BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Penelitian adalah kegiatan penyelidikan yang dilakukan sesuai dengan metode ilmiah yang sistematis untuk menentukan informasi ilmiah, membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga merumuskan teori baru. Dalam hidupnya, manusia senantiasa dihadapkan pada permasalahan kehidupan. Dalam masyarakat dengan corak kehidupan yang beraneka ragam, terlebih lagi dalam tatanan kehidupan berorganisasi yang kompleks, permasalahan selalu hadir dan menuntut kita untuk mencari akar penyebab timbulnya persoalan. Ketika kita berusaha untuk mengeksplorasi lebih jauh akar permasalahan, maka kita akan meneliti berbagai indikator terkait yang memerlukan penyesuaian dan pemecahan sehingga permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan dengan baik. Iman Santoso, ahli pendidikan, berucap orang pintar membuat hal rumit jadi gampang. Tapi orang sok pintar membuat hal gampang jadi rumit. Karya tulis ilmiah pasti akan selalu berbasis pada metodologi ilmiah. Namun
akademisi harus mulai lentur dan fleksibel.
Termasuk dalam memilih judul karya tulis ilmiah. Ada beberapa perbedaan yang mendasar antara tema dengan judul. Diantaranya adalah tema cakupannya lebih luas dari pada judul. Jika penelitian terpaku pada judul, maka penitian tidak akan berkembang. Namun sebaliknya, jika penelitian kita mengacu pada tema, maka kita akan bebas mengembangkan penelitian kita, sejauh masih terikat dan berhubungan dengan tema tersebut. Ada beberapa poin bagaimana seharusnya langkah kita dalam menentukan judul penelitian.Dalam poin-poin yang diambil dari sebuah internet, poin-poin tersebut adalah sebagai berikut:
1. Judul dirumuskan setelah penelitian berakhir. Seperti yang diulas sebelumnya judul sebaiknya dirumuskan setelah penelitian berakhir. Karena judul secara tidak langsung merupakan kesimpulan dari penelitian yang kita lakukan. Jika kita menentukan judul di awal penelitian maka secara tidak langsung menggiring
2
penlitian kita untuk melakukan pembenaran terhadap judul itu. Mang yang harus dirumuskan di awal penelitian adalah tema. 2. Jangan terpaku pada judul. Terpaku pada judul akan membuat penelitian kita membuat penelitian kita menjadi kaku dan cakupannya sempit. Rumusan masalah yang kita buat juga tidak akan berkembang dan mengikuti judul saja. 3. Judul pada proposal sifatnya hanya sementara dan bisa diganti setelah penelitian kita berakhir. Hal ini terjadi karena ketika kita mengajukan proposal, yang harus kita tulis adalah judul, bukan tema. 4. Judul penelitian sangat ditentukan oleh proses dan hasil akhir penelitian. Judul yang telah kita tentukan di awal penelitian atau judul yang tertera pada proposal bisa saja berubah setelah penelitian kita berakhir. Hasil akhir sebuah penelitian sangat menentukan judul penelitian kita.
Setelah bertukar pikiran dengan rekan guna dalam pengungkapan eksplisit yang merangkum dari tema besar sebuah penelitian. Namun demikian sebuah judul tidak ditentukan atas dasar pertimbangan tertarik atau tidak tertarik, layak atau tidak layak, akan tetapi pemilihan judul haruslah dilandasi dengan sebuah sikap yang logis dan rasional, dengan alasan-alasan yang benar-benar masuk di akal. Adapun judul dari penelitian ini adalah:“Eksistensi Ciu Di Suatu Wilayah” (Studi Kasus Pada Jaringan Eksistensi Ciu DI Suatu Wilayah). Studi pada motif hubungan timbal balik antara penjual ciu denganaktor-aktor dibalik eksistensi ciu disuatu wilayah. Dua alasan yang menjadi landasan dilakukannya sebuah penelitian, yaitu alasan yang bersifat teoritis dan alasan yang bersifat praktis. Alasan yang bersifat teoritis adalah sebuah judul penelitian harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Aktualitas Yaitu masalah atau fenomena yang menjadi bahan suatu penelitian haruslah aktual atau mengandung sifat kekinian.Pada dasarnya minuman keras illegal merupakan minuman keras yang dilarang peredarannya karena belum terjamin keamanannya sehingga dapat membahayakan dan jatuhnya banyak korban jiwa. Beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang mengkonsumsi minuman keras illegal adalah ; 3
1. Faktor Ekonomi 2. Faktor Lingkungan Sosial Budaya 3. Faktor Gaya Hidup 4. Faktor Pendidikan Dampak kenaikan harga minuman keras bermerek menjadikan tumbuh kembangnya minuman keras pengganti alternatif minuman keras bermerek seperti penjual minuman ciu marak diminati oleh para konsumen keras demi memenuhi kebutuhan akan suatu gaya hidup masyarakat modern dalam mengkonsumsi minum-minuman keras. Minuman ciu sendiri merupakan minuman illegal yang berasal dari daerah Solo, Mojolaban, Jawa Tengah. Di Solo sendiri menurut pengetahuan penulis peredaran minuman keras ciu dilarang oleh Pemerintah Daerah Setempat dengan alasan belum terjamin keamanannya. Dampak kenaikan harga minuman keras bermerek dijadikan peluang oleh penjual ciu untuk memperkenalkan ciu kepada masyarakat konsumen minum-minuman keras. Padahal masyarakat sebagai kontrol sosial harusnya mengadakan pencegah dan pelaporan kepada petugas keamanan tentang adanya peredaran minuman keras illegal tersebut di wilayahnya. Mengapa adanya penjual minuman ciu mampu eksis ditengah kehidupan masyarakat akan wacana minuman keras ciu yang illegal menjadi fenomena sosial dalam penelitian ini. Dalam mengkualifikasikan aktor-aktor pendukugn dibalik eksistensi ciu di suatu wilayah ini ini, maka dibagi dalam empat kualifikasi obyek.yaitu penjual ciu (reseller), konsumen minuman keras ciu,produsen ciu, dan aparat petugas.Minuman keras ciu sudah menjadi komoditas konsumen minuman keras yang kemampuan ekonominya lemah dan tidak dapat menjangkau minuman bermerek. Bagi penjual minuman keras ciu prospek keuntungan yang didapat hasil penjualan miras ciu telah mengangkat derajat perekonomiannya. Akhirnya dari situ muncullah aktor-aktor yang berperan dan mempengaruhi berkaitan antara penjual minuman ciu dengan aktoraktor seperti konsumen,produsen, dan juga oknum petugas. 2. Orisinalitas Sebuah penelitian dinyatakan orisinil atau asli bila masalah atau fenomena yang dikemukakan belum pernah dibahas ataupun kalau sudah pernah diteliti, maka secara tegas dinyatakan perbedaannya. 3. Relevansi dengan Ilmu Sosiologi 4
a. Relevansi dengan Sosiologi Kriminalitas Menurut para ilmuwan (berbagai Negara termasuk Indonesia) sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari jaringan hubungan antar manusia, baiks sebagai individu maupun anggota kelompok.Thomas Khun (dalam George Ritzer) kriminalitas
merupakan
perilaku
yang
menyimpang
dari
sifat
fakta
social(eksternal,koersion,danrepresentative)khususnya penyimpangan negatif Suatu perilaku kriminalitas adalah perilaku yang tidak diijinkan oleh hukum publik. Suatu perilaku disebut kriminal, apabila perilaku tersebut menimbulkan penderitaan atau kerugian bagi pihak lain. Sumber;(http://elisa.ugm.ac.id/community/show/sosiologikriminalitasolehsoeprapto/, diakses pada 4 Maret 2014). Kriminalitas juga dipahami sebagai perilaku tersebut dilarang oleh hukum.Dalam konteks Sosiologi perilaku menyimpang diartikan sebagai perilaku yang belum dan atau tidak disepakati bersama, atau merupakan perilaku yang belum atau tidak mencapai kesepakatan umum.Delox H. Kelly dan kawan-kawan, dalam tulisannya berjudul “Deviant Behavior A Texts-Reader in the Sociology of Deviance : 1989). Menyatakan bahwa ada dua pendapat mengenai penyimpangan atau perilaku menyimpang. Pertama,
adalah beberapa pendapat yang menyatakan bahwa
penyimpangan atau perilaku menyimpang itu meliputi perilaku pembunuhan dan pemerkosaan. Sedangkan, yang Kedua adalah sebagian lain yang berpendapat bahwa penyimpangan atau perilaku menyimpang meliputi pelacuran, penganiyaan terhadap anak-anak, pemukulan terhadap istri, dan homoseksual. Dengan memperhatikan motivasi dibalik perilaku menyimpang, beberapa di antara kita menempatkan kesalahan pada keluarga, sementara pihak lain mengutamakan faktor genetik atau faktor lingkungan sebagai pemicunya, khususnya kemiskinan.Sementara itu Skipper beserta kawan, Skipper: dalam deviance, Voices from the Margin, 1981, mengawali tulisannya dengan pernyataan aksiomatik, bahwa sangatlah tidak mungkin, suatu kelompok dapat bertahan hidup tanpa keberadaan peraturan atau norma-norma tertentu, baik bagi kelompok kecil seperti: Keluarga maupun kelompok besar setingkat bangsa.Mengapa demikian, karena norma-norma akan menjadi petunjuk bagi anggota masyarakat untuk berperilaku, dan norma-norma
5
akan mengarahkan mengenai perilaku macam apa yang patut dilakukan dan perilaku macam apa yang tidak patut dilakukan. Dari wacana pengetahuan umum minuman ciu merupakan minuman illegal yang belum terjamin dampak dan keamanannya. Maka dari itu ditempat asalnya pun minuman ciu dilarang peredarannya dan akan dikenai sanksi atau denda barang siapa yang ketahuan membawa atau menggunakan minuman ciu. Menurut konsep penyimpangan atau perilaku menyimpang berdasarkan penentu kategori menyimpang berupa Law penjual ciu melakukan kegiatannya menjual minuman ciu kepada masyarakat merupakan sebagai kategori pelanggaran.Menurut keberadaan Mores khususnya minuman keras tidak mendatangkan kebaikan bagi masyarakat karena minuman tersebut rentan membawa perilaku penyimpangan bagi pelaku yang mengkonsumsinya. Secara Custom
masyarakat Yogyakarta yang berdomosili agama, agama
melarang keras penggunaan minum-minuman keras karena hal tersebut tidak mendatangkan kebaikan melainkan keburukan. Dengan demikian penyimpangan dalam kasus penjualan minuman keras ini diartikan sebagai perilaku yang berbeda atau bertentangan dengan pola perilaku yang telah disepakati bersama, atau dengan kata lain penyimpangan merupakan perilaku yang tidak atau belum mencapai kesepakatan umum. Begitu pula dengan peminum minuman keras yang meresahkan, masyarakat sekitar karena sering kali membuat keributan dan berbuat onar yang merugikan orang-orang sekitar. Berdasarkan sifat perilaku menyimpangnya maka penjual dan pembeli minuman keras termasuk dalam penyimpangan negatif, yaitu suatu perilaku menyimpang yang belum atau tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati bersama, dan memang ditinjau dari norma manapun, perilaku tersebut tergolong sebagai perilaku yang tidak patut dilakukan, atau bersifat negatif. Sebab minuman keras bagi masyarakat lapisan tradisional efek minuman keras yang ditimbulkannya dapat meresahkan masyarakat. b. Relevansi dengan Sosiologi Ekonomi Sosiologi ekonomi memiliki peran dalam melakukan analisa atas berbagai fenomena ekonomi.Khususnya yang berhubungan dengan masalah produksi, distribusi, pertukaran, konsumsi serta berbagai faktor ekonomi lainnya. Dengan adanya kajian sosiologi ekonomi, setiap proses perkembangan yang terjadi ditengah masyarakat, akan bisa dilihat dari sudut pandang yang ditimbulkannya. 6
Menurut Smelster dan Swedeberg, sosiologi ekonomi diartikan sebagai sebuah turunan ilmu dari bidang sosiologi yang berfokus pada kajian tentang analisa pelaku maupun kelompok masyarakat dalam upaya mencukupi kebutuhan hidup mereka. Dari sini terlihat, bahwa bidang kajian ini akan mempelajari ekonomi dari sudut pandang manusia yang merupakan pusat kajian dari ilmu sosiologi. Ilmu ekonomi akan memberi asumsi bahwa setiap orang mempunyai pilihan atau prioritas tertentu. Dimana setiap tindakan seseorang tujuannya untuk mengoptimalkan kegunaan serta keuntungan yang selanjutnya dikenal dalam bahasa ekonomi sebagai rasionalitas. Namun pandangan tersebut berbeda dari apa yang ada dalam kajian sosiologi. Dimana dalam bidang sosiologi, tindakan masyarakat tersebut dapat dipilah menjadi tindakan rasional, dan tindakan tradisional atau afektual. Banyak ahli ekonomi yang beranggapan bahwa tindakan ekonomi bisa dilihat dari adanya hubungan antara preferensi selera dengan harga maupun jasa di sisi lain. Sedangkan para ahli sosiologi lebih melihat dari aktivitas yang dilakukan manusia, akan disusun dalam sebuah proses yang panjang. Selain itu, para ahli ekonomi cenderung kurang melihat pada aspek kekuasaan, karena dalam pandangan ekonomi, tindakan ekonomi lebih mengacu pada sekedar proses pertukaran pada dua
atau beberapa obyek yang memiliki derajat sama.
Sementara para ahli sosiologi memiliki pandangan yang tidak sama. Karena dalam pandangan sosiologi, power atau kekuasaan, dianggap sebagai salah satu dimensi utama yang menjadi penentu dalam tindakan ekonomi. Sosiologi ekonomi dapat didefinisikan dengan dua cara. Pertama, sosiologi ekonomi didefinisikan sebagai sebuah kajian yang mempelajari hubungan antara masyarakat, yang di dalamnya terjadi interaksi sosial dengan ekonomi. Dalam hubungan tersebut, dapat dilihat bagaimana masyarakat mempengaruhi ekonomi. Juga sebaliknya, bagaimana ekonomi mempengaruhi masyarakat. Dengan pemahaman konsep masyarakat seperti diatas, maka sosiologi ekonomi mengkaji masyarakat, yang didalamnya terdapat proses dan pola interaksi sosial, dalam hubungannya dengan ekonomi. Hubungan dilihat dari sisi saling pengaruhmempengaruhi. Masyarakat sebagai realitas eksternal-objektif akan menuntun individu dalam melakukan kegiatan ekonomi seperti apa yang boleh diproduksi, bagaimana memproduksinya, dan dimana memproduksinya. 7
Selanjutnya, bagaimana ekonomi mempengaruhi masyarakat, yang didalamnya ada proses interaksi sosial? Semua orang perlu mengkonsumsi pangan, sandang dan papan untuk bisa bertahan hidup. Oleh sebab itu dia perlu bekerja untuk bisa bertahan hidup. Pilihan seseorang terhadap suatu pekerjaan dipengaruhi oleh salah satunya oleh kualitas, kuantitas, dan citra (image) dari apa yang (ingin) dikonsumsi. Dampak peraturan Menteri Keuangan (MK) No. 62 tahun 2010, cukai minuman berakohol bermerek mengalami kenaikan hingga 300 % dibandingkan aturan sebelumnya konsumen minum-minuman keras menjadikan minuman keras bermerek sebagai alat pemuas kebutuhan merupakan barang yang langka ditinjau dari sudut ekonomi. Sementara dari sudut sosial budayadampak yang ditimbulkannya adalah kesukaran bagi para konsumen minuman keras dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan gaya hidup akan mengkonsumsi minum-minuman keras. Bagi para konsumen minuman keras, penggunaan mirassaat ini tidak hanya sekedar kegiatan mabuk-mabukkan tetapi didasari oleh motif-motif sosial seperti meningkatkan prestige dan adanya pengaruh konstruksi dari pergaulan teman sejawat serta bahwa minum-minuman keras berarti mengikuti gaya hidup kekinian dan modern. Minuman keras telah menjadi komoditas kebutuhan sosial para konsumen dalam memperjuangkan status strafikasi sosial miliknya. Hal ini menjadi peluang serta bagi penjual minuman keras ciu untuk mendistribusikan komoditas ciudalam upaya pemenuhan suplai akan ekonomi. Hal itu disebabkan konteks sosial mencari pekerjaan yang susah,rendahnya jenjang pendidikan, dan pelaku memiliki kewajiban untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Akibat minuman keras bermerekmelambung tinggi , maka akibatnya ciu telah menjadi minuman keras alternatif yang murah dan dapat dijangkau oleh semua yang lapisan masyarakat. Karena ada transaksi yang melibatkan para aktor dalam menjaga agar kegiatan perdagangan ciu tersebut mampu eksis. Maka dari itumuncul hubungan timbal- balik antara penjual dengan aktor-aktoryang mempunyai kontribusi mempertahankan ciu miliknya agar tetap eksis.
8
Penjual Ciu
Sosial Ekonomi
Konsumen Produsen Oknum Petugas
Catatan → ← hubungan timbal-balik
hubungan inklusif
Gambar I.I Hubungan Para Aktor Dengan Sosial Ekonomi
B. Latar Belakang Masalah Berdasarkan peraturan perundang-undangan pada hakekatnya mengedarkan dan mengkonsumsi minuman keras illegal merupakan tindakan terlarang tetapi kenyataannya minuman keras illegal menjadi komoditas bagi para konsumen minuman keras untuk dicari, dikonsumsi, dan dibutuhkan oleh para pelaku. Minuman keras bukan lagi menjadi barang yang bisa dikonsumsi saja, tetapi nilai-nilai didalamnya pun ada. Minuman keras oleh para konsumen digunakan sebagai gaya hidup oleh segelintir orang untuk menunjukkan eksistensi mereka, seperti persepsi para pemuda-remaja yang memiliki persepsi menenggak minuman keras menunjukkan mereka terlihat keren, berani, dsb. Minuman keras menurut merek dan jenisnya juga dapat menunjukkan dari golongan masyarakat manakah mereka. Salah satu contoh minuman yang menunjukkan kelas menengah atas seperti Jack Daniel, Red label, Chivas dsb merupakan minuman keras yang biasanya disediakan oleh tempat hiburan malam seperti bar, hotel, dan diskotik. Sedangkan minuman keras yang murah bisa jadi menunjukkan mereka dari golongan masyarakat bawah, seperti Ciu yang berasal dari daerah Solo dan Lapen minuman keras yang berasal dari daerah Yogyakarta.
9
Permintaan akan tingginya permintaan akan minuman keras oleh para konsumen baik kalangan masyarakat tua dan muda menimbulkan distribusi peredaran minuman keras semakin marak di berbagai daerah. Perdagangan minuman keras pun diminati oleh beberapa pelaku untuk dijadikan sebagai lahan bisnis dengan harapan dapat merubah nasibnya. Perkembangan pesat distribusi minuman keras yang semakin marak menimbulkan dampak positif dan negatif.Dampak negatif yang ditimbulkan dengan semakin meluasnya peredaran minuman keras adalah semakin banyaknya korban yang jatuh karena minuman keras, baik korban langsung, tidak langsung, atau bahkan korban dari pihak ketiga. Korban langsung misalnya karena minum minuman keras hasil oplosan atau overdosis karena minum dan tewas. Korban dari pihak ketiga misalnya pengendara mobil yang menabrak pejalan kaki atau kendaraan lain sehingga jatuh korban dari pihak lain karena mengendarai mobil dalam kondisi mabuk. Selain itu dampak negatif maraknya peredaran minuman keras adalah munculnya produk-produk peniruan yang merupakan imitasi dari produk-produk minuman bermerek yang komposisinya tidak berdasarkan aslinya dan minuman keras illegal yang didistribusikan dari suatu wilayah ke wilayah lain yang ada jaminan kemanannya Namun dampak positif dari berkembang cukup pesatnya peredaran minuman keras baik peredaran dan segala jenis mereknya adalah yaitu menambah lapangan kerja, pendapatan, serta kemajuan daerah. Tidak jarang beberapa pelaku baik produsen maupun penjual mampu merubah nasibnya dan menaikkan strata sosialnya dari miskin menjadi kaya berdasarkan keuntungan yang didapatkan mendistribusikan minuman keras ke masyarakat. Masyarakat konsumen minuman keras pun tidak tau atau bahkan tidak mau tau dampak bahaya minuman keras bagi kesehatan. Mereka hanya membeli nilai yang ada pada minuman keras, yaitu sebagai simbol budaya modern masyarakat pribumi dalam upaya perwujudan dari peniruan budaya barat menjadi prestise dan dilihat sebagai derajat sosial yang tinggi hingga mereka asal membeli dan mengkonsumsi minuman keras. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu kota yang terkenal dari beberapa propinsi yang ada di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal dengan sebutan kota pendidikan sekaligus kota budaya. Menurut sepengatahuan penulis mengapa Yogyakarta menjadi kota pendidikan adalah banyaknya sekolah-sekolah yang menjamur di Yogyakarta dan hampir sebagian besar warga masyarakatnya sudah pernah menempuh jenjang pendidikan. Yogyakarta mendapat julukan kota budaya juga dikarenakan masih kentalnya budaya warga masyarakat Jogja dalam menghormati adat dan istiadat yang berlaku sejak berdirinya kota Yogyakarta ini. Namun Yogyakarta dengan julukan kota pendidikan dan 10
budaya tidak menjadikan kota ini benar-benar berpendidikan dan berbudaya, didalamnya terdapat kegelapan yang membaur bersama dengan julukan-julukannya. Kegelapan yang penulis jelaskan disini adalah tentang peredaran minuman keras yang beredar di kota ini. Peredaran tersebut bersifat illegal dan hanya sebagian masyarakat yang mengetahui dimana saja tempat adanya peredaran minuman keras illegal dan terselubung ini. Dari segi pengetahuan masyarakat budaya minum-minuman keras tidak sepenuhnya dapat diterima dengan baik. Kalaupun ingin mengkonsumsi minum-minuman keras masyarakat pasti berharap bahwa hal tersebut dilakukan di tempatnya, seperti pub atau clubb. Karena hampir sebagaian masyarakat pengguna minuman keras pasti sangat gaduh ketika mereka berpesta miras dengan teman kelompoknya. Belum lagi apabila perilaku kriminalitas dari para konsumen minuman keras yang sudah dalam kondisi mabuk, seperti terjadinya perkelahian, pergesekan dengan anggota masyarkat lain, perkosaan, dsb. Dari segi agama, salah satunya adalah agama Hindu.Dalam pandangan agama Hindu terhadap penyalahgunaan miras tergolong dosa besar. Hal ini disebutkan dalam slokantara, sloka 16yang berbunyi “ Brahmana Wadah Sulapanan, Suwarna Steyarnewa, Buwarwadho, Mohaoalakamacyatew” yang artinya membunuh brahmana, meminum-minuman keras, mencuri emas, memperkosa gadis perawan, dan membunuh guru itu dinamai dosa besar. Sedangkan dalam Islam sendiri mengacu pada Fatwa MUI no 4 tahun 2003: “Tidak boleh mengkonsumsi dan menggunakan atau minuman yang menimbulkan rasa/aroma (flavor) benda-benda atau binatang yang diharamkan”. Hal ini lebih pada efek mencegah (preventive) untuk menyukai sesuatu yang haram.Sebagaimana yang disampaikan oleh ketua komisi fatwa MUI, KH Ma’ruf Amin; Al washilatu ilal haram haramun; segala sesuatu jalan menuju haram adalah haram. Jadi orang muslim diharamkan untuk mengkonsumsi yang dapat mendatangkan ketidakbaikan/keburukan. Fenomena minuman keras merupakan fenomena sosial yang terjadi didalam masyarakat. Minuman keras saat ini sudah sudah sangat mewabah dalam masyarakat dan tidak mengenal usia. Tingkat penyalahgunaan minuman beralkohol dalam masyarakat pada umumnya sudah sangat meresahkan semua berbagai pihak.Kasus di Ponorogo yang informasinya diperoleh dari Tribun network pada kamis 5 Juni 2014, 3 pelajar gilir siswi SMP hingga tidak berdaya.Beberapa kasus lain dapat kita temukan berita tidak sedap akibat dari menenggak minuman keras melalui internet dengan mengetikkan pada Googledengan kata kunci
11
“minuman keras” dan kita dapat menemukan kejadian tidak mengenakkan akibat minuman keras melalui media televisi dan media massa seperti koran. Masyarakat sebagai kontrol sosial seharusnya memiliki kewajiban untuk mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai dengan norma, nilai, dan kaidah yang berlaku. Masyarakat yang sebagai kontrol sosial dengan mengetahui informasi adanya peredaran minuman keras illegal di wilayah mereka sudah seharusnya melakukan tindakan pencegahan dan melaporkan kepada pihak berwenang terkait kegiatan yang pengedar lakukan.
Namun pada kenyataanya
peredaran minuman di berbagai daerah di Yogyakarta tetap saja mampu eksis ditengah kehidupan masyarakat. Masyarakat sendiri yang sebagai pelaku membuat perdaran minuman itu sendiri sulit dibendung, asumsinya adalah terdapat pola jaringan interaksi yang terjadi antara si penjual dengan pembeli yang saling menguntungkan sehingga pembeli tidak melaporkan karena ditempat tersebut mereka adalah sebagai pelaku, artinya ada pertukaran sehingga kemudian tetap eksis karena pembeli diuntungkan apabila membeli minuman keras bermerek
tidak dapat dijangkau oleh mereka sehingga masyarakat sebagai pelaku
mencari minuman alternatif lain dengan harga yang murah tanpa harus datang ke pub, bar, ataupun hotel. Minuman alternatif yang murah dan terdengar tidak asing ditelingan kita itu adalah ciu. Pola jaringan interaksi yang dilakukan oleh pengedar minuman keras ternyata tidak hanya melibatkan masyarakat yang ada di wilayahnya saja, jaringan tersebut merembet ke oknum-oknum aparat hukum seperti polisi yang secara terselubung turut membantu pengedar minuman keras agar dapat terus menjajakan minuman kerasnya ke masyarakat pembeli. Tingginya permintaan minuman keras oleh masyarakat menjadikan pengedar memilih tetap bertahan dengan alasan keuntungan yang menggiurkan dari hasil menjual minuman keras tersebut ke masyarakat. Bisa jadi keuntungan yang menggiurkan oleh pengedar tersebut dimanfaatkan oleh para oknum polisi untuk mendapatkan pundi-pundi atau upeti dengan menerapkan pajak atau setoran dari para pengedar minuman keras illegal. Dengan kerja sama tersebut maka pengedar minuman keras memperoleh kewenangan untuk menjajakan minumannya secara bebas. Dramatisasi yang dilakukan oleh sejumlah oknum polisi menjadi salah satu faktor penting bertahannya pengedar minuman keras untuk dapat tetap menjual minuman keras. Dari perolehan informasi yang dilakukan oleh sejumlah oknum polisi maka pengedar minuman keras pun terhindar dari penindakan yang dilakukan oleh oknum polisi yang lain. Dengan memberikan informasi tersebut pengedar minuman keras dapat 12
menyembunyikan barang bukti minuman keras miliknya agar terhindar dari pemeriksaan oleh sekolompok polisi yang datang untuk menindaknya. Pola jaringan tersebut juga melibatkan produsen ciu itu sendiri. Dengan adanya produsen ciu maka management perdagangan bagi para pelaku pengedar minuman keras menjadi lebih mudah. Para pelaku pengedar minuman keras tidak perlu repot untuk membawa minuman keras dari tempat asal minuman tersebut diproduksi. Produsen minuman keras pun melakukan produksi minuman secara sembunyi-sembunyi, dengan dalih memproduksi alkohol untuk keperluan medis mereka secara terselubung memproduksi minuman ciu yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Daerah pendistribusian masing-masing produsen pun luas meliputi beberapa kota di wilayah Jawa. Para produsen mempekerjakan masyarakat sekitar ataupun anggota keluarganya untuk membantu pengerjaan dalam memproduksi minuman ciu dengan skala yang besar. Hampir sebagian besar produsen minuman ciu merupakan hasil dari warisan pengerjaan orang tuanya yang dahulunya juga merupakan produsen minuman ciu. Minuman ciu merupakan minuman keras khas Soloyang namanya sudah tidak asing lagi ditelinga para konsumen minuman keras. Di daerah asalnya minuman ciu dilarang keras peredarannya bahkan undang-undang tentang pelarangan mengkonsumsi ciu sudah diterbitkan oleh Pemerintah Daerah setempat dengan sanksi bagi siapa saja yang ketahuan atau tertangkap mengkonsumsi atau membawa maka akan dikenakan denda ratusan ribu rupiah. Penelitian yang dilakukan olen penulis tentang eksistensi ciu di suatu wilayah berdasarkan ketertarikan penulis untuk mengorek secara lebih dalam bagaimana pengedar minuman keras ciu mampu tetap eksis di tengah kehidupan masyarakat dengan notabene minuman ciu tersebut bersifat illegal. Tidak ada jaminan bahwa minuman keras ciu merupakan minuman yang aman untuk dikonsumsi. Perihal ciu merupakan minuman keras yang alami dan tidak menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan masih menurut perspektif masyarakat saja. Tentu secara das sollen idealisasinya adalah pengedar minuman keras ciu tersebut tidak sanggup bertahan ditengah kehidupan masyarakat yang memiliki norma, nilai, dan
kaidah
sehingga
akan
dicegah
peredarannya
sebelum
menimbulkan
keburukan/ketidakbaikan bagi masyarakat sekitarnya, namun secara das sein apa yang terjadi adalah pengedar minuman keras ciu tersebut mampu bertahan menjajakan minuman keras ciu kepada konsumen yang datang dan ingin meminum ciu.
13
Penelitian ini berlokasi di desa Sinduharjo, kabupaten Sleman, kecamatan Ngaglik, propinsi Yogyakarta. Dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, penulis menemukan aktivitas peredaran minuman keras ciu yang sudah cukup lama di wilayah tersebut. Dalam rangka menjaga kenyamanan dan keamanan antara penulis dengan pengeder minuman ciu tersebut, penulis enggan menuliskan secara detail lokasi tempat penelitian berlangsung. Bagaimana
hubungan antara aktor-aktor yang terlibat dalam rangka saling pengaruh
mempengaruhi sehingga aktivitas jual-beli minuman keras ciu ditempat tersebut mampu eksis dalam jangka waktu sampai sekarang ini menjadi faktor penting menapa penelitian ini dilakukan oleh penulis. C. Rumusan Masalah Perumusan masalah merupakan hal yang penting dalam penelitian kualitatif.Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah itu berupa kesenjangan antara antara yang diharapkan dengan apa yang terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Perumusan masalah dapat dalam bentuk pertanyaan (question) dan dapat pula dalam bentuk pernyataan (statement). Titik tekan perumusan masalah adalah apa yang menjadi masalah penelitian itu (Danim, 2002: 89). Perumusan masalah sering diartikan pula sebagai pembatasan masalah atau formulasi masalah. Penelitian apapun jenisnya haruslah bersumber pada masalah, tanpa masalah tentu saja penelitian tidak akan dapat berjalan. Pada dasarnya penelitian kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong dan tanpa suatu dasar. Perumusan masalah merupakan salah satu tahap diantara sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian tentu akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak membuahkan hasil karena titik tolak penelitian jenis apapun tidak lain bersumber pada masalah. Tanpa masalah penelitian itu tidak dapat dilaksanakan. Maka berdasarkan apa yang sudah diuraikan diatas maka peniliti merumuskan permasalahan yang akan menjadi fokus perhatian penelitian ini. Permasalahan tersebut dirumuskan sebagai berikut : Mengapa kelompok pengguna ciu mampu eksis di wilayah tersebut ?
14
Asumsi dari perumusan masalah tersebut adalah terdapat pola jaringan diantara para aktor. Terdapat interaksi yang terjadi antara penjual ciu dengan aktor-aktor yang mendukung dirinya sehingga mampu eksis menjual ciu di wilayah itu. Hubungan tersebut saling menguntungkan sehingga para aktor mempertahankan interaksi yang sudah terjalin dan bersifat timbal balik, artinya ada pertukaran. D. Tujuan Penelitian a) Tujuan penelitian substansial 1. Memahami penyebab mengapa peredaran minuman keras sulit diberantas 2. Memahami bagaimana pembaca dapat memahami pola-pola yang jelas dalam tiaptiap kelompok dan atau masyarakat dalam cara melakukan kegiatannya, baik dalam aktivitas ekonomi maupun sosial. 3. Memahami bahwa hubungan antara penjual dengan peminum minuman berdasarkan untung dan rugi. Apabila tindakannya dirasa menguntungkan maka ada kemungkinan perilaku tersebut diulang. Hal inilah yang menjadi faktor mengapa pengedar minuman keras dapat eksis ditengah kehidupan masyarakat. 4. Mengetahui bagaimana adanya pola hubungan timbal balik antara penjual dan pembeli minuman keras. b) Tujuan penelitian operasional 1. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi syarat pencapaian gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Jurusan Sosiologi. 2. Dalam penilitian yang akan dilakukan ini diharapkan pembaca mengetahui tentang bagaimana kelompok-kelompok peredaran minuman keras illegal hingga sekarang dapat eksis dalam pelaksanaannya ditengah kehidupan masyarakat. Penelitian ini mempunyai manfaat yaitu untuk mengetahui bagaimana pola hubungan sosial antara penjual dan peminum ciu bisa eksis ditengah adanya peraturan hukum agama serta nilai dan norma pengetahuan masyarakat tentang ketidakbaikan penggunaan minuman keras. Diharapkan dengan adanya penelitian ini pembaca mengetahui latar belakang hubungan yang terjadi antara penjual dan pengguna minuman keras (ciu) yang telah membentuk jaringan simpul dan terbentuknya kelekatan diantara kedua aktor tersebut. E. Manfaat Penelitian 15
1. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi suatu lembaga, institusi, departemen atau siapa saja yang berminat sebagai bahan informasi untuk mengambil langkah kebijakan yang tepat. 2. Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap dunia akademi, institusi, dan masyarakat dalam mengetahui pola jaringan interaksi aktor-aktor yang mendukung pelaku peredaran minuman keras dapat eksis. F. Landasan Teoritis Marx dan Goodson (1976:235) menyatakan bahwa teori ialah aturan menjelaskan proposisi atau seperangkat proposisi yang berkaitan dengan beberapa fenomena ilmiah dan terdiri atas representasi simbolik dari hubungan-hubungan yang dapat diamati di antara kejadian-kejadian. Maka bagi penulis teori yang paling mendekati dalam menjelaskan fenomena yang penulis amati adalah sebagai berikut : 1) Teori Pertukaran ( Teori Exchange ) Teori pertukaran adalah salah satu teori sosial yang mempelajari bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain, kemudian seseorang itu menentukan keseimbangan antara pengorbanan dan keuntungan yang didapatkan dari hubungan itu. Setelah seseorang menentukan keseimbangannya, ia akan menentukan jenis hubungan dan kesempatan memperbaiki hubungan atau tidak sama sekali. Dalam teori pertukaran yang dikembangkan oleh George Homans, sisi ini aktor mempertimbangkan keuntungan yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkannya, dimana terdapat tindakan sosial ekuivalen tindakan ekonomis. Suatu tindakan yang rasional berdasarkan perhitungan untung rugi( Ritzer, 2013 : 78). Teori pertukaran melihat dunia ini sebagai arena pertukaran tempat orang-orang saling bertukar ganjaran/ hadiah.Apapun bentuk perilaku sosial seperti persahabatan perkawinan, atau perceraian tidak lepas dari soal pertukaran.Semua berawal dari pertukaran, begitu kata tokoh teori pertukaran. Untuk memahami teori ini lebih dalam kita akan membahas asumsi yang dikandung dalam teori ini dan selanjutnya didiskusikan pandangan salah seorang tokoh tentang teori ini. 16
2) Asumsi Teori Pertukaran Apabila kita pahami dari berbagai pemikiran teori yang dikemukakan oleh George Caspar Homans, Peter M. Blau, Richard Emerson, John Thibout dan Harold H. Kelly maka dapat ditarik suatu pemahaman bahwa teori pertukaran memiliki asumsi dasar sebagai berikut : a. Manusia adalah Makhluk yang Rasional, Dia Memperhitungkan Untung dan Rugi Pemikiran
tentang
manusia
merupakan
makhluk
yang
rasional
telah
didisukusikandiatas. Teori pertukaran melihat bahwa manusia terus-menerus terlibat dalam memilih diantara perilaku-perilaku alternatif, dengan pilihan mencerminkan cost and reward (biaya dan ganjaran) yang diharapkan berhubungan dengan garis-garis perilaku alternatif itu. Tindakan sosial dipandang ekuivalen dengan tindakan ekonomis.Suatu tindakan adalah rasional berdasarkan perhitungan untung dan rugi. Dalam rangka interaksi sosial, aktor mempertimbangkan keuntungan yang lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkannya (cost benefit ratio). Oleh sebab itu, semakin tinggi ganjaran ( reward) yang diperoleh makin besar kemungkinan suatu perilaku akan diulang. Sebaliknya, makin tinggi biaya atau ancaman hukuman ( punishment) yang akan diperoleh maka makin kecil kemungkinan perilaku yang sama akan diulang. Implementasinya pada tindakan nyatanya adalah ketika kita berinteraksi dengan orang lain, tanpa terasa, ada hubungan respirok didalamnya. Kita saling mempengaruhi dan mempertukarkan. Paling tidak, ada tiga hal yang kita pertukarkan yaitu ganjaran (reward), pengorbanan(cost) dan keuntungan(Profit). Proses pertukaran dan pertukaran kembali (re-exchange) berlaku terhadap kedua belah pihak. Ganjaran yang diberikan terhadap orang lain adalah yang mempunyai nilai yang lebih rendah menurut penilaian aktor, tetapi mempunyai nilai lebih berarti bagi orang lain itu. Sebab bila ganjaran yang akan diterimanya seimbang dengan cost yang dibayarkannya, maka sesuatu tingkah laku masih akan problematic bagi orang tersebut. Tetapi ke dalam perhitungan cost-benefit itu akan masuk juga perhitungan subyektif, yang semata-mata tidak bersifat ekonomis. Sehingga apa yang dinilai tinggi oleh seseorang mungkin tidak demikian bagi orang lain. Exchange tidak akan terjadi kalau nilai sesuatu yang dipertukarkan itu sama. Karena exchange hanya akan terjadi bila cost yang diberikan akan menghasilkan benefit yang lebih besar. Karena exchange itu terjadi pada konteks 17
yang berbeda antara kedua pihak maka kedua pihak sama-sama merasa mendapat untung. Dan keuntungan itu mengandung unsur psikologis. Maka dari penelitian yang akan dilakukan di wilayah tersebut penulis menemukan terdapat 4 aktor yang memiliki hubungan kerja sama dan saling mempengaruhi. Keempat aktor tersebut adalah sebagai berikut;
Penjual Minuman Ciu
Produsen Ciu
Konsumen Minuman Ciu
Oknum Petugas
Gambar 1.2 Skema Hubungan Aktor-Aktor Pertukaran
G. Metode Penelitian Penelitian
merupakan
kegiatan
yang
bertujuan
untuk
mengembangkan
pengetahuan.Penelitian merupakan operasionalisasi dari metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah atau yang disebut metode ilmiah.Tujuan suatu penelitian adalah untuk memecahkan suatu masalah. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data dan informasi mengenai hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Istilah metode, berasal dari kata methodos (Yunani) berarti cara atau jalan. Menyangkut dengan upaya ilmiah, metode dihubungkan dengan cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Dalam arti yang luas, istilah metodologi menunjuk pada proses, prinsip, serta prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas masalah tersebut. Dalam ilmu-ilmu sosial, istilah tersebut diartikan sebagai cara seseorang melakukan penelitian. 18
Danim (2002) menyatakan bahwa setidaknya terdapat dua jenis metode penelitian, yaitu Metode penelitian kuantitatif dan Metode penelitian kualitatif.Kadang keduanya disebut juga dengan istilah pelengkapnya, yaitu paradigma. G.1. Penelitian Kualitatif Sebagai Pilihan Berbicara mengenai metedologi berarti berbicara mengenai hukum, aturan, dan tata cara dalam melaksanakan atau menyelenggarakan sesuatu. Karena metodologi diartikan sebagai hukum dan aturan, tentunya didalamnya terkandung hal-hal yang bersifat sistematis, hal-hal yang diwajibkan, dianjurkan, dan atau dilarang. Sama seperti hukum dana aturan lainnya, metodologi diciptakan dengan tujuan untuk dijadikan pedoman yang dapat menuntun dan mempermudah individu yang melaksanakannya. Seorang peneliti yang mengadakan penelitian kualitatif biasanya berorientasi pada orientasi teoritis. Pada penelitian kualitatif, teori dibatasi pada pengertian: suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data dan diuji kembali secara empiris. Dalam uraian tentang dasar teori tersebut, Bogdan dan Biklen (1982: 30) menggunakan istilah paradigm. Paradigm diartikan sebagai kumpulan longgar tentang asumsi yang secara logis dianut bersama, konsep, atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan cara penelitian. Orientasi atau perspektif teoritis adalah cara memandang dunia, asumsi yang dianut orang tentang sesuatu yang penting, dan apa yang membuat dunia bekerja. Dalam suatu penelitian, apakah dinyatakan eksplisit atau tidak, biasanya orientasi teoritis tertentu mengarahkan pelaksanaan penelitian itu. Peneliti yang baik menyadari dasar orientasi teoretisnya dan memanfaatkannya dalam pengumpulan dan analisis data. Adapun pengertian penelitian kualitatif dapat dilihat dari beberapa teori berikut ini ; 1)
Meleong, mendifisinikan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian
ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan dengan fenomena peneliti yang diteliti. (Herdiansyah, 2010;9) 2)
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki,
menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan lain dari
19
pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur, atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif. (Saryono, 2010 ;1)
3)
Sugiyono (2011: 15) menyimpulkan bahwa metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filasafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Dari beberapa diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Dengan tujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandangan teoritis maupun praktis. Dengan penelitian kualitatif dapat dikaji fenomena sosial yang lebih dinamis serta ditemukan deskripsi dan gambaran yang lebih mendalam tentang gejala sosial tertentu atau aspek kehidupan tertentu dari masyarakat.Untuk itulah penelitian kualitatif tepat digunakan dalam mengkaji lebih mendalam mengenai“Eksistensi Ciu Di Suatu Wilayah” (Studi Kasus Pada Jaringan Eksistensi Ciu DI Suatu Wilayah).Studi pada motif hubungan timbal balik antara penjual ciu denganaktor-aktor dibalik eksistensi ciu disuatu wilayah. . Metode yang digunakan dalam rangka mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab dari beberapa pertanyaan dari penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan turunan pendekatan studi kasus. Metode kasus amat cocok untuk menjawab pertanyaan how and why. Studi kasus sebagai metode penelitian memiliki definisi suatu penelitian empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dengan konteks tidak tampak dengan tegas, dan multi 20
sumber digunakan (Yin, 2003;18). Tipe studi kasus dalam penelitian ini adalah eksplanatif, yaitu untuk menyingkap konteks peristiwa, fenomena, atau kasus yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui mengapa kegiatan peredaran ciu yang dapat eksis di wilayah tersebut?.Apa yang menjadi pertukaran antara pengguna minuman keras ciu dengan para aktor sehingga aktivitas perdagangan minuman ciu di wilayah itu mampu eksis hingga sampai saat ini. Dengan menggunakan metode purposive sampling, maka didapat satu informan dan tujuh responden. Salah satu informan tersebut merupakan perintis beredarnya ciu di suatu wilayah bagian Yogakarta.Sedangkan tujuh responden tersebut merupakan pengguna minuman ciu di wilayah tersebut. Untuk menjaga kerahasiaan identitas informan dan responden maka nama-nama yang dimunculkan telah disamarkan dan tempat tinggal yang dimunculkan secara tidak lengkap demi menjaga kenyamanan mereka.
No
Tabel I.2 Identitas Informan Penjual Ciu Usia Pekerjaan Pend. Terakhir
Nama
Alamat
1
Pak Andy
54
Wiraswasta
SMA
Yogyakarta
2
Bowo 23 (Putra Pak Andy) Dedy 48
Mahasiswa
SMA
Yogyakarta
Wirausaha
D3 Ekonomi
Solo,Mojolaban
3
Sumber : Data hasil wawancara pada saat penelitian Tabel I.3 No Nama
Usia Pekerjaan
Pend. Terakhir Alamat
1 2 4 5 6 7
24 23 61 17 23 23
SMA SMA SD SD Kuliah Kuliah
Anton Arifin Gatot Yoga Iwan Tony
Wiraswasta Karyawan Tidak Bekerja Pengamen Mahasiswa Mahasiswa
Desa Sinduharjo Desa Sinduharjo Desa Sinduharjo Desa Sinduharjo Desa Sinduharjo Desa Sinduharjo
Identitas Informan Konsumen Minuman Ciu Sumber :Data hasil wawancara pada saat penelitian
21
Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Sinduharjo. Desa Sinduharjo merupakan salah satu suatu wilayah desa yang terletak di kecamatan Ngaglik, kabupaten Sleman, provinsi Yogyakarta. Dimana terdapat seorang penjual ciu illegal bernama Bapak Andy (nama samaran) yang telah lama eksis melakukan kegiatan perdagangan minuman keras ciu. Fokus Penelitian Tidak ada satu pun penelitian yang dapat dilakukan tanpa adanya fokus.Fokus itu pada dasarnya adalah masalah.Masalah dalam hal ini adalah keadaan yang “membingungkan” akibat adanya kaitan dua atau lebih faktor. Faktor dalam hal ini dicapai berupa konsep, data empiris, pengalaman atau unsure lainnya yang apabila ditempatkan secara berkaitan akan menimbulkan persoalan atau kesukaran. Maksud dan tujuan penelitian ialah untuk memecahkan persoalan yang timbul itu.( Lexy, 2000 : 237 ) Berdasarkan uraian diatas dan fenomena yang akan diteliti maka peneliti selanjutnya memfokuskan penelitiannya mengapa keberadaan minuman keras ciu ditempat tersebut masih bisa eksis ditengah pengetahuan masyarakat tentang minuman keras ciu sebagai wacana minuman illegal. Faktor yang menjadi penyebab terdapat penjual ciu yang mampu eksis di wilayah itu adalah karena terdapat aktor-aktor di balik layar dimana eksistensi penjual ciu tersebut masih bisa eksis. G.2. Teknik Penentuan Informan Teknik penentuan informan dilakukan terhadap produsen ciu, penjual, dan para konsumen pengguna ciu. Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengambilan sampel bertujuan (purposive sample), dengan menggunakan metode ini dimaksudkan agar informan yang dipilih secara pragmatis dapat diperbandingkan dan dapat diterjemahkan. Pengambilan informan dengan menggunakan metode purposive digunakan untuk menentukan pihak-pihak yang dianggap mampu memberikan informasi hubungan para aktor dalam kaitannya menjaga keberadaan kegiatan perdagangan minuman ciu agar tetap eksis. G.3. Teknik Pengumpulan Data
22
Untuk memperoleh data dari informan dalam rangka menjawab permasalahan peneliti, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang dianalisis dengan teknik kualitatif, artinya data-data yang dianalisis dilapangan dikumpulkan kemudian diolah dengan klasifikasi dan dianalisis secara kualitatif dengan berpedoman pada kerangka pikiran yang telah disajikan guna memberikan gambaran yang jelas dari masalah yang diteliti. 1) Observasi langsung Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Syaodih, Nana 2005: 220). Observasi atau pengamatan ada dua macam yaitu pengamatan secara terbuka yang diketahui oleh subjek dan dan pada subjek dengan sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati perisitiwa yang terjadi, dan mereka menyadari bahwa ada orang yang mengamati hal yang dilakukan oleh mereka dan pengamatan terututp, yaitu pengamatannya beroperasi dan mengadakan pengamatan tanpa diketahui oleh para subjeknya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengamatan terbuka yaitu peneliti ikut terlibat langsung dan berinteraksi dengan obyek yang diamati. Peneliti nantinya akan terlibat langsung dalam kegiatan di rumah Pak Andy (nama samaran) seorang penjual ciu agar dapat lebih mengetahui langsung tentang apa yang sebenarnya terjadi dan bisa dekat dengan para pengguna ciu serta penjual ( ciu tersebut ), sehingga penulis dapat mengumpulkan data-data berupa informasi serta hal-hal lain yang dianggap relavan dalam penelitian ini. 2) Wawancara mendalam (Indepth Interview) Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. (Bungin, Burhan 2007: 108). 23
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari informan dalam rangka memperkaya informasi data penelitian. Dengan cara mengumpulkan sejumlah data dari informan dengan menggunakan panduan dan pedoman wawancara, sehingga jawaban yang diperoleh dari informan dituntun oleh pedoman tersebut secara lengkap dan terperinci sesuai dengan dasar penelitian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi secara langsung dari informan melalui tanya jawab. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini ditujukan pada orang-orang yang terlibat langsung dalam aktivitas perdagangan ciu tersebut khususnya penjual,produsen dan pengguna minuman ciu. Instrumen Penelitian Dalam penelitian yang peneliti lakukan membutuhkan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data dari para informan yaitu dengan menggunakan panduan wawancara (interview guide) dan penggunaan sound recorder. Keuntungannya adalah dapat didengar secara berulang sehingga apa yang diragukan dalam penafsiran datanya langsung dapat dicek. Sumber Perolehan Data Terdapat satu sumber data yang peneliti gunakan sebagai acuan dalam proses penyusunan penelitian ini, yaitu sumber data primer. Sumber primer adalah suatu obyek atau dukumen original- material mentah dari pelaku yang disebut “first-hand information” (Silalahi, Ulber 2009: 289). Sumber data primer diperoleh berdasarkan hasil penelitian langsung dilapangan, yaitu berdasarkan hasil observasi langsung terhadap obyek penelitian dan juga yang diperoleh melalui informan. G.4. Teknik Analisis Data Sebelum dilakukan penarikan kesimpulan, data yang telah dikumpulkan harus dianalisis terlebih dahulu.Proses kerja analisis penelitian terdiri dari tiga alur kegiatan. Proses tersebut terjadi bersamaan sebagai sesuatu yang saling terkait pada saat, sebelum, selama, dan setelah pengumpulan data. Tiga alur kegiatan tersebut tersebut adalah : reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan (validitas data). Model ini disebut analisis interaktif yang dapat digambarkan sebagai berikut;
24
Pengumpulan data
Reduksi data
Penyajian data
Penarikan kesimpulan
Gambar 1.3 Model Analisis Interaktif (Soetopo, 2002 : 96)
Beberapa cara untuk menganalisis data yang akan digunakan adalah keterangannya sebagai berikut: 1. Reduksi data:Dalam teknik reduksi yang dilakukan adalah dengan memilih hal-hal pokok atau membuang data-data yang tidak mendukung fokus penelitian, kemudian dicari temanya hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. 2. Penyajian data : Penyajian data, yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui data yang disajikan, kita melihat dan akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan- lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakanberdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian – penyajian tersebut (Silalahi, Ulber 2009: 339). Dalam penelitian kualitatif, penyajian data tersaji dalam bentuk teks naratif. Dengan penyajian data maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. 3. Peneliti berusaha mencari makna dari data yang diperoleh dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis, dsb. Dari data yang 25
diperoleh, peneliti mencoba untuk mengambil kesimpulan. Kesimpulan pada mulanya masih sangat kabur dan diragukan, antara lain disebabkan karena masih minimnya data yang diperoleh yang mendukung tujuan penelitian. Namun dengan bertambahnya data, kesimpulan dapat terlihat lebih jelas karena data yang diperoleh semakin lama semakin banyak dan mendukung tujuan penelitian. Kesimpulan dapat dituangkan dalam kalimat yang ringkas dan kaya makna sehingga pembaca menjadi mudah untuk menangkap apa yang menjadi hasil dari sebuah penelitian. G.5. Tahap-Tahap Penelitian Dalam tahap-tahap pra lapangan merupakan pencarian data awal mengenai permasalah yang diangkat. Peneliti ingin mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi linkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subjek. Karena dalam permasalan tersebut bermuara dari suatu kasus sehingga ketika diangkat dalam sebuah penulisan menjadi sebuah studi kasus maka tujuan penulis adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus ataupun status dari individu, yang kemudian, dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Peneliti mengetahui keberadaan penjual minuman ciu sejak masa menjadi siswa menengah kelas atas (SMA).Data awal mengenai kepopuleran ciu mencuat di masyarakat sendiri sudah diketahui oleh penulis sebelumnya.Dalam tahap pra lapangan penulis meminta izin kepada pihak pelaku.Peneliti kemudian melakukan orientasi lapangan dalam bentuk pre-survey untuk mengkondisikan kondisi lapangan. 1. Tahap pelaksanaan Lapangan Dalam pelaksanaan lapangan penelitian perlu memahami sekali lagi sebelum terjun ke lapangan terhadap latar dan tujuan penelitian, kemudian mempersiapkan diri dan mengumpulkan data dengan menggunakan metode dan tekhnik yang dipilih.Wawancara mendalam dilakukan untuk mengetahui settingbagaimana situasi dan kondisi masalah serta pandangan subyektif pelaku.Melalui wawancara, data-data dari informan digali selengkap mungkin. Observasi dan pencarian data dimulai dengan mendatangi pusat-pusat sumber data, dari produsen ciu yang terdapat di Sukoharjo, Solo, Jawa tengah, dan penjual minuman ciu yang terdapat di Desa Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta. Serta para konsumen minuman keras ciu yang tinggal di wilayah
26
tersebut. Dalam tahap ini peneliti melakukan pengambilan dokumentasi penelitian melalui foto dan rekaman suara. 2. Tahap Analisis Data Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode alamiah, karena dengan analisalah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti perlu dipecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi, dilakukan manipulasi serta diperas sedemikian rupa sehingga data tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah dan bermanfaat untuk menguji hipotesa. Setelah data disusun dalam kelompok-kelompok serta hubungan-hubungan yang terjadi dianalisa, peneliti perlu pula dibuat penafsiran-penafsiran terhadap hubungan antara fenomena yang terjadi dan membandingkannya dengan fenomena lain diluar penelitian tersebut. berdasarkan analisa dan penafsiran yang dibuat, perlu pula ditarik kesimpulankesimpulan yang berguna, serta implikasi-implikasi dan saran-saran untuk kebijakan selanjutnya. 3. Tahap penyusunan Laporan Tahap ini dimaksudkan sebagai usaha pengungkapan dan penafsiran atas fakta-fakta yang terkumpul, maupun berupa simbol-simbol yang ada baik dari data primer maupun data sekunder. Penyusunan laporan, peneliti tulis sesuai mungkin dengan koridor sistematika penulisan laporan penelitian yang baku. Dan karena penelitian ini bersifat kualitatif, maka penyusunan laporan dibuat sedetail dan sedalam mungkin.
27