gizi klinik. Bahan herbal yang dapat direkomendasikan adalah daun
Jati
belanda
(Guazuma
ulmifolia)
yang
berkhasiat
untuk
melangsingkan tubuh yang dapat menambah daya tarik dan percaya diri. Selain itu dapat dilakukan pelayanan estetika di bidang kedokteran gigi. Bahan herbal yang dapat digunakan adalah Gambir (Uncaria gambir Roxb) yang berkhasiat sebagai antibakteri pada mulut sedangkan Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dan Temu kunci (Kaemferia pandurata Roxb) digunakan untuk mencegah terbentuknya plak pada gigi. Dan selanjutnya pelayanan estetika di bidang kosmetikologi dan produk kosmetik. Bahan herbal yang dapat digunakan adalah Kemenyan (Styrax benzoin) yang telah banyak digunakan dalam industri parfum. Dan masing banyak lagi tanaman herbal yang dapat diaplikasikan langsung di pelayanan estetika. Dengan demikian bahan herbal dapat diaplikasikan di berbagai bidang pelayanan kesehatan khususnya di bidang estetika dengan adanya kerjasama antar pemerintah melalui program saintifikasi jamu.
Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 26
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Indonesia memiliki berbagai macam tanaman herbal dengan berbagai macam khasiat yang dapat diaplikasikan langsung melalui pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kesehatan di bidang estetika dimana tanaman herbal yang digunakan sudah ada bukti ilmiahnya melaui program saitifikasi jamu.
B. SARAN Dengan adanya saintifikasi jamu, diharapkan semua pelayanan kesehatan khususnya di bidang estetika semakin berkembang. Saat ini banyak sekali tanaman herbal yang memiliki khasiat luar biasa. Permasalahan estetika dari ujung kaki sampai ujung rambut, semua dapat kita temukan solusinya melalui tanaman herbal. Oleh karena itu kita sebagai penerus bangsa yang berbakti kepada negara kita yaitu Indonesia semestinya bangga memiliki negara yang kaya akan sumber alam. Untuk itu disarankan untuk para dokter, ahli kesehatan lainnya serta ahli kecantikan merekomendasikan herbal menjadi sebuah panutan lain selain menggunakan obat sintetik. Agar industri herbal Indonesia semakin maju dan bisa “”go international”. Perlu dukungan yang ekstra dari pemerintah, rumah sakit, klinikklinik kesehatan dan kecantikan, dan industri herbal untuk memberikan dana penelitian, menyediakan laboratorium serta bahan-bahan yang diperlukan kepada seluruh universitas yang ada di Indonesia, agar menghasilkan penelitian-penelitian yang signifikan dari tanaman-tanaman di Indonesia. Selain itu diperlukan kerja sama yang kuat antara dokter, ahli kesehatan lainnya serta ahli kecantikan dengan para industri herbal dan Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 27
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
khususnya dengan pemerintah untuk mengembangkan herbal Indonesia melalui program saintifikasi jamu. Dengan adanya program saintifikasi jamu, juga dapat dilakukan penertiban pemasaran obat-obat tradisional. Bahan-bahan yang belum terstandar dan belum teruji keamanannya serta khasiatnya secara empiris dapat ditertibkan. Hal ini penting untuk mencegah efek samping yang mungkin terjadi karena penggunaan yang tidak tepat atau karena produk yang tidak aman.
Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 28
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Jamu, Resep Kecantikan yang Tak Lekang Waktu. Diunduh dari: http://gaia-magazine.com/jamu-resep-kecantikan-yang-taklekang-waktu.html. Anonim. Masker Antipenuaan Dini dari Secang. Diunduh dari: http://mahkotadewa.com/blog/2011/08/masker-antipenuaan-dinidari-secang/. Anonim. Populerkan Tanaman Obat dengan Saintifikasi Jamu. Diunduh dari:
http://harianjoglosemar.com/berita/populerkan-tanaman-
obat-dengan-saintifikasi-jamu-25783.html Anonim. Saintifikasi Jamu dalam Penelitian Berbasis Yankes & Pengembangan Model Registrasi Kematian. Diunduh dari: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/478saintifikasi-jamu-dalam-penelitian-berbasis-yankes-apengembangan-model-registrasi-kematian.html Anonim.
Tanaman
obat.
org.
2008.
Diunduh
dari:
http://tanamanobat.org/410/kemenyan/ Colonel Sir R. N. Chopra, M.D., et al. Chopra’s Indigenous Drugs of India. Calcutta: U.N. Dhur and Sons Ltd. 1958. D. Chandra and S.S. Gupta. “ Anti-inflammatory and anti-arthritic activity of volatile oil of Curcuma longa (Haldi). Indian Journal of Medicine Research 60:138-142. 1972. Frederick Rosengarten, Jr. “ The Book of Spices. New York: Pyramid books, 1973. K. Bone: Turmeric – the spice of life? British Journal of Phytotherapy, Vol.2, No.2, 1991. N.C. Shah. “ Herbal Folk Medicines in Northern India “. Journal of Ethnopharmacology 6:294-295, 1982. Permenkes RI No. 003/MENKES/PER/I/2010. Saintifikasi Jamu dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan. Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 29
Aplikasi Estetika dalam Saintifikasi Jamu
Redaksi Trubus. Herbal Indonesia Berkhasiat. Vol. 08. Depok: Trubus Info kit. Sutrisno, R.B. 1974. Ihtisar Farmakognosi, edisi IV. Pharmascience Pasific. Jakarta. Hal 207. Widowati, L. Saintifikasi Jamu sebagai Program Evidence Based dalam rangka integrasi jamu dalam pelayanan kesehatan formal.
Tugas Konsep Herbal Indonesia Magister Herbal Universitas Indonesia
Page 30