BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaaan industri atau manufaktur adalah perusahaan yang kegiatannya membeli bahan mentah mengolahnya menjadi barang jadi kemudian menjualnya. Menurut Rudianto (2009:156) perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang
membeli bahan mentah, mengolahnya, hingga menjadi produk jadi yang siap pakai dan menjualnya kepada konsumen yang membutuhkannya. Tujuan utama kegiatan perusahaan manufaktur tentu sama dengan perusahaan lainnya yaitu menghasilkan laba, laba merupakan pendapatan perusahaan setelah dikurangi oleh beban-beban. Setiap kebijakan dan aktivitas yang dijalankan perusahaan dilaksanakan untuk mencapai tujuan utama perusahaan. Untuk menghasilkan pendapatan yang nantinya akan menjadi laba perusahaan melakukan berbagai usaha. Aktivitas utama dalam menghasilkan pendapatan adalah berasal dari penjualan. Penjualan merupakan faktor yang sangat penting bagi perusahaan, dimana penjualan merupakan sumber pendapatan bagi suatu perusahaan. Jumingan dalam Fahmi (2000:99) berpendapat bahwa penghasil utama dari perusahaan dagang, perusahaan jasa atau perusahaan industri berupa hasil penjualan barang atau jasa kepada pembeli, langganan, penyewa dan pemakai jasa lainnya. Untuk mencapai laba yang optimal tentu saja perusahaan harus mencapai pendapatan yang optimal pula yang berasal dari hasil penjualan. Pada perusahaan
1
2
manufaktur pencapaian hasil penjualan yang optimal ini perlu didukung oleh produksi yang optimal, menurut Munandar (2000:40) besar kecilnya penjualan
mungkin dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi. Hasil penjualan yang dicapai
oleh perusahaan dapat dipengaruhi oleh banyaknya barang yang diproduksi oleh
perusahaan. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan oleh perusahaan menentukan rencana produksinya salah satunya adalah modal kerja, hal ini dalam mengindikasikan bahwa sebelum perusahaan menentukan jumlah produksinya
sebaiknya perusahaan melihat ketersediaan modal kerja yang dimilikinya. Berdasarkan hal diatas dapat dikatakan bahwa ada indikasi modal kerja mempengaruhi hasil penjualan, seperti yang telah dikatakan sebelumnya hasil penjualan merupakan sumber pendapatan utama bagi perusahaan. Modal kerja dapat mempengaruhi hasil penjualan baik itu secara langsung maupun melalui kegiatan produksi perusahaan. Modal kerja sendiri dapat didefinisikan sebagai dana yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional seharihari. Wujud dari modal kerja adalah perkiraan-perkiraan yang ada dalam aktiva lancar seperti kas, sekuritas yang mudah dijual, persediaan dan piutang (Astuti, 2004:36). Oleh karena itu di indikasikan masing-masing unsur modal kerja dapat mempengaruhi hasil penjualan perusahaan. Berikut rata-rata penjualan dan rata-rata aktiva lancar perusahaan manufaktur sektor Food an Beverage yang terdaftar di BEI periode 2010-2011.
3
Grafik 1.1 Perkembangan Rata-rata Penjualan Perusahaan Manufaktur Sektor Food and Beverage Periode 2010-2011
Penjualan 756.753
800.000
568.682
610.467
600.000
400.000 200.000 -
529.755
147.631
634.904
303.495 276.359
Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan 1 2 3 4 1 2 3 4
Sumber : (Data diolah kembali)
Grafik 1.2 Perkembangan Rata-rata Aktiva Lancar Perusahaan Manufaktur Sektor Food and Beverage Pada Periode 2010-2011
Rata-rata Aktiva Lancar Rp1.500.000 Rp1.000.000 Rp500.000 Rp-
Rp1.055.519 Rp866.969 Rp809.214 Rp604.652 Rp589.002 Rp881.840 Rp784.248 Rp644.520 Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan 1 2 3 4 1 2 3 4
Sumber : (Data diolah kembali)
Berdasarkan Grafik 1.1 dan 1.2 menunjukkan rata-rata penjualan pada triwulan ketiga mengalami penurunan sedangkan, rata-rata aktiva lancar pada triwulan kedua mengalami kenaikan. Berdasarkan fenomena dan teori yang telah dipaparkan diatas penulis tertarik untuk memelakukan penelitian lebih lanjut terhadap unsur modal kerja dan hasil penjualan maka penulis mengambil judul penelitian “Pengaruh Unsur Modal Kerja Terhadap Penjualan Pada
4
Perusahaan Manufaktur Sektor Food and Beverage yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2011”.
1.2 Identifikasi Masalah Penulis akan membatasi masalah yang dianggap paling sesuai dengan judul
penelitian agar penelitian ini lebih terfokus. Identifikasi masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
perkembangan
unsur-unsur
modal
kerja
perusahaan
manufaktur sektor Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2011? 2. Bagaimana perkembangan hasil penjualan perusahaan manufaktur sektor Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2011? 3. Adakah pengaruh unsur-unsur modal kerja terhadap hasil penjualan pada perusahaan-perusahaan manufaktur sektor Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2011?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan unsur-unsur modal kerja perusahaan manufaktur sektor Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2011.
5
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan hasil penjualan perusahaan manufaktur sektor Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada periode 2010-2011.
3. Untuk mengetahui apakah unsur-unsur modal kerja perusahaan manufaktur
sektor Food and Beverage berpengaruh terhadap penjualan perusahaan tersebut selama periode 2010-2011.
1.3.2
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi:
1. Penulis Dapat memberikan gambaran dan informasi menngenai unsur modal kerja perusahaan manufaktur serta pengaruhnya terhadap hasil penjualan, sehingga dapat membandingkannya dengan teori yang diperoleh selama perkuliahan. 2. Perusahaan Sebagai salah satu tambahan informasi bagi manajer perusahaan dalam melihat pengaruh unsur modal kerja terhadap hasil penjualan yang dapat dijadikan salah satu pertimbangan untuk menentukan tingkat modal kerja yang dapat mengoptimalkan hasil penjualan sehingga perusahaan mendapatkan laba yang optimal. 3. Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya kepada pembaca mengenai bagaimana pengaruh
6
unsur modal kerja terhadap penjualan pada perusahaan manufaktur sektor
pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya.
4. Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan, tambahan informasi dan arahan
Food and Beverage yang terdapat di Bursa Efek Indonesia, serta untuk
untuk penelitian selanjutnya. Khususnya terhadap kajian pengaruh unsur
modal kerja terhadap penjualan di perusahaan sejenis dengan memperluas ruang lingkup penelitian.
1.4 Kerangka Pemikiran Modal kerja perusahaan dibagi atas dua bagian yaitu modal kerja kotor dan modal kerja bersih. Modal kerja kotor dapat diartikan sebagai investasi pada aktiva lancar sedangkan modal kerja bersih dapat diartikan sebagai selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar (Astuti : 2004). Modal kerja kotor adalah investasi pada aktiva lancar yaitu kas, deposito berjangka, surat-surat berharga, piutang, pinjaman yang diberikan, persediaan, biaya yang dibayar dimuka, pendapatan yang masih harus diterima dan lain-lain. Oleh sebab itu dapat dikatakan unsur pembentuk modal kerja adalah perkiraan-perkiraan yang ada pada aktiva lancar. Sawir (2005:129) menyatakan modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Jumlah modal kerja tidak terlepas dari unsur pembentuk modal kerja itu sendiri, unsur-unsur modal kerja yang jumlahnya cukup besar dan dimiliki oleh setiap perusahaan adalah kas, piutang, dan persediaan. Oleh karena itu unsur-
7
unsur modal kerja yang digunakan pada penelitian adalah kas, piutang dan persediaan.
Jumlah ketiga unsur modal kerja pada periode X akan berpengaruh
terhadap penjualan pada periode X+1 , karena antara modal kerja dan penjualan
memiliki hubungan yang erat. Menurut Agus Sartono “hubungan antara pertumbuhan penjualan dan kebutuhan investasi aktiva lancar adalah sangat erat
dan langsung”. Hal ini juga berdasarkan fungsi modal kerja menurut Khamarudin
Ahmad (2000:6) bahwa modal kerja berfungsi untuk menopang kegiatan produksi dan penjualan atau sebagai jembatan saat pengeluaran pembelian persediaan dengan penjualan dan penerimaan kembali hasil pembayaran. Jumlah modal kerja pada akhir periode X merupakan modal kerja yang akan menopang penjualan dan produksi pada periode X+1, maka dari itu jumlah modal kerja pada periode X akan mempengaruhi penjualan yang dicapai oleh perusahaan pada periode X+1. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan dapat beroperasi secara efisien dan perusahaan dapat menghindari kesulitas keuangan. Oleh karena itu modal kerja yang cukup pada akhir periode X akan memungkinkan perusahaan untuk dapat beroprasi secara efisien pada periode X+1. Tujuan perusahaan adalah untuk menghasilkan laba sebesar-besarnya, menurut Ignatius Sartono (2007:3) laba adalah sarana penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, makin tinggi laba yang diperoleh, maka perusahaan akan mampu bertahan
hidup, tumbuh dan
berkembang. Berdasarkan hal tersebut perusahaan akan selalu menargetkan
8
peningkatan perolehan laba untuk setiap tahunnya. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perusahaan akan selalu berusaha meningkatkan penjualannya
untuk setiap tahun. Penjualan merupakan cara perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan, Jumingan dalam Fahmi (2000:99) berpendapat bahwa penghasil
utama dari perusahaan dagang, perusahaan jasa atau perusahaan industri berupa hasil penjualan barang atau jasa kepada pembeli, langganan, penyewa dan pemakai jasa lainnya.
Peningkatan penjualan harus disertai dengan peningkatan modal kerja yang tersedia, karena modal kerja adalah penopang kebutuhan penjualan dan produksi perusahaan, oleh sebab itu pencapaian kenaikan penjualan akan tergantung pada modal kerja yang tersedia. Kurangnya ketersediaan modal kerja akan membuat peningkatan penjualan perusahaan tidak akan tercapai. Menurut Agus Sartono (2008:385) Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas
penjualan
dan
meningkatkan
produksinya,
maka
besar
kemungkinannya akan kehilangan pendapatan dan keuntungan yang berasal dari penjualan. Berdasarkan hal diatas dapat dikatakan bahwa jika perusahaan kekurangan modal kerja maka perusahaan tidak akan dapat meningkatkan penjualan dan produksinya yang akan menyebabkan hilangnya kesempatan untuk melakukan penjualan yang optimal dan berakibat kesempatan mendapatkan keuntungan menjadi hilang. Modal kerja yang akan mempengaruhi hasil penjualan X+1 adalah modal kerja yang tersedia untuk digunakan pada akhir periode X, seperti yang telah
9
dijelaskan sebelumnya. Sehingga dapat dikatakan jika terjadi peningkatan unsurunsur modal kerja pada periode X seharusnya dapat menaikan penjualan pada
periode X+1. Menurut Munandar (2001:40) besar kecilnya penjualan mungkin
dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi. Jumlah produksi pada suatu periode
ditentukan beradasarkan kapasitas produksi yang ada diperusahaan, menurut Munandar (2001:41) kapasitas produksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tersedianya mesin dan peralatan, tersedianya tenaga kerja, tersedianya bahan
mentah, tersedianya modal kerja dan lain sebagainya. Jelaslah sudah jika hasil penjualan perusahaan dipengaruhi oleh kapasitas produksi dan kapasitas produksi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah disebutkan diatas yang merupakan modal kerja yang dimiliki perusahaan kecuali mesin dan peralatan. Dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang erat antara unsur modal kerja yang tersedia pada periode X dengan hasil penjualan yang akan tercapai pada periode X+1. Untuk itu penulis menggunakan variabel kas, piutang, persediaan sebagai variabel independen, sedangkan untuk variabel dependen penulis menggunakan hasil penjualan. untuk lebih jelas hubungan antara unsur modal kerja dan hasil penjualan dapat dilihat pada gambar berikut :
10
Gambar 1.1 Hubungan Unsur Modal Kerja terhadap Hasil Penjualan
Piutang Periode X
Persediaan Periode X
Kas Periode X
Produksi
Hasil Penjualan Periode X+1
1.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah dugaan sementara yang didasarkan fakta-fakta yang diketahui sebelum penelitian dilakukan. Berdasarkan kerangka pemikiran penulis menduga adanya pengaruh unsur modal kerja terhadap penjualan pada perusahaan manufaktur sektor Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2011.
1.6 Metode Penelitian 1.6.1
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analitis. Metode deskriptif analitis adalah suatu metode yang menggambarkan
11
penjabaran tentang data-data yang telah terjadi atau sedang berlangsung yang akan menggambarkan keadaan perusahaan manufaktur baik itu unsur modal kerja
maupun penjualan.
1.6.2 Populasi dan Sampel
Menurut Nawawi (1983) menyatakan bahwa populasi adalah totalitas
nilai yang mungkin baik berupa perhitungan maupun ukuran, kuantitatif semua
maupun kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas. Dalam penelitian kali ini populasi yang dipilih adalah perusahaan manufaktur sektor Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2011. Adapun jumlah perusahaan sektor Food and Beverage yang terdaftar di BEI pada tahun 2010 adalah 15 perusahaan dan pada tahun 2011 14 perusahaan. Menurut Hasan (2002) Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi. Dengan kata lain sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang dapat diteliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria perusahaan manufaktur sektor Food and Beverage yang terdaftar di BEI selama dua tahun berturut-turut yaitu tahun 2010-2011 dan selalu melaporkan laporan keuangan triwulannya. Adapun perusahaan yang memenuhi kriteria adalah sebagai berikut : 1. PT Cahaya Kalbar Tbk.
12
2. PT Delta Djakarta Tbk.
3. PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
4. PT Mayora Indah Tbk.
5. PT Multi Bintang Indonesia Tbk.
6. PT Prasidha Aneka Niaga Tbk. 7. PT Sekar Laut Tbk.
1.6.3
Definisi Operasional Variabel
Variabel
independen
(variabel
bebas)
yaitu
variabel
yang
mempengaruhi variabel lain. Adapun dalam penelitian ini yang menjadi variabel independennya adalah kas, piutang, dan persediaan pada periode X. Berikut variabel-variabel yang akan digunakan : -
Kas Periode X
-
Piutang Periode X
-
Persediaan Periode X
Variabel dependen yaitu variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah hasil penjualan pada periode X+1. Berikut variabel dependen yang akan digunakan : -
Hasil Penjualan Periode X+1 .
13
1.6.4 Data Penelitian 1.6.4.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data penelitian ini adalah data kualitatif yang berupa profil singkat
perusahaan manufaktur sektor Food and Beverge periode 2010-2011 dan data
kuantitatif yang berupa laporan keuangan triwulan perusahaan manufaktur sektor and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010Food Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yaitu 2011.
data yang diperoleh secara tidak langsung dan merupakan data yang telah diolah. Data sekunder yang diperoleh berasal dari Bursa Efek Indonesia, buku teks, Indonesia Capital Market Directory (ICMD), pojok bursa dan studi media elektronik seperti internet melalui situs terkait (www.idx.co.id), jurnal dan artikel yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
1.6.4.2 Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi yaitu suatu pengamatan langsung terhadap suatu objek penelitian dalam waktu singkat dan bertujuan untuk mendapat gambaran mengenai objek penelitian. 2. Studi Kepustakaan Studi Kepustakaan (Library Research) yaitu mengumpulkan data dengan cara mempelajari buku-buku dan literature yang ada untuk mendapatkan teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Penelitian kepustakaan ( Library Reseacrh ) tersebut meliputi :
14
a) Quotasi, yaitu pengambilan data sesuai dengan aslinya yang dikutip
dari referensi atau lituratur yang ada.
b) Phrase, yaitu pengembalian intisari dari suatu pernyataan dengan
menggunakan kata-kata sendiri.
c) Summary, yaitu menggambil rangkuman dari suatu bab atau buku
dengan menggunakan kata-kata sendiri.
1.6.5
Alat Analisis Data Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda dengan bantuan software PASW 18. Secara umum, analisis regresi berganda merupakan studi mengenai ketergantungan variabel terikat (dependen) dengan
beberapa
variabel
bebas
(independen),
dengan
tujuan
untuk
mengestimasi/memprediksi rata-rata nilai variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Variabel-variabel yang akan digunakan adalah :
Variabel Independen (X) : 1. Kas 2. Piutang 3. Persediaan
Variabel Dependen adalah Hasil Penjualan
Model Analisis Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Model analisis untuk penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Y1 = a + b1x1+b2x2+b3x3
15
Keterangan :
Y1 a b1 b2 b3 x1 x2 x3
= Tingkat Penjualan = Konstanta = Koefisien Regresi Kas = Koefisien Regresi Piutang = Koefisien Regresi Persediaan = Kas = Piutang = Persediaan
Sebelum melakukan interpretasi terhadap hasil regresi, terlebih dulu akan
dilakukan pemeriksaan terhadap beberapa asumsi yang mendasari regresi, atau disebut uji klasik. Langkah-langkah uji klasik adalah sebagai berikut : A. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya (Suliyanto:2011). Berdasarkan pengertian uji normalitas tersebut maka uji normalitas tidak dilakukan per variabel (univariate)
tetapi
hanya
terhadap
nilai
residual
terstandarisasinya
(multivariate). Uji normalitas menggunakan uji statistik non-parametrik KolmogorovSmirnov merupakan uji normalitas menggunakan fungsi distribusi kumulatif. Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika K hitung < K tabel atau nilai Sig. > alpha.
16
B. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara
anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time
series) atau ruang (cross section) (Suliyanto:2011).
Uji Durbin-Watson (Uji DW) merupakan uji yang umum digunakan untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimasi. Kriterianya adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Penarikan kesimpulan uji DW Nilai DW Antara du dan 4-du Lebih kecil dari dl Lebih besar dari 4-dl Antara du dan dl Antara 4-du dan 4-dl
Kesimpulan Tidak ada korelasi Ada autokorelasi positif Ada autokorelasi negatif Tidak dapat disimpulkan Tidak dapat disimpulkan
Keterangan : du = batas atas (upper) dan dl = batas bawah (lower) didapatkan dari tabel Durbin Watson. C. Uji Multikoleniaritas Uji multikoleniaritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikoleniaritas (Sulyanto:2011). Uji multikoleniaritas dapat dilakukan dengan melihat TOL (Tolerance) dan Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Jika nilai VIF tidak lebih dari 10, maka model dinyatakan
17
tidak terdapat gejala multikolinearitas dan jika nilai VIF lebih dari sepuluh maka model dinyatakan terdapat gejala multikoleniaritas.
D. Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi yang tidak
sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variabel pada model regresi memiliki nilai
yang sama (konstan) maka disebut dengan homoskedastisitas
(Suliyanto:2011).
Uji heterokedastisitas dengan metode Glejser dilakukan dengan meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya. Jika terdapat pengaruh variabel bebas yang signifikan terhadap nilai mutlak residualnya maka dalam model terdapat masalah heterokedastisitas sebaliknya jika tidak terdapat pengaruh variabel bebas yang signifikan terhadap nilai mutlak residualnya maka dalam model tidak terdapat masalah heterokedastisitas. Setelah melakukan semua tahapan uji asumsi klasik selanjutnya dilakukan analisis koefisien determinasi. Koefisien determinasi (R 2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali:2009). Setelah dilakukan analisis terhadap koefisien determinasi dilakukan uji F, uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel X mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y secara bersama-sama (simultan). Kemudia setelah dilakukan interpretasi terhadap uji
F dilakukan uji
statistik t, uji t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel indepeden yang digunakan dalam penelitian ini terhadap variabel dependen secara
18
parsial (Imam Ghozali:2009). Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan hipotesis artinya ada pengaruh yang signifikan dari
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.
2. Menentukan tingkat signifikansi, taraf signifikansi adalah 95%
3. Membandingkan t hitung dan table t- table = t / 2 (n-k-1)
( ditolak apabila t hitung < tabel )
( diterima apabila t > t tabel )
4. Berdasarkan probabilitas
ditolak apabila P > 0,05
diterima apabila P < 0,05
1.7 Tempat dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sektor Food and Beverage. Adapun obyek penelitian yang digunakan adalah laporan keuangan pada periode 2010-2011 yang diperoleh melalui website www.idx.go.id, Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan Pojok Bursa. Waktu yang digunakan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini adalah selama 3 bulan, yaitu dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2012.